PENERAPAN METODE DEMONSTRASI MENGGUNAKAN

ALAT PERAGA DALAM UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)

MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA DI KELAS IV SEMESTER I

TAHUN AJARAN 2018/2019 SD N 1 GRAWAN

KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

 

Widji Tuminah

Guru Kelas IV SD N 1 Grawan, Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang

 

ABSTRAK

Salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar (SD), yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mempunyai peran penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan peserta didik. IPA adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang gejala-gejala alam dan kebendaan yang tersusun secara sistematis dan teratur serta hasilnya berasal dari pengamatan dan eksperimen. Sedangkan menurut BSNP tahun 2006, kompetensi IPA juga berhubungan dengan cara ingin tahu tentang alam secara sistematis, bukan hanya penguasaan pengetahuan dan prinsip saja namun juga merupakan proses penemuan. Dapat dikatakan bahwa mata pelajaran IPA menjadi salah satu bidang ilmu pengetahuan yang dapat melatih siswa untuk berperilaku teratur, perfikir sistematis dan kreatif dalam melakukan eksperimen.Namun dalam pembelajaran IPA saat ini terdapat beberapa kendala perihal semangat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran menurun ditunjukkan dengan nilai hasil belajarnya tidak maksimal. Hal ini juga terjadi di SD N I Grawan, dimana hasil belajar siswa Kelas IV Tahun Ajaran 2018/2019 memiliki rata-rata 61,79 dari KKM 70. Kondisi ini sangat memprihatinkan, sehingga perlu dilakukan tindakan khusus untuk mendongkrak kembali semangat siswa untuk belajar.Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah mengubah metode pembelajaran yang digunakan dengan metode yang lebih inovatif dan kreatif dengan melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Diantara beberapa metode, metode demonstrasi menjadi pilihan yang tepat karena metode ini tidak hanya menjelaskan keilmuan IPA secara lisan namun juga melalui praktikum yang dapat diikuti secara langsung oleh siswa. Di sisi lain, guru juga dapat menerapkan alat bantu pembelajaran berupa alat peraga sederhana. Hal lain yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pembentukan kelompok belajar heterogen untuk mendukung proses pembelajaran antar siswa lebih optimal.Hasil dari penelitian ini menunjukkan peningkatan nilai siswa yang cukup baik. Sebanyak 14 siswa telah lulus KKM dimana sebelumnya hanya 8 siswa untuk kegiatan Siklus I. Sedangkan untuk Siklus II dengan menerapkan kelompok belajar heterogen, siswa dapat lulus KKM secara keseluruhan dengan nilai rata-rata 84,68. Perihal minat pembelajaran siswa, penerapan metode ini juga mendongkrak semangat siswa dari semula hanya 45% menjadi 88% siswa bersemangat mengikuti pembelajaran IPA.

Kata Kunci: Demonstrasi, Alat Peraga, IPA, Sifat Cahaya.

 

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta adanya arus globalisasi perlu diiringi dengan peningkatan sumber daya manusia. Untuk memenuhi hal tersebut, pemerintah dapat melakukan peningkatan mutu pendidikan. Setiap lembaga pendidikan sebagai subjek pelaksana dalam bidang penidikan harus menyusun strategi baru dalam mengelola pembelajaran agar dapat mengejar ketertinggalan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan negara maju. Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memegang peranan penting dalam dunia pendidikan guna memberikan dasar terhadap tingkat pendidikan selanjutnya. Keberhasilan pendidikan di sekolah dasar merupakan landasan keberhasilan tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, peningkatan kualitas mutu pendidikan di Sekolah Dasar (SD) yang memadai sangat diperlukan. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan cara menerapkan model-model pembelajaran yang lebih efektif dan inovatif bagi peserta didik di seluruh mata pelajaran. (Nurhadi, 2003).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar mempunyai peran penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan bagi peserta didik.Hal ini karena mata pelajaran IPA bertujuan membekali siswa dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan dasar yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Mata pelajara IPA juga dapat membekali siswa dalam mengenali lingkungan hidupnya dan alam sekitarnya. Menurut Powler dalam Samatowa (2010), Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang membahas tentang gejala-gejala alam dan kebendaan yang tersususn secara sistematis dan teratur, serta berupa hasil dari pengamatan dan eksperimen. Ruang lingkup pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam meliputi 2 aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Kerja ilmiah yang dimaksud yaitu memfasilitasi keberlangsungan proses ilmiah yang meliputi penelitian, komunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, dan pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah (Asy’ari, 2006; Hedriani, 2005).Sedangkan pemahaman konsep adalah suatu proses untuk menagkap makna gambaran dari beberapa objek atau kejadian yang sesungguhnya (Anafi, 2016).

Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tingkat SD/MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan Pendidikan dasar dan menengah bahwa standar kompetensi IPA berhubungan dengan cara ingin mencari tahu tentang alam secara sistematis bukan hanya penguasaan pengetahuan yang berupa konsep, dan prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (BSNP,2006). Mata Pelajaran IPA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan antara lain: a) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, b) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran akan adanya hubungan antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, c) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahakan masalah, dan membuat keputusan, d) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. Oleh karena itu, guru harus kreatif dan inovatif dalam mengajar agar hasil belajar siswa dapat meningkat.

Namun terdapat permasalahan dilapangan bahwa proses pembelajaran IPA masih belum maksimal. Hal itu ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh Sunasri (2010), yang berjudul peningkatan proses belajar IPA dengan pengajaran langsung pada siswa kelas IV SDN Ketawang I Kecamatan Godang Kabupaten Nganjuk yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih relative rendah. Kondisi ini disebabkan siswa tidak bersemangat dalam mengikuti pembelajaran IPA karena siswa kesulitan memahami konsep dalam pembelajaran IPA dan merasa bosan karena metode ceramah yang digunakan guru dalam menyampaikan materi.

Permasalahan tersebut juga terjadi di Kelas IV SD Negeri 1 Grawan Tahun Ajaran 2018/2019. Berdasarkan hasil observasi diperoleh masalah bahwa pembelajaran IPA masih belum optimal dikarenakan guru kurang variatif dalam mengajar serta siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar. Kondisi ini ditunjukkan dengan hasil penilaian siswa yang memiliki nilai rata-rata kelas 61,79 dengan KKM adalah 70. Keadaan tersebut terjadi karena motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran masih kurang sehingga mempengaruhi hasil pembelajaran. Di sisi lain, kurang tepatnya metode guru dalam mengajar dan belum menerapkan model pembelajaran yang inovatif juga menjadi salah satu penyebab siswa kurang semangat dalam belajar. Untuk menyelesaikan masalah ini, pihak sekolahperlu memberikan perhatian khusus untuk dapat meningkatkan hasil belajar dan minat siswa dalam mata pelajaran IPA.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah menerapkan metode pembelajaranyang inovatif dan penggunaan media yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Perihal metode pembelajaran, metode demonstrasi dapat menjadi pilihan untuk mendukung proses pembelajaran IPA. Metode demonstrasi menurut Anitah (2008) adalah metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan memperlihatkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu. Metode ini juga menggunakan media yang dapat membantu guru dalam menjelaskan materi pelajaran seperti alat peraga. Alat bantu seperti alat peraga yang menarik akan membantu guru dalam menggerakkan dan menjelaskan gambaran ide dari materi pelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan berjudul “Penerapan Metode Demonstrasi Menggunakan Alat Peraga dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Materi Sifat-sifat Cahaya di Kelas IV SD Negeri 1 Grawan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang”. Tujuan penelitian ini yaitu menciptakan kegiatan pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan dengan menggunakan alat peraga dalam menjelaskan materi agar siswa lebih tertarik dan bersemangat dalam belajar. Hal tersebut diharapkan akan berdampak pada peningkatkan hasil dan minat belajar para siswa.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian dilakukan di SD N 1 Grawan Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang. Penelitian dilaksanakan pada Semester I Tahun Ajaran 2018/2019.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD N 1 Grawan Tahun Ajaran 2018/2019 sebanyak 19 siswa yang tertampung dalam satu kelas. Terdapat 11 anak laki-laki dan 8 anak perempuan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK ini menggunakan model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah pokok, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting).

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, observasi dan dokumentasi. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah butir soal tes, lembar observasi dan dokumen.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis nilai rata-rata dan pernsentase ketuntasan belajar klasikal.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada tahap Pra Siklus, pembelajaran masih menggunakan metode konvensional, yaitu guru memberikan materi dengan ceramah kemudian siswa menyimak materi pelajaran tersebut. Hasil pembelajaran adalah 57,89% siswa belum tuntas KKM. Hal ini karena siswa merasa kesulitan dalam hal pemahaman konsep IPA. Hasil yang didapatkan ditampilkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Data Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus.

Hasil Belajar Pra Siklus Keterangan
Jumlah siswa Persentase
Nilai < 70 11 siswa 57,89% Belum Tuntas KKM
Nilai ≥ 70 8 siswa 42,11% Tuntas KKM

 

Pada Siklus I, guru sudah menyiapkan alat peraga sesuai denga materi. Demonstrasi di depan kelas maupun di tengah kelas dengan sistem perwakilan, sehingga sebagian siswa melakukan demonstrasi sesuai dengan petunjuk guru dan sebagian siswa yang lain melakukan pengamatan. Demosntrasi dengan sistem perwakilan ini berulang hingga beberapa kali, sehingga siswa yang melakukan demonstrasi juga melakukan pengamatan sesuai dengan kesempatan. Hasil dari pembelajaran ini jumlah siswa yang belum tuntas KKM mengalami penurunan menjadi 26,32%. Hal ini juga mempengaruhi semangat siswa lainnya, sehingga rata-rata nilai siswa dalam kelas meningkat menjadi 74,37. Hasil pembelajaran seperti terlihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Data Hasil Belajar Siswa pada Siklus I.

Hasil Belajar Siklus I Keterangan
Jumlah siswa Persentase
Nilai < 70 5 siswa 26,32% Belum Tuntas KKM
Nilai ≥ 70 14 siswa 73,68% Tuntas KKM

 

Pada Siklus II dilaksanakan karena pada Siklus I masih belum menunjukkan keberhasilan yang optimal. Pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil, yaitu anggota terdiri dari 3-4 anak. Guru mempersiapkan alat peraga sesuai dengan materi dan masing-masing kelompok melakukan demontrasi sesuai dengan alat peraga yang tersedia. Kemudian, pembelajaran adalah pembahasan hasil demonstrasi masing-masing kelompok sesuai dengan lembar kerja. Hasil dari pembelajaran ini jumlah siswa yang belum tuntas KKM mengalami penurunan hingga mencapai 0%. Hasil pembelajaran seperti terlihat pada Tabel 4.3.

 

 

 

Tabel 4.3. Data Hasil Belajar Siswa pada Siklus II.

Hasil Belajar Siklus II Keterangan
Jumlah siswa Persentase
Nilai < 70 0 siswa 0% Belum Tuntas KKM
Nilai ≥ 70 19 siswa 100% Tuntas KKM

 

Pada setiap siklus mengalami peningkatan semangat siswa untuk belajar. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang tuntas sebesar 31,57% dan 26,32% masing-masing untuk Siklus I dan Siklus II. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode demonstrasi dibantu dengan alat peraga berhasil meningkatkan capaian belajar siswa hingga siswa tersebut mendapatkan nilai yang memenuhi ketuntasan KKM.

Hasil tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prabawati (2011), bahwa dengan menggunakan metode demonstrasi dan alat bantu peraga siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Disamping itu, siswa juga akan semakin bersemangat karena dalam model pembelajaran ini siswa dapat berinteraksi dan mengamati secara langsung materi yang disampaikan. Perihal konsep kelompok yang diterapkan pada Siklus II juga sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Terlihat pada Gambar 4.1 bahwa setiap siswa mampu mencapai nilai KKM. Hal ini terjadi karena pembentukan kelompok secara heterogen sangat membantu siswa dalam hal memahami materi yang disampaikan. Dalam setiap kelompok, setiap siswa akan berdiskusi satu sama lain, sehingga siswa dengan pemahaman materi yang kurang. Secara tidak langsung, siswa akan mengikuti kegiatan diskusi bersama teman satu kelompoknya ini.

Dalam penelitian ini, peneliti juga melakukan analisa tentang minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA secara umum. Hal ini dilakukan untuk mengetahui efek diterapkannya metode demonstrasi dengan alat peraga terhadap minat belajar siswa. Perihal instrumen penilaian yang digunakan untuk mengamati minat belajar siswa untuk setiap siklus, peneliti membuatnya sama dengan lembar penilaian dapat dilihat pada Lampiran 4.

Terjadi peningkatan minat belajar sebesar 29% dari Pra Siklus ke Siklus I. Sedangkan pada Siklus I ke Siklus II minat siswa kembali meningkat sebesar 14% menjadi 88%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sangat meminati pembelajaran IPA menggunakan metode demonstrasi dengan alat peraga. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan minat belajar yang cukup signifikan. Sedangkan pada Siklus I ke Siklus II peningkatan kembali terjadi karena siswa yang semula belum paham mengenai materi yang disampaikan menjadi lebih bersemangat setelah dibentuk kelompok-kelompok heterogen kecil untuk berdiskusi. Kelompok kecil ini sangat membantu karena beberapa siswa yang semula pasif menjadi lebih aktif. Hal ini karena didorong untuk berdiskusi dengan teman sebaya. Alhasil konsep pembelajaran yang tidak membosankan dapat diciptakan dengan menerapkan metode pembelajaran seperti ini untuk mata pelajaran IPA. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Masumah (2017) bahwa dengan menerapkan metode demonstrasi siswa tergugah untuk lebih aktif dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.

 

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu:

  1. Penggunaan metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IV SD Negeri 1 Grawan Tahun Ajaran 2018/2019 pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Hal ini terjadi karena dalam proses pembelajaran, siswa terlibat secara langsung untuk membutikan kebenaran materi yang disampaikan.
  2. Perihal peningkatan hasil belajar, metode demonstrasi dengan alat peraga ini memicu peningkatan siswa tuntas KKM yang cukup signifikan, yaitu sebesar 31,57% untuk Siklus I dan 26,32% untuk Siklus II. Disamping itu, minat belajar siswa dalam mata pelajaran IPA juga ikut meningkat yang semula hanya 45% menjadi 88%.

Saran

Diharapkan pada penelitian selanjutnya, metode demonstrasi dengan alat peraga diterapkan dalam mata pelajaran rumpun sosial-linguistik, seperti Bahasa Indonesia atau Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Di sisi lain, jika metode ini diterapkan dengan model kelompok akan membuat kegaduhan dalam kelas jika proses diskusi antar kelompok tidak diawasi dan dibimbing secara baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Sabri. 2010. Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. Jakarta: Ciputat Press.

Anafi, Burhan. 2016. Peningkatan Pemahaman Konsep IPA Materi Kenampakan Bumi dan Benda Langit Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together di Kelas IV Sekolah Dasar. Skripsi. Purwokerto: Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).

Andriana, D. 2013. Tumbuh Kembang & Terapi Bermain pada Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Anitah, S. 2007. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka Press.

Aqib, Zaenal dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK. Bandung: Yrama Widya.

Armai, Arif. 2002. Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers.

Asy’ari, Muslichach. 2006. Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).

BSNP. 2007. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di Sekolah. Jakarta: Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

Bundu, Patta. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan.

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hilgard, E. R. 1962. Impulsive Versus Realistic Thinking: An Examination of The Distiction Between Primary and Secondary Processes in Thought. Psychological Bulletin, Vol. 59 No. 6, pp. 477-488.

Iskandar. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Maulana.

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Masumah, 2017. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA melalui Metode Demonstrasi pada Materi Gaya. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.

Nasution, S. 2000. Didaktik Asas-Asas Mengajar Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurhadi. 2003. Pendekatan Pembelajaran Konstekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).

Rubiyanto, R. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Surakarta: FKIP-PGSD UMS.

Ruseffendi, E.T, 2001. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Prabawati, A. A. 2011. Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Keterampilan Mengenal Pecahan pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas III MI Nurul Huda Mulyorejo Malang. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang (UM).

Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sitiatava, P. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: Diva Press.

Slamet. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Subagyo, P. J. 2006. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana.2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

—. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

—. 2008. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suharyono. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Semarang: IKIP Semarang Press.

Sumantri dan Johar, Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Maulana.

Sunasri. 2010. Peningkatan Proses Belajar IPA dengan Model pengajaran Langsung pada siswa Kelas IV SDN Ketawang I Kecamatan Gondang kabupaten Nganjuk (online). Tersedia di: http://arab.sastra.um.ac.id/karyailmiah/index.php/KSDP/article/view/8620. Diakses 3 Januari 2018.

Surya, Yohanes. 2010. Materi Pembelajaran Fisika (online). Tersedia di www.yohanessurya.com. Diakses pada 4 Januari 2018.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Suwandi, Sarwiji. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Yuma Pustaka.

Syah, Muhibbin (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

—. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara

Yonny, Acep, dkk. 2010. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia.

Zuhairini, dkk. 2001.Metodik Khusus Pendidikan Agama. Malang: IAIN Sunan Ampel.