Penerapan Model Pembelajaran Debate Untuk Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Berita Pada Siswa Kelas VI SDN 5 Ngawen Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DEBATE
UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI BERITA PADA SISWA KELAS VI SDN 5 NGAWEN
SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Sudi Hastuti
Guru SD Negeri 5 Ngawen Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia materi berita melalui model pembelajaran debate. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari satu pertemuan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 5 Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora. Metode pengumpulan data menggunakan metode tes, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan kuantitatif dan kualitatif. Dimana Hasil penelitian ini menunjukkan Model Pembelajaran Debate, dapat meningkatkan prose pembelajaran, baik keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Hal dapat terlihar dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di mana Keterampilan guru dengan menerapkan Model Pembelajaran Debate pada siklus I mendapat skor sebanyak 28 termasuk kriteria baik. Sedangkan pada siklus II mendapat skor sebanyak 33 termasuk kriteria sangat baik dan pada siklus III mendapat skor sebanyak 37 termasuk kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan guru pada tiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Debate dapat meningkatkan keterampilan guru.  Aktivitas siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan Model Pembelajaran Debate mengalami peningkatan setiap siklusnya dengan mendapat skor pada siklus I memperoleh skor 20,45 dengan rata-rata 2,65 dan masuk dalam kreteria baik. Dan hasil pada siklus II mendapat skor 22,25 dengan rata-rata 2,85 dan masuk dalam kreteria baik, sedangkan pada siklus III mendapat skor 27,75 dengan rata-rata 3,5 dan masuk dalam kreteria sangat baik. Sehingga dapat dikategorikan bahwa aktivitas siswa pada penelitian ini meningkat setiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Debate dapat meningkatkan aktivitas siswa.  Hasil belajar siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan Model Pembelajaran Debate mengalami peningkatan yaitu rata-rata hasil belajar kelas I pada siklus I yaitu 68, pada siklus II yaitu 83, dan pada siklus III yaitu 91. Persentase siswa yang tuntas belajar pada siklus I hanya 13 siswa sebanyak 50%, pada siklus II yaitu 20 siswa sebanyak 76%, dan pada siklus III yaitu 24 siswa sebanyak 92% . Dengan demikian dapat disimpulkan hasil belajar siswa meningkat setiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Debate dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Debate. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada siswa kelas VI SDN 5 Ngawen Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora.
Kata kunci : Hasil Belajar, Model Pembelajaran Debate.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi (a) aspek mendengarkan, (b) aspek berbicara, (c) aspek membaca, (d) aspek menulis, (e) kesastraan dan (d) kosa kata (Depdikbud: 2006) Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuam dan erat sekali hubungannya dengan proses yang mendasari bahasa. Dalam Penelitian ini ruang lingkup bahasa Indonesia yang di ambil adalah ruang lingkup membaca karena sesuai dengan masalah yang ada yakni rendahnya keterampilan membaca cerita siswa dalam proses pembelajaran. Keterampilan membaca merupakan modal awal siswa untuk menggali ilmu pengetahuan yang akan dikembangkan dalam pendidikan formal.
Bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah dasar sejak kelas 1 SD. Mata pelajaran bahasa Indonesia diberikan disemua jenjang pendidikan formal. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia bersumber pada hakikat pembelajaran bahasa yaitu belajar bahasa (belajar berkomunikasi) dan belajar sastra (belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia mengupa-yakan peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta menghargai karya cipta bangsa Indonesia (Hartati, 2003).
Rendahnya minat dan pemahaman siswa kelas VI SDN 5 Ngawen pada pembelajaran Bahas Indonesia berdampak pada pencapaian kompetensi siswa dalam mata pelajaran Bahas Indonesia masih berada dibawah standar KKM yang ditentukan yakni 70. Dengan melihat hasil ulangan diatas perlu adanya perbaikan pembelajarannya,agar siswa dapat menguasai materi pembelajaran Bahas Indonesia untuk peningkatan hasil belajar.
Dari ulasan latar belakang tersebut maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Debate untuk Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Berita pada Siswa Kelas VI SDN 5 Ngawen Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016â€
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana cara peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia materi berita melalui model pembelajaran debate pada siswa kelas VI SDN 5 Ngawen?â€
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah: “Untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi berita melalui Model Pembelajaran Debate pada siswa kelas VI SDN 5 Ngawen.â€
KERANGKA TEORI
Pengertian Belajar
Morgan dalam Baharudin dan Esa Nur Wahyuni (2009: 14) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.
Sardiman (2011: 20) mengungkap-kan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
Aktivitas Siswa
Jenis-jenis aktivitas dalam belajar menurut Diedrich (dalam Sardiman, 2011: 101) dapat digolongkan sebagai berikut: 1) Visual activities, meliputi: membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2) Oral activities, meliputi: menyatakan, merumus-kan, bertanya, memberi saran, mengeluar-kan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi. 3) Listening active-ties, meliputi: mendengarkan uraian perca-kapan, diskusi, musik, dan pidato. 4) Writing activities, meliputi: menulis cerita, karangan, laporan, angket dan menyalin. 5) Drawing activities, meliputi: menggam-bar, membuat grafik, peta, dan diagram. 6) Motor activities, meliputi: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, berkebun, bermain, dan beternak. 7) Mental activities, meliputi: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8) Emotional activities, meliputi: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup.
Hasil Belajar
Anni, dkk (2007: 5) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Bloom dalam Poerwanti (2008: 1-23) menge-lompokan kemampuan manusia ke dalam dua ranah (domain) utama yaitu ranah kognitif dan ranah non-kognitif. Ranah non-kognitif dibedakan menjadi dua yaitu ranah afektif dan ranah psikomotorik.
Hakikat Bahasa Indonesia
Sebagai bahasa nasional diajarkan pada setiap jenjang sekolah mulai dari jenjang sekolah dasar, menengah, sampai ke perguruan tinggi. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa di Sekolah Dasar memiliki nilai strategis. Pada jenjang inilah pertama kalinya pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan secara berencana dan terarah. Langkah awal yang harus dilalui oleh guru sebelum merencanakan dan melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah memahami benar-benar pedoman petunjuk atau karakteristik mata pelajaran bahasa Indonesia. Pedoman pelaksanaan tersebut bersumber pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus, RPP, Progam Tahunan, program Semester, Kalender Pendidikan, Jadwal Pelajaran, serta perangkat lain yang wajib dipersiapkan oleh guru. Dalam KTSP, mata pelajaran bahasa Indonesia tertera 6 jam pelajaran untuk setiap minggunya. Pengaturan jadwalnya secara otonomi diserahkan sepenuhnya kepada sekolah masing-masing.
Bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah dasar sejak kelas 1 SD. Mata pelajaran bahasa Indonesia diberikan disemua jenjang pendidikan formal. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia bersumber pada hakikat pembelajaran bahasa yaitu belajar bahasa (belajar berkomunikasi) dan belajar sastra (belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia mengupayakan peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta menghargai karya cipta bangsa Indonesia (Hartati, 2003).
Model Pembelajaran Debate
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri. (sumber: id.wikipedia.org).
Debat adalah suatu diskusi antara dua orang atau lebih yang berbeda pandangan, dimana antara satu pihak dan pihak yang lain saling menyerang. (sumber : eduscpes.com)
Debat terjadi di mana unsur emosi banyak berperan. Para peserta di sini lebih banyak hanya hendak mempertahankan pendapatnya dan hanya ada sedikit ruangan dalam batinnya, kalau ada, untuk mendengar dengan baik pendapat orang lain. Suasana menjadi ‘ramai’ dan sifat diskusi yang damai tidak terjadi. Masing-masing peserta hanya mau ‘mendengar’ pendapatnya sendiri-sendiri dan berkehen-dak agar supaya peserta lain menyetujui pendapatnya. Jadi ada unsur pemaksaan kehendak.
Debat adalah sebuah kontes antara dua orang atau grup yang mempresen-tasikan tentang argument mereka dan ber-usaha untuk mengembangkan argument dari lawan mereka.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui Model Pembe-lajaran Debate maka keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas VI SDN 5 Ngawen pada pembelajaran Bahasa Indonesia akan meningkat.
METODOLOGI PENELITIAN
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa dan guru. Penelitian dilaksanakan di kelas VI SDN 5 Ngawen tahun pelajaran 2015/2016, dengan jumlah siswa 26 anak, yang terdiri dari siswa laki-laki 20 anak, dan siswa perempuan 6 anak.
Prosedur/Langkah-Langkah Penelitian
Rancangan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan (Subyantoro, 2009: 10). Menurut Arikunto, dkk (2008: 16), secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.
Indikator Keberhasilan
Menerapkan Model Pembelajaran Debate dapat meningkatkan pembelajaran Bahasa Indonesia materi tentang berita pada siswa kelas VI SDN 5 Ngawen dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:
1. Keterampilan guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan mengguna-kan Model Pembelajaran Debate me-ningkat dengan kriteria sekurang-kurangnya baik sekali.
2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan mengguna-kan Model Pembelajaran Debate me-ningkat dengan kriteria sekurang-kurangnya baik sekali.
3. 85% siswa kelas VI SDN 5 Ngawen mengalami ketuntasan belajar individual sebesar ≥ 70 dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
HASIL PENELITIAN
Keterampilan Guru
Keterampilan guru pada tiap siklus menunjukkan adanya peningkatan. Untuk siklus I, jumlah skor yang diperoleh guru yaitu 28 dengan kriteria baik/B. Untuk siklus II, jumlah skor yang diperoleh guru yaitu 33 dengan kriteria sangat baik/A. Untuk siklus III, jumlah skor yang diperoleh guru yaitu 37 dengan kriteria sangat baik/A.
Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa pada tiap siklus juga menunjukkan adanya peningkatan. Untuk siklus I, persentase aktivitas siswa yaitu 62,35% dengan kriteria baik/B. Untuk siklus II, persentase aktivitas siswa yaitu 68,65% dengan kriteria baik/B. Dan untuk siklus III, persentase aktivitas siswa yaitu 72,5% dengan kriteria sangat baik/A.
Hasil Belajar
Hasil belajar siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan Model Pembelajaran Debate mengalami peningkatan yaitu rata-rata hasil belajar kelas I pada siklus I yaitu 68, pada siklus II yaitu 83, dan pada siklus III yaitu 91. Persentase siswa yang tuntas belajar pada siklus I hanya 13 siswa sebanyak 50%, pada siklus II yaitu 20 siswa sebanyak 76%, dan pada siklus III yaitu 24 siswa sebanyak 92%
SIMPULAN
Dari seluruh pelaksanaan penelitian tindakan kelas di kelas VI SD Negeri 5 Ngawen kecamatan Ngawen Kabupaten Blora dapat disimpulkan bahwa : Menurut teoritik, Penggunaan Model Pembelajaran dalam pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan dan hasil pembelajaran bagi siswa.
SARAN
Bagi Guru, dapat menggunakan model pembelajaran inovatif lainya agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran masih banyak metode atau model lainnya yang dapat di gunakan untuk menunjang keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.
Bagi Siswa, melalui Model Pembelajaran Debate yang menuntut keterlibatan aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi meningkat. Hal ini bisa diterapkan pada mata pelajaran yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S.dkk. 2007. Penelitian Timdakan Kelas.Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Asma N. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta : Depdiknas
Aqib, Z. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : CV. Yrama Widya
Adi .S,Sriyadi Dwijo,dkk.2011.Fokus Tematik.Solo: CV.Sindunata.
Anni, catharina tri.2006.Psikologi belajar. Semarang UPT MKK UNNES.
Dedidwitagama.wordpress.com/…/laporan-penelitian-tindakan-kelas-pkn/
Permadi,Gilang.2008. Bahasa Indonesia.Bogor:Yudistira.
Poerwanti,Endang,dkk.2008.Asesmen Pembelajaran SD.Derektorat Jendral Pendidikan Tinggi: Depdiknas.
Suharmanto,Puguh,S.Pd.2011.Bahas Indonesia Kelas 3.Surabaya:CV.Mia.
Sugandi.Achmad.Drs.20007.Teori Pembelajaran. Semarang :UPT MKU UNNES.
Wahab,Abdul Aziz .1987.Pendidikan Pancasila dan Bahas Indonesia .Jakarta: Dikti Depdikbud.
Â