PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TARI BAMBU

DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS

Sri Purwanti

Guru IPS SMPN 2 Gedangsari, Gunungkidul

ABSTRAK

Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya keaktifan siswa ketika pembelajaran, dan rendahnya hasil belajar siswa kelas VII B pada mata pelajaran IPS. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dari 36 orang, siswa yang termasuk kategori aktif hanya 12 orang (33%). Sedangkan terkait dengan hasil belajar, hanya 20 orang yang tuntas (55%). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Gedangsari pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan model “Tari Bambu”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan melaksanakan 4 tahapan yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Gedangsari yang berjumlah 36 siswa, terdiri dari 17 laki-laki dan 19 perempuan. Data dikumpulkan dengan teknik observasi keaktifan siswa dan tes hasil belajar dengan 20 soal pilihan ganda. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan keaktifan dan hasil belajar. Siswa yang termasuk kategori aktif pada siklus I meningkat 27 orang (75%), dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 33 orang (91%). Terkait dengan hasil belajar, pada siklus I jumlah siswa yang tuntas adalah 28 siswa (78%) dan siklus II meningkat menjadi 33 orang (91%). Kesimpulan penelitian ini adalah penggunaan metode tari bambu dapat meningkatkan hasil belajar IPS dan keaktifan siswa. Untuk itu, peneliti menyarankan agar guru menggunakan model “Tari Bambu” sebagai salah satu alternatif yang digunakan dalam proses pembelajaran.

Kata Kunci: Tari Bambu, Keaktifan, Hasil Belajar


PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan tonggak utama kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, pembaharuan di bidang pendi-dikan demi kemajuan suatu bangsa harus selalu dilakukan agar dapat menciptakan kualitas pendidikan nasional yang mampu bersaing di dunia internasional.

Pendidikan harus menyesuaikan diri dan lebih tanggap terhadap perubahan dan perkembangan zaman. Hal ini dikarenakan perwujudan masyarakat yang berkualitas menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam menyiapkan peserta didik menjadi subyek yang semakin berperan dalam menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri dan profesional (Mulyasa, 2004:3). Salah satu subyek ajar yang cukup strategis dalam mewujudkan tujuan pendidikan tersebut adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Hasan dan Salladin (1996:40) me-nyatakan Ilmu Pengetahuan Sosial merupa-kan ilmu yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi, dan temuan-temuan penelitian dan ditentukan atau diobservasi setelah fakta terjadi yang berkaitan dengan isu sosial. Isjoni (2007:21) mengemukakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan suatu program keseluruhan pada pokoknya memersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosial.

Disebutkan dalam SKKD (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, 2006) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan disiplin ilmu yang memelajari perilaku manusia dalam hidup masyarakat dengan lingkungan yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMA/MAN/SMALB memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiolo-gi, dan Ekonomi. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

Pada masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan budaya-nya, kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraannya, dan lain seba-gainya yang mengatur serta mempertahan-kan kehidupan masyarakat manusia. Intinya memelajari menelaah dan mengkaji sistem kehidupan manusia dipermukaan bumi ini, itulah hakikat yang dipelajari pada pembelajaran IPS. Keberhasilan pembela-jaran IPS tersebut salah satunya dapat dipandang dari hasil belajarnya.

Hasil belajar banyak dipengaruhi oleh beberapa komponen dalam kegiatan belajar mengajar, antara lain bagaimana cara menyampaikan materi, metode belajar yang diterapkan, media pembelajaran yang digunakan, serta bagaimana interaksi yang terjalin antara guru dan siswa untuk menciptakan komunikasi dua arah. Sehingga dengan persiapan dari komponen belajar mengajar yang terprogram, guru dapat mengorganisasikan siswa dalam kegiatan belajar yang kondusif dan mengukur keberhasilan atau hasil belajar siswa yaitu dengan guru memberikan evaluasi belajar yang obyektif.

Kenyataan yang ditemui di kelas VII B SMP Negeri 2 Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul menunjukkan kondisi yang berbeda dengan harapan tersebut. Berdasarkan pengamatan pendahuluan yang dilakukan, didapatkan bahwa siswa kelas VII B menjalani proses belajar dengan buruk, karena keaktifan siswa dalam belajar masih kurang dan juga mendapatkan hasil belajar yang buruk. Dalam proses pembelajaran, sebagian siswa kurang memperhatikan, ramai sendiri pada saat siswa menerima pelajaran IPS. Proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS tidak berlajan secara efektif. Siswa tidak fokus dalam menerima materi, sehingga pada saat diberikan soal-soal ulangan harian, siswa kurang memahami pertanyaan. Siswa cenderung pasif dan tidak memiliki keberanian untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Siswa masih suka ngomong sendiri saat guru menjelaskan, siswa hanya mendengar dan menyimak, tanpa dilibatkan dengan pengalaman langsung. Hal ini menunjuk-kan bahwa kemampuan kognitif dan afektif siswa sangat rendah. Selain itu, ketika pembelajaran IPS berlangsung, siswa terlihat malas-malasan, bermain sendiri dan kurang bersemangat.

Pembelajaran IPS di SMPN 2 Gedangsari, masih sering menerapkan metode pembelajaran dengan menggunakan metode konvesional yaitu dengan metode ceramah. Akibat dari implementasi pembelajaran konvensional ini, terjadi masalah dalam hal proses pembelajaran maupun dalam hasil belajar. Hal ini menyebabkan siswa tidak mendapat pengalaman langsung, kurang aktif bertanya dan berpendapat bahkan masih banyak siswa yang ramai sendiri ketika guru menjelaskan. Kemampuan afektif siswa belum menunjukkan rasa ingin tau, jujur, berani mencoba yang besar. Kemampuan psikomotorik siswa juga masih rendah, karena kurangnya praktik dan pengalaman langsung dilapangan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dari 36 orang, siswa yang termasuk kategori aktif hanya 12 orang (33%). Sedangkan terkait dengan hasil belajar, hanya 20 orang yang tuntas (55%) dengan KKM 70. Hal-hal ini merupakan dampak guru mengajar dengan model ceramah dan tanya jawab, yang dirasa membosankan disamping kurangnya keaktifan belajar siswa.

Guru belum mencoba metode pembelajaran lain yang lebih efektif dan menyenangkan bagi siswa, agar siswa dapat memahami konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Guna menentukan metode pembelajaran yang cocok, guru harus memerhitungkan jumlah siswa, ukuran kelas, karakter siswa, tujuan pembelajaran, media yang tersedia, dan sebagainya.

Berdasarkan berbagai pertimbang-an tersebut, peneliti memilih metode pembelajaran kooperatif tipe Tari Bambu (bamboo dancing). Metode pembelajaran ini sangat baik digunakan untuk mengajarkan materi berkaitan informasi-informasi awal untuk memelajari materi selanjutnya. Dengan menggunakan tari bambu, diharapkan terjadi pemerataan informasi atau topik yang diketahui oleh siswa. Metode tari bambu tentunya sangat bermanfaat untuk pembelajaran di kelas agar lebih bervariatif sehingga tidak membosankan.

Langkah-langkah penerapan meto-de pembelajaran kooperatif teknik tari bambu menurut Suprijono (2012: 98-99) yaitu: (1) Pengenalan topik; (2) Pembagian kelompok besar; (3) Penempatan kelom-pok; (4) Pembagian tugas; (5) Pergantian pasangan, (6) presentasi kelompok; dan (7) Refleksi. Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas guru menerapkan metode pembelajaran kooperatif teknik tari bambu, guru harus mampu menciptakan suasana yang mendukung sehingga siswa aktif bertanya, dan mengungkapkan gagasan. Belajar merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuannya. Belajar bukan hanya proses pasif yang hanya menerima ceramah guru tentang pengetahuan, sehingga pembelajaran tersebut tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.

Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk melihat pengaruh pembelajaran Tari Bambu (bamboo dancing) terhadap prestasi belajar siswa dengan mengambil judul “Penerapan Metode Pembelajaran Tari Bambu Dalam Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 2 Gedangsari Tahun pelajaran 2014/2015”.

Merujuk pada uraian latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Apakah penerapan pembelajaran model Tari Bambu (bamboo dancing) berpengaruh terhadap keaktifan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa Kelas VII B di SMP Negeri 2 Gedangsari tahun pelajaran 2014/2015? (2) Apakah penerapan pembelajaran model Tari Bambu (bambu dancing) berpengaruh terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa Kelas VII B di SMP Negeri 2 Gedangsari tahun pelajaran 2014/2015?

Berdasarkan atas rumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah: (1) Untuk meningkatkan keaktifan belajar melalui penerapan pembelajaran model Tari Bambu (bamboo dancing) pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII B di SMP Negeri 2 Gedangsari tahun pelajaran 2014/2015. (2) Untuk meningkatkan Hasil belajar melaui penerapan pembelajaran model Tari Bambu (bamboo dancing) pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII B di SMP Negeri 2 Gedangsari tahun pelajaran 2014/2015.

Manfaat Penelitian Hasil dan Temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pembelajaran kooperatif model Tari Bambu (bamboo dancing) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial oleh guru Kelas VII B di SMP Negeri 2 Gedangsari Tahun pelajaran 2014/2015. Selain itu, sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Secara khusus, manfaat dari penelitian ini meliputi manfaat bagi siswa, bagi guru, dan bagi sekolah. Bagi siswa, hasil penelitian ini bermafaat guna: (1) Saling berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam suasana belajar; (2) Mendapatkan pembelajaran yang bermakna dan sistematis; (3) Untuk meningkatkan hasil belajar IPS. (3) Meningkatkan keaktifan belajar IPS. Bagi guru, penelitian ini bermanfaat guna: (1) Meningkatkan hasil pembelajaran IPS dengan metodeTari Bambu (bambu dancing). (2) Menambah variasi pembelajaran pada mata pelajaran IPS. Sedangkan bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan profesional para guru, perbaikan proses pembelajaran siswa, serta memberi iklim yang kondusif di sekolah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Gedangsari, Kabupaten Gunung-kidul khususnya kelas VII B, di mana peneliti menjadi guru untuk mata pelajaran IPS di kelas ini. Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2014/2015, tepatnya pada 10 Februari 2015 hingga 17 Maret 2015. Subyek penelitian adalah semua siswa kelas VII B SMP Negeri 2 Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul yang berjumlah 36 orang siswa. Sedangkan pelaku penelitian adalah penulis yaitu guru IPS dibantu oleh guru pengamat sekaligus sebagai observer.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2 siklus. Peneliti sebagai pengajar yang melaksana-kan proses belajar mengajar dengan menggunakan model tari Bambu dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan dan observasi serta refleksi sesuai model PTK menurut Kemmis dan Taggart (2013). Terdapat 3 variabel yang ada dalam penelitian ini, yaitu 1 variabel tindakan (penggunaan model Tari Bambu), dan 2 variabel dampak (Keaktifan belajar dan Hasil belajar).

Pengumpulan data keaktifan belajar dilakukan dengan teknik observasi, sedangkan data hasil belajar dikumpulkan dengan teknik tes. Sebelum digunakan, instrumen tersebut diuji validitas, reliabilitas, serta tingkat kesukarannya di kelas lain. Hanya instrumen yang valid, reliabel, dan memiliki kesulitan tepat saja yang digunakan untuk mengumpulkan data. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan melihat nilai rata-rata dan persentase ketuntasan. Selanjutnya, penelitian ini akan berakhir jika dalam hal keaktifan belajar siswa mengalami peningkatan, dan dalam hasil belajar, 90% siswa tuntas KKM.

Pelaksanaan Tindakan

Tindakan yang dilaksanakan meng-ikuti langkah-langkah yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart, yaitu perencanaan, pelaksanaan sekaligus observasi, dan refleksi. Keempat kegiatan tersebut masing-masing dilaksanakan dua kali, yaitu siklus 1 dan siklus 2. Rincian dari setiap kegiatan tersebut dapat disimak dalam sub-sub bab berikut.

Perencanaan Siklus 1

Perencanaan yang dilakukan pada siklus 1 meliputi kegiatan: (1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); (2) Membagi kelompok siswa berdasarkan karakternya; (3) Menyiapkan bahan atau sumber materi tertulis; (4) Menyiapkan ruangan yang lebih luas untuk memudahkan perputaran siswa (dalam hal ini guru meminjam Laboratorium Biologi).

Pelaksanaan Siklus 1

Pelaksanaan pembelajaran siklus 1 mengikuti sintak metode pembelajaran dengan beberapa modifikasi. Modifikasi yang dilakukan antara lain: (1) Tanya jawab siswa dilakukan dengan cara duduk, tidak berdiri; (2) Soal ditulis dalam selembar kertas, dan penjawab menulis jawaban di tempat yang disediakan oleh penanya; (3) Penjawab diperbolehkan mencari jawaban di sumber materi. Secara teknis, langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan adalah: (1) Guru membagi siswa kedalam 6 kelompok yang heterogen, masing-masing terdiri dari 6 siswa; (2) Siswa duduk berhadapan dengan kelompok lain, setiap siswa duduk berhadapan dengan siswa dari kelompok lain; (3) Siswa yang duduk menghadap ke belakang kelas menjadi penanya, menanyakan satu soal, dan yang duduk menghadap ke depan kelas menjadi penjawab; (4) Siswa bergeser duduk satu tempat searah jarum jam, bertanya soal berikutnya, dan seterusnya; (5) Usai pembelajaran, siswa berdiskusi dengan guru mengenai soal-soal yang belum terjawab.

Observasi Siklus 1

Observasi siklus 1 dilakukan oleh seorang observer yang memegang pedoman observasi. Terdapat 2 pedoman yang digunakan, yaitu pedoman pengamatan efektifitas pembelajaran, dan pedoman penilaian keaktifan siswa. Menurut hasil observasi, terdapat berbagai kelemahan dalam pembelajaran ini, diantaranya terdapat beberapa siswa yang belum menyusun daftar pertanyaan, jumlah soal antara siswa satu dengan yang lain berbeda, dan karakter soal juga berbeda (terdapat siswa yang hanya membuat soal isian singkat, sehingga dijawab dengan cepat, dan terdapat siswa yang membuat soal uraian panjang, sehingga butuh waktu lama untuk menjawab). Hal-hal tersebut menjadi hambatan tersendiri bagi perputaran sistem.

Refleksi Siklus 1

Refleksi dilakukan dengan cara diskusi antara guru, observer, dan perwakilan siswa (2 orang). Hasil refleksi menunjukkan bahwa keaktifan siswa masih kurang, pembelajaran belum berlangsung efektif, dan hasil belajar belum memenuhi kriteria keberhasilan. Dengan demikian, forum diskusi para reflektor memutuskan bahwa pembelajaran dilanjutkan pada siklus 2.

Perencanaan Siklus 2

Perencanaan yang dilakukan pada siklus 2 hampir sama dengan perencanaan pada siklus 1. Hanya saja, terdapat beberapa perbaikan yang dilakukan, seperti: (1) Pembatasan kriteria soal yang dibuat supaya semua seragam (semua siswa membuat soal berbentuk uraian); (2) Penetapan waktu untuk satu putaran, selama 5 menit perputaran; (3) Penetapan jumlah soal yang dibuat, yaitu 10 soal. Selain itu, komponen-komponen yang direncanakan pada siklus kedua ini sama dengan komponen dalam siklus 1.

Pelaksanaan Siklus 2

Pelaksanaan pembelajaran siklus kedua ini sama dengan pelaksanaan pada siklus 1, hanya saja guru lebih tegas dalam hal waktu. Siswa yang sudah selesai menjawab soal dari pasangannya tidak diperkenankan berputar sebelum waktu 5 menit selesai. Sedangkan siswa yang belum selesai mengerjakan soal hingga 5 menit wajib berputar, dan dapat melanjutkan penjawaban soal diantara selesainya pembelajaran tari bambu dan konfirmasi pada guru.

Observasi Siklus 2

Observasi yang dilakukan pada siklus 2 dilakukan oleh observer yang sama dengan siklus 1, dan memiliki objek observasi yang sama dengan siklus 1. Pada siklus kedua ini, observer tidak hanya mengobservasi saja, namun ikut membantu guru menegakkan disiplin waktu. Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran berjalan secara lebih tertib dibanding siklus 1, dimana dengan waktu 5 menit, tidak ada siswa yang kekurangan waktu dalam menjawab soal.

Refleksi Siklus 2

Refleksi yang dilaksanakan pada siklus 2 sama dengan refleksi yang dilaksanakan pada siklus pertama. Hasil refleksi menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berjalan secara efektif. Selain itu, keaktifan siswa telah meningkat dibandingkan siklus pertama, dan hasil belajar telah memenuhi target yang diharapkan. Dengan demikian, diputuskan bahwa pembelajaran berakhir pada siklus kedua ini, dan tidak dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Rata-rata nilai siswa pada akhir siklus pertama meningkat jika disbanding-kan dengan prasiklus. Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas adalah 28 orang (78%) meningkat dari kondisi sebelum penelitian (prasiklus) yang hanya sebanyak 20 orang (55%) yang tuntas. Berikut data hasil belajar yang diperoleh setelah evaluasi siklus pertama.

Tabel 1. Hasil Belajar Siklus Pertama

No

Nilai KKM

Jumlah Siswa

Persentase

Keterangan

1

8

22%

Tidak tuntas

2

28

78%

Tuntas

JUMLAH

34

100%

Sedangkan keaktifan siswa berda-sarkan hasil observasi juga mengalami peningkatan menunjukan siswa yang masuk kategori aktif pada siklus I meningkat menjadi 75% atau sekitar 27 orang siswa yang aktif dan 9 orang siswa yang belum aktif.

Berdasarkan refleksi yang dilaku-kan peneliti menemukan kendala dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif teknik tari bambu, yaitu: (1) Kurangnya waktu pelaksanaan; (2) Penggunaan metode pembelajaran yang baru dan belum pernah dilakukan menyebabkan siswa bingung dalam pelaksanaan tanya jawab; (3) Kelompok diskusi terlalu besar menyebabkan diskusi kelompok kurang kondusif; (4) Kurangnya ruang pada saat siswa melaksanakan diskusi; (5) Kesulitan dalam mengatur dan membimbing siswa pada saat diskusi; (6) Kurangnya kerjasama antara siswa laki-laki dan perempuan dalam satu kelompok; (7) Siswa yang mempunyai kemampuan pikir rendah menggantungkan diri pada temannya yang pintar, dan (8) Pada saat pembentukan kelompok dan pergantian pasangan (rolling) siswa ramai. Selain itu, karena tingkat ketuntasan belum mencapai target yang diharapkan, maka peneliti dan observer sepakat untuk melanjutkan penelitian ini pada siklus kedua.

Hasil belajar pada siklus kedua mengalami peningkatan dibandingkan siklus pertama. Pada siklus kedua, jumlah siswa yang tuntas adalah 33 orang (91%). Berikut data ketuntasan yang diperoleh setelah evaluasi siklus kedua.

Tabel 2. Hasil Belajar Siklus Kedua

No

Nilai KKM

Jumlah Siswa

Persentase

Keterangan

1

3

9%

Tidak tuntas

2

33

91%

Tuntas

JUMLAH

32

100%

Selain meningkatkan hasil belajar, pelaksanaan siklus II juga berhasil meningkatkan keaktifan siswa. Berdasarkan hasil observasi, siswa yang masuk kategori aktif pada siklus II meningkat menjadi 91% atau sekitar 33 orang siswa yang aktif dan 9% atau 3 orang siswa yang belum aktif.

Refleksi yang dilakukan menunjuk-kan bahwa siswa dan guru telah memahami pelaksanaan model ini. Hal ini terbukti peneliti dapat mengatasi kendala-kendala yang terjadi dengan melakukan kegiatan, yaitu: (1) Menambah waktu pelaksanaan terutama pada saat siswa berdiskusi; (2) Pembiasaan dan peran aktif peneliti dalam membimbing serta mengatur pelaksanaan diskusi kelompok; (3) Membagi siswa dalam empat kelompok besar; (4) Mengatur meja dan kursi di kelas, (5) Mengatur tata ruang dan membimbing siswa secara aktif; (6) Peneliti memotivasi dan memberikan pengarahan tentang pentingnya kerjasama dalam satu kelompok sehingga diskusi menjadi lebih hidup dan kompak; (7) Peneliti lebih memotivasi siswa pada saat diskusi kelompok dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan; (8) Peneliti membuat berbagai aturan tentang pembentukan kelompok. Selain itu, tingkat ketuntasan siswa telah mencapai target yang diharapkan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penelitian ini telah berhasil, dan dapat diakhiri.

Berdasarkan hasil penelitian, nam-pak bahwa dua hipotesis yang diajukan dapat diterima. Kedua hipotesis tersebut adalah: (1) Penerapan pembelajaran model Tari Bambu berpengaruh terhadap keaktifan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa Kelas VII B di SMP Negeri 2 Gedangsari tahun pelajaran 2014/2015. (2) Penerapan pembelajaran metode Tari Bambu berpengaruh terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa Kelas VII B di SMP Negeri 2 Gedangsari tahun pelajaran 2014/2015.

Temuan penelitian ini memperkaya khasanah faktor-faktor yang mempenga-ruhi hasil belajar dan keaktifan siswa. Untuk itu, perlu dilakukan pembahasan hasil penelitian yang berisikan diskusi antara hasil penelitian dengan teori-teori yang relevan.

Terkati dengan hasil belajar, faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi dalam Rusman (2012:124) adalah faktor internal (yang terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis), dan faktor eksternal (yang terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental). Hasil penelitian ini (yang menunjukkan bahwa penerapan metode tari bambu berpengaruh terhadap hasil belajar) menempatkan implementasi metode pembelajaran sebagai bagian dari faktor instrumental (menurut Munadi dalam Rusman).

Terkait dengan keaktifan belajar, temuan penelitian ini dapat didiskusikan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar menurut Syah (2012:146). Menurut Syah, faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa meliputi faktor internal, eksternal, dan pendekatan belajar. Temuan bahwa impelementasi metode tari bambu berpengaruh terhadap keaktifan belajar merupakan konfirmasi bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi keaktifan adalah pendekatan belajar (menurut Syah).

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang peneliti laksanakan di kelas VIIB SMP Negeri 2 Gedangsari Kabupaten Gunungkidul, didapatkan simpulan hasil penelitian yaitu bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe tari bambu dapat memecahkan permasalahan pembelajaran yang muncul sehingga hasil belajar IPS materi Perkembangan Hindu Budha dan Perkembangan Islam di Indonesia. Hal ini dapat dideskripsikan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe tari bambu dapat membuat siswa lebih memahami materi, terlihat dari keaktifan belajar meningkat dan hasil belajar juga meningkat.

Hasil Penelitian Tindakan Kelas dengan metode pembelajaran kooperatif tipe bamboo dancing dapat memecahkan setiap permasalahan baik yang dihadapi peneliti ketika mengajar maupun yang dihadapi siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Dengan terselesaikannya permasalahan tersebut menyebabkan tujuan pembelajaran peneliti dapat tercapai. Keberhasilan penelitian ini terlihat dari persentase keaktifan peneliti pada siklus I sebesar 75%. Aktivitas peneliti menunjukkan kriteria baik, tetapi belum maksimal karena masih ada kekurangan yang dilakukan peneliti dalam proses pembelajaran. Kekurangan tersebut diantaranya kurangnya tanya jawab, peneliti kurang memberi motivasi, kurang membimbing siswa dalam diskusi dan mempresentasikan hasilnya sehingga pengelolaan waktu kurang efektif. Kekurangan tersebut diperbaiki dalam siklus II sehingga didapatkan persentase hasil keaktifan siswa sebesar 91% dengan kriteria sangat baik. Hasil siklus II ini menunjukkan bahwa peneliti telah memperbaiki semua kekurangan yang terjadi di siklus I.

Hasil penelitian ini menjadi jawaban dari rumusan masalah penelitian ini, yaitu: (1) Penerapan pembelajaran model Tari Bambu (bamboo dancing) berpengaruh terhadap peningkatan keaktifan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa Kelas VII B di SMP Negeri 2 Gedangsari tahun pelajaran 2014/2015; (2) Penerapan pembelajaran model Tari Bambu (bambu dancing) berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa Kelas VII B di SMP Negeri 2 Gedangsari tahun pelajaran 2014/2015.

Untuk itu, disarankan bagi guru untuk menggunakan metode pembelajaran ini jika ingin meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa dalam mata pelajaran IPS. Selain itu disarankan untuk dilaksanakan penelitian lanjutan mengenai penggunaan metode tari bambu ini pada mata pelajaran lain, kelas lain, maupun sekolah lain.

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Z., Salladin. 1996. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kemmis, S., Taggart, M. 2013. The Action Research Planner. Victoria: Deakin University

Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Suprijono, A. 2012. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

 

Syah, M. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada