PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR IPA TENTANG “ALAT PERNAPASAN MANUSIA

DAN HEWAN” PADA SISWA KELAS V SEMESTER 1

SD NEGERI LANJAN 02 KECAMATAN SUMOWONO

KABUPATEN SEMARANG Tahun pelajaran 2018/2019

 

Riyani

Sekolah Dasar Negeri Lanjan 02 Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran IPA tentang “alat pernapasan manusia dan hewan” belum maksimal. Dari hasil ulangan IPA dari 19 siswa, siswa yang mencapai ketuntasan dengan mendapatkan nilai ³ 65 sebanyak 9 orang (47,37%) yang memperoleh nilai tuntas 65. Adapun nilai rata-rata adalah 60,5. Dari uraian hasil data di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas V di SD N Lanjan 02 pada mata pelajaran IPA masih kurang. Pemecahan masalah yang dilakukan guru yaitu dengan metode eksperimen. Penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas), dilaksanakan di SD Lanjan 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang pada bulan Juli – September 2018. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah: siswa Kelas V yang berjumlah 19 siswa. Hasil penelitian: (1) Nilai hasil belajar pada prasiklus diperoleh rata-rata adalah 60,5. Pada Siklus I diperoleh rata-rata yang dicapai oleh siswa adalah 67,9. Terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar 7,4. Pada siklus II hasil belajar menunjukkan rata-rata 75,0. Peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 7,1; (2) Ketuntasan belajar siswa pada prasiklus menunjukkan pada tingkat 47,37% kategori kurang. Pada siklus I ketuntasan belajar menunjukkan pada tingkat 73,68% pada kategori cukup baik. Terjadi peningkatan sebesar 26,32%. Pada siklus II, ketuntasan belajar menunjukkan pada tingkat 94,74% pada kategori baik. Peningkatan ketuntasan belajar siswa sebesar 21,05%. Berdasarkan indikator keberhasilan ditentukan ketuntasan belajar klasikal adalah 80% maka hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai 94,74% > 80%.

Kata kunci: hasil belajar, metode eksperimen.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan SD sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional mempunyai peranan yang amat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Karena pada dasarnya pendidikan merupakan usaha pengembangan sumber daya manusia. Melalui pendidikan di sekolah dasar, diharapkan dapat menghasilkan manusia Indonesia yang berkualitas. Untuk menghasilkan manusia Indonesia yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas tujuan pendidikan nasional tidak akan dapat terealisasikan apabila tidak diimplementasikan dalam setiap jenjang dan satuan pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan itu, maka melalui pendidikan formal didirikan sekolah-sekolah salah satunya Sekolah Dasar.

Pendidikan di Sekolah Dasar tidak lagi semata-mata berfungsi sebagai sarana sosialisasi, melainkan sudah harus dapat menumbuhkan potensi anak didik yang nantinya mampu berperan sebagai pengubah masyarakat. Potensi tersebut perlu ditumbuh kembangkan selama pembelajaran di tingkat pendidikan berikutnya, untuk perkembangan pendidikan pada umumnya bahkan untuk pembangunan. IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang berperan penting dalam pembangunan. IPA sebagai dasar teknologi, dapat disebut sebagai tulang punggung pembangunan.

Heruman (2008: 8) menyatakan dalam pembelajaran IPA SD, diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Selanjut Heruman menambahkan bahwa dalam pembelajaran IPA harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Sehingga diharapkan pembelajaran yang terjadi merupakan pembelajaran menjadi lebih bermakna (meaningful), siswa tidak hanya belajar untuk mengetahui sesuatu (learning to know about), tetapi juga belajar melakukan (learning to do), belajar menjiwai (learning to be), dan belajar bagaimana seharusnya belajar (learning to learn), serta bagaimana bersosialisasi dengan sesama teman (learning to live together).

IPA merupakan alat untuk memberikan cara berpikir, menyusun pemikiran yang jelas, tepat, dan teliti. Hudojo (2005: 12) menyatakan, IPA sebagai suatu obyek abstrak, tentu saja sangat sulit dapat dicerna anak-anak Sekolah Dasar (SD).

Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dijelaskan bahwa mutu pembelajaran di sekolah/madrasah dikembangkan dengan: (a) model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses; (b) melibatkan peserta didik secara aktif, demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas, dan dialogis; (c) tujuan agar peserta didik mencapai pola pikir dan kebebasan berpikir sehingga dapat melaksanakan aktivitas intelektual yang berupa berpikir, berargumentasi, mempertanyakan, mengkaji, menemukan, dan memprediksi; (d) pemahaman bahwa keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajar yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan mendalam untuk mencapai pemahaman konsep, tidak terbatas pada materi yang diberikan oleh guru.

Metode pembelajaran yang dilakukan guru perlu dilakukan secara variatif agar tidak membosankan siswa. Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai metode pembelajaran. Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada metode pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih metode pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.

Pembelajaran yang berhasil ditunjukkan dengan dikuasainya materi pelajaran oleh siswa SD Negeri Lanjan 02 Sumowono. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran “alat pernapasan manusia dan hewan” dinyatakan dalam nilai. Dari hasil ulangan IPA dari 19 siswa, siswa yang mencapai ketuntasan dengan mendapatkan nilai ³ 65 sebanyak 9 anak (47,37%), sedangkan yang belum tuntas dengan mendapatkan nilai < 65 ada 10 anak (52,63%). Nilai rata-rata siswa 60,5. Dari uraian hasil data di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas V di SD N Lanjan 02 pada mata pelajaran IPA masih rendah. Pencapaian nilai di bawah target tersebut mendorong guru melakukan perbaikan pembelajaran dengan menentukan dan memilih metode pembelajaran yang tepat. Kondisi seperti ini memerlukan perhatian dari guru untuk melakukan perbaikan pembelajaran.

Upaya yang dilakukan guru berdasarkan hasil diskusi denan teman sejawat di Kelas V di SD Negeri Lanjan 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang yaitu dengan cara mengimplementasikan metode eksperimen atau metode percobaan. Metode percobaan adalah pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.

Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.

Penelitian ini untuk mengetahui apakah metode pembelajaran eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di SD Negeri Lanjan 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka agar lebih terfokus dalam menangani masalah di atas, diantaranya sebagai berikut:

1.         Bagaimanakah peningkatan hasil belajar IPA tentang “alat pernapasan manusia dan hewan” melalui metode eksperimen pada siswa kelas V Semester 1 SD Negeri Lanjan 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang?

2.         Apakah ketuntasan belajar IPA tentang “alat pernapasan manusia dan hewan” dapat ditingkatkan melalui metode eksperimen pada siswa kelas V Semester 1 SD Negeri Lanjan 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah , maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah ;

1.         Meningkatkan hasil belajar IPA tentang “alat pernapasan manusia dan hewan” melalui metode eksperimen pada siswa Kelas V Semester 1 SD Negeri Lanjan 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang.

2.       Meningkatkan ketuntasan belajar IPA tentang “alat pernapasan manusia dan hewan” melalui metode eksperimen pada siswa Kelas V Semester 1 SD Negeri Lanjan 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang.

 

 

 

 

 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik ditinjau secara teoritis maupun secara praktis.

1.    Manfaat Teoritis

a.     Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dan bahan pertimbangan bagi penelitian berikutnya.

b.     Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pendidikan, khususnya dalam pembentukan suasana belajar yang berbeda dengan menggunakan metode eksperimen.

2.    Manfaat Praktis

a.   Bagi Siswa

1)   Meningkatkan hasil belajar IPA khususnya pada materi tentang “alat pernapasan manusia dan hewan”.

2)   Siswa dapat meningkatkan keberanian siswa dalam mengemukakan ide, pertanyaan maupun saran.

b. Bagi Guru Mata Pelajar n

1)   Guru dapat menerapkan metode pembelajaran eksperimen dalam pembelajaran IPA sebagai suatu alternatif yang menarik terhadap hasil belajar.

2)   Dapat memotivasi untuk lebih meningkatkan keterampilan memilih metode pembelajaran yang bervariasi dan dapat memperbaiki sistem pembelajaran.

c.     Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam menambah penggetahuan dan wawasan terutama menyangkut metode eksperimen.

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Kajian Pustaka

Hasil belajar

Dalam ketuntasan belajar, dalam periode waktu tertentu dilakukan evaluasi untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam menyerap pelajaran.

Menurut Gagne, hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan kepada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema-skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori (Purwanto, 2009: 42).

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami ketuntasan belajar (Rifai dan Chatarina, 2004: 4). Aspek-aspek yang diperoleh sebagai perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang telah dipelajari.

8

 

Perubahan perilaku sebagai hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang relevan dengan tujuan pembelajaran dan sering digunakan sebagai ukuran seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang diajarkan. Menurut Gronlund dalam Purwanto (2009: 45) hasil belajar yang diukur merefleksikan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaranan yaitu tujuan yang menggambarkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Semua komponen pengajaran seperti pemilihan bahan pengajaran, kegiatan guru dan peserta didik, pemilihan sumber belajar, serta penyusunan tes bertolak dari tujuan pembelajaran, karena itu merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran.

 Hasil belajar merefleksikan keleluasaan, kedalaman, dan kompleksitas dan digambarkan secara jelas serta dapat di ukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu (Sugandi, 2004: 63).

Benyamin S. Bloom (Rifai dan Catharina, 2004: 6) mengelompokkan hasil belajar ke dalam 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ketiga ranah ini menjadi obyek penilaian hasil belajar yang terdiri dari beberapa tingkatan. Ranah kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif terdiri dari lima tingkatan yaitu: penerimaan, tanggapan, penilaian, pengorganisasian nilai, dan karakteristik nilai. Sedangkan ranah psikomotorik terdiri dari tujuh tingkatan yaitu: persepsi, kesiapan, mekanisme, respon terbimbing, kemahiran, adaptasi, dan keaslian.

Hasil belajar kognitif berupa perubahan dalam aspek kemampuan berpikir. Hasil belajar afektif berupa perubahan dalam aspek kemampuan merasakan. Sedangkan hasil belajar psikomotorik berupa sikap dan keterampilan. Hasil belajar yang diidentifikasikan dalam tulisan ini mengacu pada ranah kognitif.

Dari beberapa pendapat di atas, hasil belajar dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk perubahan perilaku yang meliputi 3 aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik yang disebabkan karena telah menguasai bahan yang diajarkan sesuai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dalam ketuntasan belajar mengajar dan dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian. Tes ini disusun dan dikembangkan dari pengetahuan, pemahaman, atau aplikasi suatu konsep yang dipelajari oleh siswa dalam ketuntasan belajar di kelas.

Metode Eksperimen

Menurut Rusyan (dalam Sagala, 2010: 220) “ Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajarinya. Metode eksperimen adalah suatu cara penyajian materi pelajaran dimana siswa secara aktif mengalami dan membuktikan sendiri tentang apa yang sedang dipelajarinya. Melalui metode ini siswa secara total dilibatkan dalam melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu (Winataputra, 2002: 219).

Metode percobaan adalah pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru (Trianto, 2010: 136).

Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.

Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.

Metode eksperimen menurut Djamarah (2010:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.

Menurut Joseph Mbulu (2011:58) metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan eksperimen (percobaan) dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen, siswa diberi pengalaman untuk mengalami sendiri tentang suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan tentang suatu objek keadaan. Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari suatu kebenaran, mencari suatu data baru yang diperlukannya, mengolah sendiri, membuktikan suatu dalil atau hukum dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu.

Kerangka Pikir

Pemahaman siswa akan mata pelajaran IPA yang rendah menyebabkan rendahnya tingkat pencapaian hasil belajar. Hasil ulangan IPA tentang “alat pernapasan manusia dan hewan” ternyata hanya 9 orang (47,37%) dari 19 siswa Kelas V SD Negeri Lanjan 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang yang memperoleh nilai tuntas 60. Adapun nilai rata-rata adalah 55,5. Rata-rata nilai tersebut belum mencapai syarat ketuntasan klasikal yaitu 60. Pencapaian nilai di bawah target tersebut membuat guru merasa belum berhasil dalam ketuntasan belajar.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakna model Eksperimen. Metode eksperimen cukup tepat dan efektif diterapkan pada pelajaran IPA pada materi pernapasan manusia dan hewan, karena pada materi ini siswa akan melakukan suatu eksperimen cara kerja pernapasan. Metode eksperimen diberikan untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Metode eksperimen juga dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah.

 

 

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Sesuai dengan tugas mengajar dan tanggungjawab yang peneliti miliki, maka penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Lanjan 02 yang terletak di Kelurahan Lanjan, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang.

Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdapat tiga kali pertemuan, selama 3 (tiga) bulan , yaitu: Juli-September 2018.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah:

1.     Guru kelas V SD Negeri Lanjan 02 Sumowono, Kabupaten Semarang.

2.     Siswa Kelas V semester 1 SD Negeri Lanjan 02 Sumowono, Kabupaten Semarang yang berjumlah 19 orang siswa.

Sumber Data

1.     Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugas-petugasnya) dari sumber pertanyaan (Sumadi Suryabrata, 2008:84) Dalam penelitian ini, data primer yang diperoleh oleh peneliti adalah: hasil belajar Siswa Kelas V.

2.     Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diterbitkan oleh organisasi yang bukan merupakan pengolahan peneliti, data tersebut biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen, misalnya data mengenai keadaan demografis suatu daerah, data mengenai produktivitas suatu sekolahan tersebut atau perguruan tinggi, dan sebagainya (Sumadi Suryabrata, 2008:85). Data sekunder ini digunakan sebagai data pendukung dari data primer, misal data tentang siswa, nilai mata pelajaran siswa, dan data-data lain.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1.   Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode: (a) tes jenis tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar siswa, (b) metode observasi dilakukan sebanyak tiga kali yaitu prasiklus, siklus I, dan siklus II untuk mengetahui aktivitas ketuntasan belajar siswa.

2. Alat Pengumpulan Data

Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah lembar tes tertulis dan lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas pelaksanaan tindakan kelas.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Kondisi awal pembelajaran IPA tentang “alat pernapasan manusia dan hewan” merupakan pembelajaran yang dilaksanakan sebelum menggunakan metode pembelajaran Eksperimen. Pembelajaran masih menggunakan metode pembelajaran konvensional yaitu menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Hasil belajar sebagai berikut:

Hasil Belajar

Dari 19 siswa, siswa yang mencapai ketuntasan dengan mendapatkan nilai ³ 65 sebanyak 9 anak (47,37%), sedangkan yang belum tuntas dengan mendapatkan nilai < 65 ada 10 anak (52,63%). Nilai rata-rata siswa 60,5. Dari uraian hasil data di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas V di SD N Lanjan 02 pada mata pelajaran IPA masih rendah, oleh karena itu penulis melakukan penelitian untuk meningkatkan ketuntasan belajar dan hasil belajar siswa.

Deskripsi Tiap Siklus

 Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Dari 19 siswa, siswa yang mencapai ketuntasan dengan mendapatkan nilai ³ 65 sebanyak 14 anak (73,68%), sedangkan yang belum tuntas dengan mendapatkan nilai < 65 ada 5 anak (26,32%). Nilai rata-rata siswa 67,9. Dari uraian hasil data di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas V di SD N Lanjan 02 pada mata pelajaran IPA belum maksimal, oleh karena itu perlu penelitian siklus II untuk meningkatkan ketuntasan belajar dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan deskripsi data siklus I maka dalam pembelajaran ini ditemukan hasil refleksi yaitu:

1)    Hasil tes menunjukkan bahwa rata-rata nilai siswa 60,5.

2)    Ketuntasan belajar siswa belum optimal. Pada siklus I ketuntasan belajar siswa mencapai 73,68% masih kurang dari ketuntasan ideal 80%. Sehingga ketuntasan belajar belum tercapai.

Adapun pada siklus I guru lebih baik dalam membimbing dan memotivasi siswa sehingga siswa aktif dalam pembelajaran. Dari uraian di atas, hasil pembelajaran dan ketuntasan belajar siswa dapat meningkat dengan menerapkan metode eksperimen.

Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Dari 19 siswa, siswa yang mencapai ketuntasan dengan mendapatkan nilai ³ 65 sebanyak 18 anak (94,74%), sedangkan yang belum tuntas dengan mendapatkan nilai < 65 ada 1 anak (5,26%). Nilai rata-rata siswa 75,0. Dari uraian hasil data di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas V di SD N Lanjan 02 pada mata pelajaran IPA sudah maksimal, oleh karena itu penelitian siklus II untuk meningkatkan ketuntasan belajar dan haisl belajar siswa sudah berhasil.

Berdasarkan deskripsi data siklus II maka dalam pembelajaran ini ditemukan hasil refleksi yaitu:

1)    Hasil tes menunjukkan bahwa rata-rata nilai siswa 75,0.

2)    Ketuntasan belajar siswa sudah optimal. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa mencapai 94,74% lebih besar dari ketuntasan ideal 80%. Sehingga ketuntasan belajar sudah tercapai.

Dari uraian di atas, hasil pembelajaran dan ketuntasan belajar siswa dapat meningkat dengan menerapkan metode eksperimen.

Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Pembahasan lebih banyak didasarkan pada hasil observasi dan refleksi pada setiap siklusnya. Kegiatan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Eksperimen.

Siklus I

Berdasarkan nilai hasil belajar, pada prasiklus diperoleh nilai rata-rata tes sebesar 60,5 dengan ketuntasan belajar klasikal 47,37%. Pada siklus I nilai rata-rata menjadi 67,9 dengan ketuntasan belajar klasikal 73,68% (14 siswa) tuntas belajar dengan mendapat nilai ³ 65. Peningkatan rata-rata nilai sebesar 7,4 dan peningkatan pencapaian KKM sebesar 26,32%.

Berdasarkan pertimbangan ketuntasan belajar individu adalah 65 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 80% maka hasil belajar siklus I ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal belum tercapai. Maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus II.

Siklus II

Pada siklus I hasil belajar diperoleh nilai rata-rata tes sebesar 67,9 dan ketuntasan belajar kelas 73,68%. Pada siklus II terjadi peningkatan nilai rata-rata menjadi 75,0 dengan ketuntasan belajar klasikal 94,74% (18 siswa) tuntas belajar dengan mendapat nilai ³ 65. Peningkatan rata-rata nilai sebesar 7,1 dan peningkatan pencapaian KKM sebesar 21,05%.

Berdasarkan pertimbangan ketuntasan belajar individu adalah 65 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 80% maka hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai.

Peningkatan Hasil Belajar

Setelah dilakukan tindakan pada Kondisi Awal, siklus 1, dan siklus 2 menunjukkan hasil sebagai berikut:

Diagram Peningkatan Nilai Rata-rata

Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui penerapan metode eksperimen dapat meningkatan hasil belajar IPA siswa Kelas V semester 1 SD Negeri Lanjan 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang. Dari analisis data di atas bahwa pembelajaran dengan metode eksperimen dapat diterapkan pada pelajaran IPA siswa kelas V, yang berarti proses kegiatan belajar mengajar lebih berhasil dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada siswa kelas V SDN Lanjan 02 Kec. Sumowono Kab. Semarang, oleh karena itu diharapkan kepada para guru SD dapat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen.

Siswa dikatakan tuntas apabila siswa telah mencapai nilai standar ideal nilai 65 mencapai ≥ 80% secara klasikal. Sedangkan pada penilitian ini, pencapai nilai ≥ 65 pada (siklus 2) mencapai melebihi target yang ditetapkan yaitu mencapai 94,74%. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan dapat diterima.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode pembelajaran Eksperimen dapat meningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar IPA Kelas V semester 1 SD Negeri Lanjan 02 Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang, dengan rincian sebagai berikut.

1.     Nilai hasil belajar pada prasiklus diperoleh rata-rata adalah 60,5. Pada Siklus I diperoleh rata-rata yang dicapai oleh siswa adalah 67,9. Terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar 7,4. Pada siklus II hasil belajar menunjukkan rata-rata 75,0. Peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 7,1.

2.     Ketuntasan belajar siswa pada prasiklus menunjukkan pada tingkat 47,37% kategori kurang. Pada siklus I ketuntasan belajar menunjukkan pada tingkat 73,68% pada kategori cukup baik. Terjadi peningkatan sebesar 26,32%. Pada siklus II, ketuntasan belajar menunjukkan pada tingkat 94,74% pada kategori baik. Peningkatan ketuntasan belajar siswa sebesar 21,05%. Berdasarkan indikator keberhasilan ditentukan ketuntasan belajar klasikal adalah 80% maka hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai 94,74% > 80%.

Implikasi

Metode eksperimen ini memberikan kesempatan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah secara bersama melalui diskusi berpasangan secara menarik menggunakan media gambar tentang “alat pernapasan manusia dan hewan”.

Metode eksperimen ini memberi kesempatan kepada kelompok untuk mengembangkan hasil informasi dengan kelompok lainnya. Selain itu, Eksperimen ini memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil kesempatan kepada kelompok lain.

Saran

Menurut hasil kesimpulan di atas, maka disarankan:

1.    Metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Maka pendekatan tersebut bisa digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan pembelajaran yang lainnya.

2.    Sebaiknya guru melaksanakan refleksi tentang kelemahan penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran, yaitu meskipun manfaatnya baik, tetapi metode eksperimen membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga menyita waktu guru dalam menyiapkan pembelajaran mata pelajaran lain. Untuk itu tidak semua mata pelajaran menggunakan metode eksperimen.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widiya.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Choiril Azmiyawati, Wigati Hadi Omegawati, dan Rohana Kusumawati. 2008. IPA Salingtemas untuk kelas V SD/MI; editor Khori Arianti, Anis Dyah Rufaida. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta. Rineka Cipta

Hadiat.1996. Alam Sekitar Kita 2. Jakarta: Depdikbud.

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama

Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: UM Press.

Mbulu, Joseph. 2011. Pengajaran Individual: Pendekatan, Metode, dan Media Pedoman Mengajar bagi Guru dan Calon Guru. Malang: Elang Mas.

Moleong, Lexy J. 2011. Prosedur Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja Rosda Karya.

Nugraheni, Retno. 2014. Pengaruh Penggunaan Metode Eksperimen Terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Purbalingga Lor. Yogyakarta: PGSD, FKIP, UNY.

Nur, Fitriyani. 2012. PENGARUH PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN IPA SD NEGERI BANJARANYAR. S1 thesis, UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.

Palendeng. 2003. Strategi Pembelajaran Aktif. Jakarta: Rineka Cipta.

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rifa,i, Achmad & Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES.

Roestiyah, NK. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Saefurrohman, Asep (2013) PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN IPA DI SD: Penelitian Tindakan Kelas pada Pokok bahasan Perubahan Wujud Benda di Kelas IV SD Negeri Kasomalang IV Kecamatan Kasomalang Kabupaten Subang Tahun Ajaran 2012/2013. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.

Sagala, Syaiful. 2010. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UNNES.

Suryabrata, Sumadi. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Trianto. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Winataputra, UdinS, dkk. 2002. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.