PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR

IPA MELALUI METODE EKSPERIMEN

PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SAWANGAN SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Suryati

SDN 2 Sawangan Kecamatan Punggelan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPA melalui penerapan metode eksperimen pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sawangan semester II tahun pelajaran 2014/2015.. Subyek penelitian 11 siswa terdiri dari laki-laki 6 siswa dan perempuan 5 siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas, dengan melakukan dua tindakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, obeservasi dan refleksi. Teknik analisis data dengan menggunakan metode deskriptif komparatif yaitu membandingkan pra siklus dan antar siklus. Hasil penelitian diperoleh hasil pada siklus I motivasi 6 siswa atau 54,55% kategori tinggi, motivasi 3 siswa atau 27,27% kategori sedang, motivasi 2 siswa atau 18,18% kategori rendah. Prestasi belajar rata-rata 72,36 dengan ketuntasan belajar 7 siswa atau 63,64%. Siklus II motivasi 10 siswa atau 90,91% kategori tinggi, motivasi 1 siswa atau 9,09% kategori sedang, motivasi 0 siswa atau 0% kategori rendah. Prestasi belajar rata-rata 80,55 dengan ketuntasan belajar 10 siswa atau 90,91%. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar.

Kata Kunci: motivasi, prestasi belajar, eksperimen


PENDAHULUAN

Latar belakang Masalah

Selama ini, pembelajaran IPA di-anggap sebagai pelajaran hafalan semata, guru menganggap mudah, sehingga guru hanya berceramah di depan kelas tanpa memberi contoh yang konkret. Dalam pembelajaran IPA sering kali terjadi hanya gurulah yang aktif, sedangkan siswanya pasif hanya duduk mendengarkan ceramah. Pembelajaran yang demikian mengakibatkan kebanyakan siswa ada yang mengantuk, bermain sendiri, dan suka ribut sendiri. Di samping itu motivasi dan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA juga rendah, sehingga menambah rendah pula tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis selama pembelajaran IPA berlangsung, motivasi belajar siswa dapat dikatakan belum memuaskan atau belum sesuai harapan. Hasil pengamatan pada pra siklus menunjukkan bahwa dari sejumlah 11 siswa, hanya 3 siswa atau sebesar 27,27% yang terlihat mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Lainnya, sebanyak sebanyak 3 siswa atau sebesar 27,27% kategori motivasi sedang, dan selebihnya 5 siswa atau sebesar 45,46% kategori motivasi rendah.

Rendahnya motivasi ternyata berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA. Hal ini ditunjukkan oleh data ulangan harian yang dilakukan oleh penulis pada materi pesawat sederhana, menunjukkan nilai rata-rata sebesar 59,64, siswa yang mendapatkan nilai di atas atau sama dengan KKM sebanyak 3 anak atau hanya sebesar 27,27% dengan KKM sebesar 68.

Kondisi di atas menunjukkan ada kesenjangan antara kondisi nyata dengan kondisi yang seharusnya dimiliki oleh siswa, yaitu motivasi dan prestasi belajar siswa yang tinggi. Untuk itu perlu ada upaya perbaikan agar motivasi dan prestasi belajar IPA siswa yang tinggi. Solusi intervensi untuk menyelesaikan rendahnya motivasi dan prestasi belajar digunakan metode eksperimen.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti melakukan penelitian tindaka kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Sawangan Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

Rumusan Masalah

Berdasarkan analisis situasi dan permasalahan seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sawangan semester II tahun pelajaran 2014/2015?

2. Apakah penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sawangan semester II tahun pelajaran 2014/2015?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPA melalui penerapan metode eksperimen pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sawangan semester II tahun pelajaran 2014/2015.

LANDASAN TEORI

Motivasi Belajar

Motivasi berawal dari kata motif yang dapat berarti segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Motif menurut Suyati-nah (2000: 41) dapat diartikan sebagai dorongan yang mengarahkan individu untuk lebih mungkin melakukan tindakan tertentu dari pada tindakan yang lainnya..

Mulyasa (2010), mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Dengan kata lain seorang peserta didik akan belajar dengan baik apabila ada faktor pendorongnya. Dalam kaitan ini guru dituntut memiliki kemampu-an membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat membentuk kompe-tensi dan mencapai tujuan belajar.

Menurut Mulyasa (2003:112) moti-vasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. siswa akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Seorang siswa akan belajar bila ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi.

Dimyati (2002:80) mengatakan bahwa siswa belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa keinginan dan perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri seorang terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan meng-arahkan sikap dan perilaku individu dalam belajar. Motivasi belajar merupakan ke-inginan atau dorongan pada diri seseorang baik secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan tujuan tertentu

Berdasarkan pengertian di atas bahwa yang dimaksud motivasi belajar dalam penelitian ini adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Dalam motivasi belajar dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka pemenuhan harapan dan dorongan dalam hal ini adalah pencapaian tujuan.

Prestasi Belajar

Nana Sudjana (2005:5) berpenda-pat: ”Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.”

Prestasi belajar adalah suatu hasil usaha yang telah dicapai oleh siswa yang mengadakan suatu kegiatan belajar di sekolah dan usaha yang dapat menghasilkan perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku. Hasil perubahan tersebut diwujudkan dengan nilai atau skor (Winkel, 2005:532). Muhibbin Syah (2004: 141) menjelaskan “prestasi belajar adalah setiap macam kegiatan belajar menghasil-kan sesuatu perubahan yang khas yaitu hasil belajar”. Menurut Lukman Ali (2005: 768) dikatakan bahwa “Prestasi belajar adalah hasil usaha yang telah dicapai atau yang telah dikerjakan untuk mendapatkan suatu kecakapan dan kepandaian”.

Berdasarkan pendapat para pakar pendidikan di atas, maka dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar adalah suatu hasil usaha yang telah dicapai oleh siswa baik penguasaan pengetahuan atau keterampilan sebagai hasil belajar yang ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi dalam penelitian dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang berupa angka yang diberikan oleh guru setelah melakukan tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa

Metode Eksperimen

Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru

Metode eksperimen menurut Dja-marah (2002) adalah cara penyajian pela-jaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.

Metode eksperimen (percobaan) adalah suatu tuntutan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar menghasilkan suatu produk yang dapat dinikmati masyarakat secara aman dan dalam pembelajaran melibatkan siswa dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu, (Sumantri, 1999:157).

Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini yang dimaksud metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan suatu percobaan, mengalami dan membuktikan sendiri apa yang dipelajari, serta siswa dapat menarik suatu kesimpulan dari proses yang dialaminya.

Beberapa hal yang harus diperhati-kan dalam melakukan metode eksperimen adalah sebagai berikut:

1. Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang dibutuhkan.

2. Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen.

3. Sebelum dilaksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan pengarahan tentang petunjuk dan langkah-langkah kegiatan eksperimen yang akan dilakukan.

4. Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan percobaan yang telah direncanakan, bila hasilnya belum memuaskan dapat diulangi lagi untuk membuktikan kebenarannya.

5. Setiap individu atau kelas dapat melaporkan hasil pekerjaannya secara tertulis

METODE PENELITIAN

Seting dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2014/2015. Tempat penelitian dilaksanakan di kelas V SD Negeri 2 Sawangan, Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara, jumlah siswa sebanyak 11 siswa.

Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara cara yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh data data yang dapat menjawab rumusan masalah penelitian.

Penggunaaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang relevan. tehnik penelitian sebagai cara yang ditempuh untuk mengumpulkan data sebagai berikut: Tekhik observasi, teknik test dan teknik dokumentasi.

Teknik Analisa Data

Data adalah keterangan atau gambaran mengenai sesuatu hal, bisa berbentuk kategori atau angka-angka (bilangan) Data yang dikumpulkan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif.Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara, sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil test, dokumentasi, dan observasi.

Data kuantitatif akan diolah melalui analisis deskriptif, sedangkan data kualitatif akan diolah dalam bentuk paparan narasi yang menggambarkan kualitas pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif analisis kritis. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus, yang digunakan untuk mengetahui indikator keberhasilan dan kegagalan dalam setiap siklus.Indikator yang belum tercapai diperbaiki pada siklus berikutnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar tentang materi lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah. Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif, yakni mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kenerja siswa dan peneliti dalam proses pembelajaran berdasarkan kriteria normatif. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam penyusunan perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Tindakan yang dilakukan dalam siklus yaitu dua tindakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri darai empat tahapan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Awal

Pembelajaran mata pelajaran IPA yang dilakukan peneliti pada umumnya selama ini, pembelajaran IPA dianggap sebagai pelajaran hafalan semata, guru menganggap mudah, sehingga guru hanya berceramah di depan kelas tanpa memberi contoh yang konkret. Dalam pembelajaran IPA sering kali terjadi hanya gurulah yang aktif, sedangkan siswanya pasif hanya duduk mendengarkan ceramah. Pembela-jaran yang demikian mengakibatkan kebanyakan siswa ada yang mengantuk, bermain sendiri, dan suka ribut sendiri. Di samping itu motivasi dan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA juga rendah, sehingga menambah rendah pula tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan

Kondisi proses pembelajaran ini berakibat motivasi rendah. Hal ini ditunjukan hasil pengamatan dari 11 siswa hanya 3 siswa atau 27,27% yang motivasi tinggi, 3 siswa atau 27,27% motivasi sedang, dan 5 siswa atau 45,46% motivasi rendah.

Kondisi rendahnya motivasi siswa berdampak juga pada rendahnya prestasi belajar. Hal ini ditunjukan hasil tes prestasi belajar IPApada akhir materi nilai rata-rata masih rendah yaitu 59,64. Dari nilai tes prestasi belajar pra siklus menunjukkan banyak siswa yang belum tuntas. Siswa yang mendapatkan nilai lebih besar atau sama dengan KKM yaitu 68 ada 3 siswa dengan ketuntasan belajar 27,27%. Nilai tertinggi 80, nilai terendah 44 dengan rentang nilai 0 100 dengan nilai rata-rata 59,64.

Siklus I

Hasil penelitian untuk mengetahui seberapa besar motivasi siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA, mengetahui seberapa besar prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA, data yang digunakan analisis penelitian ini berupa skor pengamatan dan diinterpretasikan dalam analisis kualitatif berupa tinggi, sedang dan rendah. Untuk tes prestasi hasil belajar meliputi penilaian kognitif berupa data skor kuantitatif. Hasil analisis tes diperoleh skor tertinggi, skor terendah, rerata dan ketuntasan belajar siswa. Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I, diperoleh data sebagai berikut:

1. Motivasi Belajar

Data tentang motivasi belajar diambil setelah melakukan pembelajaran pada akhir siklus I, Instrumen data berupa lembar pengamatan yang terdiri dari 10 indikator. Dari data diperoleh motivasi skor 13 kategori rendah, motivasi skor 47 kategori sedang , motivasi skor 810 kategori tinggi.

Hasil pengamatan diperoleh hasil motivasi belajar diperoleh hasil sebagai berikut: skor tinggi 6 siswa 54,55%, sekor sedang 3 siswa 27,27% dan skor rendah 2 siswa 18,18% , skor rerata 7,77 atau ketergori sedang. Siswa yang mendapatkan skor tinggi hanya 6 siswa atau 54,55%.

2. Prestasi Belajar

Setelah pembelajaran berlangsung selama 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis mata pelajaran IPA Hasil tes prestasi belajar IPA diperoleh hasil sebagai berikut: nilai tertinggi 88, nilai terendah 52, nilai rerata 72,36,. Masih ada 4 siswa (36,36%) yang mendapat nilai di bawah ketuntasan belajar minimal (KKM). Hasil analisis tes prestasi belajar IPA, diperoleh rerata 72,36 nilai tertinggi 88 nilai terendah 52 ketuntasan belajar 63,64%.

Siklus II

Hasil penelitian untuk mengetahui seberapa besar motivasi siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPA, mengetahui seberapa besar prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA, data yang digunakan analisis penelitian ini berupa skor pengamatan dan diinterpretasikan dalam analisis kualitatif berupa tinggi, sedang dan rendah. Untuk tes prestasi hasil belajar meliputi penilaian kognitif berupa data skor kuantitatif. Hasil analisis tes diperoleh skor tertinggi, skor terendah, rerata dan ketuntasan belajar siswa. Setelah melaksanakan perbaikan pembela-jaran siklus I, diperoleh data sebagai berikut:

1. Motivasi Belajar

Data tentang motivasi belajar diambil setelah melakukan pembelajaran pada akhir siklus I, Instrumen data berupa lembar pengamatan yang terdiri dari 10 indikator. Dari data diperoleh motivasi skor 13 kategori rendah, motivasi skor 47 kategori sedang, motivasi skor 810 kategori tinggi.

Hasil pengamatan siklus II motivasi belajar diperoleh hasil sebagai berikut: skor tinggi 10 siswa 90,91%, sekor sedang 1 siswa 9,09% dan skor rendah 0 siswa 0% , skor rerata 8,68 atau ketergori baik. Siswa yang mendapatkan skor tinggi 10 siswa atau 90,91%.

2. Tes Prestasi Belajar

Setelah pembelajaran berlangsung selama 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis mata pelajaran IPA. Hasil tes prestasi belajar IPA diperoleh hasil sebagai berikut: nilai tertinggi 94, nilai terendah 60, nilai rerata 80,55, modus nilai 76. Masih ada 1 siswa (9,09%) yang mendapat nilai di bawah ketuntasan belajar minimal (KKM).

PEMBAHASAN

Perbandingan hasil penelitian pra siklus, siklus I dan siklus II setelah dilaku-kan pengamatan saat proses pembelajaran diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1:Perbandingan Motivasi Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No

Motivasi

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

1

Tinggi

3

6

10

2

Sedang

3

4

1

3

Rendah

5

1

0

Berdasarkan data di atas pada siklus I ada kenaikan motivasi yang tinggi dari 3 siswa pada pra siklus menjadi 6 siswa pada siklus I. Pada siklus II ada kenaikan motivasi yang tinggi dari 6 siswa pada siklus I menjadi10 siswa pada siklus II. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode eksperimen dapat meningkatkan motivasi yang tinggi dari 3 siswa pada pra siklus menjadi 10 siswa pada siklus II.

Prestasi belajar mata pelajaran IPA yang diukur melalui tes prastasi menunjukkan hasil pada pra siklus rerata 59,64 dan ketuntasan 27,27%. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen ada peningkatan. Pada siklus I rerata 72,36 dan ketuntasan 63,64%. Dari hasil refleksi hasil tersebut masih belum mencapai indikator keberhasilan. Dengan memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I yaitu memperkecil kelompok hasil tes prestasi pada siklus II rerata 80,55 dan ketuntasan 90,91. Perbandingan hasil tes prestasi belajar pra siklus, siklus I dan siklus II setelah dilakukan ulangan pada akhir siklus diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 2: Perbandinngan Prestasi Belajar IPA Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No

Prestasi Belajar IPA

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

1

Nilai tertinggi

80

88

98

2

Nilai terendah

44

52

60

3

Nilai rata-rata

59,64

72,36

80,55

4

Ketuntasan Belajar

27,27

63,64

90,91

Pada tabel di atas terlihat pra siklus nilai rata–rata 59,64, pada siklus I ratarata 72,36 dan siklus II rata-rata 80,55. Dengan demikian pembelajaran dengan metode ekspereimen, dapat meningkatkan prestasi belajar pada siklus I menjadi nilai rata-rata 72,36 dan siklus II menjadi nilai rata-rata 80,55. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar dari rerata 59,64 pada pra siklus menjadi 80,55 pada siklus II. Ketuntasan belajar pada pra siklus 27,27%, pada siklus I 63,64% dan siklus II 90.91%. Ini berarti pada siklus I ada peningkatan ketuntasan belajar dari 27,27% pada pra siklus menjadi 63,64% pada siklus I, sedangkan pada siklus II meningkat dari 63,64% pada siklus I menjadi 90,91% pada siklus II. Pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen dapat meningkatkan ketuntasan belajar dari 27,27% pada pra siklus menjadi 90,91% pada siklus II.

Penerapan metode eksperimen berdampak perubahan situasi kelas dan siswa. Perubahan kondisi siswa antara lain siswa aktif, berani melakukan eksperimen, dan suasa pembelajaran menjadi menyenangkan. Pada siklus II proses pembelajaran menjadi lebih baik karena penerapan metode eksperimen, dan memperkecil jumlah anggota kelompok. Hal ini menyebabkan motivasi dan prestasi belajar menjadi meningkat. Hal ini sebagaimana pendapat Dimyati (2002:46) menyatakan bahwa pembelajaran menjadi efektif jika dilakukan secara kelompok kecil. Selain itu memberi kesempatan siswa untuk diskusi. Menurut Syaiful Bahri Djamrah (2002:99) mengatakan teknik diskusi merupakan teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di sekolah. Didalam diskusi ini proses belajar mengajar terjadi, diman interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah dapat terjadi semua aktif. Dalam penelitian ini kelompok kecil yang digunakan tiap kelompok 3 anggota. Kelebihan penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA pada siklus I antara lain: 1) membuat siswa lebih percaya diri, 2) merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan, prakarsa, dan trobosan baru dalam memecahkan masalah. 3) meningkatkan motivasi belajar.

Dari uraian di atas maka dapat diperoleh hasil penelitian bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan motivasi yang tinggi dari 27,27% atau 3 siswa pada pra siklus, menjadi 90,91% atau 10 siswa pada siklus II, dapat meningkatkan prestasi belajar rata-rata 59,64 pada pra siklus menjadi 80,55 pada siklus II dan ketuntasan belajar dari 27,27% atau 3 siswa menjadi 90,91% atau 10 siswa.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sawangan semester II tahun pelajaran 2014/ 2015?

2. Penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sawangan semester II tahun pelajaran 2014/2015

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan kelas di kelas V SD Negeri 2 Sawangan maka peneliti memberikan saransaran kepada: 1) Guru: Metode eksprimen terbukti memberikan manfaat yang besar dalam proses maupun hasil belajar siswa, maka sudah selayaknya metode eksperimen dapat diterapkan pada mata pelajaran atau konsep pembelajaran yang lain dan mulailah untuk berinovasi dalam proses pembelajaran. 2) Kepala Sekolah: Kepala Sekolah diharapkan mampu mendorong guru, untuk mempelajari dan menerapkan pembelajaran dengan metode eksperimen di kelas dan materi yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati.2005.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.

Djamarah,Syaiful Bahri.2002.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Rineka Cipta.

Mulyasa,E.2003.Kurikulum Berbasis Kom-petensi. Bandung:Remaja Rosda-karya.

Mulyasa. (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Muhibbin Syah, 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung Remaja Rosda Karya

Nasution. 2005. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Sardiman,A.M.2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:Grafindo.

Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdikarya

Sumantri, Mulyani. 2003.Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Universitas

Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka

 

Winkel, 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi