PENERAPAN KECERDASAN MAJEMUK

DALAM LIMA PEMBELAJARAN WAJIB DI SEKOLAH DASAR

 

Renita Eka Murti

PGSD-FKIP, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

 

ABSTRACT

Kecerdasan yang dimiliki setiap siswa tentunya berbeda-beda, cara mereka menangkap pembelajaran dan ketertarikan merekapun juga berbeda. Sering kali di negara ini mengukur kecerdasan yang dimiliki seorang anak dengan penilaian matematika atau penguasaan dalam bahasa. Maka dari itu perlu diubah cara pandang melihat kecerdasan anak menjadi Kecerdasan Majemuk. Hal ini bertujuan untuk membatu siswa yang memiliki potensi dalam dirinya dapat berkembang dengan maksimal dan harapan ke depan dengan adanya pembelajaran bervariasi seusai kecerdasan yang dimiliki setiap anak akan mempengaruhi hasil belajarnya. Pembelajaran dengan konsep Kecerdasan Majemuk dapagt di terapkan dalam kelima mata pelajaran wajib di sekolah dasar baik di kelas rendah ataupun di kelas tinggi.

Kata Kunci:    Kecerdasan Majemuk, Pembelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Matematika, PKn, Penerapan Kecerdasan Majemuk dalam Pembelajaran.

 

Pendahuluan

Pendidikan seringkali diartikan sebagai proses memanusiakan manusia atau usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan masa depan yang lebih baik demi keberlangsungan hidup dalam bermasyarakat. Pendidikan menuntut supaya setiap orang dapat mengembangkan seluruh aspek yang dimiliki secara utuh dan salah satunya adalah aspek kecerdasan. Kecerdasan yang dimiliki setiap orang berbeda-beda, cara orang melihat dunia yang ada di sekitarnya juga berbeda, mereka memiliki cara pandang sendiri untuk melihat kejadian-kejadian yang ada di sekitarnya. Dalam proses pendidikan seorang siswa yang aktif akan mengembangkan potensi dalam diri mereka dan penghayatan nilai-nilai yang akan menjadi kepribadian mereka dalam berhaul di masyarakat.

Kenyataan yang masih berlaku sampai sekarang di dalam dunia pendidikan atau sekolah masih menempatkan IQ (Intlligence Quantient) sebagai satu-satunya kecerdasan yang dimiliki seorang siswa. Pengukuran dalam kecerdasan hanya menonjolkan salah satu kemampuan otak manusia yang indikatornya ditunjukkan hanya dengan keberhasilan seseorang meraih nilai 8, 9, 10 atau bersifat kuantitatif atau penggunaan predikat A ang bersifat kualitaif dari setiap subjek pembelajaran (Kwartolo, 2012). Pola pemikiran seperti ini kurang tepat jika diterapkan dalam era globalisasi sekarang ini,pendidikan selama ini masih dan hanya menekankan kemampuan logika-matematiaka dan bahasa. Masih banyak orang tua beranggapan jika seorang anak memiliki nilai yang tinggi dalam belajar maka anak tersebut dianggap sebagai anak yang cerdas atau jika hasil tes IQ seorang anak tinggi maka anak itu juga dapat disebut sebagai anak yang cerdas. Padahal setiap siswa memiliki caranya sendiri untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya tidak hanya berdasarkan skor atau nilai yang diperolehnya ketika tes IQ.

Menurut (Susanto, 2004) kecerdasan merupakan kemampuan yang dimilki seseorang untuk melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain. Perlu adanya perubahan atau merevisi sistem pendidikan nasional karena meneyebabkan kecenderungan untuk tidak menghargai potensi dalam diri seorang siswa. Hal ini serupa seperti yang diungkapkan oleh Seto Mulyadi (2003) bahwa suatu kekeliruan besar jika setiap kenaikan kelas, prestasi anak didik hanya diukur dari kemampuan matematika dan bahasa. Seharusnya dunia pendidikan atau sekolah menggunakan Kecerdasan Majemuk sebagi dasar untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan yang dimiliki oleh siswa di sekolah dasar secara menyeluruh dan maksimal, karena setiap siswa dilahirkan cerdas dengan membawa potensinya masing-masing dengan keunikannya sendiri.

Konsep Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) diperkenalkan oleh Howard Gardner pada tahun 1983. Gardner mengelompokkan kemampuan-kemampuan siswa dalam delapan kategori kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, logis-matematis, spasial, kinestik, musikal, intrapersonal, interpersonal dan naturalis. Pandangan ini ketika diterapkan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar dapat menciptakan pembelajaran yang inovatif, efektif dan menyenangkan sehingga pembelajaran yang seperti ini dapat memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh siswa, segingga konsep Kecerdasan Majemuk dapat mengubah suasanya pembelajaran di kelas, yang mulanya menakutkan menjadi menyenangkan dan dapat meningkatkan aktivitas siswa. Selain hal itu konsep ini juga dapat membantu guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan gaya belajar masing-masing siswa berdasarkan kecerdasan yang dimiliki serta kecerdasan yang akan dikembangkan. Penerapan Kecerdasan Majemuk di sekolah dasar dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan dianggap sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak termasuk dari cara belajar dengan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap anak.

Kajian pustaka

Kecerdasan majemuk

Kecerdasan majemuk adalah teori yang dicetuskan oleh Howard Gardner untuk menunjukan bahwa pada dasarnya setiap individu memiliki banyak kecerdasan. Gardner tidak memandang “kecerdasan” manusia brdasarkan skor tes standar semata, namun Gardner menjelaskan kecerdasan sebagai berikut, kecerdasaan adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupannya., kemampuan untuk menghasilkan hal-hal baru untuk diselesaikan dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam buyada seseorang.

Teori ini juga bisa menjadi sebuah bantahan atas diskriminasi terhadap kategori “orang cerdas”. Gardner memetakan lingkup kemampuan manusia yang luas menjadi delapan ketegori yang komperhensif atau “kecerdasan dasar”. Teori tersebut didasakan pada pemikiran bahwa kemampuan intelektual tidak hanya diukur oleh kemampuan matematika dan bahas saja, akan tetapi dilihat dari beberapa kecerdasan yang lain. Berikut kecerdasan manusia menurut Howard Gardner:

1)    Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence) adalah kemampuan berpikir untuk membentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks. Beberapa pekerjaan yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi adalah seorang penyair, jurnalistik, pembicara, dan penyiar berita.

2)    Kecerdasan logika-matematika (Logical-mathematical intelligence) adalah kemampuan dalam, mengukur, menghitung, dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematis. Pekerjaan-pekerjaan yang menunjukan orang-orang yang memiliki kecerdasan logikal-matematia yang kuat seperti ilmuwan, ahli matematika, akuntan, insinyur, dan pemogram komputer.

3)    Kecerdasan spasial (Spatial intelligence) kecerdasan ini mampu membangkitkan kapasitas untuk berpikir dalam cara tiga dimensi seperti yang dapat dilakukan oleh pelaut, pilot, pemahat, pelukis, dan arsitek. Kecerdasan ini memungkinkan seseorang untuk merasakan bayangan eksternal dan internal, melukiskan kembali, merubah, atau memodifikasi bayangan, mengemudikan diri sendiri dan objek melalui ruangan dan menghasiltan atau menguraikan informasi grafik.

4)    Kecerdasan musikal (Musical intelligence) adalah kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk suara, kecerdasa ini jelas pada seseorang yang memiliki sensitivitas pada pola titinada, melodi, ritme, dan nada. Beberapa orang yang memiliki kecerdasan ini antara lain komposer, konduktor, musisi, kritikus, dan pembuat alat musik.

5)    Kecerdasan kinestetik-badani (Bodily-kinesthetic intelligence) adalah kemampuan mengguanakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan atau perasaan. Kecerdasan ini memungkinkan seseorang untuk menggerakkan objek dan ketrampilan fisik halus, kemampuan ini jelas kelihatan pada seororang atlit, penari, dan seniman yang mempunyai ketrampilan teknik.

6)    Kecerdasan interpersonal (Interpersonal intelligence) adalah kemampuan untuk mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang lain. Hal ini terlihat pada guru, pekerja sosial, artis atau politisi.

7)    Kecerdasan intrapernonal (Intrapersonal intelligence) adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan menggunakan pengetahuan semacam ini untuk merencanakan dan mengarahkan kehidupan seseorang. Beberapa orang yang memiliki kemampuan ini adalah ahli ilmu agama, ahli psikologi, dan ahli filsafat.

8)    Kecerdasan naturalis (Nature intelligence) adalah kempuan untuk mengerti alam lingkungan dengan baik, dapat membuat ditingsi konsekuensional lain dalam alam natural, memahami dan menikmati alam, dan menggunakan kemampuan ini secara prosuktif. Beberapa orang yang memiliki kecerdasan ini adalah seorang pawang binatang, orang yang bisa melihat kondisi alam yang mempengaruhi cuaca.

Kedelapan kecerdasan majemuk yang sudah dijelaskn di atas menunjukan bahwa setiap anak memiliki semua kecerasan tetapi kadarnya berbeda-beda, dan setiap anak mempunyai maximal enam kecerdasan yang menonjol dala diri mereka dan semua kecerdasan dapat bekerja sama dalam satu kesatuan utuh dan terpadu. Maksud dari konsep kecerdasan majemuk dalam artikel ini adalah bagaimana penerapan kecerdasan majemuk dalam proses pembelajan. Sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya dan kecerdasan yang akan dikembangkan. Misalnya kecerdasan naturualis yang akan dikembangkan maka proses pembelajarannya dengan cara mengajak siswa untuk belajar mengamati lingkungan sekitar sekolah atau dengan mengenal hewan yang dipelihara oleh siswa, dan kecerdasan lainnya menyesusaikan.

Pembelajaran Pokok di Sekolah Dasar

Mata pembelajaran yang diajarkan di sekolah dasar bukan terdiri dati IPA, IPS, Bahasa Indonesia, PKn, Matematika, Seni budaya, Olahraga, Agama dan Bahasa Daerah. Tetapi yang menjadi pokok atau pembelajaran yang wajib yang lebih banyak jam pembelajaran dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya adalah IPA, IPS, Bahasa Indonesia, PKn, dan Matematika. Berikut ini tujuan dari kelima mata pelajaran pokok di sekolah dasar:

1.     Menurut Ahmad Susanto, tujuan dari mata pelajaran IPS adalah untuk memeahami dan mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, ketrampilan sosial, kewaarganegaraan, fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi serta mampu merefleksikan dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. (Susanto, 2014:2)

2.     Menurut Depdiknas , tujuan pembelajaran Matematika adalah untuk membekali peserta didik dalam kemamampuan berpikir logis, analitis, sistematis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. (Depdiknas, 2006).

3.     Tujuan pendidikan mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa SD (Depdiknas, 2006:3), yaitu (1) berkomunikasai secara efektif dan efisien, (2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (3) menggunakan bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, (4)menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial, (5) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

4.     Menurut Wayan Wijayan dkk, tujuan ppembelajaran IPA adalah, agar siswa mampu mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. (Wijayan dkk, 2015:2)

5.     Menurut Udin S. winantaputra dan Sapriya, tujuan pembelajaran PKn adalah utntuk membangun karakter masyarakat bangsa dan warga negara Indonesia yang demokratis, religius, beradab, bersatu, dan berkeadilan sosial. (Winataputra dan Sapriya, 2014:1.2)

Kelima mata pelajaran diatas menjadi mata pelajaran yang wajib di sekolah dasar karena berkaitan dengan kehidupan sehari-hari manusia. Dengan belajar mengenai kelima pelajaran tersebut sejak dini akan menjadikan pribadi lepas pribadi setiap siswa bertumbuh denga baik dan seimbang, dan untuk membekali mereka di masa yang akan datang.

MODEL PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis meta analisis data. Pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri google cendekia. Kata kunci yang digunakan dalam penelusuran ini adalah kecerdasan majemuk, pembelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia, Matematika, dan PKn di sekolah dasar, penerapan kecerdasan majemuk dalam pembelajaran di sekolah dasar. Dari hasil penelusuran diperoleh tiga belas artikel dan diambil sembilan artikel yang relevan yang sudah diterbitkan di jurnal online dan satu buku yang relevan yang ditebitkan. Dasar pengambilan artikel tersebut adalah adanya data penerapan kecerdasan majemuk dalam pembejaran wajib di sekolah dasar. Analisis data yang digunakan berupa deskriptif kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang diikutkan dalam penelitian meta analisis adalah:

1.     Implementasi Multiple Intelligence dalam Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar oleh Fina Fakriyah.

2.     Sekolahnya Manusia (Sekolah Berbasis Multiple Intelligence di Indonesia oleh Munif Chatib.

3.     Pengaruh Media Pembelajaran dan Kecerdasan Logis Matematis Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa oleh Dwi Safitri Mujiani.

4.     Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) oleh Almira Amir.

5.     Penerapan Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence Pada Siswa Kelas V di SD Juara Godokusuman Yogyakarta oleh Mila Dwi Candra.

6.     Kecerdasaan Majemuk Pada Anak oleh Kadek Suarca, Seotjiningsih, IGA. Endah Ardjana

7.     Konsep Pembelajaran Multiple Intelligence dalam Pendidikan IPS di Sekolah Dasar oleh Tri Sukitman.

8.     Pembelajaran IPS Berbasis Kecerdasan Intrapersonal, Interpersonal dan Eksistensial oleh Deddy Wahyudi.

9.     Analisis Pelaksanaan pembelajaran Tematik Berorientasi Multiple Intelligence di Kelas Awal SD Muhammadiyah 9 Malang oleh Delora Jantung Amelia.

10.  Merancang Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence; Upaya Memahami Keberagaman Kecerdasan Anak oleh Ahmah Nurkhin dan Muhammad Wahyudi.

Data yang dipakai dalam penelitian ini hanya memacu pada ke-delapan kecerdasan yang dikemukakan oleh Howard Gardner, yang diambil intisari dari data yang terkumpul kemudian di analisis secara deskriptis kualitatif. Hasil analisis penerapan kecerdasan majemuk atau multiple intelligence dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Kecerdasan

Matematika

IPA

IPS

Bahas Indonesia

PKn

Linguistik

Membaca dan menyebutkan banyak benda

Membicarakan bagian-bagian anggota tubuh

Menceritakan alamat tempat tinggal dan alamat sekolah

Menulis dan menyebutkan data diri keluarga dengan kalimat sederhana

Menyebutkan perbedaan jenis kelamin

Logika-Matematika

Menghitung banyak benda yang ada di sekitnya

Melakukan sebuah percobaan membuat bel listrik

Eksplorasi pikiran melalui diskusi tentang Kemerdekaan Indonesia.

Bercerita dengan menyebutkan jumlah anggota keluarga yang ada di rumah setiap anak.

Menyebutkan sisapa saja yang tinggal di rumah.

Spasial

Membuat kota/gambar dengan hanya menggunakan persegi, segtiga, dan lingkaran.

Menonton video animasi tentang sistem kehidupan tumbuhan.

Bermain drama

Bermain peran

Menggambar burung garuda dilengkap dengan kelima sila.

Musikal

Menunjukan video yang menjelaskan hubungan matematika dengan musik.

Mengajak siswa bernyanyi tentang bagian anggota tubuh

Menyanyikan lagu kebangsaan dan lagu daerah

Bernyanyi dengan lirik mengenal huruf.

Bernyanyi dengan lirik anggota keluarga.

Kinestetik-Badani

Guru berdiri menyerupai bilangan dengan badan. Suruhlah siswa mendekati bilangan dengan badan mereka dan mintalah untuk menyentuhnya.

Mealakukan gerakan fisik , seperti berjalan saat melakukan observasi

Bercerita dan bermain peran tentang sumpah pemuda.

Mengajak siswa berjalan keluar kelas dan berkeliling sekolah, kemudian meminta anak untuk menceritaka hal-hal yang menarik untuk diceritakan.

Bercerita dan bermain peran tentang anggota keluarga.

Interpersonal

Memulai tutorial (bimbingan) lintas usia dengan kelas lain.

                             

Berdiskusi dengan teman dan mengajari teman yang belum memahami materi pelajaran.

Bekerja sama melalui kelompok, memberi kesempatan kepada siswa dalam mengamatai dan memberi masukan.

Menceritakan materi pelajaran kepada teman-temannya dengan gaya bahasanya sendiri.

Presentasi hasil kerja diskusi.

Intrapernonal

Melakukan refleksi kemajuan mereka dalam matematika.

Menilai karyanya sendiri dalam membuat model pembelajaran sederhana.

Menganalisis terhadap masalah-masalah kontroversial yang dihadapinya.

Menulis refleksi kemajuan mereka dalam berbahasa.

Merefleksi hasil presentasinya sendiri.

Naturalis

Menghitung dan membandingkan jumlah tumbuhan yang ada di taman sekolah.

Guru bercerita tentang alam dengan media yang langsung tersedia di alam.

Menceritakan kegiatan yang dlakukan oleh laki-laki dan perempuan berkaitan dengan lingkungan sekolah dan lingkungan rumah.

Menceritakan pengalaman siswa ketika belajar di luar kelas.

Menceritakan kondisi lingkungan di rumah dan apa saja yang ditemui ketika berjalan menuju sekolah.

 

Dalam tabel tersebut membuktikan bahwa kecerdasan majemuk dapat diterapkan di semua kelas baik kelas rendah maupun kelas tinggi. Pembelajaran ini membantu guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap peserta didik.

Simpulan

Setiap anak memiliki karakter yang berbeda, dengan adanya penerapan konsep Kecerdasan Majemuk ini akan membantu mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki setiap siswa dengan upaya menumbuhkan hasil belajar yang lebih baik dan dapat membuktikan kepada dunia bahwa anak di bidang selain bahasa dan matematikapun dapat memiliki prestasi yang baik. Dengan upaya menerapkan kecerdasan lingustik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalis. Guru dapat menerapan konsep ini dengan memulai membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran yang mendukung dan di bantu dengan media yang medukung juga tidak lupa untuk memodifikasi setiap pembelajaran supaya menarik dan tidak membosankan jika memerlukan umpan balik dari siswa.

Daftar pustaka

Amelia, D. J. (2017). Analisis Pelaksanaan pembelajaran Tematik Berorientasi Multiple Intelligence di Kelas Awal SD Muhammadiyah 9 Malang. Jurnal Pendidikan Dasar Nusantara, 26.

Amir, A. (2013). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence). Logaritma, 10.

Campbell, L. (2002). Multiple Intelligence: Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan. Depok: Inisiasi Press.

Candra, M. D. (2015). Penerapan Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence Pada Siswa Kelas V di SD Juara Godokusuman Yogyakar. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 11.

Chatib, M. (2009). Sekolahnya Manusia (Sekolah Berbasis Multiple Intelligence di Indonesia). Jakarta: Kaifa.

Effendi, L. A. (2012). Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing Meningkatkan Kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian Pendidikan, 2.

Fakhriya, F. (2013). Implementasi Multiple Intelligence dalam Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar. PROSIDING Seminar Nasional, 114.

Mujiani, D. S. (2016). 3. Pengaruh Media Pembelajaran dan Kecerdasan Logis Matematis Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Jurnal Pendidikan dasar, 201.

Nurdiyanti, E. (2010). Pembelajaran Literasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Paedagogia, 2-3.

Nurkhin, A. (2008). Merancang Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence; Upaya Memahami Keberagaman Kecerdasan Anak. Lembaran Ilmu Kependidikan, 147.

Rozi, N. (t.thn.). Peningkatan Kecerdasan Logika Matematika Anak Melalui permainan berhitung Menggunakan Papan Telur di TK Aisyiyah 7 Duri. Jurnal Pesona PAUD, 3.

Suarca, K. (2005). Kecerdasan Majemuk Pada Anak. Sari Pediatri, 87-88.

Sukitman, T. (t.thn.). Konsep Pembelajaran Multiple Intelligence dalam Pendidikan IPS di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Fakultas Keguaruan dan Ilmu Pendidikan ISSN: 1410-8771, 10.

Sulaiman, U. (2015). Mengidentifikasi Kecerdasan Anak. AR-RIYAWAH, 230-234.

Susanta, S. F. (2016). Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences dan Dampaknya Terhadap Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas III SD Islam Al-Azhar 38 Bantul. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 17-22.

Susanto, A. (2014). Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.

Wahyudi, D. (2011). Pembelajaran IPS Berbasis Kecerdasan Intrapersonal, Interpersonal dan Eksistensial. ISSN 1412-565X, 10.

Wati, U. A. (2008). Model Pembelajaran Terpadu Bebrbasis Kecerdasan Majemuk di Sekolah Dasar. Majalah Ilmiah Pembelajaran, 193-194.

Wijayan, W. (205). Pengaruh Model Pembelajran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau Dari Minat Siswa Terhadap Pelajaran IPA pada Siswa SD Gugus IV Kecamatan Manggis. e-jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganedha Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar, 2.

Winataputra, U. S. (2014). Paradigma Baru PKn di SD/MI. Jurnal Repository, 1.2.