Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Menganyam
UPAYA MENINGKATKAN kemampuan motorik halus
melalui Kegiatan menganyam PADA Kelompok B
TK PGRI Candi Bandungan semester I
tahun pelajaran 2017/2018
Asri Widyastuti
TK PGRI Candi Bandungan
ABSTRAK
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menganyam dengan kertas karton, daun pisang, dan pita plastic dalam pembelajaran di Kelompok B di TK PGRI Candi Bandungan. Penelitian ini menggunakan jenis PTK (penelitian tindakan kelas), dilaksanakan di TK PGRI Candi Bandungan pada bulan Oktober 2017 Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah: anak kelompok B TK PGRI Candi Bandungan yang berjumlah 24 anak Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018. Hasil penelitian ini yaitu: (1) Kemampuan motorik halus siswa Kelompok B TK PGRI Candi Bandungan semester I tahun 2017/2018 dapat ditingkatkan melalui kegiatan menganyam, (2) TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan menganyam pada Kondisi Awal (Prasiklus) nilai BSH dan BSB mencapai 25,0%. TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan menganyam pada Siklus I nilai BSH dan BSB mencapai 54,8%. Peningkatan sebesar 16,7%, (3) TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan menganyam pada Siklus I nilai BSH dan BSB mencapai 44,5%. TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan menganyam pada Siklus II nilai BSH dan BSB mencapai 83,3%. Peningkatan sebesar 33,8%.
Kata kunci: motorik halus, menganyam, kertas karton, daun pisang, pita plastik
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu jenjang pendidikan yang ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. PAUD merupakan suatu kegiatan pra-sekolah yang diselenggarakan pemerintah untuk mendukung terciptanya generasi Bangsa Indonesia yang lebih unggul. Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).
Pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan di Indonesia secara formal yaitu dengan kisaran usia antara 4 sampai 6 tahun (Undang-undang sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Anak Usia Dini pasal 1 ayat 7). Pendidikan formal tersebut dikelompokkan kedalam kelompok A usia 4-5 tahun dan kelompok B usia 5-6 tahun. Pada usia 5-6 tahun, anak masih mengalami masa keemasan (golden age) sehingga dibutuhkan stimulasi yang baik agar anak-anak dapat menyerap banyak informasi dari lingkungannya. Perkembangan anak akan mengalami percepatan bila anak memiliki kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan-keterampilan yang baru diperoleh dan ketika anak mengalami tantangan di atas level penguasaannya (Sofia Hartati, 2005: 16). Semua aspek perkembangan anak perlu distimulasi, salah satunya yaitu aspek perkembangan motorik halus.
Kemampuan motorik halus anak usia 5-6 tahun berdasarkan tingkat pencapaian perkembangan pada usia 5-6 tahun di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58 Tahun 2009 yaitu menggambar sesuai gagasannya, meniru bentuk, melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan, menggunakan alat tulis dengan benar, menggunting sesuai dengan pola, menempel gambar dengan tepat, dan mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail.
Taman Kanak-kanak (TK) PGRI Candi merupakan salah satu Taman Kanak-kanak yang ada di Bandungan. Guru TK PGRI Candi sebagai tenaga pendidik PAUD professional diharapkan dapat mengembangkan program PAUD dan membuat inovasi-inovasi. Salah satu kegiatan pembelajaran yang perlu dikembangkan adalah bidang motorik dengan kegiatan menganyam. Dalam kegiatan menganyam, anak bermain sambil belajar dengan mengerahkan segala kemampuannya untuk berkreasi. Dalam kegiatan menganyam tersebut anak tidak melibatkan anak lain, tetapi melakukan rekayasa sendiri untuk beraktivitas dan mengeksplorasi media bermain semaksimal mungkin.
Di taman kanak-kanak, pemenuhan kebutuhan anak untuk ekspresi mendapat bimbingan dan pembinaan secara sistematis dan berencana agar kesempatan berekspresi yang diberikan kepada peserta didik benar-benar mempunyai arti dan bermanfaat baginya. Peserta didik di Taman Kanak-kanak harus diberi bimbingan dan pembinaan sebaik-baiknya untuk mengekspresikan diri secara kreatif dan menghayati emosi yang bergejolak dalam dirinya. Salah satu cara untuk mendorong peserta didik di Taman Kanak-kanak menjadi kreatif adalah dengan kegiatan melipat menganyam.
Kegiatan menganyam juga untuk pengembangan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik halus tersebut dalam bentuk yang sederhana, tetapi perkembangan keterampilan motorik halus merupakan awal kemampuan anak untuk melakukan aktivitas yang memanfaatkan potensinya secara nyata. Oleh karena itu jika keterampilan motorik halus ini dapat berkembang dengan baik maka anak di kemudian hari setelah dewasa akan memiliki kemampuan, ketrampilan, dan sikap yang baik. Kemampuan ini dapat berkembang dengan baik jika diberi lingkungan yang kondusif.
Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti ketrampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Semakin baik gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi seperti: melipat kertas, menggunting kertas, mewarnai, menyatukan dua lembar kertas, menganyam. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak sudah mulai berkembang pesat di usia kira-kira 3 tahun, namun demikian kemampuan seorang anak untuk melakukan gerakan motorik tertentu tidak akan sama dengan anak lain walaupun usia sama (Sujiono, 2005).
Berdasarkan latar belakang anak TK tersebut, maka guru perlu menyusun bentuk kegiatan pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk meningkatkan keterampilan motorik halus yang sesuai dengan karakteristik perkembangan anak TK. Sebagai alternatif dalam memecahkan masalah tersebut diperlukan suatu kegiatan yang tepat agar nantinya keterampilan motorik halus anak dapat meningkat dengan baik serta tidak melupakan konsep bermain sambil belajar dalam pembelajarannya. Salah satu bentuk kegiatan yang dapat dilakukan yaitu dengan menganyam.
Menganyam merupakan kegiatan menyusun lungsi dan pakan dengan cara menumpang tindihkan bagian-bagian anyaman secara bergantian. Menganyam untuk anak usia dini tidak dilakukan dengan teknik yang komplek, namun masih dalam tahap teknik dasar menganyam yang sederhana. Kemampuan menganyam dapat mengasah keterampilan motorik halus anak karena menggunakan tangan dan jari-jari demikian juga dengan koordinasi mata. Kegiatan menganyam bermanfaat juga untuk memperkenalkan anak.
Rumusan Masalah
Maka penelitian ini berfokus pada masalah: apakah keterampilan motorik halus bagi anak usia dini Kelompok B di TK PGRI Candi Bandungan pada semester I tahun 2017/2018 dapat ditingkatkan melalui kegiatan menganyam?
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah: untuk meningkatkan keterampilan motorik halus bagi anak usia dini Kelompok B di TK PGRI Candi Bandungan pada semester I tahun 2017/2018 melalui kegiatan menganyam.
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
a. untuk meningkatkan aktivitas siswa TK PGRI Candi Bandungan dalam pengembangan keterampilan motorik halus melalui kegiatan menganyam.
b. untuk meningkatkan keterampilan guru TK PGRI Candi Bandungan dalam pengembangan keterampilan motorik halus melalui kegiatan menganyam.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoretis
Untuk menambah referensi bahan pustaka tentang pengembangan kemampuan motorik halus anak TK melalui kegiatan menganyam.
Manfaat Praktis
Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan guru dalam proses pembelajaran masa kini dan yang akan datang, memberdayakan guru dalam mengambil prakarsa profesionalisme, pengetahuan dan pengalaman menjadi suatu teori dalam praktek tindakan kelas, memanfaatkan lingkungan dalam menyusun program pembelajaran.
Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini menjadi pendorong untuk selalu mengembangkan proses pembelajaran ke arah yang lebih baik.
Bagi Siswa
Bila guru dapat menggunakan metode yang tepat, siswa dapat meningkat belajarnya, sehingga siswa berkembang daya kreatifitasnya, meningkatkan kemampuan dalam keterampialn motorik halus
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Kajian Teori
Kemampuan Motorik Halus
Kempuan motorik halus yaitu kemampuan anak dalam melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya (Nurlaila, 2010:62).
Kemampuan motorik halus berarti aktivitas yang melibatkan gerakan yang diatur secara halus, misalnya menggenggam mainan, mengancingkan baju, atau melakukan apapun yang memerlukan kemampuan tangan (Santrock, 2008: 216). Kemampuan motorik halus (fine motor skills) adalah aktivitas-aktivitas yang memerlukan pemakaian otot-otot kecil pada tangan. Aktivitas ini termasuk memegang benda kecil seperti manik-manik, butiran kalung, memegang pencil dengan benar, menggunting, mengikat tali sepatu, mengancing, dan menarik ritsleting. Sangat gampang melihat betapa pentingnya kemampuan motorik halus pada setiap area kehidupan anak (Wing, 2008).
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus merupakan kemampuan dalam aktivitas yang melibatkan bagian tubuh tertentu khususnya tangan untuk melakukan gerakan yang dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.
Menganyam
Kegiatan menganyam merupakan kegiatan yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran bagi anak. Menganyam merupakan salah satu kerajinan khas Indonesia. Menurut Sumanto (2005: 119) menganyam adalah suatu kegiatan keterampilan yang bertujuan untuk menghasilkan aneka benda/barang pakai dan seni yang dilakukan dengan cara menumpang tindihkan bagian-bagian bahan anyaman secara bergantian. Menurut Anton dan Abbas (2005: 37) menganyam adalah menyusun lungsi dan pakan. Lungsi merupakan bagian anyam yang menjulur ke atas (vertical) dan pakan sebagai bagian anyam yang menjulur kesamping (horizontal) yang akan menyusup pada lungsi.
Menganyam untuk anak usia dini tidak dilakukan dengan teknik yang komplek, namun masih dalam tahap teknik dasar menganyam sederhana. Menganyam diajarkan dengan sangat sederhana kepada anak. Kemampuan menganyam dapat mengasah keterampilan motorik halus anak karena menggunakan tangan dan jari-jari demikian juga dengan kordinasi mata. Selain keterampilan motorik halus yang dikembangkan, menganyam juga dapat digunakan sebagai alat untuk melatih logika anak, belajar matematika, dan melatih konsentrasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menganyam merupakan kegiatan menyusun lungsi dan pakan dengan cara menumpang tindihkan bagian-bagian anyaman secara bergantian yang membentuk motif tertentu. Lungsi merupakan bagian anyam yang menjulur ke atas (vertical) dan pakan sebagai bagian anyam yang menjulur kesamping (horizontal) yang akan menyusup pada lungsi.
Kerangka Berpikir
Kondisi awal anak Kelompok B TK PGRI Candi Bandungan dalam pengembangan kemampuan motorik halus masih banyak hambatan, terutama dalam menggunakan jari-jari untuk menganyam. Hal ini diketahui dari fenomena aktivitas dan kemampuan motorik halus anak dalam menganyam antara lain: (1) anak-anak kurang kreatif dalam menganyam, (2) banyak anak kurang mandiri dalam menganyam dan harus dibantu sepenuhnya oleh guru, (3) sebagian anak kurang motivasi dalam kegiatan menganyam dan bermalas-malasan saja.
Pembelajaran motorik halus dalam menganyam dengan berbagai media yang akan dilakukan yaitu guru menggunakan berbagai media berupa: kertas karton dan daun pisang. Dengan berbagai variasi media diharapkan anak-anak lebih tertarik mengikuti pembelajaran menganyam.
Kondisi akhir dari proses pembelajaran menganyam ini yaitu kemampuan motorik halus anak dalam menganyam akan meningkat, dengan perubahan yang nyata antara lain: (1) anak-anak kreatif dalam menganyam, (2) anak mandiri dalam menganyam tanpa dibantu oleh guru, (3) memiliki kemampuan menganyam yang baik dan benar.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di TK PGRI Candi Bandungan pada bulan September – Oktober 2017.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Guru TK PGRI Candi Bandungan
2. Siswa Kelompok B TK PGRI Candi Bandungan yang berjumlah 24 orang siswa.
3. Pengembangan kemampuan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah Motorik halus dengan kompetensi dasar tentang menganyam.
Sumber Data
Sumber data penelitian tindakan kelas ini adalah siswa Kelompok B TK PGRI Candi Bandungan yang berjumlah 24 orang siswa, guru Kelompok B, dan kepala sekolah.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Di dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu siklus I dan siklus II. Adapun data tentang proses belajar mengajar pada saat dilaksanakan tindakan kelas diambil dengan lembar observasi.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Adapun dalam penelitian ini digunakan tes perbuatan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan siswa menganyam. Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang proses pelaksanaan tindakan kelas.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Pelaksanaan pembelajaran prasiklus dilakukan tanggal 3 Oktober 2017 oleh peneliti dengan dibantu seorang observer. Selama proses pembelajaran, observer mengamati dan kemampuan motorik halus melalui kegiatan menganyam. Guru mengajak anak melakukan kegiatan menganyam dalam bentuk-bentuk yang disukai oleh anak. Anak-anak melakukan kegiatan menganyam menggunakan kertas karton. Masing-masing anak melakukan kegiatan menganyam sesuai dengan petunjuk guru.
Selama proses pembelajaran, observer mengamati kemampuan motorik halus berupa urutan menganyam, keterampilan menganyam, dan kelancaran melakukan kegiatan menganyam. Sebelumnya guru memberikan contoh menganyam bentuk tikar.
Setelah kegiatan melakukan kegiatan menganyam bentuk tikar anak Kelompok B TK PGRI Candi, Bandungan, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan motorik halus dalam kegiatan menganyam masih belum optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan motorik halus dalam kegiatan menganyam, dari 24 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 7 anak (29,2%); MB (Mulai Berkembang) ada 11 anak (45,8%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 4 anak (16,7%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 2 anak (8,3%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan menganyam belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Kondisi Awal nilai BSH (16,7%) dan BSB (8,3%) mencapai 25,0%.
Berdasarkan temuan tersebut, tingkat kemampuan motorik halus dalam kegiatan menganyam yang mencapai BSH dan BSB ada 25,0% belum mencapai 80% secara klasikal, sehingga perlu ditingkatkan dan dilakukan tindakan kelas siklus I. Penelitian tindakan kelas berupa pembelajaran dengan kegiatan menganyam dengan kertas karton dan daun pisang.
Deskripsi Tiap Siklus
Siklus I
Selama proses pembelajaran, observer mengamati kemampuan motorik halus melalui kegiatan menganyam. Data hasil observasi kemampuan motorik halus dengan kegiatan menganyam siklus I Kelompok B TK PGRI Candi, disajtikar pada tabel sebagai berikut:
Rekapitulasi kemampuan motorik halus dengan kegiatan menganyam Siklus I
No |
Kategori |
Jumlah Anak |
Persentase |
1 |
|
3 |
12,5% |
2 |
|
8 |
33,3% |
3 |
|
7 |
29,2% |
4 |
|
6 |
25,0% |
|
Jumlah |
24 |
100% |
Berdasarkan hasil observasi anak dalam pembelajaran melakukan kegiatan menganyam dengan kegiatan menganyam siklus I di Kelompok B TK PGRI Candi Bandungan, terjadi peningkatan.
Setelah kegiatan melakukan kegiatan menganyam tentang binatang anak Kelompok B TK PGRI Candi, Bandungan, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan motorik halus sudah meningkat namun belum optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan motorik halus, dari 24 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 3 anak (12,5%); MB (Mulai Berkembang) ada 8 anak (33,3%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 7 anak (29,2%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 6 anak (25,0%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan menganyam belum sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% dari jumlah anak satu kelompok. TPP pada Siklus I ini nilai BSH (29,2%) dan BSB (25,0%) mencapai 54,2% < 80%.
Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilakukan 17 Oktober 2017 dengan dibantu seorang observer.
Selama proses pembelajaran, observer mengamati kemampuan motorik halus dengan kegiatan menganyam. Data hasil observasi kemampuan motorik halus dengan kegiatan menganyam siklus II anak Kelompok B TK PGRI Candi Bandungan, disajikar pada tabel sebagai berikut:
Rekapitulasi Kemampuan motorik halus dengan kegiatan menganyam Siklus II
No |
Kategori |
Jumlah Anak |
Persentase |
1 |
|
0 |
0,0% |
2 |
|
3 |
13,6% |
3 |
|
11 |
50,0% |
4 |
|
8 |
36,4% |
|
Jumlah |
22 |
100% |
Dari tabel tersebut dapat terlihat hasil evaluasi kemampuan motorik halus melalui kegiatan menganyam pada Kelompok B TK PGRI Candi Bandungan pada pembelajaran siklus II telah meningkat.
Setelah kegiatan melakukan kegiatan menganyam bentuk ikan oleh anak Kelompok B TK PGRI Candi, Bandungan, hasil evaluasi menunjukkan kemampuan motorik halus sudah meningkat dan optimal. Ini terlihat dari Tingkat Pencapaian Perkembangan (TPP) kemampuan motorik halus melalui kegiatan menganyam, dari 24 anak yang menunjukkan BB (Belum Berkembang) ada 0 anak (0%); MB (Mulai Berkembang) ada 2 anak (8,3%); BSH (Berkembang Sesuai Harapan) ada 11 anak (45,8%); dan BSB (Berkembang Sangat Baik) baru ada 11 anak (45,8%). Dengan demikian, TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan menganyam sudah sesuai harapan, yaitu minimal anak yang mencapai nilai BSH dan BSB adalah 80% jumlah satu kelas. TPP pada Siklus I ini nilai BSH (45,8%) dan BSB (45,8%) mencapai 91,7%.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
Siklus 1
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, dihasilkan antara lain pembelajaran mulai kondusif dan anak mulai aktif meskipun masih ada berapa anak yang belum terampil melakukan kegiatan menganyam dengan media kertas karton.
Peningkatan kemampuan motorik halus melalui kegiatan menganyam Kelompok B TK PGRI Candi Bandungan –Prasiklus dan Siklus 1
No |
Kategori |
Kondisi Awal |
Siklus I |
1 |
|
29,2% |
12,5% |
2 |
|
45,8% |
33,3% |
3 |
|
16,7% |
29,2% |
4 |
|
8,3% |
25,0% |
|
Jumlah |
100% |
100% |
Dari tabel 4.7 hasil perolehan data Hasil evaluasi kemampuan motorik halus melalui kegiatan menganyam bentuk burung Kelompok B TK PGRI Candi Bandungan Siklus I setelah tindakan kelas telah terjadi peningkatan.
TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan menganyam pada Kondisi Awal (Prasiklus) nilai BSH dan BSB mencapai 25,0%. TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan menganyam pada Siklus I nilai BSH dan BSB mencapai 54,2%. Peningkatan sebesar 29,2%.
Siklus 2
Peningkatan kemampuan motorik halus melalui kegiatan menganyam Kelompok B TK PGRI Candi Bandungan Siklus 1 dan Siklus 2
No |
Kategori |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
|
12,5% |
0,0% |
2 |
|
33,3% |
8,3% |
3 |
|
29,2% |
45,8% |
4 |
|
25,0% |
45,8% |
|
Jumlah |
100% |
100% |
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, dihasilkan antara lain pembelajaran sudah kondusif karena anak semakin aktif dan anak mulai terampil melakukan kegiatan menganyam.
Hasil evaluasi kemampuan motorik halus dengan kegiatan menganyam anak Kelompok B TK PGRI Candi Bandungan Siklus II telah terjadi peningkatan.
TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan menganyam pada Siklus I nilai BSH dan BSB mencapai 54,2%. TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan menganyam pada Siklus II nilai BSH dan BSB mencapai 91,7%. Peningkatan sebesar 37,5%.
Peningkatan Kemampau Melakukan kegiatan menganyam
Kemampuan motorik halus melalui kegiatan menganyam dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II adalah sebagai berikut.
Peningkatan kemampuan motorik halus melalui kegiatan menganyam Kelompok B TK PGRI Candi Bandungan
No |
Kategori |
Kondisi Awal |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
|
29,2% |
12,5% |
0,0% |
2 |
|
45,8% |
33,3% |
8,3% |
3 |
|
16,7% |
29,2% |
45,8% |
4 |
|
8,3% |
25,0% |
45,8% |
|
Jumlah |
100% |
100% |
100% |
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan dapat dicapai berdasarkan temuan hasil refleksi dalam siklus I-II yaitu kemampuan motorik halus anak Kelompok B TK PGRI Candi Bandungan semester I dapat ditingkatkan melalui kegiatan menganyam.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kemampuan motorik halus siswa Kelompok B TK PGRI Candi Bandungan semester I tahun 2017/2018 dapat ditingkatkan melalui kegiatan menganyam
2. TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan menganyam pada Kondisi Awal (Prasiklus) nilai BSH dan BSB mencapai 25,0%. TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan menganyam pada Siklus I nilai BSH dan BSB mencapai 54,8%. Peningkatan sebesar 16,7%.
3. TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan menganyam pada Siklus I nilai BSH dan BSB mencapai 44,5%. TPP untuk kegiatan melakukan kegiatan menganyam pada Siklus II nilai BSH dan BSB mencapai 83,3%. Peningkatan sebesar 33,8%.
Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh kesimpulan bahwa proses belajar mengajar motorik halus lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa dengan kegiatan menganyam. Implikasi dalam pembelajaran adalah guru bisa menggunakan kertas karton, daun pisang, dan pita plastic dalam pembelajaran pengembangan motorik halus di kelas. Hal ini dapat dilakukan pula terhadap pengembangan kemampuan lain, misalnya pengembangan kreativitas dan seni. Dengan teknik bermain kertas karton, daun pisang, dan pita plastik pula sebagai implikasinya siswa bisa menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Saran
Berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian tindakan kelas di TK PGRI Candi Kota Bandungan, dapat dajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Hendaknya pengembangan kemampuan motorik halus dengan pendayagunaan alat peraga kertas bekas pada materi menganyam disajikan dengan menggabungkan kemampuan guru dalam berkreasi dengan media kertas. Guru-guru yang masih kurang pengalaman banyak mengalami kesulitan dalam kegiatan seperti ini. Untuk itu guru perlu meningkatkan kemampuannya dalam berkreasi dengan berbagia media.
2. Hendaknya pendayagunaan alat peraga dan kegiatan menganyam seperti yang digunakan pada penelitian tindakan kelas ini dapat pula digunakan pada TK lain.
Daftar Pustaka
Allen dan Marotz. 2010. Profil Perkembangann Anak Prakelahiran Hingga Usia 12 tahun. Jakarta: PT Indeks.
Departement Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman Pengembangan Bidang Fisik/Motorik di Taman Kanak-Kanak. Jakarta.
Gerbono, Anton dan Abbas Siregar Djarijah. 2005. Aneka Anyaman Bambu. Yogyakarta: Kanisius.
Hartati Sofia. 2005. Perkembangan Belajar Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
Hurlock, Elizabeth B. 2007. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Kusumastuti, Retno Purwaning. 2012. Upaya Meningkatkan Keterampilan Menganyam Melalui Metode Demonstrasi di TK Pertiwi 1 Canden, Sambi, Boyolali Tahun 2012. Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Meila Sari, Heni.2017. Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui kegiatan menganyam Dengan Menggunakan Origami Pada Kelompok B TK Pinang Masak Muaro Jambi: Skripsi, Program studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak usia Dini, FKIP Universitas Jambi.
Nazir, Moh. 2009, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ningrum, Muhima Talfiana. 2015. Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam di Kelompok B TK ABA II Pantoloan. Program Studi PG PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako.
Nugraha, Marta Christianti. (TT). Bab IV Menganyam untuk AUD. Diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/MarthaChristianti,M.Pd./BabVI.pdf pada tanggal 23 April 2014.
Nurlaila, Iva 2010. Panduan Lengkap Mengajar PAUD. Yogyakarta: Pinus Book Publiher.
Pamadhi dan Sukardi. 2008. Seni Ketrampilan Anak.Jakarta:UT
Raharjo, Basuki. 2011. Seni Kerajinan Pandan. Klaten: PT. Macanan Jaya.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Sujiono. 2007. Metode Pengembangan Fisik. Jakarta:UT.
Sumanto. 2005. Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak TK. Jakarta: Depdiiknas.