PENERAPAN DAN MODEL PEMBELAJARAN KOORPERATIF

DENGAN TEHNIK KEPALA BERNOMOR TERSTRUKTUR

UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG CAMPURAN KELAS IV SEMESTER 2

S D NEGERI PALUHOMBO 01 BENDOSARI

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Ibnu Kiswoko Buntoro

SD Negeri Paluhombo 01 Bendosari

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk mendiskripsikan Penerapan Model Pembelajaran Koorperatif Dengan Tehnik Kepala Bernomor Terstruktur untuk Meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Matematika Materi Operasi Hitung Campuran pada siswa Kelas IV SD Negeri Poluhombo 01 Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan langkah-langkah: 1) Perencanaan, 2) Tindakan, 3) Pengamatan dan Interaksi, dan 4) Analisis dan Refleksi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa penggunaan metode pembelajaran koorperatif teknik kepala bernomor terstruktur dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika siswa yang meliputi peningkatan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari meningkatnya keaktifan dan pencapaian hasil kerja Delapan keaktifan siswa dalam apersepsi siklus I 65,22% meningkat menjadi 80, 77% pada siklus II dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran pada siklus I 72% sedangkan siklus II meningkat menjadi 88, 89 %. Sedangkan hasil belajar yang diperoleh melalui tes evaluasi akhir siklus I sebesar 66,00 dan siklus II meningkat menjadi 79,00.Jadi meningkat 13.00, berarti penggunaan Penerapan Model Pembelajaran Koorperatif dengan teknik Kepala Bernomor dapat meningkatkan keaktifan pembelajaran matematika siswa kelas IV SD Negeri Paluhombo tahun 2015/2016.

Kata kunci: Penerapan Model Pembelajaran, Keaktifan Pembelajaran.

PENDAHULUAN

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang berjalan dengan cepat dan tidak kebanding dengan percepatan ketersediaan sumber daya manusia. Dunia pendidikan tentunya harus lebih aktif dalam merespon bebagai bentuk perkembangan tersebut. Jika hal ini tidak segera di fikirkan, maka tentu nya negara akan tertinggal atau ditingalkan oleh dunia global. Pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas sangat tergantung pada pendidikan. Pendidikan merupakan modal penting bagi suatu negara, dan pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dan menjadi tumpuan bangsa untuk terciptanya manusia. Manusia yang cakap, mandiri, berbudaya dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dewasa ini, dunia pendidikan mengalami perubahan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran dulu lebih banyak menggunakan pendekatan behavioristik sekarang menuju pendekatan konstruktivistik. Pendekatan karakteristik menekan dalam kegiatan belajar peserta didik dan peran guru membantu peserta didik. Rancangan pembelajaran guru hendaknya difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi peserta didik, agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi peserta didik.

Untuk dapat melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran, gurur dituntut kreatif dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran, dan dapat menerapkan berbagi modal pembelajaran sehingga proses belajar mengajar lebih bervariatif serta dapat mencapai tujuan pembelajaran. Pemilihan modal pembelajaran harus di sesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi serta bentuk pembelajaran kelompok atau invidu.

Pembelajaran matematika yang efektif dapat meningkatkan pemahaman dan konsep siswa tentang materi matematika (operasi hitung campuran) dan juga keefetifan siswa membentuk pengtahuannya sendiri melalui kerjasama dengan pembimbing (guru dan peserta didik). Salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan sosial secara aktif adalah pembelajaran koorperatif yang dapat melatih siswa untuk meningkatkan ketrampilan komunikasi dan ketrampilan berfikir dan nalar peserta didik baik individu maupun kelompok.

Salah satu tehnik pembelajaran koorperatif adalah kepala bernomor terstruktur, dengan teknik ini, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan saling berkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya. Teknik kepala bernomor terstruktur diterapkan dengan membagi siswa dalam kelompok. Setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor dan penugasan berdasarkan nomornya, nomor 1 bertugas membaca soal dan mengumpulkan data, peserta didik nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal, peserta didik nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok dan seterusnya. Melalui modal pembelajaran koorperatif teknik kepala bernomor terstruktur dapat melatih dan meningkatkan tanggung jawab dan ketrampilan berkomunikasi, selain itu meningkatkan keaktifan siswa melalui modal pembelajaran tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalahnya adalah apakah penerapan model pembelajaran koorperatif dengan teknik kepala bernomor ter struktur dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran pada kelas IV semester 2 SD Negeri Paluhombo 01.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapa model pembelajaran koorperatif dengan tehnik kepala bernomor terstruktur dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika materi operasi hitun campuran kelas IV semester 2 SD Negeri Paluhombo 01.

KAJIAN PUSTAKA

Model Pembelajaran

Menurut Fathurrohman (2015: 30) berpandangan metode pembelajaran adalah melakukan kegiatan pembelajaran. Secara kongkret dikemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang mendiskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran bagi pendidik dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Menurut Solihatin dan Raharjo (2007: 4) bahwa cooperatif learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja sama atau membantu diantara bersama dalam bekerja sama atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Pembelajaran Matematika SD

Beberapa kendala yang sering ditemukan dalam mengajarkan operasi hitung campuran adalah lemahnya materi prasyarat yang dikuasai siswa yang tidak mengerti perbedaan tanda bilangan dan tanda operasi, khususnya operasi hitung campuran bilangan negatif. Apa bila dalam suatu operasi hitung campuran bilangan bulat terdapat tanda kurung, pengerjaanya yang berada tanda kurung harus dikerjakan berlebih dahulu. Apabila dalam suatu operasi hitung bilangan bulat tidak terdapat tanda kurung, pengerjaannya berdasarkan sifat-sifat urutan operasi hitung sebagai berikut: 1) operasi hitung penjumlahan dan pengurangan sama kuat, artinya operasi yang terletak disebelah kiri di kerjakan terlebih dahulu, 2) Operasi perkalian dan pembagian sama kuat, artinya operasi yang terletak disebelah kiri dikerjakan terlebih dahulu, 3) Operasi perkalian dan pembagian lebih kuat dari pada operasi penjumlahan dan pengurangan, artinya operasi perkalian dan pembagian di kerjakan terlebih dahulu dari pada operasi penjumlahan dan pengurangan.

Rancangan Pembelajaran Matematika dengan Metode Pembelajaran Koorperatif teknik Kepala Bernomor Terstruktur

a). Guru menciptakan suasana kondusif kemudian memberikan pembelajaran secara umum. b). Guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang terdiri 1 sampai 3 siswauntuk melaksanakan tugas, c). Guru memberitahukan tugas masing-masing siswa dalam kelompok sesuai dengan nomor yang mereka dapatkan, d). Siswa memberi laporan hasil kerja kelompoknya, dan setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan.

Kerangka Berpikir

Dalam mencapai kualitas proses dan hasil belajar yang optimal maka diperlukan kerangka pemikiran yang sesuai dengtan landasan teori. Berdasarkan observasi bahwa masih terjadi permasalahan dalam proses pembelajaran yaitu kurang ketertarikan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika. Karena guru monoton menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Maka perlu adanya perbaikan pembelajaran dengan meningkatkan keaktifan dan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika, dengan menggunakan model pembelajaran koorperatif tehnik kepala bernomor terstruktur. Dengan model pembelajaran koorperatif tehnik kepala bernomor terstruktur diharapkan keaktifan siswa serta hasil belajar siswa meningkat minimal 70% dari jumlah siswa dan memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran matematika yakni 61. Peningkatan keaktifan ditunjukkan dalam proses dan hasil pembelajaran yaitu meningkatnya keaktifan siswa pada saat pembelajaran berlangsung serta hasil yang di dapatkan oleh siswa.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori diatas, maka hipotesis tindakannya adalah model pembelajaran koorperatif tehnik kepala bernomor terstruktur dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar matematika tentangoperasi hitung campuran kelas IV, semester 2 SD Negeri Paluhombo 01 Bendosari tahun pelajaran 2015/2016.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Paluhombo 01 Bendosari direncanakan bulan Januari 2016 sampai bulan April 2016 dan dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelajaran siswa kelas IV semester 2 tahun pelajaran 2015/206.

Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini kedudukan peneliti sebagai perancang peluang, pelaksana, pengatur pelaksana refleksi dan diskusi untuk menemukan langkah-langkah penelitian. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Paluhombo 01 Bendosari dengan jumlah 10 siswa, laki-laki 4 siswa dan perempuannya 6 siswa.

SUMBER DATA

Dalam penelitian ini sumber data dari siswa sebagai subyek penelitian. Data yang diperoleh berupa hasil pengamatan pelaksanaan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Data yang berupa hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dengan lembar observasi, proses yang diamati mencakup keaktifan siswa, selama mengikuti pembelajaran serta peran guru mengajar, dan wawancara maupun catatan laporan guru dan sisw, sedangkan hasil belajar siswa diperoleh dari nilai yang didapatkan siswa dalam evaluasi kahir tiap siklus.

PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur penelitian ini merupakan suatu rangkauan beberaoa siklus dari penelitian awal dampai akhir. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan kualtitas pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran kelas IV semester 2 SD Negeri Paluhombo 01 dengan menerapkan model pembelajaran koorperatif dengan tehnik kepala bernomor terstruktur. Prosedur ini meliputi (1) dialog awal, (2) perencanaan tindakan, (3) pelaksanaan tindakan, (4) Pengamatan (observing), (5) Refleksi (reflecting) dalam setiap siklus.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Hasil penelitian meningkatkan kualitas pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran kelas IV semester 2 di laksanakan berdasarkan prosedur penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran koorperatif tehnik kepala bernomor terstruktur pada siswa kelas IV SD Negeri Poluhombo 01. Dapat dideskripsikan sebagai berikut: Hasil pengamatan awal pada proses pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran pada siswa kelas IV SD Negeri poluhombo 01 dapat disimpulkan bahwa siswa belum memahami materi dan konsep matematika sepenuhnya, hal tersebut dapat dilihat dari: (1) masih belum dapat memusatkan perhatian pada awal pelajaran, (2) belum bisa bekerja sama dengan anggota kelompok yang lain, siswa yang tidak aktif menggantungkan anggota kelompok lainnya, (3) sebagian masih ada yang tidak bisa mengerjakan soal dengan sempurna, (4) Mereka masih mengalami kesulitan dalam memahami materi sehingga belum mencapai ketuntasan belajar 30% (3 siswa).

Hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran siswa kurang antusias/ aktif, masih acuh terhadap pembelajaran, siswa belum berani mengungkapkan pendapat. Oleh karena itu butuh pendekatan yang menarik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa. Pendekatan pembelajaran koorperatif tehnik kepala bernomor terstruktur ini dengan pendekatan memberikan motivasi siswa, suasana pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan dalam diskusi kelompok, dan keberanian siswa dalam presentasi dan berpendapat.

Deskripsi Siklus I

Kualitas pembelajaran dan hasil belajar matematika materi operasi hitung campuran yang ditunjukan dalam aktivitas pembelajaran dan hasil evaluasi akhir siklus I, terapat 3 siswa yang memiliki nilai dibawah 61 dengan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 70 dengan nilai rata-rata 66,00.

Deskripsi Siklus II

Setelah diadakan tindakan perbaikan pembelajaran terdapat peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata pra siklus adalah 60,60, sedangkan rata-rata nilai siklus I adalah 60,00 dan nilai rata-rata siklus II adalah 79,00.

Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan temuan yang diperoleh dari proses pembelajaran dan nilai mata pelajaran matematika sebelum dan sesudah perbaikan ternyata terjadi peningkatan baik proses pembelajaran maupun pemerolehan hasil belajar secara signifikan. Peningkatan tersebut dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai siswa hasil belajar siswa yang mencapai ketuntasan belajar 90% berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 61,00.

Pra siklus

Dari laporan hasil pengamatan yang dilakukan bahwa terdapat 6 siswa (60%) siswa yang nilainya dibawah standar ketuntasan belajar (61,00) dan 4 siswa yang nilainya telah memenuhi standar ketuntasan belajar. Dalam pra siklus ini ditugaskan banyak siswa yang belum berhasil mencapai aspek/ indikator yang diharapkan, sehingga perlu perbaikan proses pembelajaran.

Siklus I

Deskripsi siklus I menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum sesuai yang diharapkan oleh guru. Siswa belum aktif dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dirancang oleh guru. Hal ini disebabkan karena siswa terbiasa belajar dengan lebih banyak mengandalkan perintah dari guru, dan siswa kurang memahami materi dan konsep pentingnya pembelajaran sehingga terkesan kurang antusias dan bersemangat. Akibatnya proses pembelajaran rendah mengakibatkan hasil belajar rendah dan ketuntasan belajar juga rendah. Hal ini terbukti bahwa siswa yang mendapat nilai 61 keatas atau lebih 7 siswa yang mendapat nilai kurang dari 61 sebanyak 3 siswa, dan nilai rata-rata 66,00 dengan ketuntasan klasikal 70% .

Dari hasil pengamatan, dinyatakan bahwa terdapat peningkatan proses pembelajaran dan hasil pembelajaran jumlah siswa yang mencapai Kriteri Ketuntasan Minimal bertambah menjadi 7 siswa dan 3 siswa belum mencapai hasil yang diharapkan.

SIKLUS II

Deskripsi siklus II, siswa telah mengikuti proses pembelajaran dengan antusias dan baik. Siswa lebih bersemangat dan aktif mengikuti proses pembelajaran, siswa sudah berani menjawa dalam apersepsi maupun memiliki keatifan dalam kerja kelompok/ diskusi. Hal ini akan berpengaruh positif terhadap meningkatnya partisipasi dalam belajar, sehingga akan berpengaruh terhadap meningkatnya hasil belajar siswa. Jiak diukur dengan aspek/ indikator kinerja, penguasaan materi dalam memahami materi dan konsep siswa secara klasikal sudah mencapai batas ketuntasan yang telah ditetapkan. Sedangkan secara individual juga sudah mencapai batas ketuntasan. Hal ini terbukti dari hasil evaluasi akhir, 9 siswa mendapatkan nilai diatas 61 dan 1 siswa belum tuntas belajar mendapatkan 60, bearti yang tuntas 90% dengan nilai rata-rata 79,00. Jadi, dari rata-rata siswa pra siklus 60,50, pada siklus I meningkat menjadi 66,00 dan naik menjadi 79,00 pada siklus II. Ketuntasan belajar dalam prosentase pra siklus 40% meningkat menjadi 70% siklus I, dan siklus II meningkat menjadi 90%.

Berdasarkan pembahasan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal. Hasil penelitian tindakan kelas ini mencangkup keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan hasil evaluasi akhir siswa.

PENUTUP

SIMPULAN

Berdasarkan analisis data, dan pembahasan bahwa penggunaan model pembelajaran koorperatif tehnik kepala bernomor terstruktur dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung campuran siswa kelas IV SD Negeri Paluhombo 01 terdapat peningkatan kualitas pembelajaran matematika, hal ini terbukti meningkatkan keaktifan siswa, serta hasil belajar yang dapat dilihat dari indikator: (1) Siswa makin antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran matematika, (2) Pentingnya kerja sama dalam kelompok menyelesaikan tugas dan diskusi, (3) siswa bertanggung jawab dengan pesan dalam kelompok, (4) adanya peningkatan pecapaian hasil belajar sebelum tindakan nilai rata-rata 60,50 dengan prosentasi ketuntasan klasikal 40%, siklus I nilai rata-rata 66,00 prosentase ketuntasan klasikal 70% dan siklus II nilai rata-rata 79,00 dengan prosesntase ketuntasan 90%.

SARAN

Berkaitan dengan kesimpulan diatas, peneliti mengajukan saran-saran:

a. Bagi Kepala Sekolah

1. Hendaknya Kepal Sekolah secara aktif mengirimkan guru ikut diskusi, seminar dan kegiatan ilmiah.

2. Hendaknya menyediakan sarana prasarana dalam proses pembelajaran.

b. Bagi Guru

1. Hendaknya aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Hendaknya menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi.

c. Bagi Siswa

1. Hendaknya dapat kerja sama yang aktif dengan guru.

2. Hendaknya siswa mampu ketrampilan berkomunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2008. Cooperative Learning. Jakata: PT. Gramedia.

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Diktorat PLP.

Cepy Riyana. 2006. ICT dan Multimedia dalam Pembelajaran.

http://Cepriyana.blogspot.com/2006/06/hakikat-kualitas-pembelajaran.html diakses 26 Januari 2016 Jam 09.30 WIB

Dewi Salma Prawiradilaga. 2008. Prinsip Desain Pembelajaran Instructional Design Principle. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Etin Solihatin dan Raharjo. 2007. Coorperative Learning Analisis Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Muslimin Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Koorperatif. Surabaya: UNESA

Oemar Halimah. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Permendiknas. 2008. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Robert E. Slavin. 208. Cooperative Learning Teori, Research dan Praktek. Bandung: Nusa Medika.

Seharsini Ari Kunto, Suharjono dan Sapardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara