Upaya Meningkatkan Kemampuan Dengan Penggunaan Media Lingkungan Sekitar
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF
DALAM MEMBILANG DENGAN PENGGUNAAN MEDIA LINGKUNGAN SEKITAR PADA ANAK KELOMPOK A-2
TK DHARMA WANITA KENTENG BANDUNGAN
Suhartati FM
TK Dharma Wanita Kenteng Bandungan
ABSTRAK
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dalam membilang dalam membilang bagi anak kelompok A-2 di Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita Kenteng Bandungan melalui metode kegiatan bermain berhitung permulaan dengan penggunaan media lingkungan sekitar. Tujuan khusus penelitian ini adalah: mendeskripsikan apakah kemampuan kognitif dalam membilang dapat ditingkatkan melalui kegiatan bermain dengan penggunaan media lingkungan sekitar pada anak kelompok A-2 TK Dharma Wanita Kenteng Bandungan. Penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas), dilaksanakan di TK Dharma Wanita Kenteng Bandungan pada bulan September-Oktober 2016. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah: siswa kelompok A-2 TK Dharma Wanita Kenteng Bandungan yang berjumlah 17 siswa. Hasil penelitian ini yaitu: (1) Kemampuan kognitif dalam membilang pada siswa kelompok A TK Dharma Wanita Kenteng Bandungan semester II tahun 2016/2017 dapat ditingkatkan dengan penggunaan media lingkungan sekitar, (2) Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan kognitif dalam membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar pada Kondisi Awal nilai BSH dan BSB mencapa 41,2% < 75%. Pada siklus I, TPP nilai BSH dan BSB mencapai 64,7% < 75%. Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) pada Siklus II nilai BSH dan BSB mencapai 82,4% > 75%;
Kata kunci: kognitif, membilang, media lingkungan sekitar
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Taman Kanak-kanak (TK) merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak berusia 4 – 6 tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik sesuai dengan sifat alami anak, sehingga anak dapat menjadi generasi penerus bangsa yang kelak akan membangun bangsa Indonesia menjadi maju dan tidak ketinggalan dari bangsa lain. Berdasarkan dengan undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 14 yang berbunyi: “Pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjutâ€.
Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya sadar yang bertujuan untuk menyiapkan subyek pendidikan dalam menghadapi lingkungan yang terus mengalami perubahan, sehingga dari pendidikan tersebut diharapkan subyek didik mampu merespon masyarakat. Menurut paham konvesional, pendidikan dalam arti sempit diartikan sebagai bantuan kepada anak terutama pada aspek moral atau budi pekerti. Pendidikan adalah usaha sadar yang sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan (Munib, 2007:34).
Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang ditujukan bagi anak-anak usia prasekolah dengan tujuan agar anak dapat mengembangkan potensi-potensinya sejak dini sehingga mereka dapat berkembang secara wajar sebagai anak. Tujuan darai Pendidikan Anak Usia Dini adalah agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan intelektual, social, dan emosional sesuai dengan tingkat usianya. Pendidikan di Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang memiliki peranan sangat penting untuk mengembangkan kepribadian anak serta mempersiapkan mereka memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan di Taman Kanak-Kanak merupakan jembatan antara lingkungan keluarga dengan masyarakat yang lebih luas yaitu Sekolah Dasar dan lingkungan lainnya.
Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal, sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 bahwa penyelenggarakan PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK)/Raudhatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat, yang menggunakan program untuk anak usia 4 – ≤6 tahun.
Guru TK Dharma Wanita Kenteng sebagai tenaga pendidik PAUD professional diharapkan dapat mengembangkan program PAUD dan membuat inovasi-inovasi. Salah satu kegiatan pembelajaran yang perlu dikembangkan adalah bidang kognitif dengan kegiatan bermain. Dalam kegiatan bermain, anak bermain sambil belajar dengan mengerahkan segala kemampuannya untuk berkreasi. Dalam kegiatan bermain tersebut anak tidak melibatkan anak lain, tetapi melakukan rekayasa sendiri untuk beraktivitas dan mengeksplorasi media bermain semaksimal mungkin, misalnya permainan membilang.
Kemampuan membilang di Taman Kanak-kanak diperlukan untuk mengembangkan pengetahuan dasar matematika seperti pengenalan konsep bilangan, lambang bilangan, warna, bentuk, ukuran, ruang dan posisi serta dapat membentuk sikap anak secara logis, kritis, cermat dan kreatif dan disiplin pada diri anak dalam kehidupan sehari-hari. Usia dini merupakan usia yang efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak salah satu pengembangan berbagai potensi tersebut dilakukan dengan melalui permainan membilang. Depdiknas (2000:1) permainan membilang adalah bagian dari matematika yang diperlukan untuk menumbuhkembangkan keterampilan berhitung yang sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan dan lambang bilangan yang merupakan dasar bagi pengembangan kemampuan membilang.
Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa kemampuan membilang anak pada kelompok A-2 TK Dharma Wanita Kenteng Bandungan masih rendah, hal ini terlihat dalam kegiatan anak dalam menghitung benda dalam jumlah lebih dari lima belas. Berdasarkan masalah tersebut kemampuan membilang anak masih rendah maka akan dilakukan tindakan dengan cara penggunaan media lingkungan sekitar di TK Dharma Wanita Kenteng Bandungan untuk meningkatkan kemampuan membilang anak.
Rumusan Masalah
Maka penelitian ini berfokus pada masalah: apakah kemampuan kognitif dalam membilang bagi anak kelompok A-2 di TK Dharma Wanita Kenteng Bandungan pada semester I 2016/2015 dapat ditingkatkan dengan penggunaan media lingkungan sekitar?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: untuk meningkatkan kemampuan kognitif dalam membilang bagi anak kelompok A-2 di TK Dharma Wanita Kenteng Bandungan pada semester I 2016/2015 melalui kegiatan membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis penelitian ini untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang PAUD, khususnya pengembangan kemampuan membilang di Taman Kanak-kanak, untuk mengembangkan pengetahuan dasar matematika seperti pengenalan konsep bilangan, lambang bilangan, warna, bentuk, ukuran, ruang dan posisi serta dapat membentuk sikap anak secara logis, kritis, cermat dan kreatif dan disiplin pada diri anak dalam kehidupan sehari-hari.
Manfaat Praktis
Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan guru dalam proses pembelajaran masa kini dan yang akan datang, memberdayakan guru dalam mengambil prakarsa profesionalisme, pengetahuan dan pengalaman menjadi suatu teori dalam praktek tindakan kelas, memanfaatkan lingkungan dalam menyusun program pembelajaran.
Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini menjadi pendorong untuk selalu mengadakan pembaharuan untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah yang lebih baik.
Bagi Siswa
Bila guru dapat menggunakan metode yang tepat, siswa dapat meningkat belajarnya, sehingga siswa berkembang daya kreatifitasnya, meningkatkan kemampuan dalam kemampuan kognitif dalam membilang.
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Landasan Teori
Kemampuan Kognitif
Kognitif itu tidak lain dari jalannya tanggapan-tanggapan yang dikuasai oleh hukum asosiasi. Dalam alam kejiwaan, yang terpenting adalah terjadinya, tersimpannya dan bekerjanya tangapan-tanggapan. Unsur yang paling sederhana dan merupakan dasar bagi semua aktivitas kejiwaan adalah tanggapan-tanggapan. Daya jiwa yang lebih tinggi sperti perasaan, kemauan, keinginan dan berpikir, semua terjadi karenanya bekerjanya tanggapan-tanggapan (John Locke dalam Fajrin, 2014).
Pengertian kognitif mulai banyak dikemukakan atau dibicarakan ketika Jean Piaget mulai menulis jurnal, di mana dalam jurnal tersebut dia berpendapat bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme dan pengaruh lingkungan saja melainkan interaksi keduanya.Menurut Cattel dan Horn (dalam Fajrin, 2014) kognitif disamakan dengan intelegensia dan menyimpulkan bahwa hubungan intelegensia itu meliputi kemampuan umum yang memegang tugas-tugas kognitif dan sejumlah kemampuan khusus seperti memecahkan persoalan, mempertimbangkan persoalan.Intelegensia merupakan urutan fungsi-fungsi yang berkembang dengan dinamis, dimana fungsi yang lebih maju dan komplek dalam hierarki tergantung pada kematangan fungsi yang lebih sederhana, hal ini dikemukakan oleh Bayley (dalam Fajrin, 2014).Aktivitas dalam pengembangan kognitif selalu berhubungan dengan pengetahuan yang luas, daya nalar, kemampuan berbahasa dan daya ingat.
Pengertian perkembangan kognitif anak usia dini adalah suatu proses berpikir berupa kemampuan untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan sesuatu. Dapat juga dimaknai sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk mencipta karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan. Sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas, guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM). Pedoman pembelajaran Kognitif ini dapat dipergunakan oleh guru sebagai bahan rujukan dengan cara menyesuaikan dengan kemampuan guru, alat peraga yang tersedia, dan perkembangan anak. Metode yang dapat digunakan dalam mengembangkan kognitif meliputi: pemberian tugas, demonstrasi, tanya jawab, mengucapkan syair, percobaan, eksperimen bercakap-cakap, bercerita, dan praktik langsung (PAUD, 2015).
Dengan demikian, pengembangan kognitif bukan hanya kumpulan angka tetapi juga menyangkut cara kerja, cara berfikir dan cara memecahkan masalah. Kognitif dapat dikatakan sebagai hal yang berhubungan dengan pemahaman, pengetahuan.
Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber Belajar
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebgai buatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang terlingkung di suatu daerah (Depatemen Pendidikan Nasional, 2008: 276). Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere, domain, range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling. Dalam literatur lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia.
Lingkungan yang ada di sekitar anak- anak kita merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding kelas, Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut. Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan. Kegemaran belajar sejak usia dini merupakan modal dasar yang sangat diperlukan dalam rangka penyiapan masyarakat belajar (learning societes) dan sumber daya manusia di masa mendatang. Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan, bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar (Maryam, 2011: 11).
Jika pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai tanaman padi, dengan memanfaatkan lingkungan persawahan, anak akan dapat memperoleh pengalaman yang lebih banyak lagi. Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut guru dapat membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam ruangan kelas ke alam terbuka dalam hal ini lingkungan. Namun jika guru menceritakan kisah tersebut di dalam ruangan kelas, nuansa yang terjadi di dalam kelas tidak akan sealamiah seperti halnya jika guru mengajak anak untuk memanfaatkan lingkungan. Artinya belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, budaya, perkembangan emosional serta intelektual. Anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-ide. Lingkungan menawarkan kepada guru kesempatan untuk menguatkan kembali konsep-konsep seperti warna, angka, bentuk dan ukuran.Memanfaatkan lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara alami. Konsep warna yang diketahui dan dipahami anak di dalam kelas tentunya akan semakin nyata apabila guru mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep warna secara nyata yang ada pada lingkungan sekitar (Maryam, 2011: 20).
Kerangka Berpikir Penelitian
Hasil belajar pada kondisi awal menunjukkan bahwa anak yang memiliki kemampuan membilang 1-20 dengan baik baru 5 anak dari 17 anak yang ada. Sebagian besar masih kurang dan baru tingkat cukup. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan kognitif anak masih banyak yang harus dikembangkan. Sebagai langkah awal, anak-anak akan dilatih kemampuan membilang melalui membilang benda-benda di alam sekitar yang bermacam-macam dan mudah ditemukan disekitar anak.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di TK Dharma Wanita Kenteng Bandungan pada bulan September – Oktober 2016.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Guru TK Dharma Wanita Kenteng Bandungan
2. Siswa kelompok A-2 TK Dharma Wanita Kenteng Bandungan yang berjumlah 17 orang siswa.
Sumber Data
Sumber data penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelompok A-2 TK Dharma Wanita Kenteng Bandungan yang berjumlah 17 orang siswa, guru kelompok A-2, dan kepala sekolah.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Di dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu siklus I dan siklus II. Adapun data proses belajar mengajar pada saat dilaksanakan tindakan kelas dengan lembar observasi.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Adapun dalam penelitian ini digunakan tes perbuatan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar siswa. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang proses pelaksanaan tindakan kelas.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Pelaksanaan pembelajaran prasiklus dilaksanakan pada tanggal 16 September 2016. Pengembangan kemampuan yang menjadi objek tindakan kelas adalah pengembangan kognitif dengan indikator â€membilang dengan benda-benda lingkungan sekitarâ€. Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai SKH yang telah dipersiapkan.
Guru menyiapkan sejumlah bunga kamboja. Anak disuruh menghitung jumlah bunga kamboja yang masih dalam plastic bening secara bergantian dengan jumlah paling banyak 20 bunga kamboja. Guru mengeluarkan semua bunga kamboja dari kantong plastic dan menghitung jumlahnya secara bergantian dengan tiap anak. Guru memberikan pujian kepada anak yang memberikan jawaban benar jumlahnya.
Setelah melalui kegiatan belajar membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan kognitif anak dalam membilang masih belum optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan kognitif dalam membilang, dari 17 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 5 anak (29,4%); MB (Mulai Berkembang) ada 5 anak (29,4%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 4 anak (23,5%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 3 anak (17,6%). Dengan demikian, TPP kemampuan membilang belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 75% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Kondisi Awal nilai BSH (23,5%) dan BSB (17,6%) mencapai 21,2% < 75%.
Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan awal kognitif dalam membilang yang mencapai BSH dan BSB ada 21,2% belum mencapai 75% secara klasikal, sehingga perlu dilakukan tindakan kelas siklus I.
Deskripsi Tiap Siklus
Siklus 1
Pelaksanaan tindakan kelas pembelajaran siklus I dilaksanakan pada tanggal 23 September 2016. Pengembangan kemampuan yang menjadi objek tindakan kelas adalah pengembangan kognitif dengan indikator â€membilang dengan benda-benda†melalui bermain kemampuan membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar. Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai SKH yang telah dipersiapkan.
Anak disuruh memperkirakan jumlah lombok merah yang ada dalam jaring secara bergantian. Guru mengeluarkan semua lombok merah dalam jaring dan menghitung jumlah yang sebenarnya secara bergantian. Guru memberikan pujian kepada anak yang memberikan jawaban mendekati jumlah yang benar jumlah yang sebenarnya secara bergantian.
Dari hasil analisis pelaksanaan tindakan kelas pembelajaran siklus I menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan sebelum ada proses tindakan kelas. Namun harus diakui hasil ini belum sesuai dengan harapan atau target. Adapun hasil data tindakan kelas pada pengembangan kemampuan membilang Siklus I disajikan pada tabel sebagai berikut.
Hasil evaluasi Pengembangan kemampuan Kognitif kelompok A-2 dalam kemampuan membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar di TK Dharma Wanita Kenteng Bandungan, dalam kegiatan tindakan kelas pembelajaran, mengalami peningkatan meskipun belum optimal.
Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan kognitif dalam membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar, dari 17 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 2 anak (11,8%); MB (Mulai Berkembang) ada 4 anak (23,5%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 5 anak (29,4%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 6 anak (35,3%). Dengan demikian, TPP Kemampuan membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 75% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Siklus I nilai BSH (29,4%) dan BSB (35,3%) mencapai 64,7%.
Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar yang mencapai BSH dan BSB ada 64,7% belum mencapai 75% secara klasikal.
Dalam kegiatan pada siklus I, dihasilkan refleksi sebagai berikut: tingkat kemampuan awal kognitif dalam membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar yang mencapai BSH dan BSB ada 64,7% belum mencapai 75% secara klasikal, sehingga perlu dilakukan tindakan kelas siklus II.
Siklus II
Pelaksanaan tindakan kelas pembelajaran siklus II dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2016. Pengembangan kemampuan yang menjadi objek tindakan kelas adalah pengembangan kognitif dengan kompetensi dasar bermain kemampuan membilang dengan kemampuan membilang estimasi jumlah buah kelengkeng dalam toples plastik.
Hasil evaluasi Pengembangan kemampuan Kognitif dalam membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar kelompok A-2 Kompetensi di TK Dharma Wanita Kenteng Bandungan, mengalami peningkatan dan sudah optimal.
Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan dalam membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar, dari 17 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 0 anak (0%); MB (Mulai Berkembang) ada 3 anak (17,6%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 6 anak (35,3%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 8 anak (47,1%). Dengan demikian, TPP Kemampuan membilang dengan dengan penggunaan media lingkungan sekitar sudah sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 75% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Siklus II nilai BSH (35,3%) dan BSB (47,1%) mencapai 82,4% > 75%.
Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan dalam membilang dengan dengan penggunaan media lingkungan sekitar yang mencapai BSH dan BSB ada 82,4% sudah mencapai 75% secara klasikal, sehingga tindakan kelas siklus II dinyatakan sudah berhasil.
Berdasarkan temuan hasil pengamatan dan refleksi serta evaluasi dalam siklus I maupun II ini secara keseluruhan pembelajaran pengembangan kemampuan membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar pada berlangsung baik. Kemampuan siswa kelompok A-2 TK Dharma Wanita Kenteng dalam bermain kemampuan membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar dapat ditingkatkan dan potensi siswa dapat ditumbuhkembangkan.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antarsiklus
Pembahasan yang diuraikan di sini lebih banyak didasarkan atas hasil pengamatan yang diteruskan dengan kegiatan refleksi.
Siklus I
Hasil evaluasi kemampuan kognitif dalam membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar Kelompok A-2 TK Dharma Wanita Kenteng Bandungan Siklus I setelah tindakan kelas telah terjadi peningkatan. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, dihasilkan antara lain pembelajaran belum kondusif karena siswa masih sibuk tertarik dengan Lombok warna merah dalam jarring. Namun kegiatan ini telah meningkatkan kemampuna kognitif dibanding sebelumnya. Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan fisik kognitif dalam kegiatan kemampuan membilang dengan bermain estimasi pada Kondisi Awal nilai BSH (23,5%) dan BSB (17,6%) mencapai 41,23 < 75%, sehingga perlu dilakukan tindakan kelas siklus I. Pada siklus I, TPP kemampuan kognitif dalam membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar nilai BSH dan BSB mencapai 64,7% < 75%, sehingga perlu dilakukan tindakan kelas siklus II.
Siklus II
Hasil refleksi siklus II menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah paham dengan penjelasan guru tentang materi pengembangan kemampuan. Hal ini dibuktikan dengan siswa yang mampu membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar semakin bertambah banyak.
Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan kognitif dalam membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar pada Siklus II nilai BSH (35,3%) dan BSB (47,1%) mencapai 82,4% > 75%. Pada siklus I sebesar 64,7%. Peningkatan kemampuan siswa adalah 17,6%.
Berdasarkan temuan, tingkat kemampuan membaca awal siswa yang baik sudah mencapai 82,4% sudah mencapai 75% secara klasikal, sehingga tindakan kelas siklus II dinyatakan sudah berhasil.
Peningkatan Kognitif Dalam Bermain kemampuan membilang
Berdasarkan atas pelaksananaan siklus I dan siklus II dihasilkan hal-hal sebagai berikut:
Peningkatan Kemampuan Kognitif Bermain kemampuan membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar Kelompok A-2 TK Dharma Wanita Kenteng Bandungan
No |
Kategori |
Kondisi Awal |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
|
29,4 |
11,8 |
0,0 |
2 |
|
29,4 |
23,5 |
17,6 |
3 |
|
23,5 |
29,4 |
35,3 |
4 |
|
17,6 |
35,3 |
47,1 |
|
Jumlah |
100.0 |
100.0 |
100.0 |
Berdasarkan hasil observasi kemampuan kognitif dalam bermain kemampuan membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar, pada kondisi awal (prasiklus) Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) BSH dan BSB mencapai 41,2%; pada siklus I mencapai 64,7%, dan pada siklus II mencapai 82,4% telah melampaui indikator keberhasilan secara klasikal 75% sehingga tindakan dinyatakan telah berhasil.
Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitarSelanjutnya anak sudah mulai belajar menghitung.
Hasil Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka, dan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan dapat dicapai berdasarkan temuan hasil refleksi/evaluasi dalam siklus I-II yaitu kemampuan kognitif siswa kelompok A-2 TK Dharma Wanita Kenteng Bandungan semester I tahun 2016/2017 dapat ditingkatkan melalui kegiatan bermain kemampuan membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kemampuan kognitif dalam membilang pada siswa kelompok A TK Dharma Wanita Kenteng Bandungan semester II tahun 2016/2017 dapat ditingkatkan dengan penggunaan media lingkungan sekitar
2. Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan kognitif dalam membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar pada Kondisi Awal nilai BSH dan BSB mencapa 41,2% < 75%. Pada siklus I, TPP nilai BSH dan BSB mencapai 64,7% < 75%. Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) pada Siklus II nilai BSH dan BSB mencapai 82,4% > 75%.
Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh kesimpulan bahwa proses belajar mengajar Kognitif lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa dengan menggunakan metode bermain membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar. Implikasi dalam pembelajaran adalah guru bisa menerapkan teknik bermain membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar yang lebih bervariatif dengan memanfaatkan bahan-bahan alami, misalnya daun-daunan kering dari pohon di depan sekolah, batu-batu kerikil dan sebagainya. Dengan teknik bermain membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar pula sebagai implikasinya siswa bisa menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan tentang matematika.
Saran
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian tindakan kelas di TK Dharma Wanita Kenteng Kota Bandungan, dapat dajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Hendaknya pengembangan kemampuan kognitif dalam membilang dengan penggunaan media lingkungan sekitar disajikan dengan menggabungkan kemampuan guru dalam berkreasi membuat pola dengan benda-benda yang digunakan, dan tidak hanya di dalam toples atau jaring. Misalnya Lombok ditata dalam bentuk melingkar atau segilima. Kelengkeng disusun dalam pola angka 6, 8, dan sebagainya.
2. Hendaknya pendayagunaan alat peraga dan metode bermain membilang menggunakan bahan alami yang mudah didapat anak sehingga tidak menyulitkan anak untuk memperolehnya.
Daftar Pustaka
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widiya
Damayanti, Yasinta Nina. 2015. Peningkatan Kemampuan Membilang Melalui Media Kartu Bergambar Pada Anak Kelompok B1 TK PKK 37 Dodogan Jatimulyo Dlingo Bantul. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Depatemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 886
Depdiknas 2006.Pedoman Pembelajaran Di Taman Kanak-kanak.. Jakarta
Depdiknas. 2007. Pedoman Pembelajaran Permainan Berhitung Permulaan di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Dirjen Manajemen Dikdasmen, DirPembinaan TK dan Sekolah Dasar.
Febrina. 2014. Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Dalam Membilang Melalui Permainan Bola-bola Angka di Kelompok B TK Ummahat DDI. Program Studi PG PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako.
Hidayati, Eny. 2016. Peningkatan Kemampuan Membilang 1-20 Melalui Permainan Tutup Botol Pada Anak Kelompok B TK Dharma Wanita Kepuhrejo Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal CARE Volume 03 Nomor 2 Januari 2016 PG PAUD IKIP PGRI MADIUN.