UPAYA MENINGKATKAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR

SENI MUSIK MELALUI PENGGUNAAN

METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

Ajun Suyartono

Guru Seni Budaya SMP Negeri 2 Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul

ABSTRAK

Berdasarkan studi pendahuluan, seni musik merupakan mata pelajaran favorit bagi siswa kelas VIII F SMP Negeri 2 Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul. Namun, dalam proses pembelajaran, siswa cenderung tidak kompak, dan tidak bekerjasama dengan baik. Hal ini berdampak pada hasil belajar kesenian yang buruk. Untuk mengatasi hal tersebut, guru berniat mengganti metode pembelajaran dari metode konvensional menjadi metode inovatif, yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan kerjasama dan hasil belajar seni musik melalui penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang menggunakan model Kemis dan Taggart dalam 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan dan tes. Data dianalisis secara deskriptif. Perencanaan yang dilakukan meliputi penyusunan RPP, pembentukan kelompok, penyiapan alat musik, dan penyusunan instrumen evaluasi. Pelaksanaan dilakukan dengan mengikuti sintak metode STAD, yaitu sajian materi teoritis, melatih siswa musik asambel, mengelompokkan siswa untuk belajar dalam kelompok, penampilan kelompok, evaluasi dan pemberian penghargaan. Pelaksanaan ini diobservasi oleh observer, dan selanjutnya direfleksi bersama-sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode STAD ini dapat meningkatkan hasil belajar dan kerjasama siswa dari siklus 1 ke siklus 2. Untuk itu disarankan pada guru untuk dapat menggunakan metode STAD jika ingin meningkatkan kerjasama dan hasil belajar seni musik.

Kata Kunci: STAD, Kerjasama, Hasil Belajar


PENDAHULUAN

Pendidikan Seni Budaya sebagai-mana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indionesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata pelajaran seni budaya pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya.

Pendidikan Seni Budaya diberikan di sekolah karena keunikan, kebermakna-an, dan kemanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan “belajar dengan seni”, “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni”. Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain.

Pendidikan Seni Budaya dan Ketrampilan memilikki peranan dalam pem-bentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan kebutuh-an perkembangan anak dalam mencapai multikecerdasan yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal, linguistik, logik matematik, naturalis serta kecerdasan ad-versitas, kecerdasan kreativitas, kecerspiri-tual dan moral, dan kecerdasan emosional. Mata pelajaran Seni Budaya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya

2. Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya

3. Menampilkan kreativitas melalui seni budaya

4. Menampilkan peran serta dalam seni budaya dalam tingkat lokal, regional, maupun global

Kemampuan yang perlu dikem-bangkan dalam seni mencakup kemampu-an untuk menguasai vokal, memainkan alat musik, mengapresiasi karya. Materi musik ansambel bertujuan member pengalaman kepada para siswa berupa ketrampilan bermain musikdan mengorganisasi ansam-bel musik. Keberhasilan suatu kelompok ansambel musik ditentukan oleh dua faktor, yaitu fator kemampuan individu dan kemampuan kelompok. Kemampuan individu meliputi kemampuan musikalitas, dan kemampuan interpersonal. Musikalitas adalah intelegensi yang berupa kepekaan seseorang dalam menghubungkan antara nada dan kelenturan jari atau organ tubuh yang digunakan menyanyi atau bermain musik. Kemampuan interpersoanal meliputi empati dan disiplin. Empati membantu kemampuan seseorang untuk memahami orang lain, sedangkan disiplin membantu seseorang untuk menyesuaikan dengan kelompok ansambel dalam menjaga kekompakan dan keseimbangan (balance). Kekompakan meliputi kebersamaan dalam memulai lagu, menjaga tempo, dan mengakhiri lagu. Keseimbangan (balance) meliputi balance antara melodi, ritme, harmoni, dan bass dan balance volume suara antara pemain, baik vocal maupun instrumental.

Berdasarkan penjelasan tersebut, nampak bahwa kerjasama diantara para pemain dalam ansambel merupakan hal yang sangat strategis. Guna mengembang-kan kerjasama ini melalui pembelajaran seni musik, terlebih dahulu perlu dibahas konsep kerjasama secara umum.

Terkait dengan belajar, kerjasama diantara siswa dapat berwujud kegiatan belajar bersama. Dalam kegiatan ini, terjadi interaksi diantara siswa yang berbentuk komunikasi pada berbagai arah. Interaksi dalam kelompok yang relatif kecil secara psikologis akan berdampak pada keberani-an dan keaktifan siswa dalam berpendapat, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.

Dasar pemikiran mengenai kerjasa-ma adalah pemikiran dari Aronson yang menekankan bahwa struktur pemberian penghargaan dalam ruang kelas harus diubah dari suatu setting kompetisi yang tidak adil menjadi sistem kerjasama yang merata antara individu tanpa mengubah kurikulum yang sudah ada [1]. Pemikiran ini akan sangat cocok diterapkan dalam kondisi siswa yang cenderung berkompetisi secara tidak sehat, misalnya ketika tes individual banyak siswa yang curang. Ketika pembelajaran berikut evaluasinya dilakukan secara kelompok, kecurangan-kecurangan dalam persaingan kelompok cenderung dapat diminimalisir. Siswa cederung fokus untuk berlatih dan bekerja dalam kelompok, dan tidak terpikir untuk memantau perkembangan kelompok lain.

Supaya kegiatan belajar bersama maupun kerjasama diantara siswa dapat berjalan dengan baik, maka perlu ditentukan tata cara bekerja sama. Hal tersebut secara garis besar dapat terdiri dari membentuk kelompok, mengatur tempat duduk, memulai kerjasama, melaksanakan kerjasama, dan mengakhiri kerjasama [2]. Besaran kelompok dapat ditentukan sesuai kebutuhan, karakteristik objek yang dipelajari, serta banyaknya siswa dalam satu kelas. Jika banyaknya siswa dalam satu kelas relatif sedikit, misalnya 10 siswa, maka kelompok yang dibentuk cukup kelompok yang kecil. Selanjutnya, terkait dengan pengaturan tempat duduk, hal ini dapat dilakukan secara fleksibel. Jika ruang kelas relatif sempit, kerja kelompok dapat pula dilaksanakan di luar kelas. Selanjutnya, kerjasama dalam kelompok dapat dimulai dan dilaksanakan, dan akhirnya diakhiri. Keseluruhan teknis dalam komponen-komponen ini dapar disesuaikan dengan sintak pembelajaran inovatif yang dipilih.

Kerjasama dalam kelompok dapat dikaitkan dengan nilai, sehingga kerja sama siswa semakin intensif dan siswa dapat mencapai kompetensinya [3]. Terkait dengan hal ini, guru perlu menekankan pada siswa bahwa nilai hanya bersifat sebagai reward, dan tidak bersifat sebagai punishment. Oleh karena itu, jika terdapat kelompok mendapatkan niali rendah, maka diasumsikan bahwa guru menghargai kelompok dengan rendah, dan bukan berarti guru sedang menghukum kelompok.

Berdasarkan berbagai kajian yang telah dilaksanakan pada konsep kerjasama, dapat disimpulkan bahwa kemampuan bekerjasama dalam diri siswa dapat dikembangkan melalui proses pembelajar-an dalam kelompok. Oleh karena itu, guna mengembangkan kemampuan kerjasama siswa, guru dapat mengimplementasi metode pembelajaran yang berbasis kerja kelompok, seperti metode pembelajaran kooperatif. Selanjutnya, perlu dibahas konsep hasil belajar sebagai dampak lain dari implementasi metode pembelajaran inovatif.

Bahasan mengenai hasil belajar perlu didahului dengan konsep belajar secara umum. Menurut Winkel, belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan pengetahuan, pema-haman, ketrampilan, serta nilai sikap yang mana perubahan tersebut bersifat relatif konsisten dan berbekas [4]. Pengertian belajar menurut Winkel ini menekankan adanya perubahan dalam diri siswa. Lebih lanjut, perubahan tersebut dapat diukur melalui konsep nilai yang merupakan bagian dari hasil belajar.

Hamalik menyatakan bahwa hasil belajar sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan [5]. Dari pengertian tersebut, nampak bahwa hasil belajar tidak hanya mencakup aspek pengetahuan saja, namun juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian, karakter kerjasama juga merupakan salah satu perubahan tingkah laku yang dapat diukur.

Selanjutnya, menurut Sudjana, hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar [6]. Pengertian ini relatif sama dengan pengertian Hamalik, namun terdapat penekanan bahwa perubahan tingkah laku merupakan akibat dari pengalaman belajar. Pengalaman belajar inilah yang menjadi tanggung jawab dari guru.

Guna menyediakan pengalaman belajar yang baik, seorang guru dihadapkan pada masalah pemilihan metode pembelajaran yang sesuai. Salah satu dasar pemilihan metode pembelajaran adalah gaya belajar siswa yang dapat meliputi visual, auditory, dan kinestetik. Kunci dari keberhasilan penyelenggaraan pembelajaran ini adalah adanya variasi penggunaan metode pembelajaran. Dalam satu kelas, tentu terdapat siswa yang cenderung bergaya visual, auditory, dan kinestetik. Oleh karena itu, dengan pembelajaran yang variatif, semua karakter siswa dapat terlayani dalam pembelajaran.

Kenyataan yang ditemui di lapang-an menunjukkan kondisi yang berbeda dengan idealisme tersebut. Kenyataan ini terjadi pada pelajaran seni musik kelas VIII F SMP Negeri 2 Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul. Berdasarkan survey pendahu-luan, siswa-siswi kelas VIII F sangat antusias dalam mengikuti mata pelajaran seni musik. Namun antusias tersebut tidak didukung dengan karakter kerjasama yang baik antar siswa. Siswa cenderung berlatih sendiri-sendiri, dan tidak mau mengajari siswa yang belum bisa. Ketika ada penampilan individual, siswa-siswa lain yang tidak tampil malah sibuk berlatih sendiri untuk penampilan mereka nanti, dan tidak melihat teman yang sedang tampil. Hal ini membuat suasana gaduh, dan pembelajaran tidak efektif. Hasil belajar siswa menjadi rendah. Dari 33 orang siswa, hanya 13 orang yang tuntas KKM sebesar 75, dan sisanya 20 orang tidak tuntas dengan rata-rata nilai 67,9.

Masalah tersebut terjadi ketika guru mengajar dengan metode yang konvensional dan cenderung monoton. Buruknya kerjasama diantara siswa berpotensi pada buruknya kualitas penampilan ketika siswa dihadapkan pada permainan musik yang berkelompok (misalnya ansambel). Dengan demikian, hasil belajar siswa berpotensi menjadi buruk. Oleh karena itu, masalah ini perlu segera diatasi dengan cara mengubah menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. Untuk kepentingan meningkat-kan kerjasama dan hasil belajar seni musik ini, metode pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) adalah metode yang tepat.

STAD adalah salah satu tipe dari metode pembelajaran kooperatif disamping Jigsaw, Team Assisted Individualization (TAI), Team Games Tournament (TGT), Group Investigation, dan metode struktural [7]. Oleh karena itu, bahasan mengenai metode pembelajaran STAD ini perlu didahului dengan bahasan metode pembe-lajaran kooperatif secara umum.

Pembelajaran kooperatif merupa-kan model pembelajaran yang mengutama-kan kerjasama antarsiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran [8]. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah: bertujuan menuntaskan materi yang dipelajari dengan cara belajar dalam kelompok secara kooperatif, kelompok dibentuk berdasarkan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, serta penghargaan atas keberhasilan kelompok lebih diutamakan dibanding perorangan.

Sebagai salah satu bentuk pembe-lajaran kooperatif, metode pembelajaran STAD juga menekankan adanya belajar kelompok. Lebih lanjut, lima komponen utama yang ada dalam STAD adalah penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan, dan penghargaan kelompok [9].

Penelitian ini mengadopsi metode pembelajaran STAD untuk mengatasi masalah yang terjadi. Modifikasi pada metode pembelajaran STAD diperlukan supaya sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik mata pelajaran seni musik. Langkah yang dilakukan pada implementasi metode pembelajaran STAD ini menjadi: sajian materi teoritis mengenai ansambel oleh guru, latihan bersama beberapa komponen ansambel (recorder 1, recorder 2, dan vocal), pembagian kelompok, latihan dalam kelompok, pemen-tasan setiap kelompok, dan penghargaan.

Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah penggunaan metode STAD dapat mening-katkan kerjasama dalam diri siswa kelas VIII F? (2) Apakah penggunaan metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar seni musik siswa kelas VIII F?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model PTK yang digunakan adalah Kemis dan Taggart [10]. Penelitian berlangsung dalam 2 siklus. Setiap siklus dilakukan tiga kali pertemuan, dimana pertemuan pertama dan kedua digunakan untuk pembelajaran, dan pada pertemuan ke tiga digunakan untuk evaluasi. Setiap siklus terdiri dari langkah-langkah berikut: (1) peren­canaan, (2) pelaksanaan pembela­jaran sekaligus pengamatan, serta (3) refleksi terhadap tindak pembelajaran yang telah dilakukan.

Perencanaan yang dilakukan meliputi: menyusun perangkat perencana-an (RPP); menyiapkan teks lagu lengkap dengan not rec 1, rec 2, dan chordnya; menyusun pedoman observasi proses, observasi kerjasama, dan instrumen penilaian penampilan siswa; menyiapkan alat musik pendukung, yaitu seruling, pianika, keyboard, dan mic; menyiapkan hadiah sebagai penghargaan.

Pelaksanaan pembelajaran meli-puti: sajian materi teoritis; latihan keselu-ruhan bagian atau komponen (rec 1, rec 2, dan vocal); pembentukan kelompok; pembagian tugas setiap anggota kelompok; latihan di kelompok-kelompok; latihan khu-sus siswa pemain keyboard; penampilan kelompok; penilaian; penghargaan. Seba-gaimana telah dijelaskan sebelumnya, pelaksanaan ini mengikuti sintak metode pembelajaran STAD yang telah dimodifika-si. Pelaksanaan pembelajaran tersebut sekaligus diobservasi efektifitas prosesnya oleh observer.

Refleksi dilakukan dengan cara diskusi antara guru, observer, dan perwakilan siswa. Bahan refleksi adalah hasil observasi proses pembelajaran, serta hasil evaluasi kerjasama siswa, dan hasil belajar siswa. Hasil refleksi digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan terkait dengan kelanjutan pembelajaran.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini muliputi data proses dan data hasil. Data proses yang dikumpulkan adalah efektifitas proses pembelajaran yang meliputi data aktifitas guru, dan data aktifitas siswa. Kedua data tersebut dikumpulkan melalui observasi oleh observer. Data ini menjadi masukan bagi kegiatan analisis dan refleksi, dan menentukan perubahan tindak pembelajaran yang diperlukan. Sedangkan data hasil meliputi data kerjasama dan hasil belajar siswa. Data kerjasama dikumpulkan dengan cara observasi oleh guru dan observer. Sedangkan data hasil belajar dilakukan dengan cara menilai penampilan kelompok dengan indikator kekompakan, teknik, dan harmonisasi. Data-data yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif.

Di dalam penelitian ini, indikator keberhasilan tindakan yang dijadikan pedoman adalah kerjasama siswa dan hasil belajar. Tindak pembelajaran dianggap telah berhasil apabila sedikitnya 80% siswa menunjukkan kerjasama yang baik dengan indikator membantu sesama teman satu kelompok, ikut mengatur dan mengelola kelompok (partisipasi), dan kesungguhan dalam belajar kelompok. Ketiga indikator tersebut masing masing dinilai dalam skala 10, dan dijumlahkan untuk mendapatkan nilai kejasama dari setiap siswa. Siswa dianggap menunjukkan kerjasama yang baik jika mendapatkan nilai total diatas 24. Sedangkan hasil belajar siswa dikatakan memenuhi kriteria keberhasilan jika 90% siswa tuntas KKM. Jika tidak demikian, maka tindak pembelajaran dianggap gagal, dan perlu diperbaiki serta dicobakan pada siklus berikutnya.

HASIL PENELITIAN

Pelaksanaan tindakan secara langsung berdampak pada peningkatan kerjasama siswa dan hasil belajarnya. Peningkatan kedua variabel dampak penelitian tersebut sudah nampak sejak siklus 1, dan kembali meningkat pada siklus 2. Berikut deskripsi dari kedua siklus tersebut.

Pada siklus 1, kerjasama siswa mengalami peningkatan secara kualitatif. Indikator yang paling menonjol dalam hal ini adalah membantu sesama teman. Sedangkan secara kuantitatif, rata-rata nilai kerjasama siswa adalah 20,5. Dari 33 orang siswa, baru 22 orang yang mendapatkan nilai kerjasama diatas 24 (kategori dapat bekerjasama dengan baik). Sisanya masih mendapatkan nilai dibawah 24, yang berarti belum bekerjasama dengan baik.

Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dibanding kondisi sebelumnya. Rata-rata nilai kelas naik menjadi 78,2 dibanding sebelumnya yang hanya 67,9. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai diatas 75 (tuntas KKM) adalah 22 orang (2 kelompok), meningkat dari sebelumnya 13 orang. Melihat kedua hal tersebut, maka diputuskan untuk melanjutkan pembelajar-an pada siklus 2.

Pada siklus 2, kerjasama siswa kembali mengalami peningkatan. Semua indikator kerjasama ditunjukkan oleh siswa. Sedangkan secara kuantitatif, rata-rata nilai kerjasama siswa adalah 27. Dari 33 orang siswa, 27 orang (90%) mendapatkan nilai kerjasama diatas 24 (kategori dapat bekerjasama dengan baik). Sisanya masih mendapatkan nilai dibawah 24, yang berarti belum bekerjasama dengan baik. Dengan demikian, kerjasama siswa telah mencapai target yang diharapkan.

Hasil belajar siswa pada siklus 2 juga mengalami peningkatan dibanding siklus 1. Rata-rata nilai kelas naik menjadi 83,1 dibanding sebelumnya yang hanya 78,2. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai diatas 75 (tuntas KKM) adalah 33 orang (3 kelompok), meningkat dari sebelumnya 22 orang. Hal ini sudah melampaui target yang diaharapkan. Melihat kedua hal tersebut, maka diputuskan untuk menghentikan tindakan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran STAD dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran yang berdampak pada peningkata kerjasama siswa dan hasil belajar seni musik. Lebih lanjut, hasil penelitian menjadi jawaban dari kedua rumusan masalah sebagai berikut: (1) Penggunaan metode STAD dapat meningkatkan kerjasama dalam diri siswa kelas VIII F; (2) Penggunaan metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar seni musik siswa kelas VIII F.

Simpulan penelitian menjadi dasar dari dibuatnya saran penelitian, sebagai berikut: (1) Bagi siswa disarankan untuk bekerjasama dengan baik khususnya pada materi-materi permainan musik yang berkelompok (seperti ansambel) supaya musik yang dihasilkan lebih berkualitas, dan hasil belajar menjadi baik; (2) Bagi guru disarankan untuk menggunakan metode STAD jika ingin meningkatkan kerjasama siswa dan hasil belajarnya, khususnya dalam mata pelajaran seni musik.

DAFTAR PUSTAKA

Santrock, W. J. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. 2003. Pp. 276

Subagya, et. Al. Paradigma Pedagogi Reflektif. Yogyakarta: Kanisius. 2008. Pp. 55-56

Harsanto, R. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Paradigma Baru Pembelajaran Menuju Kompetensi Siswa. Yogyakarta: Kanisius. pp. 43

Sudjana, N. 2003. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. pp. 3

Hamalik, O. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. pp. 155

Gora, W., Sunarto. Pakematik: Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK. Jakarta: Elexmedia Komputindo. pp. 60

Suyatno, Jihad, A. 2013. Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru. Jakarta: Erlangga. pp. 142

Anas, M. 2014. Mengenal Metode Pembelajaran. Pasuruan: Pustaka Hulwa. pp. 57

Suparno, P. 2008. Riset Tindakan Untuk Pendidik. Jakarta: Grasindo