PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

PADA SISWA KELAS VI SEMESTER 1 SD NEGERI TUNTANG 01 KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

Tahun ajaran 2016/2017

 

Imroatun

SD Negeri Tuntang 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Identifikasi masalah yang tampak dalam proses belajar mengajar IPA di kelas VI SDN Tuntang 01 Kabupaten Semarang tentang “Ciri Khusus Makhluk Hidup”, hasil ulangan IPA ternyata hanya 5 (41,67%) dari 12 siswa kelas VI SD Negeri Tuntang 01 Kabupaten Semarang yang memperoleh nilai tuntas 70. Adapun nilai rata-rata IPA adalah 65,00. Rata-rata nilai tersebut belum mencapai syarat ketuntasan klasikal yaitu 70. Pencapaian nilai di bawah target tersebut perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran. Pemecahan masalah yang dilakukan guru yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas), dilaksanakan di SD Tuntang 01 Kabupaten Semarang pada bulan Juli -Agustus 2016 Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah: siswa kelas VI yang berjumlah 12 siswa. Hasil penelitian: (1) Nilai hasil belajar pada prasiklus diperoleh rata-rata yang dicapai oleh siswa adalah 65,00. Pada Siklus I diperoleh rata-rata yang dicapai oleh siswa adalah 71,67. Terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar 6,67. Pada siklus II hasil belajar menunjukkan rata-rata 78,75. Peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 7,08; (2) Ketuntasan belajar pada prasiklus yang dicapai oleh siswa adalah 41,67% yang sudah masuk dalam kategori kurang. Pada Siklus I ketuntasan belajar 75,00% yang masuk dalam kategori baik. Terjadi peningkatan ketuntasan belajar meningkat sebesar 33,33%. Pada siklus II tingkat ketuntasan 91,67% yang masuk dalam kategori baik. Peningkatan ketuntasan belajar meningkat sebesar 16,67%. Berdasarkan indikator keberhasilan ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 70 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 80% maka ketuntasan dan hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai.

Kata kunci: ketuntasan dan hasil belajar, model pembelajaran Jigsaw.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Guru merupakan salah satu komponen penting dalam ketuntasan belajar mengajar. Seorang guru ikut berperan serta dalam usaha membentuk sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Pengertian guru profesional menurut para ahli adalah semua orang yang mempunyai kewenangan serta bertanggung jawab tentang pendidikan anak didiknya, baik secara individual atau klasikal, di sekolah atau di luar sekolah. Guru adalah semua orang yang mempunyai wewenang serta mempunyai tanggung jawab untuk membimbing serta membina murid. Latar belakang pendidikan bagi guru dari guru lainnya tidak selalu sama dengan pengalaman pendidikan yang dimasuki dalam jangka waktu tertentu. Adanya perbedaan latar belakang pendidikan bisa mempengaruhi aktivitas seorang guru dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar. Namun, karena tidak sedikit guru yang diperlukan di madrasah maka latar belakang pendidikan seringkali tidak begitu dipedulikan.

Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa (Oemar Hamalik, 2008: 25). Bila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar.

Proses tersebut dimulai dari merencanakan progam pengajaran tahunan, semester dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut persiapan perangkat kelengkapannya antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasinya (Hisyam Zaini, 2004: 4).

Berdasar beberapa pendapat diatas maka disimpulkan pembelajaran adalah suatu proses dan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar, pembelajaran juga merupakan persiapan di masa depan dan sekolah mempersiapkan mereka untuk hidup dalam masyarakat yang akan datang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.

IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain (Abdullah, 1998: 18). IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri Sulistyorini, 2007: 39).

Pembelajaran yang berhasil ditunjukkan dengan dikuasainya materi pelajaran oleh siswa. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran ”Ciri Khusus Makhluk Hidup” dinyatakan dalam nilai. Dari hasil ulangan IPA ternyata hanya 7 (46,67%) dari 15 siswa kelas VI SD Negeri Tuntang 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yang memperoleh nilai tuntas 70. Adapun nilai rata-rata IPA kelas VI SD Negeri Tuntang 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang adalah 64,67. Rata-rata nilai tersebut belum mencapai syarat ketuntasan klasikal yaitu 70. Pencapaian nilai di bawah target tersebut membuat guru perlu melakukan penelitian tindakan kelas. Untuk itu dibutuhkan keterampilan para guru dalam menentukan dan memilih metode dan model pembelajaran. Kondisi seperti ini memerlukan perhatian dari guru untuk melakukan perbaikan pembelajaran.

Salah satu upaya yang dilakukan guru di kelas VI di SD Negeri Tuntang 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yaitu dengan cara mengimplementasikan model pembelajaran jigsaw. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Disini, peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan (Arfiyadi Ahsan, 2012).

Dengan adanya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan ketuntasan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di SD Negeri Tuntang 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang baik dari segi sikap, pengetahuan, dan keterampilan belajar.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka agar lebih terfokus dalam menangani masalah di atas, diantaranya sebagai berikut:

1.         Apakah hasil belajar IPA tentang ”Ciri Khusus Makhluk Hidup” dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Jigsaw pada siswa kelas VI Semester 1 SD Negeri Tuntang 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang?

2.         Apakah ketuntasan belajar IPA tentang ”Ciri Khusus Makhluk Hidup” dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Jigsaw pada siswa kelas VI Semester 1 SD Negeri Tuntang 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang?

Tujuan Penelitian

1.   Tujuan Umum

Dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw diharapkan meningkatkan ketuntasan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA.

2.   Tujuan Khusus

a.     Meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA tentang ”Ciri Khusus Makhluk Hidup” melalui model pembelajaran jigsaw pada siswa kelas VI Semester 1 SD Negeri Tuntang 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

b.     Meningkatkan ketuntasan belajar IPA tentang ”Ciri Khusus Makhluk Hidup” melalui model pembelajaran jigsaw pada siswa kelas VI Semester 1 SD Negeri Tuntang 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik ditinjau secara teoritis maupun secara praktis.

1.    Manfaat Teoritis

a.     Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dan bahan pertimbangan bagi penelitian berikutnya.

b.     Hasil penelitian ini di harapkan dapat mengembangkan ilmu pendidikan, khususnya dalam pembentukan suasana belajar yang berbeda dengan menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw.

2.    Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Meningkatkan ketuntasan dan hasil belajar IPA khususnya pada materi ”Ciri Khusus Makhluk Hidup”

2) Siswa dapat meningkatkan keberanian siswa dalam mengemukakan ide, pertanyaan maupun saran.

b. Bagi Guru Mata Pelajaran

1) Guru dapat menerapkan metode pembelajaran IPA dengan model pembelajaran jigsaw ebagai suatu alternatif yang menarik terhadap ketuntasan dan hasil belajar.

2) Dapat memotivasi untuk lebih meningkatkan keterampilan memilih metode pembelajaran yang bervariasi dan dapat memperbaiki sistem pembelajaran.

c.    Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam menambah penggetahuan dan wawasan terutama menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah yang membuat minat belajar siswa menurun, dan bisa menerapkan model pembelajaran jigsaw.

KAJIAN TOERI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Kajian Teori

Pengertian Belajar

Belajar merupakan aktivitas sehari-hari bagi seorang pelajar yang semula tidak tahu dan tidak bisa menjadi tahu dan bisa melakukan sesuatu. Dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007 disebutkan bahwa belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang akibat pengolahan atas pengalaman yang diperoleh dan praktik yang dilakukan siswa.

Beberapa psikolog dalam Rifa’i dan Catharina (2009: 82) mengemukakan beberapa pengertian belajar: (1) Gagne dan Berliner menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman; (2) Morgan menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman; (3) Slavin menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.

Menurut Gagne dalam Rifa’i dan Catharina (2009: 82) belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat pelbagai unsur yang saling kait-mengait sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Beberapa unsur yang dimaksud yaitu peserta didik, rangsangan, memori, dan respon. Kegiatan belajar akan terjadi pada diri peserta didik apabila terdapat interaksi antara stimulus dengan isi memori, sehingga perilakunya berubah dari waktu sebelum dan setelah adanya stimulus tersebut. Apabila terjadi perubahan perilaku, maka perubahan perilaku itu menjadi indikator bahwa peserta didik telah melakukan kegiatan belajar.

Slameto (2010: 12) mengemukakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan pada seseorang yang dilakukan secara sadar sebagai akibat dari pengalaman dan latihan dalam berinteraksi dengan lingkungan yang dialami dan tampak pada perubahan tingkah lakunya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe dengan langkah yang berbeda-beda, yaitu: 1) tipe STAD, 2) tipe Jigsaw, 3) Investigasi Kelompok dan 4) tipe Struktural. Tentang hal itu, Septiadi (2008:9). Salah satu tipe yaitu Jigsaw. Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan infromasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok besar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehigga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopic yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopic yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang (Rusman, 2011: 2017).

      Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik yaitu: (1) kelompok kecil, (2) belajar bersama, dan (3) pengalaman belajar. Esensi kooperatif learning adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini mendukung siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Johnson dalam Septiadi (2008:10) yang menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok”.

Kerangka Pikir

Pemahaman siswa akan mata pelajaran IPA yang rendah menyebabkan rendahnya tingkat pencapaian proses dan hasil belajar. Penelitian tindakan kelas ini menggunakna model kooperatif tipe Jigsaw yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman materi IPA dengan mudah, mengembangkan kemampuan akademik, kecakapan pribadi dan sosial, siswa dapat bekerjasama, saling membantu antara teman terutama yang mengalami kesulitan belajar, dan saling bertanggungjawab antar anggota kelompok. Selain itu guru kelas juga bertambah pengetahuan dan kreativitas dalam merancang pembelajaran dan membuat media sesuai karakteristik siswa.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Lokasi penelitian adalah di SD Negeri Tuntang 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

Waktu penelitian tindakan kelas yaitu:

Siklus I       : 7-8 Agustus 2016

Siklus II     : 14-15 Agustus 2016

Siklus III    : 21-22 Agustus 2016

Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah:

1.     Guru IPA SD Negeri Tuntang 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.

2.     Siswa kelas VI semester 1 SD Negeri Tuntang 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yang berjumlah 12 orang siswa.

Sumber Data

Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugas-petugasnya) dari sumber pertanyaan. (Sumadi Suryabrata, 2008:84) Dalam penelitian ini, data primer yang diperoleh oleh peneliti adalah: nilai hasil belajar siswa kelas VI.

Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diterbitkan oleh organisasi yang bukan merupakan pengolahan peneliti, data tersebut biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen, misalnya data mengenai keadaan demografis suatu daerah, data mengenai produktivitas suatu sekolahan tersebut atau perguruan tinggi, dan sebagainya (Sumadi Suryabrata, 2008:85). Data sekunder ini digunakan sebagai data pendukung dari data primer, misal data tentang siswa, nilai mata pelajaran siswa, dan data-data lain.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode: (a) tes jenis tes tertulis untuk mengetahui ketuntasan dan hasil belajar siswa, (b) metode observasi dilakukan sebanyak tiga kali yaitu siklus I, II, dan III untuk mengetahui aktivitas proses belajar siswa.

Alat Pengumpulan Data

Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah lembar tes tertulis dan lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam proses pelaksanaan tindakan kelas.

Validasi Data

Untuk menguji keabsahan atau kebenaran data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi digunakan trianggulasi data, dengan memanfaatkan penggunaan metode dan sumber data. Untuk menguji kebenaran dengan trianggulasi data ada beberapa strategi, sebagai berikut:

a.     Trianggulasi dengan sumber data berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi melalui waktu dan alat yang berbeda.

b.     Pengecekan derajat kepercayaan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data dengan cara membandingkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.

c.     Membandingkan apa yang dikatakan orang dalam situasi penelitian dengan dikatakan di luar penelitian.

d.     Pengecekan derajat kepercayaan dengan beberapa sumber data dengan metode yang sama (Moleong, 2011: 145).

Indikator kinerja

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1.     Hasil belajar setiap siswa minimal mencapai 70.

2.     Ketuntasan belajar siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 atau yang tuntas belajar minimal mencapai 80%.

Prosedur Penelitian

Arikunto (2006:83) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu: Perencanaan atau planning, Tindakan atau acting, Pengamatan atau observing, Refleksi atau reflecting.

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan tiga siklus masing-masing, siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, implementasi tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Siklus I

Tahap Perencanaan

1)    Menentukan kompetensi yang akan diajarkan, yaitu Mengidentifikasi sikap dan perilaku wirausaha. Pada siklus I ini materi akan diajarkan adalah memahami Ciri Khusus pada Beberapa Hewan dengan alokasi waktu dua jam pelajaran.

2)    Menyediakan alat peraga berupa slide Powerpoint menggunakan LCD proyektor

3)    Membuat rencana pembelajaran sebagai pedoman kegiatan belajar mengajar (RPP terlampir).

4)    Membuat pedoman observasi (terlampir).

Tahap Pelaksanaan

1)    Memberikan apersepsi selanjutnya guru menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran Jigsaw sesuai dengan materi.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

a)    Kegiatan Siswa

(1)   Siswa dibagi dalam 3 kelompok, beranggotakan 5 orang setiap kelompok.

(2)   Dalam kelompok ahli ini siswa ditugaskan belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana/tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

(3)   Semua anggota kelompok ahli ditugaskan untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana/tugas yang telah dipahami kepada kelompok kooperatif (kelompok asal). Poin c, d, dan e dilakukan dalam waktu 30 menit.

(4)   Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali ke kelompok asal.

(5)   Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya dan guru memberikan klarifilkasi (10 menit).

b)    Kegiatan Guru

(1)   Guru membagi wacana/tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-masing siswa dalam kelompok asal mendapat wacana/tugas yang berbeda, nomor kepala yang sama mendapat tugas yang sama pada masing-masing kelompok.

(2)   Guru mengumpulkan siswa yang memiliki wacana/tugas yang sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sama dengan jumlah wacana atau tugas yang telah dipersiapkan oleh guru.

(3)   Guru memberi kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas di kelompok ahli. Poin f dan g dilakukan dalam waktu 20 menit.

(4)   Guru membantu siswa membuat kesimpulan.

2)    Guru memberikan evaluasi tentang kemampuan penguasaan belajar IPA melalui tes tertulis dan memberikan penghargaan tim.

Tahap Observasi

Tahap ini untuk mengetahui kekurangan dan keberhasilan pada tahap implementasi, dengan melakukan pengamatan dan evaluasi. Evaluasi berupa pengamatan terhadap keterampilan mengajar guru, aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan ketuntasan dan hasil belajar siswa.

Tahap Refleksi

Dengan mengobservasi tahapan implementasi dan mengadakan evaluasi maka hasilnya dapat dianalisa untuk menentukan apakah siklus berikutnya perlu dikaitkan.

Siklus II

Tahap Perencanaan Perbaikan

1)    Menetukan kompetensi dasar yang akan diajarkan, yaitu Mengidentifikasi sikap dan perilaku wirausaha. Pada siklus II ini materi yang diajarkan yaitu Ciri Khusus pada Beberapa Tumbuhan diajarkan dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran.

2)    Menyediakan alat peraga berupa slide Powerpoint menggunakan LCD proyektor.

3)    Membuat rencana pembelajaran sebagai pedoman kegiatan belajar mengajar (RPP terlampir).

4)    Membuat pedoman observasi (terlampir).

Tahap Pelaksanaan Tindakan

1)    Memberikan apersepsi selanjutnya guru menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran Jigsaw sesuai dengan materi.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

a)    Kegiatan Siswa

(1)   Siswa dibagi dalam 3 kelompok, beranggotakan 5 orang setiap kelompok.

(2)   Dalam kelompok ahli ini siswa ditugaskan belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana/tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

(3)   Semua anggota kelompok ahli ditugaskan untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana/tugas yang telah dipahami kepada kelompok kooperatif (kelompok asal). Poin c, d, dan e dilakukan dalam waktu 30 menit.

(4)   Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali ke kelompok asal.

(5)   Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya dan guru memberikan klarifilkasi (10 menit).

b)    Kegiatan Guru

(1)   Guru membagi wacana/tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-masing siswa dalam kelompok asal mendapat wacana/tugas yang berbeda, nomor kepala yang sama mendapat tugas yang sama pada masing-masing kelompok.

(2)   Guru mengumpulkan siswa yang memiliki wacana/tugas yang sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sama dengan jumlah wacana atau tugas yang telah dipersiapkan oleh guru.

(3)   Guru memberi kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas di kelompok ahli. Poin f dan g dilakukan dalam waktu 20 menit.

(4)   Guru membantu siswa membuat kesimpulan.

2)    Guru memberikan evaluasi tentang kemampuan penguasaan belajar IPA melalui tes tertulis dan memberikan penghargaan tim.

Tahap Observasi

Implementasi siklus ke-2 tetap perlu diadakan pengamatan, evaluasi, dan tanya jawab. Sebab dengan melakukan ketiga hal tersebut akan dapat dimulai keterangan dan keberhasilan pelaksanaan tahapan perencanaan dan implementasi. Evaluasi berupa pengamatan terhadap keterampilan mengajar guru, aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan ketuntasan dan hasil belajar siswa.

Tahap Refleksi

Seperti pada siklus ke-1 pada siklus ke-2 ini juga dilakukan analisa hasil pengamatan dan evaluasi serta hasil wawancara. Hasil analisa pada siklus ke-2 ini merefleksikan bagaimana hasil dari penelitian tindakan kelas ini.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatan belajar IPA tentang “Ciri Khusus Makhluk Hidup” kelas VI semester 1 SD Negeri Tuntang 01 Kabupaten Semarang, dengan rincian sebagai berikut.

1.     Nilai hasil belajar pada prasiklus diperoleh rata-rata yang dicapai oleh siswa adalah 65,00. Pada Siklus I diperoleh rata-rata yang dicapai oleh siswa adalah 71,67. Terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar 6,67. Pada siklus II hasil belajar menunjukkan rata-rata 78,75. Peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 7,08.

2.     Ketuntasan belajar pada prasiklus yang dicapai oleh siswa adalah 41,67% yang sudah masuk dalam kategori kurang. Pada Siklus I ketuntasan belajar 75,00% yang masuk dalam kategori baik. Terjadi peningkatan ketuntasan belajar meningkat sebesar 33,33%. Pada siklus II tingkat ketuntasan 91,67% yang masuk dalam kategori baik. Peningkatan ketuntasan belajar meningkat sebesar 16,67%. Berdasarkan indikator keberhasilan ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 70 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 80% maka ketuntasan dan hasil belajar siklus II ini menunjukkan ketuntasan belajar klasikal sudah tercapai.

Implikasi

Model pembelajaran Jigsaw ini memberikan kesempatan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah secara bersama melalui diskusi kelompok secara menarik menggunakan Media Power Point. Siswa juga diberi kesempatan untuk mendiskusikan masalah. Dengan adanya diskusi, saling kerjasama dalam kelompok membuat siswa merasa senang dan lebih bersemangat dalam belajar. Dengan cara ini, siswa yang tadinya merasa sulit ketika mengerjakan sendiri menjadi lebih mudah karena dapat bekerjasama dengan kelompok dengan menggunakan media menarik berupa Media Power Point.

Implikasi praktis dalam pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator, mediator, pembimbing kegiatan pembelajaran yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Guna memantau jalannya diskusi, membimbing siswa yang mengalami kesulitan, sehingga hubungan guru dan siswa menjadi lebih dekat. Keterampilan guru seperti ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.

Saran

Menurut hasil kesimpulan di atas, maka disarankan:

1.    Model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan ketuntasan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Maka pendekatan tersebut bisa digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan pembelajaran yang lainnya.

2.    Sebaiknya guru melaksanakan refleksi tentang kelemahan penggunaan model pembelajaran Jigsaw dalam pembelajaran, yaitu meskipun manfaatnya sangat baik, tetapi model pembelajaran Jigsaw membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga menyita waktu guru dalam menyiapkan pembelajaran mata pelajaran lain. Untuk itu tidak semua mata pelajaran menggunakan model pembelajaran Jigsaw.

3.    Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran inovatif, dapat meningkatkan aktivitas siswa, keterampilan guru dan akan berdampak pada peningkatan ketuntasan dan hasil belajar siswa. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran dibutuhkan pendekatan atau model pembelajaran yang inovatif, salah satunya adalah model pembelajaran Jigsaw.

Daftar Pustaka

Abdullah. 1998. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Aqib, Zainal. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.

Arends, Richard l. 2008. Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.

Catharina, Tri Anni. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES.

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Sinar Grafika.

Hasibuan, J.J. dan Moedjiono. 2010. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda.

Hisyam Zaini.2004. Srategi pembelajaran aktif. Yogyakarta: Insan Mandiri.

 I Wayan Oviyana. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SD. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015. urusan PGSD, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Ibayati, Yayat. 2008. IPA 6: untuk kelas VI Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Moleong, Lexy J. 2006. Prosedur Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja Rosda Karya.

 Ni Luh Adhe Yanti Lestari. 2014. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus I Kuta Badung. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014).

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rifa’i, Achmad & Catharina Tri Anni. 2004. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:RajaGrafindo Persada.

Septiadi, Rio. 2008. Upaya Peningkatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran PKn Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw di SMPN 1 X Koto Singkarak. www.pendidikannetwork.com

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sri Sulistyorini. 2007. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Semarang: Tiara Wacana.

Sugandi, Achmad. 2010. Teori Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suryabrata, Sumadi. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Widyaiswara. 2007. Pembelajaran Kooperatif. Semarang: LPMP Jawa Tengah.

Winataputra, UdinS, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.