PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SISWA KELAS 1 SD NEGERI 2 KESENET SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2014/2015
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SISWA KELAS 1 SD NEGERI 2 KESENET
SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Sukarti
SD Negeri 2 Kesenet Kecamatan Banjarmangu
ABSTRAK
Kemampuan menghitung dan prestasi belajar Matematika siswa di SD Negeri 2 Kesenet masih rendah, hanya 2 siswa yang memiliki kemampuan menghitung kategori tinggi dan prestasi belajar rerata 60. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menghitung dan prestasi belajar melalui penerapan pembelajaran Kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Penelitian ini dilaksanakan di kelas I SD Negeri 2 Kesenet, Kecamatan Banjarmangu tahun pelajaran 2014/2015. Subyek penelitian berjumlah 16 siswa terdiri 6 siswa laki- laki dan 10 siswa perempuan. Penelitian dilakukan 2 siklus dengan prosedur umum perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan analisis data dengan menggunakan metode deskriptif komparatif yaitu membandingkan pra siklus dan antar siklus. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan kemampuan menghitung 50% tinggi, 31,25% sedang dan 18,75% rendah. Pada Siklus II kemampuan menghitung 87,5% tinggi, 6,25% sedang dan 6,25% rendah. Tes prestasi belajar siklus I nilai rata-rata 64,25 dengan ketuntasan belajar 37,5%. Siklus II nilai rata-rata 72 dengan ketuntasan belajar 75%. Berdasarkann hasil analisa dan pembahasan maka dapat di simpulkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan menghitung dan prestasi belajar matematika siswa kelas I SD Negeri 2 Kesenet semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015.
Kata Kunci: Kemampuan menghitung, Prestasi belajar, Metode Kooperatif tipe STAD
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
SD Negeri 2 Kesenet dibawah binaan UPT Dindikpora Kecamatan Banjarmangu termasuk sekolah cukup lama karena berdiri sejak tahun 1974. Pada tahun pelajaran 2014/2015 jumlah siswa kelas 1 sebanyak 16 siswa. Sebelum dilakukan penelian, pembelajaran masih konfensional, tanpa menggunakan media yang tepat, anak pasif, kelas tidak kondusif.
Hasil pengamatan kemampuan menghitung pra siklus 2 siswa atau 12,5% kategori tinggi, 4 siswa atau 25% kategori sedang, 10 siswa atau 62,5% kategori rendah. Hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar matematika dengan rerata 60, siswa yang tuntas belajar 6 siswa atau 37,5% dengan KKM 62.
Kondisi ideal yang harus dimiliki siswa dalam tujuan pembelajaran Matema–tika yang termasuk di standar isi dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 sebagai berikut: Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkem–bangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukannya daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Faktor penyebab rendahnya ke–mampuan menghitung dan prestasi bela–jar: semangat belajar rendah, minat belajar rendah, metode pembelajaran belum berfa–riasi, media pembelajaran masih terbatas, alat peraga belum dimanfaatkan, sumber belajar terbatas, Guru kurang menguasai penerapan model pembelajaran,
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menghitung dan prestasi belajar maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi masalah.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan menghitung dan prestasi belajar mata pelajaran matematika siswa kelas I SD Negeri 2 Kesenet Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015?.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk me-ningkatkan kemampuan menghitung dan prestasi belajar siswa pada materi operasi hitung bilangan dengan menerapkan model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) pada siswa kelas I SD Negeri 2 Kesenet Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kemampuan Menghitung
Kemampuan berasal dari kata “mampu” yang artinya kuasa atau berada. Kata mampu yang mendapat awalan ke- dan akhiran –an akan menjadi kata kemampuan yang selanjutnya memiliki arti kesanggupan, kecakapan, kekuatan, atau kekayaan. (Hasan Alwi,2005: 707).
Menurut Riyanto (2001) berhitung secara harfiah berarti cara menghitung dengan menggunakan angka-angka. Sedangkan menurut Masykur dan Fatharani (2008) kemampuan berhitung adalah penguasaan terhadap ilmu hitung dasar yang merupakan bagian dari matematika yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menghitung adalah kesanggupan anak dalam penguasaan ilmu hitung yang meliputi penjumlahan, pengurangan, dan pembagian terhadap bilangan-bilangan tertentu dengan aspek atau indikator: a) Menunjukkan aktifitas; b) Menyebutkan urutan bilangan; c) Menjumlahkan angka dan benda; d) Mengurangkan angka dan benda; e) Memasangkan lambang bilangan dengan benda; f) Menghitung benda; g) Membandingkan benda; h) Mengenal konsep bilangan; i) Membuat urutan bilangan; j) Menghubungkan lambang bilangan dengan benda.
Prestasi Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tibgkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan lingkungannya. Perubahan ini bersifat rekatif konstan dan berbekas (Hamdani, 2011:20). Menurut Djamarah (2008):13) mendefinisikan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam lengkungannya yang menyangkut kognitif, efektof dan psikomotor.
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dari pelajaran-pelajaran yang diterima atau kemamouan menguasai pelajaran yang dilakukan oleh guru yang selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar/tes prestasi (Mulyono, 2003:150). Menurut Darsono (2005:27) prestasi belajar adalah hasil ang diperoleh dari belajar yang berupa perubahan tingkah laku yang menetap.
Menurut Bunjamin S. Bloom dalam Sudjana (2006:22) prestasi atau hasil belajar meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afeltif dan psikomotor.
Pada penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses belajar matematika yang menghasilkan perubahan pada diri seseorang berupa penguasaan, ketrampilan, dan kecakapan baru yang dinyatakan dengan simbol, angka, atau huruf.
Pendekatan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didasarkan pada alas an bahwa manusia sebagai makhluk individu yang berbeda satu sama lain sehingga konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk social, makhluk yang berinteraksi dengan sesama (Nurhadi 2003: 60).
Pengertian Pendekatan Pembela-jaran Kooperatif tipe STAD adalah Tipe ini dikembangkan pertama kali oleh Robert Slavin dan teman–temannya di Universitas John Hopkins dan merupakan model pembelajaran kooperatif paling sederhana (Ibrahim dkk, 2000:6).
Menurut Sutopo (2006:7) ada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tepe STAD. Kelima komponen tersebut adalah presentasi kelas, kerja tim, kuis, skor perbaikan dan penghargaan tim.
Penelitian ini yang dimaksud Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah Model pembelajaran yang lebih menekan-kan pembentukan kelompok untuk bekerja sama menyelesaikan permasalahan, de–ngan sintaks pembelajaran: 1) membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestsi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain); 2) guru menyajikan; 3) guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti; 4) guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu; 5) memberi evaluasi; 6) memberi penghargaan; 7) kesimpulan.
HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan uraian landasan teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini adalah diduga Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan menghitung dan prestasi belajar matematika pada siswa kelas I SD Negeri 2 Kesenet Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.
METODE PENELITIAN
Subyek, Setting dan Waktu
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas I SD Negeri 2 Kesenet berjumlah 16 siswa, terdiri dari 10 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki dengan karakteristik siswa memiliki potensi dan kompetensi yang heterogen. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Kesenet, Kecamatan Banjar–mangu, Kabupaten Banjarnegara.
Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran Matematika selama 2 siklus. Jadwal pelaksanaan penelitian sebagai berikut, Siklus I tanggal 2 sd 16 Maret 2015 dengan kompetensi dasar 4.4. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka. Siklus II: tanggal 13 sd 27 April 2015 dengan kompetensi dasar 4.4. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka.
Data Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
Sumber data pada penelitian ini adalah: 1) Sumber data siswa meliputi: data tentang kemampuan menghitung, dan prestasi belajar dan pada mata pelajaran Matematika dan data tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2) Sumber data guru meliputi data ketrampilan guru merencanakan perbaikan pembelajaran dan ketrampilan melaksana–kan pembelajaran, proses pembelajaran seperti interaksi pembelajaran, implemen–tasi penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD. 3) Sumber data kolaborasi meliputi pengamalan penerapan model pembelajaran dan hasil refleksi bersama peneliti.
Pada penelitian ini teknik dan alat pengumpulan data menggunakan: 1) Tek-nik tes yang digunakan adalah prestasi belajar. Dokumentasi diambil pada saat pembelajaran berlangsung sebagai bukti fisik pembelajaran. kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaranDokumen diam-bil pada saat pembelajaran berlangsung sebagai bukti fisik kegiatan pembelajaran.
Pada penelitian ini validasi tes prestasi belajar menggunakan validasi empirik dan validasi teoritik yaitu kualitatif dan kuantitatif, sedang data pengamatan menggunakan triangulasi sumber, triangu-lasi metode dan triangulasi peneliti.
Prosedur Pelaksanaan
Penelitian dengan menggunakan metode ini dilakukan penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus. Penelitian ini melalui tahapan planning, acting, obser–ving, dan reflecting
Indikator Kinerja
Indikator kinerja pada penelitian ini sebagai berikut: 1) Kemampuan menghi–tung dinyatakan berhasil, jika minimal 75% atau 12 siswa dengan kategori tinggi dalam proses pembelajaran kooperatif tipe STAD; 2) Prestasi belajar dinyatakan berhasil, jika nilai rata-rata tes prestasi belajar 62 atau 75% pada mata pelajaran matematika.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN
Hasil Penelitian
1. Deskripsi Kondisi awal
Pembelajaran mata pelajaran matematika yang dilakukan peneliti pada umumnya belum sesuai harapan atau belum memuaskan. Kondisi proses pembelajaran ini berakibat kemampuan menghitung rendah. Hal ini ditunjukkan hasil pengamatan dari 16 siswa hanya 2 siswa atau 12,5% yang kemampuan menghitung tinggi. Kondisi rendahnya kemampuan menghitung berdampak juga pada rendahnya prestasi belajar. Hal ini ditunjukkan nilai tes prestasi belajar pra siklus menunjukkan banyak siswa yang belum tuntas atau yang mendapatkan nilai lebih besar dari KKM yaitu 62 ada 6 siswa dengan ketuntasan belajar 75%. Nilai tertinggi 70, nilai terendah 50 dengan rentang nilai 0-100 dengan nilai rata-rata 60.
2. Deskripsi Siklus I
Pada hari Senin 2 Maret 2015 jam ke 4,5 merupakan pelajaran matematika. Awal kegiatan peneliti memberi salam, berdoa bersama dan mengabsen siswa.. Peneliti mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang jumlah anak perempuan, jumlah anak laki-laki, jumlah anak laki-laki dan perempuan di kelas. Peneliti menunjuk beberapa siswa untuk menjawab. Peneliti menulis jawaban di papan tulis. Peneliti mengajak siswa untuk menentukan nilai tempat puluhan dan satuan yang sesuai dengan jawaban siswa. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran.
Pada kegiatan inti peneliti memajang gambar dan kartu bilangan. Siswa menganalisis gambar dan kartu bilangan. Peneliti memberi petunjuk dan kesempatan pada siswa untuk memperhatikan gambar dan kartu bilangan. Peneliti membagi kelompok men–jadi 4 kelompok, masing-masing kelompok 4 siswa dan siswa membagi dirinya dalam kelompok sesuai petunjuk guru/peneliti. Peneliti menyajikan pembelajaran tentang penjumlahan 2 bilangan, contohnya 8 + 5 = 13. Peneliti menyajikan penjumlahan 2 bilangan 2 angka tanpa menyimpan, contohnya 13 + 12 =25 (dibuat susun pendek), siswa memperhatikan, peneliti menyampaikan penjumlahan secara bersusun panjang, contohnya 23 + 6 =29. Peneliti memberi tugas kelompok untuk mengerjakan tugas kelompok yang sudah tahu menjelaskan kepada anggota lain sampai mengerti, siswa mengerjakan tugas kelompok. Peneliti mengamati kegiatan siswa sambil memberi arahan, siswa bekerja kelompok dan mencatan hasil dalam mengerjakan tugas. Peneliti memberi kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil dalam mengerjakan tugas dan siswa menyampaikan secara perwakilan. Peneliti memberikan penjelasan materi sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, siswa mencatan hal-hal yang disampaikan guru. Peneliti membarikan tugas kepada perwakilan kelompok untuk menempelkan hasil kelompok dipapan pajangan,siswa memajang hasil kerja kelompok.
Pada kegiatan penutup peneliti memberi kuis/pertanyaan kepada semua siswa. Peneliti memberi penghargaan kepada siswa yang dapat menjwab kuis/pertanyaan. Peneliti bersama siswa membuat simpulan. Peneliti memberikan PR. Peneliti menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
Pengamatan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan menghitung siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran matematika. Setelah melaksana–kan perbaikan pembelajaran siklus I, diperoleh data sebagai berikut:
a. Kemampuan menghitung
Data tentang kemampuan menghi–tung diambil setelah melakukan pembela–jaran pada akhir siklus I. Instrumen data berupa lembar pengamatan yang terdiri dari 10 indikator. Dari data diperoleh kemampuan menghitung skor 8 -10 kategori tinggi, skor 4-7 kategori sedang, skor 1-3 kategori rendah. Hasil selengkap-nya disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut: Pada siklus I diperoleh hasil, siswa memiliki kemampuan menghitung tertinggi 8 siswa atau 50%, siswa memiliki kemampuan menghitung sedang 5 siswa atau 31,25% dan siswa memiliki kemampuan menghitung rendah 3 siswa atau 18,75%. Ini berarti ada kenaikan kemampuan menghitung tinggi dari pra siklus 2 siswa menjadi 8 siswa.
b. Tes Prestasi Belajar
Setelah pembelajaran berlangsung 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis. Jumlah soal 23 butir soal. Hasil tes diperoleh data sebagai berikut: Pada tes prestasi belajar siklus I hasil nilai tertinggi 77,5 nilai terendah 55 dan nilai rata–rata 64. Ketuntasan belajar 62,5% atau 10 siswa.
Diskusi refleksi pada siklus I dilakukan pada tanggal 27 Maret 2015 dengan hasil analisis dan diskusi secara kolaboratif diperoleh data sebagai berikut: Berdasarkan kriteria keberhasilan, maka: 1) Kemampuan menghitung baru mencapai 8 siswa yang tinggi atau 50% atau 8 siswa. 2) Prestasi belajar mata pelajaran matematika nilai rata-rata baru mencapai 64 dengan ketuntasan belajar 62,5% sehingga belum berhasil karena kriteria keberhasilan nilai rata-rata 72 atau 75%.Keputusan refleksi bersama kolaborat, maka kekurangan yang yang segera diperbaiki dan melanjutkan ke siklus II.
3. Deskripsi Siklus II
Pada hari Senin, 13 April 2015 pada jam ke 4 dan 5 merupakan pelajaran Matematika. Awal kegiatan peneliti mem–beri salam, berdoa, mengabsen. Peneliti memajang gambar yang mengarah ke pengurangan pada papan tulis. Peneliti mengajukan pertanyaan berapa hasil dari 45-4?. Peneliti menunjuk beberapa siswa untuk menjawab dengan mengerjakan di papan tulis. Siswa diajak untuk mengurangkan bilangan 2 angka dengan 1 angka dengan cara bersusun pendek, bersusun panjang dan mendatar. Siswa diajak untuk mengurangkan 2 bilangan 2 angka kedua bilangan kelipatan 10 cara mendatar, bersusun pendek dan bersusun panjang. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran.
Pada kegiatan inti peneliti mema–jang gambar, siswa dengan petunjuk guru menganalisis gambar. Peneliti memberi petunjuk dan kesempatan pada siswa untuk memperhatikan gambar, siswa memperhatikan dengan seksama. Peneliti membagi siswa dalam 8 kelompok, masing-masing terdiri dari 2 siswa, siswa membagi dirinya sesuai kelompok yang telah ditetapkan oleh guru. Peneliti menyajikan pembelajaran tentang pengurangan bilangan dengan contoh-contohnya, siswa memperhatikan penyajian pembelajaran dari guru. Peneliti memberi tugas pada masing-masing kelompok untuk mengerjakan tugas kelompok, anggota yang sudah tahu menjelaskan kepada anggota lain sampai semua dalam anggota mengerti. Masing-masing kelompok mengerjakan tugas. Peneliti mengamati kegiatan siswa, siswa dalam kelompok mencatat hasil kerja kelompok. Peneliti memberi kesempatan kepada masing-masing kelompok menyampaikan hasil kerja kelompok, siswa secara perwakilan menyampaikan hasilnya. Peneliti memberi penjelasan materi sesuai tujuan, siswa mencatat. Peneliti memberi tugas untuk memajang hasil kerja kelompok, siswa secara perwakilan memajangnya.
Pada kegiatan penutup peneliti memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Peneliti memberi penghargaan kepada siswa yang dapat menjawab kuis/pertanyaan. Peneliti bersama siswa membuat kesimpulan. Peneliti memberikan PR. Peneliti menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
Pengamatan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan menghitung siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran matematika. Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II, diperoleh data sebagai berikut:
a. Kemampuan Menghitung siklus II.
Pada siklus II diperoleh hasil, siswa memiliki kemampuan menghitung tertinggi 14 siswa atau 87,5%, siswa memiliki kemampuan menghitung sedang 1 siswa atau 6,25% dan siswa memiliki kemampuan menghitung rendah 1 siswa atau 6,25%.
b. Tes Prestasi Belajar
Setelah pembelajaran berlangsung 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis. Jumlah soal 23 butir soal. Hasil tes diperoleh data sebagai berikut: Pada tes prestasi belajar siklus II hasil nilai tertinggi 92,5 nilai terendah 55 dan nilai rata– rata 72. Ketuntasan belajar 12 siswa atau 75%.
Berdasarkan diskusi refleksi pada siklus II dengan hasil analisis dan diskusi secara kolaboratif berdasarkan kriteria keberhasilan, maka: 1) Kemampuan meng–hitung sudah mencapai 14 siswa yang tinggi atau 87,5%, sehingga berhasil. 2) Prestasi belajar mata pelajaran matematika nilai rata-rata sudah mencapai 72 dengan ketuntasan belajar 75% sehingga berhasil.
Pembahasan
Pada pengamatan pra siklus ke-mampuan menghitung tinggi hanya 12,5% atau 2 siswa dari 16 siswa, kemampuan menghitung sedang 25% atau 4 siswa dan kemampuan menghitung kurang 62,5% atau 10 siswa. Setelah dilakukan pembela–jaran dengan menggunakan model pembe–lajaran kooperatif tipe STAD kemampuan menghitung mengalami peningkatan. Kemampuan menghitung tinggi 50% atau 8 siswa dari 16 siswa, kemampuan menghitung sedang 31,25% atau 5 siswa dan kemampuan menghitung rendah 18,75% atau 3 siswa
Kemampuan menghitung belum mencapai indikator keberhasilan. Pada siklus II penerapan pembelajaran koopera–tif tipe STAD dengan penekanan/per–ubahan menambah kegiatan untuk meningkatkan kemampuan menghitung secara optimal. Hasil pengamatan pada siklus II adalah sebagai berikut, kemampuan menghitung tinggi 87,5% atau 14 siswa dari 16 siswa, kemampuan menghitung sedang 6,5% atau 1 siswa, dan kemampuan menghitung kurang 6,5% atau 1 siswa. Perbandinga hasil penelitian pra siklus, siklus I, dan siklus II setelah dilakukan pengamatan pada saat proses pembelajaran diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1: Perbandingan Kemampuan Menghitung Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
No |
Kemampuan Menghitung |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Tinggi |
2 |
8 |
14 |
2 |
Sedang |
4 |
5 |
1 |
3 |
Rendah |
10 |
3 |
1 |
4 |
Presentasi kemampuan Tinggi |
12,5% |
50% |
87,5 |
Berdasarkan data di atas pada pra siklus menunjukkan kemampuan menghi-tung tinggi menunjukkan 2 siswa atau 12,5%, pada siklus II menjunjukkan kemampuan menghitung tinggi 8 siswa atau 50% dan pada siklus II menunjukkan kemampuan menghitung tinggi 14 siswa atau 87,5%. Pada Siklus I ada kenaikan kemampuan menghitung tinggi dari 2 Siswa atau 12,5% menjadi 8 siswa atau 50% pada siklus I. Pada siklus II ada kenaikan kemampuan menghitung tinggi dari 8 siswa atau 50% pasa siklus I menjadi 14 siswa tau 87,5 pada siklus II. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembela-jaran dengan metode pembelajaran koo-peratif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan menghitung tinggi dari 2 siswa tau 12,5% pada siklus I menjadi 14 siswa atau 87,5% pada siklus II.
Prestasi belajar mata pelajaran Matematika yang diukur melalui tes prestasi menunjukkan hasil pada pra siklus rerata 60 dan ketuntasan 37,5%. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggu–nakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD ada peningkatan. Pada siklus I rerata 64 dan ketuntasan 62,5%. Dari hasil refleksi hasil tersebut masih belum mencapai indikator keberhasilan. Dengan memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I yaitu memperkecil kelompok hasil tes prestasi pada siklus II rerata 72 dan ketuntasan 75%. Perbandingan hasil tes prestasi belajar pra siklus , siklus I dan siklus II setelah dilakukan ulangan pada akhir siklus diperoleh sebagai berikut:
Tabel 2: Perbandingan Prestasi Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No |
Prestasi Belajar |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Nilai Tertinggi |
70 |
77,5 |
92,5 |
2 |
Nilai Terendah |
50 |
55 |
55 |
3 |
Nilai rata – rata |
60 |
64 |
72 |
4 |
Ketuntasan belajar |
37,5% |
62,5% |
75% |
Pada tabel di atas terlihat pra siklus nilai rata-rata 60, pada siklus I rata-rata 64 dan siklus II rata-rata 72. Dengan demikian pembelajaran dengan pendekat-an pembelajaran Kooperatif tipe STAD, dapat meningkatkan prestasi belajar pada pra siklus nilai rata-rata 60 menjadi 64 pada siklus I, nilai- rata-rata 64 pada siklus I menjadi 72 pada siklus II. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar dari rerata pra siklus 60 menjadi 64 pada siklus I, dan menjadi 72 pada siklus II. Ketuntasan belajar pada pra siklus 37,5% p ada siklus I meningkat menjadi 62,5% dan siklus II meningkat menjadi 75%. Ini berarti pada siklus I ada peningkatan ketuntasan belajar dari 37,5% menjadi 62,5%, sedangkan pada siklus II meningkat dari 62,5% menjadi 75%. Pembelajaran dengan pendekatan pembe-lajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan ketuntasan belajar dari 37,5% menjadi 75%.
Peneranpan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berdampak perubah-an situasi kelas dan siswa. Perubahan kondisi siswa antara lain sangat aktif, semangat, sangat antusias, kondisi kelas kondusif. Pada siklus II proses pembelajaran menjadi lebih baik karena ada penekanan jumlah kelompok diperke-cil. Hal ini menyebabkan kemampuan menghitung dan prestasi belajar menjadi meningkat. Hal ini sebagaimana pendapat (Lie, 2000) menyatakan bahwa prinsip model pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok.
Dari uraian di atas maka dapat diperoleh hasil penelitian bahwa penerapan metode STAD dapat meningkatkan kemampuan menghitung tinggi dari 12.5% pada prasiklus menjadi 87,5% pada siklus II dan dapat meningkatkan prestasi belajar rata- rata 60 menjadi 72 dan ketuntasan belajar dari 37,5% menjadi 75%.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkann hasil analisa dan pembahasan maka dapat di simpulkan sebagai berikut: 1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan menghitung mata pelajaran matematika siswa kelas I SD Negeri 2 Kesenet semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015 pra siklus ada 2 siswa atau 12,5% , siklus I ada 8 siswa ,atau 50% dan siklus II ada 14 siswa atau. 87,5%. 2) Penerapan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan presatsi belajar pelajaran matematika rerata pada pra siklus 60 dengan ketuntasan belajar 37,5 meningkat pada siklus I rerata 64 dengan ketuntasan belajar 62,5 dan siklus II rerata 72 dengan ketuntasan belajar 75%.
Saran
Berakhirnya siklus II, agar hasil penelitian lebih optimal maka disarankan a) Pelaksanaan penelitian ini baru 2 siklus, peneliti lain selanjutnya dapat menambah siklus berikutnya untuk menambahkan temuan- temuan yang lebih signifikan b) Pembelajaran kooperafif tipe STAD dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan kemampuan menghitung dan prestasi belajar dan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Darsono, Max. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Semarang IKIP Semarang Press
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rinela Cipta
Hamdani, 2011 Stertegi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia
Nurhadi, 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan dalam KBK. Malang:UNM
Sudjana, Nana. 2006. Penilaian dan Hasil Proses Belajar mengajar. Bandung: PT. Remaja Karya.