PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING GUNA MEMPERBAIKI PEMBELAJARAN IPS TENTANG MENELADANI PATRIOTISME

DAN KEPAHLAWANAN PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 1 SDN 5 JIKEN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Sulastri

Tenaga pengajar kelas IV SDN 5 Jiken

Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora

ABSTRAK

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang memadukan secara interdisiplin konsep konsep ilmu sosial dan kemanusiaan (humaniora) dengan tujuan memberikan pendidikan kewarganegaraan. Pada penelitian ini akan digunakan metode cooperative learning guna memperbaiki pembelajaran IPS siswa kelas IV semester 1 SDN 5 Jiken tahun pelajaran 2011/2012.

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Jiken 5 Kecamatan Jiken Kabupaten Blora pada bulan September sampai Oktober 2011. Untuk mendapatkan data yang diinginkan digunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu teknik tes, observasi dan dokumentasi. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisa dengan menggunakan teknik trianggulasi. Tujuan penelitian dikatakan telah tercapai jika telah memenuhi kriteria kinerja yang telah di tetapkan yaitu KKM > 75 dengan ketuntasan mencapai 70%.

Pada akhir perbaikan pembelajaran terjadi kenaikan nilai rata-rata siswa pada setiap siklusnya dimana pada siklus akhir (siklus II) nilai rata-rata siswa mencapai 78 dengan ketuntasan sebesar 70% atau 7 siswa. Saran dari penelitian ini adalah 1) bagi guru hendaknya mampu menggunakan metode mengajar dengan baik dan menjadi motivator sekaligus fasilitator bagi siswa, 2) bagi siswa hendaknya dapat beradaptasi dengan metode baru yang diterapkan oleh guru.

Kata Kunci: Hakekat IPS, Cooperative Learning, dan Keaktifan.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha dasar terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karakterstik peserta didik. Namun, sebagai bagian dari proses pendidikan pembelajaran IPS secara terus menerus perlu di kembangkan. Dalam pengembangan itu terdapat dua aspek penting yaitu membelajarkan siswa bagaimana belajar dan membelajarkan siswa bagaimana berfikir (Dryde, dkk, 2004). Upaya lain untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia adalah dengan cara melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran, maka perlu di adakannya upaya perbaikan dalam proses pembelajaran seiring dengan perkembangan jaman yang menuntut siswa untuk berwawasan lebih luas. Perbaikan pembelajaran dapat dilakukan dari segi sarana, fasilitas dan sampai kurikulum. Karena kurikulum merupakan bagian dari suatu sistem pendidikan nasional yang merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan pendidikan nasional, maka perubahan kurikulum pada umumnya menurut perubahan landasan program dan garis-garis dari pengajaran.

Namun pada kenyataannya masih banyak permasalahan yang muncul di SDN Jiken 5 diantaranya adalah: pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa cenderung pasif dan hanya menerima materi dari guru sehingga proses belajar mengajar tidak hidup (monoton), guru/peneliti masih jarang menggunakan metode cooperative learning, nilai rata-rata siswa yang masih dibawah KKM (75) dimana pada pra siklus nilai rata-rata siswa hanya mencapai 63 dengan ketuntasan 20% (2 orang).

Dari permasalahan yang dijelaskan di atas, maka dibutuhkan tindakan yang mampu menjadi jalan keluarnya. Salah satu solusinya adalah penggunaan metode yang tepat, yaitu metode yang mampu membuat seluruh siswa terlibat dalam suasana pembelajaran. Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam membelajarkan siswa. Oleh karena itu, peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh seorang guru guna menjawab dari permasalahan-permasalan pembelajaran tersebut serta untuk lebih mengaktifkan pembelajaran di kelas adalah dengan menerapkan cooperative learning atau pembelajaran kooperatif.

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan diats maka peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Metode Cooperative Learning Guna Memperbaiki Pembelajaran IPS Tentang Meneladani Patriotisme Dan Kepahlawanan Pada Siswa Kelas IV Semester 1 SDN 5 Jiken Tahun Pelajaran 2011/2012”

Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pelaksanaan metode Cooperative Learning dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV semester 1 SDN 5 Jiken Tahun Pelajaran 2011/2012?

2. Apakah metode Cooperative Learning dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan nilai rata-rata siswa kelas IV semester 1 SDN 5 Jiken Tahun Pelajaran 2011/2012?

Tujuan Penelitian

a. Memperbaiki pembelajaran IPS tentang meneladani patriotisme dan kepahlawanan dengan metode Cooperative Learning.

b. Meningkatkan keaktifan dan kerjasama siswa kelas IV semester 1 SDN 5 Jiken Tahun Pelajaran 2011/2012.

c. Memperbaiki nilai rata-rata siswa kelas IV semester 1 SDN 5 Jiken Tahun Pelajaran 2011/2012

Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS, memperbaiki nilai rata-rata siswa dalam pembelajaran IPS, membiasakan siswa untuk bekerjasama dalam diskusi kelompok.

2. Bagi Guru

Sebagai referensi bagi guru dalam meningkatkan pembelajaran IPS melalui metode pembelajaran Cooperative Learning, m eningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran.

3. Bagi sekolah

Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS dengan model pembelajaran kooperatif yaitu dengan metode Cooperative Learning, memberi sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran IPS di sekolah

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Kajian teori

1. Hakekat IPS

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial untuk tingkat sekolah dasar dapat diartikan sebagai: Pendidikan IPS yang menekankan pada tumbuhnya nilai-nilai kewarganegaraan, moral ideologi negara dan agama.

Bidang ajar IPS mempunyai tujuan yaitu membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan kelak di masyarakat, membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, manganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

Pembelajaran IPS pada masa sekarang memiliki ciri khusus antara lain: menjadikan warga negara yang baik, komponen pengambilan keputusan secara rasional harus dilakukan oleh warga negara yang baik dan pendidikan nilai.

2. Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis menggabungkan interaksi antara sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.

Kelebihan cooperative learning adalah: siswa bertanggung jawab atas proses belajarnya, terlibat secara aktif, dan memiliki usaha yang lebih besar untuk berprestasi, siswa mengembangkan keterampilan berfikir tinggi dan berfikir kritis, hubungan yang lebih positif antar siswa dan kesehatan psikologis yang lebih besar. Sedangkan kelemahan cooperative learning yaitu: guru kesulitan mengelompokkan siswa yang memiliki kemampuan heterogen dari segi akademis dan banyak menghabiskan waktu dalam diskusi, siswa dengan kemampuan yang tinggi masih banyak yang belum terbiasa untuk menyampaikan materi atau menjelaskan pada siswa lain sehingga sulit untuk dipahami (Rahayu, 2001: 53).

3. Keaktifan

Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat bekerja, giat berusaha, mampu bereaksi dan beraksi, sedangkan arti kata keaktifan adalah kesibukan atau kegiatan (Em Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja, 2004: 36).

Dalam mengkategorikan keaktifan, dapat ditinjau dari dua hal yaitu keaktifan dapat digolongkan menjadi keaktifan jasmani dan keaktifan rohani. Keaktifan jasmani maupun rohani meliputi (1) keaktifan indera yaitu pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain; (2) keaktifan akal; serta (3) keaktifan ingatan. Keaktifan juga termasuk dalam sumber pembelajaran yang merupakan kombinasi antara suatu teknik dengan sumber lain (Mulyasa, 2008: 158).

Menurut Sudjana (2001:72), keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam (1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah; (3) bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (4) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah; (5) melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal; serta (6) menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.

Kerangka Berfikir

Pembelajaran IPS yang dilaksanakan di SDN 5 Jiken pada siswa kelas IV masih belum optimal, pembelajaran berjalan monoton, sumber belajar yang masih minim, pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa menjadi pasif sehingga mengakibatkan nilai rata-rata siswa masih dibawah KKM yang telah ditentukan yaitu 75. Oleh karena itu perlu adanya metode pembelajaran yang tepat yang nantinya dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS, maka peneliti menggunakan metode cooperative learning. Berikut ini skema kerangka berfikir dalam pembelajaran IPS:

Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi Akhir

Guru masih menggunakan metode ceramah dan pembelajaran masih berpusat pada guru

Pembelajaran IPS berjalan monoton, siswa kurang aktif dalam pembelajaran, nilai rata-rata siswa di bawah KKM = 75

Siklus I

Guru menggunakan metode cooperative learning dengan membagi siswa ke dalam bentuk kelompok dan setiap kelompok berdiskusi dan mempresentasikan hasil diskusi

Peneliti menggunakan metode cooperative learning

Keaktifan siswa meningkat karena suasana belajar berjalan aktif dengan adanya presentasi dan tanya jawab antar kelompok, nilai rata-rata siswa meningkat yaitu melebihi KKM = 75

Siklus II

Guru menggunakan metode cooperative learning dan siswa kembali berdiskusi dan mempresentasikan hasil diskusi

 

Skema Kerangka Berfikir

Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah jawaban sementara berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berfikir (Mulyadi HP, 2009:67). Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: Metode cooperative learning dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan nilai rata-rata siswa kelas IV semester 1 SDN Jiken 5 tahun pelajaran 2011/2012.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini berlangsung pada semester 1 yang dimulai dari bulan September 2011 – Oktober 2011 dan dilaksanakan di SDN 5 Jiken Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora.

Subjek Penelitian

Subjek dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas IV semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 10 siswa.

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana dapat diperoleh (Arikunto, 2009: 129). Sumber data yang diperoleh antara lain:dari siswa diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa yang dilakukan secara sistematik, dari guru yang diperoleh dari observasi keterampilan guru melalui metode cooperative learning, dan dokumen berupa data awal nilai hasil tes sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa teknik tes, observasi, dan dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian diuji keabsahannya dengan menggunakan teknik trianggulasi. Teknik trianggulasi yang digunakan ada 3 (tiga) jenis yaitu trianggulasi metode, trianggulasi sumber, dan trianggulasi teori. analisis data dalam penelitian kualitatif terdapat tiga kegiatan utama yang saling berkaitan dan terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (sutopo, 2002:91).

Indikator Kinerja

Dengan diterapkannya metode cooperative learning dalam pembelajaran IPS tentang meneladani patriotisme dan kepahlawanan diharapkan terjadi adanya perbaikan nilai rata-rata siswa yaitu sesuai dengan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan sebesar 75. Indikator kinerja dianggap berhasil jika terjadi peningkatan nilai rata-rata ulangan harian siswa pada setiap siklusnya dan ketuntasan siswa mencapai 70 %.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dalam Rochiati (2007: 36) yang terdiri dari empat komponen yaitu: 1) Perencanaan (planning), 2) Aksi/ tindakan (acting), 3) Observasi (observing), 4) Refleksi (refleting).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pra Siklus

Pada pra siklus masih banyak siswa yang mempunyai nilai dibawah KKM (75) sebanyak 8 orang, dan hanya 2 orang yang melebihi KKM. Pada pembelajaran awal nilai rata-rata siswa hanya mencapai 63 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 50. Nilai siswa pada pembelajaran awal juga dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Siklus I

Pada tahap perencanaan, peneliti menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan selama pembelajaran berlangsung yaitu menyiapkan hasil evaluasi pada pembelajaran awal (pra siklus), lembar kerja kelompok, lembar observasi siswa, lembar observasi keterampilan guru, soal-soal, membuat RPP agar pembelajaran berjalan dengan lancar dan sesuai dengan rencana. Pelaksanaan siklus I, guru menjelaskan materi pembelajaran, membagi siswa menjadi 3 kelompok masing-masing 3-4 kelompok, membagi lembar kerja pada setiap kelompok dan mempresentasikan hasil diskusinya dan pada akhir pembelajaran, peneliti memberikan soal ulangan harian sebagai bahan evaluasi.

Dari UH pada siklus I dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan nilai siswa dibandingkan dengan nilai UH pada pembelajaran awal (pra siklus). Pada siklus I ini nilai rata-rata mencapai 70 dengan ketuntasan 40% (4 siswa), nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50. Nilai siswa pada siklus I juga dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Dari hasil evaluasi pembelajaran pada siklus I, indikator penelitian belum tercapai karena masih banyak siswa yang mempunyai nilai dibawah KKM (75), maka peneliti melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan hasil sebagai berikut: Nilai rata-rata siswa naik menjadi 78 dengan ketuntasan 70% (7 siswa). Meskipun ketuntasan siswa tidak mencapai 100% tetapi nilai tersebut telah memenuhi indikator yang telah ditetapkan yaitu sebesar 70%. Berikut dapat dilihat nilai ulangan harian siswa pada siklus II:

PEMBAHASAN

Pembelajaran IPS pada pembelajaran awal (pra siklus) masih belum maksimal karena masih banyak siswa yang mempunyai nilai dibawah KKM. Dari 10 siswa, hanya 2 siswa yang nilainya diatas KKM. Siswa kelas IV SDN Jiken hampir semuanya pasif dan kurang berperan pada proses belajar mengajar sehingga guru perlu variasi pembelajaran agar siswa lebih aktif. Pembelajaran aktif sebenarnya dapat diwujudkan dengan memberikan banyak kesempatan pada siswa untuk berfikir sendiri, oleh karena itu cara memandang dan menyikapi tugas guru juga berorientasi bukan lagi sebagai seseorang yang serba tahu tetapi sebagai fasilitator proses belajar siswa agar siswa terbiasa untuk mengembangkan dirinya tidak hanya pada pembelajaran IPS tetapi untuk semua mata pelajaran.

Pada siklus I, peneliti sudah mulai menggunakan cooperative learning dengan langkah awal membagi siswa menjadi 3 kelompok heterogen dimana satu kelompok terdiri dari 3-4 siswa. Siswa diminta mengerjakan soal kelompok (lihat lampiran) kemudian mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Hal ini dilakukan oleh peneliti agar siswa aktif dalam pembelajaran dan dapat berfikir kreatif karena pada saat presentasi siswa yang lain wajib mengajukan minimal 1 pertanyaan pada kelompok yang presentasi. Dengan presentasi di depan kelas, siswa dilatih untuk aktif dalam proses belajar mengajar karena keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dikembangkan oleh setiap guru.

Keaktifan siswa dapat dilihat dari adanya keterlibatan secara optimal baik intelektual, emosi maupun fisik siswa. Untuk menilai keaktifan siswa, peneliti membuat lembar observasi keaktifan siswa selama pembelajaran (lihat lampiran) yang terdiri dari 7 indikator yaitu: mendengarkan penjelasan guru, keaktifan siswa dalam bertanya, siswa melakukan diskusi sesuai dengan petunjuk guru, siswa aktif dalam diskusi kelompok, siswa mengerjakan lembar kerja siswa dalam kelompok, siswa aktif dalam presentasi di depan kelas, dan siswa mengerjakan soal individu dengan baik. Begitu juga dengan keterampilan guru dalam mengajar juga dilakukan pengamatan oleh teman sejawat, dengan 8 indikator (lihat lampiran).

Pada siklus II ini siswa sudah lebih berani untuk maju di depan kelas walaupun masih ada 2 siswa yang tampak malu-malu dan kurang aktif. Selama diskusi kelompok, peneliti dan teman sejawat melakukan pengamatan dan mencatat hasilnya pada lembar observasi yang telah disediakan dengan 7 indikator yang sama seperti siklus I, begitu juga dengan keterampilan guru dalam mengajar. Pembelajaran pada siklus II sudah mengalami perbaikan, hal ini terlihat dari meningkatnya nilai ulangan dan ketuntasan siswa.

Tabel ketuntasan siswa pada siklus II

No

Ketuntasan

Banyak siswa

Persentase (%)

1

Tuntas

7

70

2

Belum tuntas

3

30

Jumlah

10

100 %

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan metode cooperative learning guna memperbaiki pembelajaran IPS tentang meneladani patriotisme dan kepahlawanan pada siswa kelas IV semester 1 SDN Jiken 5 tahun pelajaran 2011/2012 maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan metode cooperative learning berjalan dengan lancar dan proses belajar mengajar siswa lebih hidup (tidak monoton), guru mampu membimbing jalannya diskusi kelompok dengan baik.

2. Metode cooperative learning dapat digunakan untuk memperbaiki pembelajaran IPS hal ini dapat dilihat dari kenaikan nilai rata-rata siswa pada setiap siklusnya dimana pada siklus akhir (siklus II) nilai rata-rata siswa mencapai 78 dengan ketuntasan sebesar 70% atau 7 siswa.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dan uraian diatas maka saran yang dapat peneliti berikan sebagai berikut:

1. Guru hendaknya mampu menggunakan metode mengajar dengan baik yang memungkinkan berkembangnya potensi siswa. Metode mengajar yang baik tidak saja menciptakan situasi kelas yang hidup, tetapi juga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan.

2. Guru hendaknya mampu nmenjadi motivator sekaligus menjadi fasilitator bagi siswa-siswanya. Hal ini akan merangsang identifikasi pada diri siswa yang sekaligus dapat menemukan jati diri siswa yang pada akhirnya dapat mempercepat pemahaman siswa dalam belajar.

3. Siswa hendaknya dapat beradaptasi dengan metode baru yang diterapkan oleh guru sehingga dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Agus, S. 2009. Cooperatif Learning (Teori Aplikasi PAIKEM). Surabaya: PT.Pustaka Belajar

Arikunto, S. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Aqib, Z. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Widya

Hidayati, 2002. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di SD, Yogyakarta: FIP Universitas Negeri Yogyakarta.

Mulyadi, HP. 2009. Materi Pelatihan Penyusunan PTK, Semarang: Depdiknas LPMP

Mulyasa E. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Remaja Rosdakarya-Bandung

Rahayu, S. 2001. Pembelajaran Kooperatif dalam Pendidikan IPA. Chimera

Sapriya. 2007. Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI Press

Sardjiyo, 2008. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Sudjana, N. 2001. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Negeri Surakarta

Wiriaatmadja, R. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.