PENERAPAN METODE KOTAK SAMPAH PERTANYAAN

UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATERI KELOMPOK SOSIAL PADA PESERTA DIDIK KELAS XI SOSIAL 2

SMA NEGERI 1 TENGARAN TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Cirilla Elvi Purwandari

Guru SMA Negeri 1 Tengaran

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan metode kotak sampah pertanyaan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Sosiologi khususnya materi kelompok sosial. Subyek penelitian adalah peserta didik Kelas XI Sosial 2 SMA Negeri 1 Tengaran Tahun Pelajaran 2017/2018. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam 2 (dua) Siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode kotak sampah pertanyaan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik pada materi kelompok sosial. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan keaktifan peserta didik dari 76,13% pada siklus 1 menjadi 90,97% pada siklus 2, dan peningkatan ketuntasan hasil belajar dari 41,93% sebelum tindakan, menjadi 70,96% pada siklus 1 dan 90,32% pada siklus 2.

Kata kunci: metode kotak sampah pertanyaan, keaktifan peserta didik, dan hasil belajar.

 

PENDAHULUAN

Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan seluruh potensi dirinya. Merunjuk pada UU tersebut maka guru dalam melakukan proses pembelajaran perlu perencanaan secara sungguh-sungguh tahap demi tahap sehingga mencerminkan aktivitas pembelajaran yang sistematis, dan mampu mencapai kompetensi dan tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan. Proses pembelajaran yang direncanakan itu diharapkan mampu mewujudkan suatu proses pembelajaran siswa aktif. Pembelajaran aktif dimaksudkan agar mampu mengoptimalkan semua potensi peserta didik sehingga memperoleh hasil yang maksimal.

Balajar juga dipandang sebagai suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas yaitu mengalami. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang tidak dapat dilihat namun dapat ditentukan, apakah seseorang telah belajar atau belum dengan membandingkan kondisi sebelum dan setelah proses pembelajaran berlangsung (Hamalik, 2011).

Pembelajaran Sosiologi bertujuan untuk mengembangkan pemahaman peserta didik tentang fenomena sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik di kelas XI Ilmu-Ilmu Sosial adalah memahami pengelompokan sosial di masyarakat dari sudut pandang dan pendekatan Sosiologis. Pengalaman peneliti selama mengajar di kelas XI Sosial 2 SMAN 1 Tengaran menunjukkan bahwa peserta didik cenderung pasif. Pada umumnya peserta didik tidak terbiasa untuk mengajukan pertanyaan kepada guru meskipun belum jelas terhadap materi yang disampaikan. Saat guru mencoba mengajukan pertanyaan untuk menguji penguasaan materi pelajaran, secara umum peserta didik tidak bisa menjawab dengan tepat. Akibatnya guru terpaksa melakukan remedial teaching. Apa yang dilakukan oleh peserta didik pada umumnya hanya berdasarkan perintah guru, interaksi dalam kelas belum terbangun secara efektif. Pembelajaran masih teacher center, kemandirian dan kesadaran dalam belajar belum tumbuh dalam diri peserta didik.

Hasil belajar peserta didik juga tergolong rendah. Hasil ulangan harian yang dilaksanakan sebelum tindakan pada tanggal 4 Agustus 2017 terdapat 18 peserta didik yang tidak tuntas atau 58,06% dari total keseluruhan yang berjumlah 31 orang. Sedangkan rerata hasil belajar hanya mencapai nilai 61,19, masih di bawah ketentuan KKM mata pelajaran Sosiologi yang ditetapkan yaitu 67. Hal ini menunjukkan adanya kesulitan yang dialami peserta didik dalam menguasai kompetensi yang ditetapkan.

Memperhatikan kondisi tersebut peneliti mengidentifikasi permasalahan penyebab rendahnya keaktifan dan hasil belajar peserta didik antara lain karena guru dalam mengajar masih menggunakan metode konvensional, materi disampaikan dalam bentuk ceramah sehingga peserta didik tidak dilibatkan. Proses pembelajaran masih didominasi oleh guru. Metode tanya jawab memang sudah digunakan tetapi tidak maksimal. Hanya peserta didik tertentu yang memiliki kemampuan tinggi yang berani bertanya. Kondisi ini ditambah dengan karakteristik materi kelompok sosial dalam Sosiologi yang banyak menggunakan istilah-istilah baru. Masing-masing ahli mempunyai pendapat yang berbeda-beda dalam mengklasifikasikan jenis kelompok sosial.

Metode kotak sampah pertanyaan merupakan metode pembelajaran yang menuntut keaktifan peserta didik. Dalam metode ini peserta didik diharapkan membaca materi pembelajaran secara mandiri, kemudian membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan antar peserta didik. Untuk bisa membuat pertanyaan, peserta didik harus membaca materi pembelajaran. Demikian juga untuk bisa menjawab pertanyaan dari peserta didik lain, maka dia juga harus menguasai materi pembelajaran tersebut. Tuntutan untuk membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan antar peserta didik ini memberi tantangan bagi mereka untuk secara aktif menguasai materi pembelajaran yang diberikan. Keaktifan memahami materi pembelajaran itu diharapkan akan berdampak pada peningkatan hasil belajar.

KAJIAN PUSTAKA

Metode Kotak Sampah Pertanyaan

Metode kotak sampah pertanyaan merupakan salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan guru. Pada dasarnya, metode kotak sampah merupakan modifikasi dari metode tanya jawab. Menurut Arief (2002) metode tanya jawab adalah suatu teknik penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan. Sedangkan Djamarah (2010) berpendapat metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode tanya jawab adalah suatu cara penyajian materi pembelajaran dengan mengajukan beberapa pertanyaan baik dari guru kepada peserta didik ataupun dari peserta didik kepada guru.

Proses pembelajaran dengan menggunakan metode tanya jawab yang biasa terjadi adalah dengan mengajukan pertanyaan yang berasal dari guru dan dijawab oleh peserta didik, atau sebaliknya. Tetapi dalam metode kotak sampah pertanyaan ini baik pertanyaan maupun jawaban berasal dari peserta didik dengan cara bertukar peran. Metode kotak sampah pertanyaan akan menstimulus peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran yang disampaikan. Karena untuk bisa membuat pertanyaan peserta didik harus membaca materi pembelajaran terlebih dahulu, demikian pula dalam menjawab pertanyaan. Metode ini juga berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan peserta didik dalam mengemukakan pendapat. Guru yang biasanya cenderung menggunakan metode ceramah, memberi kesempatan kepada peserta didik bertanya jawab sendiri. Hal ini berpengaruh positif dalam meningkatkan kemampuan peserta didik.

Sebelum melakukan tanya jawab, peserta didik diberi kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi pembelajaran secara mandiri. Setelah itu masing-masing peserta didik diminta untuk menuliskan satu pertanyaan di kertas yang akan dijawab oleh peserta didik lain. Pertanyaan itu kemudian diremas dan “dibuang” ke “kotak sampah” yang sudah disiapkan guru. Guru kemudian mengacak “sampah pertanyaan” dari para peserta didik, selanjutnya meminta masing-masing peserta didik untuk mengambil kembali sampah pertanyaan secara bergiliran. Peserta didik kemudian dipersilakan menjawab pertanyaan yang diperoleh, sementara peserta didik lain menyimak, mengoreksi atau memberi tanggapan atas jawaban yang diberikan, demikian seterusnya. Istilah kotak sampah disini bukan dalam arti sesungguhnya, tetapi sebuah wadah yang disiapkan guru sebagai tempat pertanyaan. Sejalan dengan istilah kotak sampah, maka kertas pertanyaan yang diremas juga diistilahkan dengan sampah pertanyaan. Penggunaan istilah tersebut sebenarnya bertujuan untuk lebih menarik minat peserta didik.

Keaktifan Peserta Didik

Menurut Sudjana (2017) keaktifan siswa dapat dilihat dari keikutsertaan siswa dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam memecahkan masalah, bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi, berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah, melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal, serta menilai kemampuan diri sendiri dan hasil –hasil yang diperoleh. Sedangkan Sardiman (2011) berpendapat bahwa keaktifan adalah kegiatan bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat, berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.

Hasil belajar

Dimyati dan Mudjiono (2013) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Lebih lanjut Sukmadinata (2015) menyebutkan bahwa prestasi atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berfikir, maupun ketrampilan motorik.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakaan di SMA Negeri 1 Tengaran, kabupaten Semarang, dengan subyek penelitian peserta didik kelas XI Sosial 2 yang berjumlah 31 orang.

Data penelitian meliputi data hasil angket keaktifan peserta didik, data pengamatan tingkat keaktifan peserta didik pada proses pembelajaran, dan data hasil belajar. Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi teknik angket, tes, observasi, dokumentasi, dan catatan lapangan.

Analisis data dalam penelitian ini mengggunakan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data yang dianalisis dengan deskriptif kualitatif adalah data yang berupa perangkat pembelajaran, catatan lapangan, catatan observasi, dan foto-foto dokumentasi kegiatan pembelajaran. Sedangkan data yang dianalisis dengan deskriptif kuantitatif meliputi data tingkat keaktifan peserta didik dan data hasil belajar.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Pra Tindakan

Hasil observasi yang dilakukan di kelas XI Sosial 2 sebelum tindakan pada umumnya menunjukan bahwa guru mengajar menggunakan metode ceramah. Penggunaan media pembelajaran hanya sebatas power point atau tayangan video pendek untuk memperjelas materi pembentukan kelompok sosial. Dampak dari penggunaan metode tersebut tampak pada tingkat keaktifan peserta didik rendah, dan keantusiasan mengikuti proses pembelajaran juga rendah.

Hasil ulangan harian yang dilaksanakan sebelum tindakan pada tanggal 4 Agustus 2017 masih rendah. Hanya 13 peserta didik yang memperoleh nilai di atas KKM atau 41,93%. Nilai rerata hasil belajar hanya menunjukkan angka 61,19, dengan nilai tertinggi 87 dan nilai terendah 30.

Gambaran kondisi pra siklus tersebut menunjukkan adanya masalah yang dihadapi peserta didik untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan sehinggga perlu diadakan perbaikan baik dalam proses maupun evaluasi pembelajaran. Ketercapaian KKM yang masih jauh dari harapan antara lain disebabkan peserta didik kesulitan dan belum menguasai standar kompetensi dan indikator yang ingin dicapai.

Deskripsi Siklus 1

Kompetensi Dasar yang ingin dicapai pada siklus 1 adalah memahami tinjauan Sosiologi dalam mengkaji pengelompokkan sosial dalam masyarakat. Materi pokok yang dibahas adalah jenis-jenis kelompok sosial yang teratur. Indikator yang ingin dicapai dalam Siklus 1 meliputi: (1) mengidentifikasi klasifikasi kelompok sosial menurut W.G. Sumner, (2) mengidentifikasi klasifikasi kelompok sosial menurut Horton Cooley (Primary Group dan Secondary Group), (3) mengidentifikasi klasifikasi kelompok sosial menurut Ferdinant Tonnies (gemeinschaft dan gesellschaft), (4) mengidentifikasi klasifikasi kelompok sosial menurut Robert K. Merton (membership group dan reference group), (5) mengidentifikasi kelompok formal dan kelompok informal, (6) mengidentifikasi kelompok okupasional dan kelompok volunter.

Perencanaan tindakan Siklus 1 dilakukan dengan menyusun rencana pembelajaran (RPP) untuk tiga kali pertemuan dengan masing-masing pertemuan 90 menit, menyiapkan materi pembelajaran dan buku sumber belajar, media pembelajaran, lembar observasi dan alat evaluasi.

Tindakan Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 12 – 19 Agustus 2017. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua adalah guru mengkondisikan peserta didik untuk mengikuti pelajaran, menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut, dan melakukan apersepsi dengan tanya jawab materi pelajaran pertemuan sebelumnya tentang latar belakang pembentukan kelompok sosial. Selanjutnya guru melaksanakan pembelajaran dengan metode kotak sampah pertanyaan. Pertemuan kemudian ditutup dengan membuat simpulan bersama antara peserta didik dengan guru.

Beberapa catatan sebagai hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti bersama kolaborator pada Siklus 1 adalah (1) beberapa peserta didik protes dengan metode yang diterapkan, mereka kesulitan memilah antara materi yang esensial dan yang tidak. Langkah perbaikan yang dilakukan, sebelum belajar secara mandiri, guru memberi peta konsep berupa pokok-pokok materi esensial yang harus dikuasai peserta didik. (2) Tingkat keaktifan meningkat, pembelajaran lebih didominasi oleh peserta didik, karena mereka dituntut untuk mempelajari materi secara mandiri, dan melakukan tanya jawab antar peserta didik. (3) Saat menjawab pertanyaan dari kotak sampah pertanyaan secara bergiliran, tidak semua peserta didik menyimak dengan baik, terutama mereka yang sudah mendapat giliran menjawab. Ada beberapa peserta didik yang mulai bersikap acuh, berbicara sendiri dengan teman sebelah atau melakukan kegiatan lain seperti mencorat coret buku yang tidak perlu, sehingga guru terpaksa memberi teguran. Tindakan perbaikan pada Siklus selanjutnya dengan melaksanakan metode kotak sampah pertanyaan dalam kelompok kecil. (4) Hasil belajar yang berupa tes penilaian harian pesera didik belum optimal, masih terdapat 9 peserta didik atau 29,03% yang belum tuntas, hal ini dikarenakan peserta didik masih beradaptasi terhadap motode kotak sampah pertanyaan yang dianggap baru.

Deskripsi Siklus 2

Siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 2 – 9 September 2017. Kompetensi Dasar yang ingin dicapai pada Siklus 2 masih sama dengan Siklus 1 yaitu memahami tinjauan Sosiologi dalam mengkaji pengelompokan sosial dalam masyarakat tetapi dengan materi pokok yang berbeda. Materi yang dibahas adalah jenis-jenis kelompok sosial yang tidak teratur. Indikator yang ingin dicapai dalam pertemuan pertama adalah mengidentifikasi bentuk-bentuk kerumunan. Sedangkan indikator yang dicapai pada perteman kedua adalah mengidentifikasi bentuk-bentuk publik, dan massa.

Perencanaan tindakan dan pelaksanaan tindakan pada Siklus 2 relatif sama hanya terdapat beberapa perubahan sebagai hasil koreksi dari pelaksanaan Siklus 1. Perubahan tersebut berupa pelaksanaan metode kotak sampah pada Siklus 1 dilaksanakan secara klasiskal maka pada Siklus 2 ini, metode kotak sampah pertanyaan dilaksanakan dalam kelompok kecil. Alasan dilksanakan metode ini dalam kelompok kecil adalah (1) peserta didik lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran karena jumlah anggota kelompok sedikit. (2) Pelaksanaan metode kotak sampah pertanyaan bisa diulang beberapa kali putaran, artinya peserta didik bisa membuat dan menjawab pertanyaan secara bergiliran tidak hanya sekali putaran saja seperti pada Siklus 1 yang berlangsung klasikal, (3) menghindari sikap peserta didik yang bersikap acuh karena merasa sudah selesai mendapat giliran menjawab pertanyaan peserta didik lain.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan observer saat pelaksanaan tindakan penelitian terlihat bahwa tingkat keaktifan peserta didik mengalami peningkatan yang signifikan. Keaktifan peserta didik yang diamati meliputi keaktifan menyampaikan pertanyaan, menjawab pertanyaan, merespon jawaban peserta didik lain, mengemukakan pendapat/ gagasan/ide, dan keseriusan dalam mengikuti langkah-langkah pembelajaran dengan rentang skor penilaian antara 1 – 4. Secara rinci hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer selaku kolaborator dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Berdasarkan tabel di atas, rerata tingkat keaktifan peserta didik pada Siklus 1 masih sebesar 76,13% atau rerata skor 3,04. Hal ini menunjukkan dalam tingkat keaktifan peserta didik belum maksimal. Kondisi tersebut antara lain disebabkan pada Siklus 1 keaktifan peserta didik untuk menyampaikan pertanyaan masih pada level kognitif tingkat rendah dan ini berimbas pada jawaban yang diberikan pada umumnya hanya berupa jawaban singkat tanpa penjelasan. Keaktifan menyampaikan pendapat/ide/gagasan juga menjadi terbatas tanpa disertai contoh-contoh aplikatif dalam kehidupan nyata.

Tingkat keaktifan dalam merespon jawaban peserta didik lain juga belum maksimal, salah satu faktor penyebabnya adalah pelaksanaan metode kotak sampah pertanyaan pada Siklus 1 dilaksanakan secara klasikal. Peserta didik yang sudah mendapat giliran menjawab pertanyaan, merasa sudah tidak punya kewajiban untuk berfikir, merespon, menanggapi atau memperhatikan peserta didik lain yang mendapat giliran menjawab pertanyaan. Demikian pula dalam hal keseriusan mengikuti proses atau tahap-tahap metode kotak sampah pertanyaan. Beberapa peserta didik setelah mendapat giliran menjawab pertanyaan mulai terlihat tidak serius dan melakukan aktivitas lain.

Keaktifan peserta didik dalam Siklus 2, sudah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Hampir semua indikator keaktifan secara umum meningkat hingga sebesar 90,97% atau rerata skor 3,64. Kondisi ini terjadi setelah adanya perubahan pelaksanaan metode kotak sampah pertanyaan sebagai hasil refleksi pelaksanaan Siklus 1. Pelaksanaan metode kotak sampah pertanyaan yang semula dilakukan secara klasikan diubah menjadi dilaksanakan pada kelompok kecil. Dalam kelompok kecil pelaksanaan metode kotak sampah pertanyaan ini bisa diulang-ulang beberapa kali dan setiap peserta didik tidak berkesempatan untuk bersikap acuh atau tidak memperhatikan jawaban peserta didik lain.

Disamping meningkatkan keaktifan peserta didik, penerapan metode kotak sampah pertanyaan juga berhasil meningkatkan perolehan hasil belajar. Hal itu dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Sebaran Hasil Tes Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 1

No Interval Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Frekuansi % Frekuansi % Frekuensi %
1 ≤ 46 5 16.13
2 47 – 56 8 25.81 3 9.68
2 57 – 66 5 16.13 6 19.35 3 9.68
3 67 – 76 4 12.90 12 38.71 11 35.48
4 77 – 86 7 22.58 8 25.81 11 35.48
5 87 – 100 2 6.45 2 6.45 6 19.35
  Jumlah 31 100 31 100 31 100

 

Berdasarkan ke dua tabel di atas, telah terjadi peningkatan hasil belajar secara klasikal setelah penerapan metode kotak sampah pertanyaan khususnya pada materi kelompok sosial. Batas ketuntasan klasikal pada mata pelajaran Sosiologi kelas XI SMAN 1 Tengaran adalah 67. Dari tabel tersebut menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan klasikal dari 41,43% pada saat pra Siklus, menjadi 70,96% pada Siklus 1, dan 90,32% pada Siklus 2. Sedangkan peningkatan rerata hasil belajar dari 61,19 pada pra Siklus, menjadi 67,87 pada Siklus 1 dan 74,66 pada Siklus 2. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan metode kotak sampah pertanyaan dapat meningkatkan hasil belajar materi kelompok sosial pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Tengaran tahun 2017/2018.

SIMPULAN

Penerapan metode kotak sampah pertanyaan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik Kelas XI Sosial 2 SMA Negeri 1 Tengaran pada materi kelompok sosial. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan keaktifan peserta didik dari 76,13% pada Siklus 1 menjadi 90,97% pada Siklus 2. Sedangkan hasil belajar peserta didik juga mengalami kenaikan, hal ini dapat dilihat dari tingkat ketuntasan klasikal dari 41,93% pada pra siklus, menjadi 70,96% pada Siklus 1 dan 90,32% pada siklus 2.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Armei. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah, SB dan Aswar Zein. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sardiman,A.M., 2011. Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar. Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2017. Media Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.