PENERAPAN INTEGRATED LEARNING

DALAM PEMBELAJARAN DRAMA BERBASIS DIGITAL

 

Ch. Evy Tri Widyahening

Ulupi Sitoresmi

Slamet Riyadi University, Surakarta-Indonesia

 

ABSTRACT

This study aims to describe the implementation of integrated learning in digital-based Drama learning to the 6th semester students at Slamet Riyadi University Surakarta. This research is a qualitative descriptive study that examines only one research subject. Therefore, this research is a case study research and the research subjects were semester VI students in the English Education Study Program of Slamet Riyadi University Surakarta. This study used steps that were adjusted to the research steps proposed by Miles and Huberman. The research place were in the English Language Education Study Program, FKIP, Slamet Riyadi University Surakarta and the central library of the Slamet Riyadi University Surakarta. The results showed that the implementation of integrated learning in drama learning was very effective and able to hone 4 (four) language skills of the 6th semester students of the English Education Study Program, FKIP Slamet Riyadi University Surakarta, namely writing, reading speaking and listening. In addition, students were also increasingly creative in developing their imaginations and ideas through drama scripts that they wrote themselves and then played them on stage and uploaded them via YouTube social media so that the wider community could also watch their performances. This was a challenge for students so that they tried to give their best from the process of writing a drama script, practicing playing a drama, then performing it, and finally uploading the results of the performance to YouTube social media. The effectiveness of integrated learning was reflected in the meaning of learning. Meaningful learning produced students who were active in a fun teaching and learning process, resulting in two-way communication between lecturer and students. Fun learning would run well if the lecturer has high creativity and has variations in the teaching and learning process so that the end result was that students could get good and meaningful learning achievements.

Key Words: Integrated Learning, Learning Drama, A Case Study, YouTube Social Media

 

PENDAHULUAN

Pembelajaran Drama merupakan salah satu bagian dalam mata kuliah ‘Literary Appreciation’ di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris pada umumnya dan juga di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Slamet Riyadi Surakarta. Dalam penyebaran mata kuliah, perkuliahan ‘Literary Appreciation’ diberikan pada Semester VI sebanyak 2 sks untuk perkuliahan dan jika dengan praktik pementasan drama, maka mahasiswa mengadakan latihan diluar jam perkuliahan sebagai tugas terstruktur. Mengingat kompetensi berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) merupakan keterampilan utama yang harus dikuasai oleh mahasiswa, maka pembelajaran drama terlebih harus dikaitkan dengan 4 keterampilan tersebut (pembelajaran terpadu atau Integrated Learning). Bila dilihat dari urutan ketrampilan berbahasa secara wajar dalam kehidupan manusia, maka urutan tersebut sangatlah tepat. Keempat ketrampilan berbahasa memiliki tingkat kesukarannya masing-masing, dan semua mahasiswa di program studi Pendidikan Bahasa Inggris dituntut untuk dapat menguasai semua ketrampilan berbahasa tersebut sebagai syarat untuk menjadi guru bahasa Inggris yang kompeten di bidangnya.

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tambayong yang menyatakan bahwa nampaknya, dalam drama hanya disajikan latihan berbicara, namun sebenarnya, dalam berdialog, siswa sekaligus berbicara dan menyimak, atau saling berbicara dan menyimak (Yappi Tambayong: 1990: 10). Di dalam menyajikan pembelajaran drama, tidak boleh lupa bahwa latihan membaca dan menulis juga merupakan aspek penting. Untuk memahami isi naskah drama, mahasiswa harus membacanya dan mungkin tidak cukup satu atau dua kali. Selanjutnya, jika akan mementaskan drama tersebut, pembacaan ditingkatkan lagi sampai siswa mampu menghayati dan mengalami apa yang dirasakan tokoh-tokoh drama tersebut sampai mampu memerankannya. Mahasiswa yang menonton drama dapat berlatih menulis resensi. Jika naskah drama belum ada, siswa dapat menulis naskah drama untuk latihan pentas drama (Bahim, 1978:15). Secara sederhana dan singkat, drama berarti cabang kesenian berbentuk dialog yang dapat dipentaskan (Harymawan, 1988:5). Jika hanya mempelajari naskah drama, maka pembelajaran drama dapat dimasukkan ke wilayah pembelajaran bahasa dan sastra, namun dialog yang hanya berupa naskah tidak hidup dan berjiwa, karena itu secara lengkap drama harus disertai pementasan. Penelitian ini menelaah tentang penerapan Integrated Learning yang memadukan 4 ketrampilan berbahasa dalam pembelajaran Drama yang berbasis Digital. Di dalam pembelajaran Drama berbasis digital ini juga bermuatan unsur-unsur kearifan lokal yang harus diperlihatkan pula di hasil akhirnya. Telaah terhadapan penerapan Integrated Learning dalam pembelajaran Drama berbasis digital ini langsung ditujukan kepada proses belajar mengajarnya yang terlebih dulu memaparkan tentang teori dan sejarah drama, struktur naskah drama, penyutradaraan, teori berperan (acting), perlengkapan pementasan, unsur artistik pementasan, dan struktur pentas (Harymawan: 9). Selain itu, penelitian ini juga menelaah tentang bagaimana kendala-kendala dalam penerapan Integrated Learning dalam pembelajaran Drama berbasis digital ini.

Drama secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi (Waluyo, 2009;1). Sementara Onyeka Iwuchukwu (2008;3) menyatakan bahwa Drama as a literary genre is realized in performance, which is why Robert Di Yanni describes it as ‘staged art’. Aristotles (dalam Iwuchukwu:ibid) memberikan definisi drama yaitu as an imitation of an action. Sedangkan Martin Esslin dalam Anatomy of Drama (dalam Iwuchukwu: ibid) memberikan definisi drama sebagai berikut: (1) Drama can be seen as a manifestation of the play instinct as in children who are playing mother and father; (2) Drama is something one goes to see, which is organized as something to be seen; (3) It is an enacted fiction an art form based on mimetic action; (4) In arts, drama is the most elegant expression of thought nearest to the truth (reality); (5) It is the most concrete form in which art can recreate human situation, human relationship. Sedangkan menurut Liliana Russo Rastelli (2006:82) drama is written dialogue which involves a wide range of responses and gives stimuli for the development of speaking, listening and writing activities. Abrams (1967: 43) mengemukakan pengertian drama sebagai berikut:”Drama is the literary form designed for theater, where actors take the roles of the characters, perform the indicated action, and utler the written dialogue. In poetic drama the dialogue is written in verse, which in English is usually blank verse, almost all the heroic drama of the restoration period, howewer, were written in heroic couplets. Sementara itu, James H. Pickering (1997;1113) menyatakan bahwa:“Drama is the literary genre that encompasses all written plays and to the profession of writing, producing, and performing plays. In drama production, acting is essential factor.” Dari definisi-definisi ini dapat disimpulkan bahwa drama adalah cara untuk menciptakan atau mencipta ulang suatu situasi, suatu artikulasi realitas melalui pemeranan. Sedangkan Integrated Learning atau pembelajaran terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan. Integrated Learning menggabungkan bidang studi dengan cara menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling berhubungan di dalam beberapa bidang studi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan antar bidang studi. Menurut Hermawan dan Resmini (dalam Konsep Dasar dan Model-model Pembelajaran Terpadu. http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PDGK4205-M1.pdf)Pembelajaran terpadu adalah konsep yang merujuk pada pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa, sehingga siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman secara langsung dan dapat menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka paham. Sedangkan menurut Ithaca Integrative learning is the process of making connections among concepts and experiences so that information and skills can be applied to novel and complex issues or challenges. (2020: https://www.ithaca.edu/icc/what_is_it/). Sementara Collins dan Dixon (dalam http://sobarnasblog.blogspot.com/2009/04/model-pembelajaran-terpadu-di-sekolah.html) menyatakan tentang pembelajaran terpadu bahwa integrated learning occurs when an authentic event or exploration of a topic in the driving force in the curriculum. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya mahasiswa dapat ikut berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, mahasiswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama. Hal itu diperkuat oleh pendapat Rusli Lutan (dalam http://sobarnasblog.blogspot.com/2009/04/model-pembelajaran-terpadu-di-sekolah.html) yang menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran terpadu mencoba untuk menjadikan pembelajaran relevan dan bermakna, proses belajar mengajar lebih bersifat informal, melalui pendekatan ini aktivitas belajar anak meningkat.

Pembelajaran Drama di program studi Pendidikan Bahasa Inggris tetap memiliki kekhususan tersendiri yang berbeda dari pengajaran berbahasa karena pembelajaran drama melibatkan aktivitas kreativitas mahasiswa yang bersifat imajinatif. Karya sastra yang berupa drama dapat ditampilkan di hadapan pembaca, penonton atau pendengar. Di semester VI tahun ajaran 2019/2020 ini, dosen pengajar mata kuliah Drama menerapkan integrated learning dalam pembelajaran Drama. Pembelajaran drama dengan penerapan integrated learning ini sangat penting bagi mahasiswa karena dengan menggunakan metode ini mahasiswa mampu mengasah keempat ketrampilan berbahasanya dengan cara menuangkan ide atau gagasannya, khayalannya atau imajinasinya yang berdasarkan kehidupan nyata dalam bentuk tertulis dan kemudian mementaskannya dalam bentuk dialog berbahasa Inggris dan pada akhirnya menyebarluaskan hasil karyanya itu melalui media sosial YouTube. Melalui metode ini, proses latihan berbahasa Inggris dapat tercapai dan terlaksana

Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri, yaitu: holistik, bermakna, otentik, dan aktif (Depdiknas,1996: 3). Model pembelajaran terpadu yang menggambarkan unsur penting dalam pendekatan ini adalah kemampuan berbahasa secara menyeluruh. Kemampuan berbahasa tersebut meliputi keterampilan membaca, menulis, menyimak dan berbicara yang berkembang secara holistik, berbasis literatur dan disiplin ilmu. Kesemuanya itu dapat diterapkan dalam pembelajaran sastra khususnya Drama. Selain itu, Pembelajaran sastra khususnya Drama sendiri mempunyai peranan penting dalam membina kepribadian mahasiswa (Moody, 1979;11).yaitu: (1) sebagai sarana untuk pembelajaran keterampilan berbahasa; (2) sebagai sarana untuk memahami aspek kebudayaan suatu bangsa, (3) sebagai sarana pemahaman manusia beserta tingkah lakunya secara total; dan (4) untuk melatih kepekaan mendiferensiasikan sesuatu antara baik.buruk; benar/salah; boleh/tidak boleh; dan jujur/curang. Dengan penerapan integrated learning dalam proses belajar mengajar Drama pada mahasiswa semester VI program studi Pendidikan Bahasa Inggris maka mahasiswa akan lebih leluasa dalam mengasah empat ketrampilan berbahasa, mampu mengembangkan ide dan gagasan imajinasinya serta berpikir kreatif, aktif dan efektif, serta memudahkan mahasiswa dalam mencapai kompetensi yang ditargetkan yang mengarah pada life skill.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penerapan Integrated Learning dalam pembelajaran Drama berbasis digital untuk mahasiswa semester VI Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP Unisri Surakarta beserta kendala-kendala yang dihadapi dalam proses penerapan tersebut dalam pembelajaran Drama berbasis digital. Saat ini dibutuhkan sekali sarana pembelajaran terpadu dalam satu mata kuliah yaitu Drama yang tidak hanya memberikan pembelajaran secara teoritis tentang drama dan seni peran namun juga didalamnya terdapat pembelajaran untuk menguasai 4 ketrampilan berbahasa. Oleh karena itu, perlu diketahui lebih jauh secara mendalam tentang bagaimana penerapan Integrated Learning dalam pembelajaran Drama berbasis digital beserta kendala-kendalanya dan juga hasilnya yang berguna bagi mahasiswa maupun Prodi Pendidikan Bahasa Inggris ini dan sangat urgen untuk diketahui. Melalui studi kasus, penerapan Integrated Learning dalam pembelajaran Drama berbasis digital yang memasukkan unsur-unsur kearifan lokal dapat dimanfaatkan menjadi informasi deskriptif yang penting dalam pengembangan pembelajarn Drama yang berkelanjutan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian ini didasarkan dari data-data yang diperoleh melalui observasi, dokumentasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumen-dokumen pendukung lainnya. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan jenis penelitian adalah studi kasus. Yin (2003:13-14) mendefiniskan studi kasus sebagai an empirical inquiry that investigate contemporary phenomenon within its real-life context, especially when the boundaries between phenomenon and context are not clearly evident. Sedangkan Cresswell (2007:72) menyebutkan bahwa studi kasus merupakan a type of design in qualitative research or an object of study as well as a product of the inquiry. Sementara Rahardjo dan Gudnanto (2011:250) menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu metode untuk memahami individu yang dilakukan secara integratif dan komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang baik. Di dalam penelitian ini, jenis studi kasus yang hendak dipakai adalah Single Case Embedded Design (studi kasus tunggal terpancang) karena kasus dalam penelitian ini sudah ditentukan di satu tempat yaitu tentang penerapan Integrated Learning dalam pembelajaran Drama berbasis digital pada mahasiswa semester VI Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Slamet Riyadi Surakarta TA 2019/2020. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini:

DISKUSI

Penerapan pembelajaran terpadu atau integrated learning dalam proses belajar mengajar Drama pada mahasiswa semester VI di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Unisri sebenarnya telah berlangsung cukup lama. Biasanya, mahasiswa tidak hanya diberi tugas untuk membuat naskah drama dalam bahasa Inggris namun juga mementaskannya di atas panggung. Di era pandemi covid 19 ini, tidak memungkinkan untuk dilakukan pentas drama secara langsung seperti dahulu. Oleh sebab itu, dosen mata kuliah Drama meminta mereka untuk membuat naskah Drama, memainkan peran dalam naskah tersebut lalu mengunggah hasil permainan peran mereka ke media sosial YouTube dengan tujuan untuk menyebarluaskan hasil karya mereka agar ditonton oleh banyak orang serta media sosial Instagram untuk menarik para teman yang mengikuti mereka di Instagram untuk menonton permainan Drama mereka di YouTube.

Penerapan pembelajaran terpadu dalam mata kuliah Drama ini memadukan 4 (empat) ketrampilan berbahasa yaitu menulis, membaca, berbicara, dan mendengarkan. Secara tidak langsung, para mahasiswa melakukan 4 (empat) ketrampilan berbahasa tersebut pada saat mereka mengikuti perkuliahan ini. Pada tahap pertama pada penerapan pembelajaran terpadu, mereka diberi tugas untuk menulis naskah drama dalam bahasa Inggris (dalam hal ini ketrampilan menulis dalam bahasa Inggris diasah), setelah itu tahap kedua adalah membaca naskah drama tersebut setelah selesai ditulis (dalam hal ini ketrampilan membaca diperlukan). Pada tahap ini, mereka berkumpul dalam satu kelompok untuk saling membaca lakon cerita yang ada di dalam naskah tersebut dan bagaimana karakter peran yang mereka mainkan dan didengarkan (dalam hal ini ketrampilan mendengar diperlukan pula untuk mencermati dialog yang diucapkan oleh rekan mereka apakah pengucapan dan pelafalan serta intonasinya sudah sesuai atau tidak dengan lakon cerita) oleh rekan-rekan mereka dalam satu kelompok. Selanjutnya pada tahap berikutnya adalah memainkan peranan dengan berdialog bersama lawan main (dalam hal ini ketrampilan berbicara dalam bahasa Inggris sangat diperhatikan dan diasah dengan baik). Dalam kegiatan ini, ada 37 mahasiswa yang mengikuti perkuliahan Drama sebagai mata kuliah wajib yang harus mereka tempuh pada semester VI. Pada proses belajar mengajar Drama ini, dosen pengampu tidak langsung memberikan tugas kepada mahasiswa untuk membuat naskah Drama yang kemudian di pentaskan. Namun, terlebih dahulu dia memberikan teori-teori terkait Drama beserta karya-karya Drama Barat maupun Timur yang masterpiece. Menurut dosen pengampu, ada 3 aspek yang perlu dikuasai oleh mahasiswa pada perkuliahan Drama, merujuk pada pendapat Bloom, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Ketiganya harus seimbang sehingga mahasiswa dapat menguasai semuanya dengan baik.

Selanjutnya, pada tahap praktek mahasiswa memperoleh tugas untuk menulis naskah Drama sesuai dengan realita yang ada di sekitarnya atau realitas kehidupan sosial masyarakat namun cerita yang dikemas adalah cerita rekaan belaka. Ada dua tahap praktek menulis naskah yang harus mereka lakukan. Tahap yang pertama adalah sebelum dilaksanakan Ujian Tengah Semester, maka mereka memperoleh tugas untuk menulis naskah Drama monolog yang harus mereka mainkan sendiri dalam bahasa Inggris. Mereka dapat berimprovisasi dan berkreasi sesuai dengan daya imajinasi mereka. Kemudian mereka juga harus mengunggah permainan peran mereka dalam drama monolog hasil karya mereka tersebut melalui media sosial YouTube. Selanjutnya, tahap yang kedua adalah sebelum dilaksanakan Ujian Akhir Semester mereka diberi tugas menulis naskah drama dalam bahasa Inggris yang juga kemudian mereka mainkan dalam kelompok (terdiri dari 5 orang anggota dalam satu kelompok), lalu selanjutnya mengunggah hasil permainan mereka melalui media sosial YouTube dan Instagram. Kegiatan praktek ini menjadi salah satu tugas wajib yang harus diikuti oleh mahasiswa dengan tujuan tidak hanya melatih 4 ketrampilan berbahasa namun juga melatih mereka untuk dapat bekerjasama dalam tim, menyelesaikan tugas sesuai waktunya, mengembangkan kreativitas (dengan peran yang dimainkan mahasiswa dapt berfantasi), memupuk kepercayaan diri, sikap sosial, simpati dan empati antar sesama mahasiswa selama proses kegiatan menulis naskah sampai mengunggah hasil kerjanya. Pada pembahasan kali ini yang akan dibahas adalah kegiatan praktek drama secara berkelompok yang dilaksanakan sebelum Ujian Akhir Semester. Ada 7 (tujuh) kelompok yangmana tiap kelompok terdiri dari 5 sampai 6 orang anggota.

Di dalam penulisan naskah Drama ini diperlukan tema, situasi dan tokoh untuk menjalin plot. Ketiga hal tersebut dapat diambil dari peristiwa-peristiwa yang ada dalam realitas kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, sebelum menulis naskah Drama tersebut dosen meminta mereka untuk melakukan permenungan atau pengamatan sehingga memperoleh gambaran yang memanjang tentang kondisi sosial budaya masyarakat tertentu atau kondisi yang terjadi di lingkungan sekitarnya, khususnya yang tengah dihadapi masyarakat pada saat pandemi covid 19 ini. Selain itu, dosen menekankan juga bahwa didalam penulisan naskah drama mahasiswa harus selalu ingat tentang istilah M1, M2, M3, dan M4. M1 diartikan sebagai proses mengkhayal, M2 berarti menuliskan tentang apa yang dikhayalkan tersebut, M3 berarti memainkannya, dan M4 berarti menontonnya. Selanjutnya, hal yang perlu diperhatikan lagi adalah bagaimana mereka menuangkan gagasan-gagasan mereka yang dapat mencerminkan kondisi sosial tersebut melalui tulisan berupa dialog-dialog yang menarik dalam bahasa Inggris. Di dalam menyusun suatu dialog, sangat perlu ketelitian dan kejelian dalam memperhatikan pembicaraan serta tokoh-tokoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari, memperhatikan watak pemain baik fisik, psikis, maupun sosiologis. Hal-hal tersebut sangat ditekankan oleh dosen pengampu. Pelaku-pelaku atau tokoh-tokoh yang mereka ciptakan itu juga harus mewakili tipe-tipe manusia yang ada di masyarakat yang pastinya berselimut penderitaan, nasib, dan perkembangan jiwa. Sedangkan mengenai tema, hal tersebut sudah ditentukan oleh dosen pengampu yaitu tema tentang ‘Cinta’ secara universal yang disandingkan dengan ‘Covid 19’ yang tengah merebak di Indonesia. Para mahasiswa dapat mengembangkan tema tersebut menjadi lakon cerita yang menarik sesuai dengan kreatifitas mereka dan yang terpenting tidak mengandung unsur SARA. Sementara itu, situasi atau latar cerita yang perlu ditampilkan dalam pembuatan naskah drama ini adalah situasi masa kini yang serba digital dan dibalut dengan unsur-unsur budaya lokal atau bermuatan kearifan lokal. Hal-hal tersebutlah yang nantinya dapat membangun plot atau alur cerita lebih baik. Yang paling penting juga, mereka harus mampu menggunakan ragam bahasa lisan yang memiliki sifat komunikatif seperti bahasa sehari-hari karena drama adalah tiruan dari kehidupan nyata atau the mirror of life.

Naskah drama yang sudah ditulis oleh salah satu anggota dalam kelompok (biasanya anggota tersebut menawarkan diri sendiri secara sukarela sebagai sutradara sekaligus penulis naskah) tersebut perlu dibaca oleh semua anggota kelompok. Apabila semua anggota sudah menyetujui hasil penulisan naskah itu, maka langkah selanjutnya adalah berlatih. Tapi apabila ada masukan terkait dengan isi cerita maka naskah cerita tersebut perlu ditambah atau dikurangi terlebih dahulu atau didiskusikan kembali dalam kelompok. Penulis naskah dapat mengungkapkan alasannya membuat atau membangun alur cerita yang ditulisnya itu kepada para anggota sampai terjadi kesamaan pandangan dalam kelompok.

Penerapan pembelajaran terpadu tahap pertama telah dilakukan oleh mahasiswa dalam bentuk penulisan lakon drama dalam bahasa Inggris (ketrampilan menulis). Selanjutnya, setelah terjadi kesamaan pandangan diantara anggota kelompok tentang lakon cerita dalam naskah drama tersebut, maka mereka mulai berlatih. Mereka berlatih membaca lakon drama tersebut dengan duduk melingkar bersama dalam satu kelompok. Mereka membaca naskah drama sesuai dengan peran mereka masing-masing. Salah satu dari rekan mereka di luar kelompok membantu menjadi narator saat mereka membaca dialog. Pada tahap ini, mereka mengasah ketrampilan membaca mereka dengan membaca dialog pada naskah drama tersebu disertai artikulasi, gestikulasi, intonasi dan warna suara. Apabila ada dialog yang tidak sesuai pengucapannya, maka diulang kembali. Kegiatan membaca naskah ini diulang berkali-kali hingga terbentuk dialog yang baik dan lancar. Pada kegiatan membaca ini, anggota kelompok lain dapat ikut menyaksikan dan mendengarkan kegiatan membaca naskah drama ini. Dosen pengampu juga turut serta mendengar mereka melakukan kegiatan membaca itu. Setelah mendengar, dosen memberi masukan atau bahkan memberi tepuk tangan apabila kegiatan tersebut dirasa sudah sempurna. Selanjutnya, kegiatan membaca tersebut dibarengi dengan latihan gerak yakin (merujuk pada pendapat Rendra). Dengan adanya gerak yakin maka dapat memberikan efek gambaran-gambaran yang lebih kongkret dihadapan penonton. Setelah latihan gerak yakin, para mahasiswa juga berlatih blocking atau pengelompokan pemain. Disini, mereka belajar mengontrol kedudukan tubuh pada saat bermain peran di atas pentas (karena adanya pandemi, maka hal tersebut tetap diperlukan pada saat mereka bermain peran di depan kamera).

Selanjutnya, setelah latihan-latihan dirasa sudah cukup maka mereka mempersiapkan berbagai keperluan yang dibutuhkan untuk proses syuting. Seperti jasa syuting mana yang hendak dimintai bantuan, lokasi tempat syuting yang bernuansa kearifan lokal, tata rias, kostum, tata suara dan ilustrasi musik, dan lain-lain. Apabila semua sudah siap sesuai dengan arahan dosen pengampu, maka selanjutnya mereka mulai melakukan syuting di lokasi yang sudah ditentukan dengan menggunakan jasa syuting yang juga sudah disepakati. Pada kegiatan ini, ketrampilan berbicara memegang peranan penting. Latihan yang mereka lakukan sebelumnya sangat menentukan dalam kegiatan syuting yang melibatkan ketrampilan berbicara ini. Durasi yang ditentukan pada pembuatan drama pendek ini adalah 15 menit. Sejauh ini, kegiatan syuting tersebut berjalan dengan baik dan lancar walaupun tentunya adapula adegan-adegan yang diulang karena dialognya kurang sesuai dengan pelafalan bahasa Inggris. Berikut link YouTube yang memuat hasil karya mereka:

  1. Kelompok 1: https://youtu.be/ElxUsyVvVvk (Judul ‘True Love between COVID-19’)
  2. Kelompok 2: https://youtu.be/GzIBAA0y8Ow (Judul ‘Love in Pandemic’)
  3. Kelompok 3: https://youtu.be/7Vv3NwmFjZs (Judul ‘Gone’)
  4. Kelompok 4: https://youtu.be/hJjsbxz7Jz8 (Judul ‘Love or Die’)
  5. Kelompok 5: https://youtu.be/uIZ6LX1mCMM (Judul ‘Breaking the Line’)
  6. Kelompok 6: https://youtu.be/hsZcScH0Ov8 (Judul ‘The Lies of Love’)
  7. Kelompok 7: https://www.youtube.com/watch?v=Fxg4PzlV1jA (Judul ‘Eat, Love and Hope’)

Penerapan pembelajaran terpadu dalam proses belajar mengajar drama ini berjalan dengan baik dan lancar dengan bimbingan dan panduan dari dosen pengampu mata kuliah drama. Empat ketrampilan berbahasa dapat dilaksanakan dengan baik dan para mahasiswa juga dapat menyelesaikan tugas mereka juga dengan sangat baik. Proses pembelajaran drama secara terpadu dan berbasis digital (karena diunggah di YouTube) sangat besar manfaatnya. Selain meningkatkan empat ketrampilan berbahasa secara bersamaan, namun juga mahasiswa dapat mengembangkan kreatifitasnya, memupuk kerjasama antar mahasiswa, menumbuhkan bakat mahasiswa dalam seni drama, memupuk rasa percaya diri dan mengembangkan rasa simpati serta empati. Penerapan pembelajar terpadu pada mata kuliah drama ini sangat tepat dilaksanakan dan memberikan hasil yang bagus untuk peningkatan empat ketrampilan berbahasa mahasiswa sendiri.

KESIMPULAN

Mengajarkan drama adalah mengajarkan apresiasi teori dan praktek pementasan drama. Namun dalam hal ini, sehubungan dengan adanya pandemi covid 19 yang terjadi di Indonesia maka pementasan drama di atas panggung tersebut dirubah menjadi permainan peran dengan cara syuting dan diunggah melalui media sosial YouTube dan Instagram. Dua media sosial ini sangat penting peranannya di tengah-tengah kondisi sosial saat ini. Di dalam praktek pementasan ini, dosen pengampu menerapkan pembelajaran terpadu dimana empat ketrampilan berbahasa berperan bersamaan dalam proses pembelajaran. Mahasiswa terlibat aktif sebagai penulis naskah drama, pemain yang menghayati lakon cerita, merasakannya, melakukannya, dan menghidupkan peran yang dibawakan. Mereka tidak lagi mempelajari tentang drama namun sudah terlibat didalamnya sebagai pencipta karya sastra modern dalam bentuk tulisannya maupun pementasannya (dalam hal ini syuting). Hasil penelitian tentang penerapan pembelajaran terpadu pada mata kuliah drama ini dilaksanakan secara baik karena mahasiswa mampu mempraktekannya secara efektif pula. Dosen pengampu sebagai fasilitator juga dengan sangat baik membimbing mahasiswa untuk mampu memahami perannya sebagai mahasiswa yang kreatif dalam menghasilkan karya seni khususnya menulis naskah drama dalam bahasa Inggris, berlatih, dan kemudian memainkannya. Penerapan pembelajaran terpadu pada mata kuliah drama ini kiranya dapat juga diikuti oleh dosen-dosen lain sehingga setiap teori drama dapat disertai dengan pementasan di atas panggung atau bermain peran di depan kamera yang kemudian diunggah ke media sosial YouTube dan Instagram. Dengan demikian, mahasiswa akan lebih mengalami keterlibatan fisik mental dengan materi pembelajaran teori drama dan penerapan pembelajaran terpadu dalam praktek pementasan.

DAFTAR PUSTAKA

Barnet, Silvan et al. 1963. An Introduction to Literature. Boston: Little Brown Comp.

Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd dan.Dra. Novi Resmini, M.Pd. Konsep Dasar dan Model-model Pembelajaran Terpadu. Diunduh dari http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PDGK4205-M1.pdf

Holil, Anwar. 2008. Pembelajaran Terpadu. Diunduh dari http:// anwarholil. blogspot. com/2008/04/pengertian-pembelajaran-terpadu. html

Harymawan, R.M.A. 1988. Dramaturgi. Bandung: CV. Rosda.

Herman.J. Waluyo. 2009. Pengkajian Drama. Surakarta: Program Pascasarjana UNS.

Ithaca College. 2020. What is Integrated Learning? Diunduh dari https://www.ithaca.edu/icc/what_is_it/

Iwuchukwu, Onyeka. 2008. Elements of Drama. Lagos: National Open University of Nigeria. Diunduh dari www.nou.edu.ng.

Miles, M. and Huberman, B. 1984. Qualitative Data Analysis. Beverly Hills: Sage.

Pickering, James.H. and Jeffrey D. Hoeper. 1997. Literature. New Jersey: Prentice Hall.

Rastelli, Liliana Russo. 2006. Drama in Language Learning. Encuentro Journal: Journal Research and Innovation in The Language Classroom Vol.16, 2006. Diunduh dari www.encuentrojournal.org

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: CV. Alfabeta.

Sobarnas. 2009. Pembelajaran Terpadu di Sekolah. Diunduh dari http://sobarnasblog.blogspot.com/2009/04/model-pembelajaran-terpadu-di-sekolah.html.