Penerapan Metode Talking Stick Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep
PENERAPAN METODE TALKING STICK
SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP
KERJA SAMA NEGARA-NEGARA ASIA TENGGARA (ASEAN)
Markum
Guru Kelas VI SD Negeri Tlogowungu
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman konsep kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) dengan menerapkan metode Talking Stick pada peserta didik Kelas VI SD Negeri Tlogowungu, Japah, Blora Tahun Pelajaran 2016/2017. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebanyak dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah peserta didik Kelas VI SD Negeri Tlogowungu, Japah, Blora Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 21 peserta didik. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif (Miles & Huberman) yang terdiri dari 3 komponen, yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan (verifikasi). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, wawancara dan tes. Uji validitas penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode Talking Stick dapat meningkatkan pemahaman konsep kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) pada peserta didik SD Negeri Tlogowungu, Japah, Blora Tahun Pelajaran 2016/2017. Peningkatan pemahaman konsep tersebut dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan nilai pemahaman konsep peserta didik pada setiap siklus, yaitu nilai rata-rata pemahaman konsep peserta didik sebelum tindakan (Kondisi Awal) hanya 33,33%, pada Siklus I 80,26% dan pada Siklus II 95%.
Kata Kunci: Metode Talking Stick, Pemahaman Konsep, Kerja Sama, Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN).
PENDAHULUAN
Peningkatan mutu pembelajaran merupakan kunci keberhasilan peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidik menjadi salah satu kunci utama untuk meningkatan mutu pembelajaran oleh karena itu pendidik harus didorong untuk mampu melakukan inovasi dalam proses pembelajarannya. Suparlan (2008: 25) menyatakan bahwa salah satu dimensi yang cukup berpengaruh dalam kualitas pembelajaran adalah proses penyelenggaraan pendidikan terutama adalah proses belajar mengajar di dalam kelas. Adapun dimensi yang dimaksud meliputi: 1. waktu yang benar-benar digunakan dalam proses pembelajaran (time on task), 2. metode mengajar yang digunakan, 3. media yang dipakai, 4. penilaian yang digunakan untuk menilai proses pembelajaran dan 5. besarnya jumlah peserta didik dalam setiap kelas (class size).
Berdasarkan hasil pengamatan di Kelas VI SD Negeri Tlogowungu, Japah, Blora, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas terutama pada pembelajaran PKn materi kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), penerapan model pembelajaran dan metode pembelajaran yang inovatif masih sangat rendah. Guru cenderung menggunakan model dan metode pembelajaran yang konvensional. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi kurang optimal, peserta didik pasif dan pembelajaran terasa membosankan sehingga pemahaman konsep peserta didik dan kualitas proses pembelajaran PKn tentang materi kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) rendah.
Rendahnya pemahaman peserta didik tentang materi kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) merupakan sebuah permasalahan yang terjadi di Kelas VI SD Negeri Tlogowungu, Japah, Blora. Hal ini dibuktikan dari rata-rata nilai pemahaman konsep kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) peserta didik Kelas VI SD Negeri Tlogowungu, Japah, Blora rendah. Berdasarkan data nilai yang diperoleh peneliti, rata-rata nilai pemahaman konsep kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) termasuk dalam kategori rendah, yaitu 62,64. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 71, hanya 33,33% dari 21 peserta didik di Kelas VI tersebut. Fakta tersebut merupakan suatu indikasi bahwa proses pembelajaran yang telah dilaksanakan kurang berhasil dalam memberikan pemahaman konsep pada peserta didik.
Rendahnya nilai pemahaman konsep kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) dalam pembelajaran PKn yang diperoleh peserta didik terjadi di beberapa tahun terakhir ini. Permasalahan yang terjadi secara berturut-turut menandakan bahwa hal tersebut merupakan suatu masalah yang harus segera dicari solusi pemecahan masalahnya. Permasalahan tersebut menggugah guru untuk merefleksi diri, sehingga guru dapat mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan peserta didik dalam memahami konsep kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) dan menemukan solusi tepat untuk permasalahan tersebut.
Berdasarkan hasil observasi di Kelas VI SD Negeri Tlogowungu, Japah, Blora, penyebab utama dari permasalahan tersebut adalah guru masih menggunakan metode konvensional dalam melaksanakan pembelajaran seperti ceramah, mencatat dan penugasan. Hal ini apabila dilakukan secara terus-menerus akan membuat peserta didik sulit memahami konsep atau materi pelajaran dan kualitas proses pembelajaran rendah. Oleh karena itu, sudah seharusnya guru mengembangkan metode pembelajaran inovatif yang digunakan dalam proses pembelajaran, terlebih lagi jika dikaitkan dengan upaya meningkatkan pemahaman konsep dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran PKn pada materi kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN).
Mata pelajaran PKn pada tingkat satuan Sekolah Dasar (SD) pada dasarnya diarahkan agar peserta didik memiliki penguasaan konsep hubungan antarmanusia dan proses membantu pengembangan kemampuan dalam hubungan tersebut serta pembentukan sikap sebagai warga negara yang baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti halnya pada materi kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) materi ini sangat penting bagi peserta didik. Dengan mempelajari materi ini, peserta didik akan semakin tahu bagaimana seharusnya sikap bangsa Indonesia terhadap bangsa-bangsa lain, khususnya bangsa-bangsa di Asia Tenggara.
Memahamkan konsep kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) dan mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran PKn khususnya materi kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), guru perlu menerapkan sebuah metode pembelajaran yang inovatif, menarik dan membuat minat belajar peserta didik meningkat. Adapun metode pembelajaran yang dimaksud dalam upaya memecahkan permasalahan tersebut adalah metode pembelajaran Talking Stick.
Metode Talking Stick termasuk salah satu metode pendukung model pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah peserta didik mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi peserta didik SD, SMP dan SMA atau SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat peserta didik aktif (Tarmizi, 2010).
Alasan utama pemilihan metode Talking Stick diterapkan dalam pembelajaran karena pembelajaran dengan metode Talking Stick murni berorientasi pada aktivitas peserta didik yang dilakukan dalam bentuk permainan, sehingga peserta didik semakin berminat untuk belajar. Pelajaran PKn tengan materi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) yang awalnya dianggap membosankan akan menjadi pelajaran yang menarik dan peserta didik pun lebih mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru. Proses pembelajaran yang kondusif, peserta didik aktif dan paham akan materi yang disampaikan oleh guru menjadi penentu bahwa pembelajaran berkualitas.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) tentang “Penerapan Metode Talking Stick sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Kerja Sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) pada peserta didik Kelas VI SD Negeri Tlogowungu, Japah, Blora Tahun Pelajaran 2016/2017â€.
METODE PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri Tlogowungu, Kecamatan Japah, Kabupaten Blora. Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2016/2017.
Subjek penelitian dari penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah peserta didik dan peneliti sendiri, yaitu guru Kelas VI SD Negeri Tlogowungu, Kecamatan Japah Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2016/2017. Peserta didik Kelas VI berjumlah 21 peserta didik, yang terdiri dari 12 peserta didik perempuan dan 9 peserta didik laki-laki.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, observasi, wawancara dan tes. Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik triangulasi, yaitu triangulasi sumber data dan triangulasi teknik pengumpulan data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis yang menggunakan model analisis interaktif.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti mendapat kesimpulan bahwa guru masih menggunakan model dan metode pembelajaran yang konvensional sehingga nilai pemahaman konsep PKn peserta didik Kelas VI pada materi kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) rendah, terbukti dari nilai pemahaman konsep PKn peserta didik pada materi kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) yang berjumlah 21 peserta didik, hanya terdapat 7 peserta didik (33,33%) yang mencapai nilai ≥ 71 (nilai KKM). Selain itu pembelajaran yang konvensional mengakibatkan peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran, sehingga ini menjadi indikasi bahwa pembelajaran PKn kurang berkualitas.
Pada Kondisi Awal dapat dilihat bahwa nilai pemahaman konsep kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) pada peserta didik Kelas VI tergolong rendah karena masih banyak nilai peserta didik yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 71. Peserta didik yang tidak tuntas sebanyak 14 atau 67,67%, sedangkan peserta didik yang tuntas hanya 7 peserta didik atau 33,33%.
Deskripsi Siklus I
Nilai pemahaman konsep peserta didik Kelas VI SD Negeri Tlogowungu, Japah, Blora pada Siklus I menunjukkan bahwa pemahaman konsep peserta didik telah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan nilai pemahaman konsep saat Kondisi Awal. Ini berarti pelaksanaan Siklus I telah berhasil, namun masih perlu perbaikan pada Siklus II karena indikator kinerja yang ingin dicapai adalah 85% sedangkan pada Siklus I baru mencapai 80,95% atau 17 peserta didik dari 21 peserta didik yang mendapat nilai pemahaman konsep kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) di atas KKM 71.
Rekapitulasi Nilai Pemahaman Konsep Kerja Sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)
No. Urut |
Nilai |
KKM (71) |
No. Urut |
Nilai |
KKM (71) |
No. Urut |
Nilai |
KKM (71) |
1 |
77 |
T |
8 |
84 |
T |
15 |
80 |
T |
2 |
77 |
T |
9 |
94 |
T |
16 |
74 |
T |
3 |
100 |
T |
10 |
74 |
T |
17 |
67 |
TT |
4 |
90 |
T |
11 |
70 |
TT |
18 |
90 |
T |
5 |
87 |
T |
12 |
90 |
T |
19 |
90 |
T |
6 |
60 |
TT |
13 |
100 |
T |
20 |
77 |
T |
7 |
84 |
T |
14 |
100 |
T |
21 |
70 |
TT |
Ketuntasan Klasikal = jumlah peserta didik tuntas = 17/21 x 100% = 80,95% Nilai tertinggi = 100 Nilai terendah = 60 |
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Talking Stick untuk meningkatkan keaktifan peserta didik pada Siklus I berjalan dengan baik. Peneliti menyimpulkan bahwa pada Siklus I ini penerapan metode Talking Stick membantu guru dalam meningkatkan keaktifan peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran juga mengalami peningkatan, akan tetapi belum semua peserta didik aktif secara baik.
Rekapitulasi Nilai Keaktifan Peserta Didik Kelas VI Siklus I.
No. |
Skor I |
Skor II |
Skor Rata-rata |
Interpretasi |
No. |
Skor I |
Skor II |
Skor Rata-rata |
Interpretasi |
1 |
5 |
7 |
6 |
KB |
12 |
10 |
11 |
11 |
B |
2 |
7 |
9 |
8 |
B |
13 |
10 |
12 |
11 |
B |
3 |
9 |
11 |
10 |
B |
14 |
10 |
11 |
11 |
B |
4 |
9 |
10 |
10 |
B |
15 |
6 |
8 |
7 |
B |
5 |
10 |
11 |
11 |
B |
16 |
7 |
8 |
8 |
B |
6 |
5 |
7 |
6 |
KB |
17 |
4 |
7 |
6 |
KB |
7 |
9 |
11 |
10 |
B |
18 |
9 |
10 |
10 |
B |
8 |
9 |
10 |
10 |
B |
19 |
10 |
11 |
11 |
B |
9 |
10 |
11 |
11 |
B |
20 |
10 |
11 |
11 |
B |
10 |
10 |
12 |
11 |
B |
21 |
8 |
9 |
9 |
B |
11 |
6 |
8 |
7 |
B |
|
|
|
|
|
Keterangan: SB = Sangat Baik, B = Baik, KB = Kurang Baik |
Deskripsi Siklus II
Nilai pemahaman konsep peserta didik Kelas VI SD Negeri Tlogowungu, Japah, Blora pada Siklus II diperoleh rata-rata kelas sebesar 86,45. Dari hasil analisis tersebut terlihat bahwa masih terdapat 1 peserta didik yang belum tuntas, hal ini sebelumnya sudah dilakukan oleh guru agar peserta didik tersebut mau belajar lebih giat, namun karena memang sudah menjadi kebiasaan anak tersebut agak sulit untuk diminta belajar giat sehingga hasilnya pun kurang maksimal. Guru kelas maupun guru yang pernah mengajar peserta didik tersebut mengiyakan bahwa anak tersebut agak lemah untuk berkonsentrasi dalam pembelajaran.
Rekapitulasi Nilai Pemahaman Konsep Kerja Sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) Peserta didik Kelas VI Siklus II.
No. Urut |
Nilai |
KKM (71) |
No. Urut |
Nilai |
KKM (71) |
No. Urut |
Nilai |
KKM (71) |
1 |
84 |
T |
8 |
95 |
T |
15 |
80 |
T |
2 |
70 |
TT |
9 |
100 |
T |
16 |
80 |
T |
3 |
88 |
T |
10 |
89 |
T |
17 |
78 |
T |
4 |
95 |
T |
11 |
80 |
T |
18 |
93 |
T |
5 |
95 |
T |
12 |
100 |
T |
19 |
98 |
T |
6 |
73 |
T |
13 |
100 |
T |
20 |
85 |
T |
7 |
95 |
T |
14 |
93 |
T |
21 |
80 |
T |
Ketuntasan Klasikal = jumlah peserta didik tuntas = 20/21 x 100% = 95,23% Nilai tertinggi = 100 Nilai terendah = 70 |
Berdasarkan tabel 18 dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai keaktifan peserta didik secara klasikal sebesar 15,50 atau masuk dalam kategori SB (sangat baik). Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Talking Stick untuk meningkatkan keaktifan peserta didik pada Siklus II telah berhasil. Karena keaktifan peserta didik mencapai 100% atau 21 peserta didik aktif dengan interpretasi sangat baik. Ini menjadi bukti bahwa penerapan metode Talking Stick dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran PKn materi kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN).
Rekapitulasi Nilai Keaktifan Peserta Didik Kelas VI Siklus I.
No. |
Skor I |
Skor II |
Skor Rata-rata |
Interpretasi |
No. |
Skor I |
Skor II |
Skor Rata-rata |
Interpretasi |
1 |
12 |
16 |
14 |
SB |
12 |
14 |
18 |
16 |
SB |
2 |
14 |
17 |
16 |
SB |
13 |
16 |
18 |
17 |
SB |
3 |
15 |
18 |
17 |
SB |
14 |
15 |
18 |
17 |
SB |
4 |
14 |
15 |
15 |
SB |
15 |
13 |
17 |
15 |
SB |
5 |
14 |
17 |
16 |
SB |
16 |
13 |
17 |
15 |
SB |
6 |
12 |
16 |
14 |
SB |
17 |
12 |
16 |
14 |
SB |
7 |
14 |
17 |
16 |
SB |
18 |
14 |
18 |
16 |
SB |
8 |
13 |
17 |
15 |
SB |
19 |
13 |
17 |
15 |
SB |
9 |
15 |
18 |
17 |
SB |
20 |
13 |
17 |
15 |
SB |
10 |
16 |
18 |
17 |
SB |
21 |
13 |
17 |
15 |
SB |
11 |
12 |
16 |
14 |
SB |
|
|
|
|
|
Keterangan: SB = Sangat Baik, B = Baik, KB = Kurang Baik |
Pembahasan
Peningkatan pemahaman konsep kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) pada peserta didik Kelas VI SD Negeri Tlogowungu, Japah, Blora tahun pelajaran 2016/2017 mulai dari Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini:
Perbandingan Data Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
No. |
Interval Nilai |
Kondisi Awal |
Siklus I |
Siklus II |
|||
F |
% |
F |
% |
F |
% |
||
1. |
31-40 |
1 |
5 |
0 |
0 |
0 |
0 |
2. |
41-50 |
3 |
14 |
0 |
0 |
0 |
0 |
3. |
51-60 |
4 |
19 |
1 |
5 |
0 |
0 |
4. |
61-70 |
6 |
29 |
3 |
14 |
1 |
5 |
5. |
71-80 |
7 |
33 |
6 |
29 |
6 |
29 |
6. |
81-90 |
0 |
0 |
7 |
33 |
4 |
19 |
7. |
91-100 |
0 |
0 |
4 |
19 |
10 |
48 |
Hal ini merefleksikan bahwa penerapan metode Talking Stick pada peserta didik Kelas VI SD Negeri Tlogowungu, Japah, Blora Tahun Pelajaran 2016/2017 dinyatakan berhasil karena secara klasikal menunjukkan adanya peningkatan nilai pemahaman konsep.
Keaktifan peserta didik yang meliputi 6 aktivitas, yaitu: (a) Visual activities (keaktifan melihat), (b) Oral activities (keaktifan berbicara), (c) Listening activities (keaktifan mendengarkan), (d) Writing activities (keaktifan menulis), (e) Mental activities (keaktifan mental), (f) Emosional activities (keaktifan emosi) diukur guna mengetahui adakah peningkatan kualitas proses pembelajaran.
Peningkatan keaktifan peserta didik kelas VI SD Negeri Tlogowungu, Japah, Blora tahun pelajaran 2016/2017 mulai dari Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini:
Perbandingan Data Frekuensi Nilai Keaktifan Peserta Didik pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.
No. |
Interval Nilai |
Siklus I |
Siklus II |
||||
F |
% |
I |
F |
% |
I |
||
1. |
1-6 |
3 |
14 |
KB |
0 |
0 |
KB |
2. |
7-12 |
18 |
86 |
B |
0 |
0 |
B |
3. |
13-18 |
0 |
0 |
SB |
21 |
100 |
SB |
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Talking Stick untuk meningkatkan keaktifan peserta didik telah berhasil dengan interpretasi sangat baik. Ini menjadi bukti bahwa penerapan metode Talking Stick dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran PKn materi kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN).
Dari penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Talking Stick dapat meningkatkan pemahaman konsep kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran PKn pada peserta didik Kelas VI SD Negeri Tlogowungu, Japah, Blora Tahun Pelajaran 2016/2017.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Penerapan metode Talking Stick dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan pemahaman konsep kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) pada peserta didik Kelas VI SD Negeri Tlogowungu, Japah, Blora Tahun Pelajaran 2016/2017.
2. Penerapan metode Talking Stick dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran PKn materi kerja sama Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) pada peserta didik Kelas VI SD Negeri Tlogowungu, Japah, Blora Tahun Pelajaran 2016/2017.
Saran
1. Bagi Peserta didik
a. Pada saat pembelajaran inovatif metode Talking Stick diterapkan perlu meningkatkan keberanian mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum dimengerti, sehingga tidak merasa kesulitan dalam menerima materi pelajaran.
b. Pada saat diberi kesempatan oleh guru untuk belajar secara mandiri hendaknya peserta didik dapat mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya untuk belajar dengan sungguh-sungguh, sehingga dalam proses pembelajaran mereka dapat menjawab pertanyaan dan agar para peserta didik yakin dengan dirinya sendiri mampu dan tidak merasa takut menjawab pertanyaan.
2. Bagi Guru
a. Diharapkan guru dapat menerapkan metode pembelajaran inovatif, yaitu metode Talking Stick ini sebagai alternatif atau pilihan dalam praktik pembelajaran PKn di Kelas VI SD N Tlogowungu, Japah, Blora dan guru juga bisa menerapkan metode ini pada pelajaran-pelajaran yang bersifat hafalan yang mudah dicerna dan dipahami oleh peserta didik agar aktivitas belajar dapat meningkat, sehingga peserta didik terlihat semangat untuk mengikuti.
b. Selain itu, guru harus selalu belajar tentang metode-metode pembelajaran yang inovatif kemudian menerapkannya dalam pembelajaran, sehingga ada variasi dalam mengajar. Dengan adanya variasi dalam mengajar, peserta didik akan menjadi antusias dan bersemangat dalam pembelajaran.
c. Guru seharusnya memahami seluruh karakter peserta didiknya dan peka terhadap apa yang dibutuhkan oleh peserta didiknya, sehingga ketika peserta didik mengalami kesulitan selama pembelajaran guru mampu memberikan solusi kepada peserta didik tersebut dengan memberikan perlakuan yang lebih, seperti bimbingan atau tambahan pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
a. Sebaiknya sekolah senantiasa memberikan pembekalan dan evaluasi bagi guru-guru di sekolah tersebut agar guru dapat meningkatkan kualitas mengajarnya, misalnya guru dibekali tentang cara penerapan metode-metode pembelajaran inovatif. Guru yang mampu menerapkan metode pembelajaran yang tepat maka akan mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dan kualitas peserta didik.
b. Selain itu sekolah berusaha untuk memfasilitasi guru dan peserta didik agar dapat mengembangkan potensi dan kualitas mereka, sehingga dengan guru dan peserta didik yang berkualitas akan berpengaruh terhadap citra dan kualitas sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Soli. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Aini, Irfatul. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Inovatif melalui Metode Talking Stick untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas VII SMP N 1 Singosari. Skripsi Tidak Dipublikasikan. FKIP Universitas Sebelas Maret.
Amiroh. (2009). Cooperative Learning untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa. (http://ami62.blogspot.com/2009/09/cooperative-learning-untuk-meningkatkan.html) diunduh pada 27 Januari 2012 pukul 19.30 WIB).
Arikunto, Suharsimi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
—. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Yogyakarta: Rineka Cipta.
Budiyanto. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Daryanto. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). 2007. Panduan Materi Sosialisasi KTSP. (http://depdiknas.info.ac.id/html) diunduh pada 19 Januari 2012 pukul 10.17 WIB.
—. (2007). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Dewi, Ressi Kartika. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan 6: untuk SD/MI kelas VI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
George Por. (2009). The Talking Stick Circle. Jurnal Internasional, vol. 5, no. 2. (http://www.vision-nest.com/btbc/kgarden/tscircle.shtml) diunduh pada 27 Januari 2012 pukul 14.32 WIB.
Gunawan, Adi W. (2007). Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hamalik, Oemar. (2010). Perencanaan Pengajaran Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Hidayati, Mujinem, dan Anwar Senen. (2008). Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta: Depdiknas. Indonesia (UI-Press)
Kimberly Fujioka. (1998). The Talking Stick: An American Indian Tradition in The ESL Classroom. The International TESL Journal, Vol. IV, No. 9, September 1998.
Kunandar. (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo.
—. (2010). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Pers.
Miles, Matthew. B dan A. Michael Huberman. (2009). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).