Penerapan Metode Role Playing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar
PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VI SD NEGERI 1 WARU DALAM PEMBELAJARAN PAI TENTANG KISAH ABU LAHAB,
ABU JAHAL DAN MUSAILAMAH AL KAZZAB
PADA SEMETER I TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Hamidah
Guru PAI Kelas VI SD Negeri 1 Waru, Kec. Rembang, Kab. Rembang
ABSTRAK
Tujuan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan Metode Role Playing dalam pembelajaran PAI tentang Kisah Abu Lahab, Abu Jahal dan Musailamah Al Kazzab pada Semeter I Tahun Pelajaran 2018/2019 pada peserta didik Kelas VI SD Negeri 1 Waru dan menganalisis penerapan Metode Role Playing terhadap hasil belajar peserta didik Kelas VI SD Negeri 1 Waru dalam pembelajaran PAI tentang Kisah Abu Lahab, Abu Jahal dan Musailamah Al Kazzab pada Semeter I Tahun Pelajaran 2018/2019.Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan di Kelas VI SD Negeri 1 Waru. Penelitian ini berlangsung pada pertengahan Semeter I Tahun Pelajaran 2018/2019. Subjek penelitian terdiri dari dua puluh enam peserta didik, yaitu tujuh belas putra dan sembilan putri. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik nontes dan teknik tes. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan, dokumentasi dan alat evaluasi hasil belajar. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif. Prosedur penelitian ini berlangsung dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua pertemuan.Hasil penelitian ini adalah penerapan Metode Role Playing meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran PAI tentang Kisah Abu Lahab, Abu Jahal dan Musailamah Al Kazzab, sehingga termasuk kategori memuaskan. Hasil belajar pada Kondisi Awal adalah nilai rata-rata sebesar 65,96 dan ketuntasan sebesar 38,46%. Hasil belajar pada Siklus I adalah nilai rata-rata sebesar 78,26 dan ketuntasan sebesar 65,38%. Hasil belajar pada Siklus II adalah nilai rata-rata sebesar 86,92 dan ketuntasan sebesar 88,46%.
Kata Kunci: Metode Role Playing, Hasil Belajar, PAI, Abu Lahab, Abu Jahal dan Musailamah Al Kazzab.
PENDAHULUAN
Salah materi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah tarikh yang berkaitan dengan kisah tokoh. Pada pertengahan Semester I, Standar Kompetensi (SK) tentang tarikh (sejarah Islam) adalah Kisah Abu Lahab, Abu Jahal dan Musailamah Al Kazzab. Ketiganya adalah tokoh yang sangat menentang Rasulullah SAW. Ketiganya merupakan tokoh yang kejam terhadap Rasulullah SAW dan jahat terhadap Islam. Materi tentang tarikh berkaitan dengan berbagai tokoh utama, baik Nabi atau Rosul, para sahabat maupun orang-orang kafir.
Dalam pembelajaran tentang Kisah Abu Lahab, Abu Jahal dan Musailamah Al Kazzab pada peserta didik Kelas VI SD Negeri 1 Waru di Semeter I Tahun Pelajaran 2018/2019, guru menjelaskan materi yang tertera pada buku teks dengan Metode Dongeng. Namun pembelajaran yang berlangsung pasif dan tidak menarik dimana peserta didik kurang perhatian. Akibatnya adalah penguasaan materi peserta didik termasuk lemah. Peserta didik kebingungan menjelaskan kekejaman antara Abu Lahab dan Abu Jahal terhadap Rasulullah SAW. Hal tersebut sesuai dengan hasil belajar yang tidak memuaskan. Analisis hasil belajar nilai ulangan harian adalah nilai rata-rata sebesar 65,96 dan ketuntasan sebesar 38,46%. Dari dua puluh enam peserta didik, sepuluh peserta didik memenuhi ketuntasan dan enam belas lainnya tidak memenuhi. Hasil belajar yang tidak memuaskan menjadi bukti permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran.
Metode Role Playing merupakan pementasan drama yang sangat sederhana. Dalam pembelajaran tersebut dicapai aspek perasaan, sikap, nilai, persepsi, keterampilan pemecahan masalah dan pemahaman terhadap pokok permasalahan. Hasil penelitian dari Ismawati Alidha Nurhasanah menyatakan bahwa Metode Role Playing meningkatkan hasil belajar IPA tentang hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya. Pada setiap siklusnya, hasil belajar mengalami peningkatan. Hasil penelitian dari Dedi Rizkia Saputra menyatakan bahwa Metode Role Playing meningkatkan hasil belajar IPS tentang jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia.
Berdasarkan permasalahan dalam pembelajaran, hasil belajar yang tidak memuaskan dan penerapan Metode Role Playing yang meningkatkan hasil belajar, penulis menerapkan Metode Role Playing dalam pembelajaran PAI tentang Kisah Abu Lahab, Abu Jahal dan Musailamah Al Kazzab. Dalam pembelajaran tersebut, peserta didik bermain peran, baik membacakan prolog dan memainkan peran tertentu sesuai dengan skenario. Selanjutnya, peserta didik mengerjakan tugas yang berkaitan dengan materi dan mengikuti pembahasan dengan diskusi kelas. Penerapan Metode Role Playing diharapkan meningkatkan hasil belajar, sehingga termasuk memuaskan.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tindakan dalam penelitian ini melalui penerapan Metode Role Playing Playing dalam pembelajaran PAI tentang Kisah Abu Lahab, Abu Jahal dan Musailamah Al Kazzab. Dalam pembelajaran tersebut, peserta didik bermain peran sesuai dengan skenario dan memakai atribut nama sesuai dengan tokoh.
Penelitian ini dilakukan di Kelas VI SD Negeri 1 Waru. Tempat penelitian beralamat di Jalan Demang Gang Sarean Nomor 25 Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Tempat penelitian berdekatan dengan lembaga pendidikan lainnya, yaitu SD Negeri 2 Waru dan TK Dharma Wanita Waru yang terletak di sebelah utara dan SD Negeri 3 Waru di sebelah selatan.
Subjek penelitian ini adalah peserta didik Kelas VI SD Negeri 1 Waru pada Semeter I Tahun Pelajaran 2018/2019. Subjek penelitian terdiri dari dua puluh enam peserta didik, yaitu tujuh belas putra dan sembilan putri.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik nontes dan teknik tes. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan, dokumentasi dan alat evaluasi hasil belajar.
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif, yaitu membandingkan data penelitian dengan indikator yang ditentukan.
Prosedur penelitian ini berlangsung dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Pertemuan pertama adalah tindakan dalam pembelajaran. Pertemuan kedua adalah evaluasi hasil belajar sesuai dengan tindakan dalam pembelajaran.
Indikator keberhasilan tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
- Peserta didik bermain peran dengan bagus (B).
- Peserta didik menjawab dalam pembahasan dengan bagus (B).
- Peserta didik bertanya dalam pembahasan dengan bagus (B).
- Peserta didik berpendapat dalam pembahasan dengan bagus (B).
- Peserta didik mencapai hasil belajar dengan nilai rata-rata lebih tinggi daripada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75.
- Peserta didik mencapai hasil belajar dengan ketuntasan lebih tinggi daripada ketuntasan minimal sebesar 75%.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Deskripsi Kondisi Awal
Pembelajaran PAI tentang Kisah Abu Lahab, Abu Jahal dan Musailamah Al Kazzab dengan Metode Dongeng yang berpusat pada guru. Sesuai dengan kompetensinya, guru mendongeng dan menjelaskan materi pada buku teks. Pembelajaran ini berlangsung pasif dan tidak menarik karena peserta didik tidak berminat dan tidak terlibat dalam pembelajaran.
Penguasaan materi peserta didik menjadi lemah. Hal tersebut sesuai dengan kesulitan belajar peserta didik, yaitu kebingungan dalam menjelaskan kekejaman antara Abu Lahab dan Abu Jahal terhadap Rasulullah SAW. Materi tentang tarikh (sejarah Islam) ini sangat penting bagi peserta didik, namun hasil belajar termasuk mengecewakan. Sesuai dengan analisis hasil belajar dengan nilai rata-rata sebesar 65,96 dan ketuntasan sebesar 38,46%. Nilai rata-rata tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75. Ketuntasan tidak memenuhi ketuntasan minimal sebesar 75%.
Deskripsi Siklus I
Pada Kondisi Awal, pembelajaran masih berpusat pada guru, berlangsung pasif dan tidak menarik. Pembelajaran menggunakan Metode Dongeng yang dilanjutkan dengan diskusi kelas. Pada Siklus I, pembelajaran melibatkan peserta didik dalam membaca prolog, bermain peran maupun melakukan pengamatan. Pembelajaran menggunakan Metode Role Playing yang dilanjutkan dengan penugasan dan diskusi kelas.
Penerapan Metode Role Playing pada Siklus I berlangsung dalam dua kesempatan, khususnya bagi peserta didik putra karena sesuai dengan jumlah yang lebih banyak dan sesuai dengan skenario yang melibatkan sejumlah tokoh putra. Pembelajaran melibatkan peserta didik dalam membaca prolog maupun bermain peran. Sedangkan guru berfungsi sebagai fasilitator dan mediator dalam pembelajaran.
Pada Kondisi Awal, aktivitas belajar peserta didik sangat tidak bagus karena pasif. Peserta didik hanya mendengarkan dongeng dan berdiskusi dengan interaksi dan intensitas yang terbatas. Peserta didik tidak berminat. Pada Siklus I, aktivitas belajar peserta didik termasuk cukup bagus (C) dalam bermain peran, namun kurang bagus (D) dalam pembahasan. Peserta didik berminat dan terlibat dalam pembelajaran yang menarik.
Aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran adalah 1) bermain peran dengan cukup bagus yang termasuk kategori C dengan nilai rata-rata sebesar 2,125, 2) peserta didik menjawab dengan kurang bagus yang termasuk kategori D dengan nilai rata-rata sebesar 1,61, 3) peserta didik bertanya dengan kurang bagus yang termasuk kategori D dengan nilai rata-rata sebesar 1,65 dan 4) peserta didik berpendapat dengan kurang bagus yang termasuk kategori D dengan nilai rata-rata sebesar 1,57.
Pada Kondisi Awal, hasil belajar peserta didik termasuk tidak memuaskan. Hasil belajar dengan nilai rata-rata sebesar 65,96 dan ketuntasan sebesar 38,46%. Pada Siklus I, hasil belajar peserta didik meningkat dengan nilai rata-rata sebesar 78,26 dan ketuntasan sebesar 65,38%.
Hasil belajar peserta didik pada Siklus I meningkat dan memenuhi salah satu indikator, yaitu nilai rata-rata. Nilai rata-rata lebih tinggi daripada KKM sebesar 75, namun ketuntasan tidak memenuhi ketuntasan minimal sebesar 75%.
Refleksi hasil tindakan sesuai dengan indikator keberhasilan tindakan sebagai berikut:
Tabel 4.2. Refleksi pada Siklus I.
No | Indikator keberhasilan tindakan | Hasil | Ket |
1 | Peserta didik bermain peran dengan bagus (B) | 2,375 (C) | < B |
2 | Peserta didik menjawab dalam pembahasan dengan bagus (B) | 1,61 (D) | < B |
3 | Peserta didik bertanya dalam pembahasan dengan bagus (B) | 1,65 (D) | < B |
4 | Peserta didik berpendapat dalam pembahasan dengan bagus (B) | 1,57 (D) | < B |
5 | Peserta didik mencapai hasil belajar dengan nilai rata-rata lebih tinggi daripada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75 | 78,26 | > 75 |
6 | Peserta didik mencapai hasil belajar dengan ketuntasan lebih tinggi daripada ketuntasan minimal sebesar 75% | 65,38% | < 75% |
Keputusan | Tidak terpenuhi |
Sesuai dengan refleksi, maka hasil tindakan pada Siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan tindakan. Hanya satu indikator saja yang terpenuhi, yaitu nilai rata-rata yang lebih tinggi daripada KKM. Nilai rata-rata sebesar 78,26 lebih besar daripada KKM sebesar 75. Sedangkan indikator lainnya tidak terpenuhi. Refleksi pada Siklus I sebagai berikut:
- Keberhasilan: a) Peserta didik mencapai hasil belajar dengan nilai rata-rata sebesar 78,26 yang lebih tinggi daripada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75.
- Permasalahan: a) Peserta didik bermain peran dengan kurang bagus (D), b) Peserta didik menjawab dalam pembahasan dengan cukup bagus (C), c) Peserta didik bertanya dalam pembahasan dengan kurang bagus (D), d) Peserta didik berpendapat dalam pembahasan dengan kurang bagus (D) dan e) Peserta didik mencapai hasil belajar dengan ketuntasan sebesar 65,38% yang lebih rendah daripada ketuntasan minimal sebesar 75%.
- Pembaruan tindakan: a) kesempatan bermain peran untuk seluruh peserta didik, yaitu putra dan putri, b) pembagian peserta didik menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok pemeran putra, kelompok pemeran putri dan kelompok pengamat dan c) lembar kerja untuk tugas kelompok.
Deskripsi Siklus II
Pada Siklus I, pembelajaran melibatkan sebagian peserta didik dalam bermain peran, khususnya peserta didik putra dalam kesempatan pertama dan kedua. Sedangkan peserta didik putri menjadi pengamat. Pada Siklus II, pembelajaran melibatkan seluruh peserta didik dalam bermain peran, baik peserta didik putra maupun putri. Bahkan peserta didik dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok pemeran putra, kelompok pemeran putri dan kelompok pengamat. Pembagian kelompok ini juga berlaku dalam penugasan dimana peserta didik dan kelompok menjawab pertanyaan dan perwakilan kelompok membacakan jawaban dalam pembahasan.
Penerapan Metode Role Playing pada Siklus II berlangsung dalam dua kesempatan sesuai dengan jenis kelamin, dimana kesempatan pertama untuk kelompok putra dan kesempatan kedua untuk kelompok putri. Sedangkan guru berfungsi sebagai fasilitator dan mediator dalam pembelajaran.
Pada Siklus I, aktivitas belajar peserta didik termasuk cukup bagus (C) dalam bermain peran, namun kurang bagus (D) dalam pembahasan. Peserta didik berminat dan terlibat dalam pembelajaran yang menarik. Pada Siklus II, aktivitas belajar peserta didik termasuk bagus (B), baik dalam bermain peran maupun dalam pembahasan. Peserta didik berminat dan terlibat dalam pembelajaran yang menarik.
Aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran adalah 1) bermain peran dengan bagus yang termasuk kategori B dengan nilai rata-rata sebesar 3,45, 2) peserta didik menjawab dengan bagus yang termasuk kategori B dengan nilai rata-rata sebesar 3,03, 3) peserta didik bertanya dengan bagus yang termasuk kategori B dengan nilai rata-rata sebesar 3,15 dan 4) peserta didik berpendapat dengan bagus yang termasuk kategori B dengan nilai rata-rata sebesar 3,15.
Pada Siklus I, hasil belajar peserta didik meningkat dengan nilai rata-rata sebesar 78,26 dan ketuntasan sebesar 65,38%. Pada Siklus II, hasil belajar peserta didik meningkat dengan nilai rata-rata sebesar 86,92 dan ketuntasan sebesar 88,46%.
Hasil belajar peserta didik pada Siklus II meningkat dan memenuhi indikator. Nilai rata-rata lebih tinggi daripada KKM sebesar 75. Begitu juga dengan ketuntasan memenuhi ketuntasan minimal sebesar 75%.
Refleksi hasil tindakan sesuai dengan indikator keberhasilan tindakan sebagai berikut:
Tabel 4.4. Refleksi pada Siklus II.
No | Indikator keberhasilan tindakan | Hasil | Ket |
1 | Peserta didik bermain peran dengan bagus (B) | 3,45 (B) | = B |
2 | Peserta didik menjawab dalam pembahasan dengan bagus (B) | 3,03 (B) | = B |
3 | Peserta didik bertanya dalam pembahasan dengan bagus (B) | 3,15 (B) | = B |
4 | Peserta didik berpendapat dalam pembahasan dengan bagus (B) | 3,15 (B) | = B |
5 | Peserta didik mencapai hasil belajar dengan nilai rata-rata lebih tinggi daripada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75 | 86,92 | > 75 |
6 | Peserta didik mencapai hasil belajar dengan ketuntasan lebih tinggi daripada ketuntasan minimal sebesar 75% | 88,46% | > 75% |
Keputusan | Terpenuhi |
Sesuai dengan refleksi, maka hasil tindakan pada Siklus II memenuhi indikator keberhasilan tindakan. Refleksi pada Siklus II sebagai berikut:
- Keberhasilan: a) Peserta didik bermain peran dengan bagus (B), b) Peserta didik menjawab dalam pembahasan dengan bagus (B), c) Peserta didik bertanya dalam pembahasan dengan bagus (B), d) Peserta didik berpendapat dalam pembahasan dengan bagus (B), e) Peserta didik mencapai hasil belajar dengan nilai rata-rata sebesar 86,92 yang lebih tinggi daripada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75 dan f) Peserta didik mencapai hasil belajar dengan ketuntasan sebesar 88,46% yang lebih tinggi daripada ketuntasan minimal sebesar 75%.
- Permasalahan: tidak terjadi permasalahan.
- Pembaruan tindakan: tidak perlu pembaruan tindakan.
Pembahasan
Penerapan Metode Role Playing dalam pembelajaran PAI tentang Kisah Abu Lahab, Abu Jahal dan Musailamah Al Kazzab adalah bermain peran sesuai dengan skenario. Sesuai dengan pembagian tugas, beberapa peserta didik membaca prolog dan beberapa peserta didik lainnya bermain peran. Pada setiap siklusnya, peserta didik bermain peran dalam dua kesempatan, yaitu mengulang bermain peran dengan pemeran yang berbeda. Pembelajaran dilanjutkan dengan penugasan dan diskusi kelas.
Penerapan Metode Role Playing berpusat pada peserta didik, baik sebagai pemeran maupun sebagai pengamat. Peserta didik tidak lagi pasif. Begitu juga dengan guru tidak lagi dominan sebagai sumber belajar. Guru berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam pembelajaran. Keterlibatan dalam pembelajaran ini menjadikan peserta didik aktif. Selain itu, pembelajaran menjadi menarik dengan penerapan Metode Role Playing. Hal tersebut sesuai dengan aktivitas belajar peserta didik yang termasuk bagus dalam bermain peran dan pembahasan.
Sesuai dengan analisis aktivitas belajar pada grafik di atas, maka aktivitas belajar peserta didik meningkat, sehingga termasuk kategori bagus (B) dan memenuhi indikator keberhasilan tindakan. Peningkatan aktivitas belajar tersebut sesuai dengan tindakan dalam pembelajaran dan pembaruan tindakan. Penerapan Metode Role Playing berpusat pada peserta didik, sehingga aktivitas belajar peserta didik mengalami peningkatan.
Penerapan Metode Role Playing berupa pementasan drama dengan atribut sederhana tanpa persiapan yang memadai. Namun pembelajaran menjadi nyata dan menarik. Bahkan pembelajaran menjadi menantang dengan drama yang tidak tuntas. Pada bagian akhir drama tersebut, peserta didik menganalisis kelanjutan drama dalam tugas. Dengan demikian, pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru yang menjelaskan materi, tetapi berpusat pada peserta didik yang menampilkan drama, sekaligus menganalisis masalah secara logis dan relevan sesuai degan drama tersebut. Analisis masalah ini berupa tugas, baik tugas secara individual pada Siklus I dan tugas dalam kelompok pada Siklus II. Hal tersebut memperkuat pemahaman skenario dan materi, sehingga hasil belajar meningkat.
Tabel 4.5. Analisis hasil belajar peserta didik.
No | Hasil belajar | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II |
1 | Nilai terendah | 50 | 60 | 70 |
2 | Nilai rata-rata | 65,96 < 75 | 78,26 > 75 | 86,92 > 75 |
3 | Nilai tertinggi | 80 | 100 | 100 |
4 | Jumlah tuntas | 10 | 17 | 23 |
5 | Ketuntasan | 38,46% < 75% | 65,38% < 75% | 88,46% > 75% |
Sesuai dengan analisis hasil belajar pada grafik dan tabel di atas, maka hasil belajar peserta didik meningkat, sehingga termasuk kategori memuaskan dan memenuhi indikator keberhasilan tindakan. Peningkatan hasil belajar tersebut sesuai dengan tindakan dalam pembelajaran dan pembaruan tindakan. Penerapan Metode Role Playing berpusat pada peserta didik, sehingga hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan.
Menurut Hamalik (2003: 199), Metode Role Playing adalah metode belajar dengan teknik stimulasi pada pendidikan sosial dan hubungan antar insani. Peserta didik berpartisipasi sebagai pemeran dengan peran tertentu atau sebagai pengamat, bergantung dari tujuan-tujuan dari penerapan metode tersebut.
Menurut Yamin (2005: 76), Metode Role Playing adalah metode belajar yang melibatkan interaksi antara dua peserta didik atau lebih tentang suatu topik atau situasi. Peserta didik melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang dilakoninya.
Menurut Djamarah dan Bahri (2006: 88), Metode Role Playing adalah metode belajar dengan mendramatisasi tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Dalam pembelajaran tersebut memperlihatkan peragaan dalam bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial oleh beberapa pemeran.
Dalam penelitian ini, peserta didik bermain peran sesuai dengan skenario dengan atribut sederhana dan berulang sesuai dengan kesempatan. Peserta didik bermain peran tanpa persiapan tertentu, namun pembelajaran tersebut menjadi menarik. Fokus dari penerapan Metode Role Playing dalam pembelajaran bukan pada kemampuan seni peran, tetapi menampilkan skenario yang relevan dengan materi sesuai dengan pengamatan dan kemampuan mengerjakan tugas pada akhir bermain peran tersebut. Namun demikian, kemampuan bermain peran ini tetap harus memenuhi indikator tertentu, diantaranya kelancaran dalam membaca skenario, penghayatan terhadap peran, daya tarik seni peran dan ekspresi dalam bermain peran.
Menurut Hamalik (2003: 199), tujuan pembelajaran dengan Metode Role Playing adalah belajar dengan berbuat, belajar melalui peniruan, belajar melalui balikan dan belajar melalui pengkajian, penilaian dan pengulangan.
Menurut Sumantri dan Permana (2006: 56), tujuan pembelajaran dengan Metode Role Playing adalah analisis nilai dan perilaku sosial, pengembangan strategi untuk memecahkan masalah antar pribadi dan perkembangan empati atau penghargaan terhadap orang lain.
Menurut Djamarah dan Bahri (2006: 89-90), kelebihan dalam pembelajaran dengan Metode Role Playing adalah memahami dan mengingat skenario sesuai dengan penghayatan, melatih inisiatif dan kreativitas, melatih bakat seni peran, menumbuhkan kerja sama, terbiasa bertanggung jawab dan berlatih komunikasi.
Dalam penelitian ini, peserta didik tidak belajar secara klasikal dan abstrak, tetapi dengan bermain peran secara aktif, nyata, menarik dan menyenangkan serta menantang. Pembelajaraan tidak lagi berpusat pada guru secara dominan sebagai sumber belajar, tetapi berpusat pada peserta didik dengan guru sebagai fasilitator dan mediator dalam pembelajaran. Pembelajaran semacam ini tidak hanya memperkuat pemahaman materi, tetapi juga melibatkan aspek perasaan, sikap, nilai, persepsi, keterampilan pemecahan masalah dan pemahaman terhadap pokok permasalahan. Oleh karena itu, kelebihan dalam pembelajaran dengan Metode Role Playing ini meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik. Sesuai dengan analisis hasil belajar, nilai ulangan harian meningkat dan termasuk kategori memuaskan, sehingga memenuhi indikator keberhasilan tindakan. Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian terbukti benar dan tujuan penelitian tercapai.
Sesuai dengan pembahasan data penelitian, maka penulis memperoleh hasil penelitian sebagai berikut:
- Penerapan Metode Role Playing dalam pembelajaran PAI tentang Kisah Abu Lahab, Abu Jahal dan Musailamah Al Kazzab dengan membaca prolog dan bermain peran sesuai dengan tokoh yang terdapat dalam skenario.
- Penerapan Metode Role Playing dalam pembelajaran PAI tentang Kisah Abu Lahab, Abu Jahal dan Musailamah Al Kazzab memakai atribut sederhana berupa nama tokoh sesuai dengan skenario.
- Penerapan Metode Role Playing dalam pembelajaran PAI tentang Kisah Abu Lahab, Abu Jahal dan Musailamah Al Kazzab berulang dalam dua kesempatan dengan peserta didik pemeran yang berbeda.
- Penerapan Metode Role Playing dalam pembelajaran PAI tentang Kisah Abu Lahab, Abu Jahal dan Musailamah Al Kazzab ditindaklanjuti dengan tugas secara individual maupun tugas dalam kelompok.
- Penerapan Metode Role Playing meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran PAI tentang Kisah Abu Lahab, Abu Jahal dan Musailamah Al Kazzab, sehingga termasuk kategori memuaskan.
PENUTUP
Kesimpulan
- Penerapan Metode Role Playing dalam pembelajaran PAI tentang Kisah Abu Lahab, Abu Jahal dan Musailamah Al Kazzab pada Semeter I Tahun Pelajaran 2018/2019 pada peserta didik Kelas VI SD Negeri 1 Waru dengan membaca prolog dan bermain peran sesuai dengan tokoh yang terdapat dalam skenario, memakai atribut sederhana berupa nama tokoh sesuai dengan skenario, berulang dalam dua kesempatan dengan peserta didik pemeran yang berbeda dan ditindaklanjuti dengan tugas secara individual maupun tugas dalam kelompok.
- Penerapan Metode Role Playing meningkatkan hasil belajar peserta didik Kelas VI SD Negeri 1 Waru dalam pembelajaran PAI tentang Kisah Abu Lahab, Abu Jahal dan Musailamah Al Kazzab pada Semeter I Tahun Pelajaran 2018/2019, sehingga termasuk kategori memuaskan.
Saran
Peserta didik
Peserta didik supaya bermain peran dengan berani dan percaya diri, sehingga daya tarik pembelajaran semakin kuat.
Guru
Guru supaya memberikan kesempatan yang sama untuk peserta didik, baik dalam bermain peran maupun mengamati, sehingga memperoleh pengalaman belajar yang sama.
Sekolah
- Sekolah supaya mengembangkan Metode Role Playing dalam pembelajaran lainnya, khususnya dalam pembelajaran yang berkaitan dengan moral dan interaksi manusia, sehingga pembelajaran mencakup aspek perasaan, sikap, nilai, persepsi, keterampilan pemecahan masalah dan pemahaman terhadap pokok permasalahan.
- Sekolah supaya menyediakan atribut dalam pembelajaran dengan Metode Role Playing, sehingga penghayatan karakter, daya tarik dalam pembelajaran dan ekspresi tokoh menjadi kuat.
- Sekolah supaya menindaklanjuti bakat seni peran peserta didik dengan drama sederhana yang mendidik, sehingga bakat tersebut semakin terasah.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Aswan Zain dan Bahri, Syaiful. 2006. Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Keguruan. Jakarta: Rajawali Press.
Majid, Abdul dan Andayani, Dian. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Saputra, Dedi Rizkia. 2015. Penerapan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas V SD Negeri 2 Kecemen, Manisrenggo, Klaten. Yogyakarta: Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.
Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sumantri, Mulyani dan Permana, Johar. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Maulana.
Yamin, Martinis. 2005. Manajemen Pembelajaran Kelas, Strategi Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press.
Nurhasanah, Ismawati Alidha. 2016. Penerapan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Hubungan Makhluk Hidup dengan Lingkungannya. Sumedang: Jurnal Pena Ilmiah, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia, Kampus Sumedang, Vol. 1, No. 1, Hal. 611-620.