Penerapan Model Pembelajaran Quantum Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG GAYA
PADA SISWA KELAS V SDN 2 NGLANGITAN KEC. TUNJUNGAN
KAB. BLORA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Rumaniyatun
Guru Kelas V SDN 2 Nglangitan
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar IPA tentang Gaya melalui Model Pembelajaran Quantum bagi siswa Kelas V SDN 2 Nglangitan Kec. Tunjungan Kab. Blora Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan, yakni pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2016. Tempat penelitian di SDN 2 Nglangitan. Subjek dari penelitian ini adalah siswa-siswi Kelas V SDN 2 Nglangitan yang berjumlah sembilan belas siswa yang terdiri sepuluh laki-laki dan sembilan perempuan. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan melakukan tindakan sebanyak dua kali dalam dua siklus, tiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan dan tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan hasil tindakan dan merefleksi hasil tindakan. Hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa melalui penerapan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang gaya bagi siswa Kelas V SDN 2 Nglangitan Kec. Tunjungan Kab. Blora Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Model Pembelajaran Quantum, IPA, Gaya.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu proses yaitu usaha manusia dengan penuh tanggung jawab untuk membimbing anak didik menuju kedewasaan. Proses pendidikan yang diselenggarakan secara formal di sekolah dimulai dari pendidikan formal yang paling dasar (Sekolah Dasar) sampai paling tinggi (Perguruan Tinggi). Begitu pentingnya pendidikan karena dengan pendidikan manusia memperoleh pengetahuan dan kecerdasan serta dapat nengembangkan kemampuan sikap dan tingkah laku.
Pendidikan di sekolah berguna untuk mempersiapkan siswa menghadapi masa depannya. Pendidikan di sekolah tidak lepas dari kegiatan belajar. Kegiatan belajar di sekolah diarahkan agar siswa mampu menerima dan memahami pengetahuan yang diberikan oleh guru didalam proses belajar mengajar.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat beberapa program pengajaran, salah satunya adalah pengajaran Sains yang bertujuan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat serta mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. Pembelajaran IPA diarahkan pada pemberian pengalaman langsung dan siswa diharapkan aktif, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
Guru dituntut harus mampu merancang dan melaksanakan program pengalaman belajar dengan tepat agar siswa memperoleh pengetahuan secara utuh, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini berarti bahwa siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan hanya semata-mata mengetahui apa yang dipelajarinya. Hal tersebut akan berdampak pada hasil belajar siswa. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar yang masih rendah, menunjukkan pembelajaran yang dilaksanakan guru kurang berhasil.
Berdasarkan hasil pembelajaran di Kelas V Semester 2 mata pelajaran IPA di SDN 2 Nglangitan Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora, tentang topik bahasan Gaya, dari jumlah siswa sembilan belas yang terdiri dari sepuluh siswa laki-laki dan sembilan siswa perempuan, yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) baru tujuh siswa (37%) dan yang belum mencapai KKM masih dua belas siswa (63%). Adapun faktor-faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah dapat diidentifikasikan sebagai berikut: siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, siswa pasif dan kurang aktif dalam pembelajaran, metode yang digunakan masih konvensional, media yang digunakan kurang bervariatif hanya menggunakan media seadanya sehingga pembelajaran masih bersifat abstrak.
Untuk menggali potensi anak agar selalu kreatif dan berkembang perlu diterapkan pembelajaran bermakna yang akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa makin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperoleh merupakan hasil dari pemahaman dan penemuan sendiri, yaitu proses yang melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan suatu konsep. Untuk itu harus sudah menjadi tugas guru dalam mengelola proses belajar mengajar adalah memilih model pembelajaran yang sesuai agar pembelajaran lebih menarik dan bermakna.
Agar pembelajaran IPA dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa, maka guru harus dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Oleh karena itu diperlukan suatu model pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar di SD. Salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan di SD adalah model pembelajaran Quantum. Menurut Deporter, dkk (2005: 5), “Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahayaâ€. Melalui pembelajaran Quantum siswa akan diajak belajar yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya. Dengan menerapkan model pembelajaran quantum diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian dan permasalahan-permasalahan yang ada, peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Quantum untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA tentang Gaya pada Siswa Kelas V SDN 2 Nglangitan Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016â€.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016, waktu penelitian pada bulan Januari sampai dengan bulan April 2016. Penelitian ini dilaksanakan SDN 2 Nglangitan yang beralamatkan di Desa Nglangitan Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora.
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas V SDN 2 Nglangitan Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2015/2016. Jumlah siswa Kelas V adalah sembilan belas siswa yang terdiri dari sepuluh laki-laki dan sembilan perempuan.
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan antara hasil belajar peserta didik sesudah dilakukan tindakan. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pengkategorian ini ke dalam penelitian tindakan sesuai dengan model Kemmis dan Mc. Taggart. Setiap satu siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Siklus I
Pada pertemuan pertama, guru membahas tentang gaya gravitasi dengan contoh buah yang jatuh dari pohon dan bertanya-jawab tentang peristiwa tersebut. Selanjutnya, siswa melakukan percobaan dengan melempar bola tenis dan bertanya-jawab tentang peristiwa melempar bola tenis dan jatuhnya bola tenis tersebut. Pembelajaran dilanjutkan dengan perbandingan kecepatan benda yang jatuh dalam kelompok. Pembahasan difokuskan pada faktor yang mempengaruhi kecepatan benda jatuh.
Pada pertemuan kedua, guru membahas tentang gaya gesek dengan contoh mengerem sepeda dan bertanya-jawab tentang peristiwa tersebut. Selanjutnya, siswa melakukan percobaan dengan menggesekan dua benda sesuai dengan permukannya dan bertanya-jawab tentang peristiwa gesekan tersebut. Pembelajaran dilanjutkan dengan perbandingan gesekan yang terjadi antara benda dengan permukaan halus-kasar, halus-halus dan kasar-kasar dalam kelompok. Pembahasan difokuskan pada faktor yang mempengaruhi gesekan.
Hasil pengamatan diketahui aktivitas belajar adalah 1) cukup baik dalam percobaan, 2) cukup aktif bertanya dan berpendapat dan 3) cukup aktif berdiskusi kelompok. Hasil belajar sesuai dengan nilai ulangan harian. Pada pertemuan ketiga, guru melakukan ulangan harian. Hasilnya adalah nilai rata-rata sebesar 70 dengan ketuntasan sebesar 68,42%.
Deskripsi Siklus II
Pada pertemuan pertama, guru membahas tentang gaya magnet dengan contoh pintu lemari es yang terbuka dan tertutup kembali dengan rapat dan bertanya-jawab tentang peristiwa tersebut. Selanjutnya, siswa melakukan percobaan tentang benda-benda yang ditarik magnet (magnetis) dan tidak ditarik magnet (non magnetis). Pembelajaran dilanjutkan dengan perbandingan benda magnetis dan benda non magnetis sesuai dengan sifat magnet. Pembahasan difokuskan pada unsur-unsur benda magnetis dan benda non magnetis.
Pada pertemuan kedua, guru membahas tentang cara pembuatan magnet. Selanjutnya, siswa melakukan percobaan dengan menempelkan benda magnetis dengan magnet (induksi), menggosok benda magnetis dengan magnet dan mengalirkan arus listrik (elektromagnet) dan bertanya-jawab tentang peristiwa pembuatan magnet tersebut. Pembelajaran dilanjutkan dengan perbandingan pembuatan magnet dalam kelompok. Pembahasan difokuskan pada kekuatan gaya magnet dan daya tahan magnetis.
Hasil pengamatan diketahui aktivitas belajar adalah 1) baik dalam percobaan, 2) aktif bertanya dan berpendapat dan 3) aktif berdiskusi kelompok. Hasil belajar sesuai dengan nilai ulangan harian. Pada pertemuan ketiga, guru melakukan ulangan harian. Hasilnya adalah nilai rata-rata sebesar 77 dengan ketuntasan sebesar 89,47%.
Pembahasan
Dalam penelitian ini, pembelajaran Quantum sesuai dengan beberapa tahap, yaitu menumbuhkan rasa ingin tahu, mengalami, menamai, mendemonstrasikan, mengulangi dan merayakan. Pembelajaran tersebut diterapkan dalam kelompok kecil. Pembelajaran diawali dengan pertanyaan dari guru sesuai dengan materi. Kemudian, tanya jawab dengan siswa. Berikutnya, menamai. Selanjutnya, siswa dan kelompoknya melakukan demonstrasi dan mengulangi demonstrasi sesuai dengan petunjuk, hingga menyimpulkan. Terakhir, siswa merayakan hasil kerja kelompoknya sesuai dengan presentasi dan pembahasan.
Pada Siklus I, pembelajaran sesuai dengan materi tentang gaya gravitasi dan gasa gesek. Aktivitas belajar adalah 1) cukup baik dalam percobaan, 2) cukup aktif bertanya dan berpendapat dan 3) cukup aktif berdiskusi kelompok. Hasil belajar adalah nilai rata-rata sebesar 70 dengan ketuntasan sebesar 68,42%.
Pada Siklus II, pembelajaran sesuai dengan materi tentang gaya magnet. Aktivitas belajar adalah 1) baik dalam percobaan, 2) aktif bertanya dan berpendapat dan 3) aktif berdiskusi kelompok. Hasil belajar adalah nilai rata-rata sebesar 77 dengan ketuntasan sebesar 89,47%.
Pada Kondisi Awal, partisipasi siswa dalam pembelajaran masih kurang. Hal tersebut sesuai dengan pembelajaran yang berlangsung konvensional, tidak ditunjang dengan media, bersifat abstrak dan siswa yang kurang antusias. Hal tersebut juga menyebabkan hasil belajar yang tidak memuaskan. Hasil belajar adalah nilai rata-rata sebesar 61 dengan ketuntasan sebesar 36,84%.
Dalam pembelajaran Quantum, siswa terlibat dalam pembelajaran secara aktif. Aktivitas tersebut diawalli dengan tanya-jawab, dilanjutkan dengan demonstrasi dan diakhiri dengan pembahasan dalam kegiatan yang berurutan, yaitu menumbuhkan rasa ingin tahu, mengalami, menamai, mendemonstrasikan, mengulangi dan merayakan. Sesuai dengan penerapan pembelajaran Quantum tersebut, pembelajaran menjadi aktif dan hasil belajar meningkat. Sesuai dengan data penelitian, analisis hasil belajar sebagai berikut:
Tabel 1. Analisis Hasil Belajar pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.
No |
Keterangan |
Kondisi Awal |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Nilai terendah |
35 |
50 |
50 |
2 |
Nilai rata-rata |
61 |
70 |
77 |
3 |
Nilai tertinggi |
85 |
95 |
100 |
4 |
Jumlah tuntas |
7 |
13 |
17 |
5 |
Ketuntasan |
36,84% |
68,42% |
89,47% |
Sesuai dengan analisis data hasil belajar di atas, penerapan pembelajaran Quantum meningkatkan hasil belajar, sehingga nilai rata-rata dan ketuntasan meningkat. Peningkatan hasil belajar tersebut memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan, dimana nilai rata-rata lebih besar daripada KKM sebesar 65 dan ketuntasan melebihi ketuntasan minimal sebesar 75%. Dengan demikian, tujuan penelitian tercapai dan hipotesis penelitian terbukti benar.
PENUTUP
Kesimpulan
Sesuai dengan data penelitian dan pembahasan, kesimpulan dalam penelitian adalah penerapan model pembelajaran quantum meningkatkan hasil belajar IPA tentang gaya pada siswa Kelas V SDN 2 Nglangitan Kec. Tunjungan Kab. Blora Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. Peningkatan hasil belajar tersebut sesuai dengan peningkatan nilai rata-rata dan ketuntasan yang memenuhi indikator kinerja.
Saran
Sesuai dengan kesimpulan, saran dalam penelitian sebagai berikut:
1. Guru hendaknya meningkatkan kompetensinya dengan merancang pembelajaran yang kreatif dan inovatif, sehingga siswa menjadi tertarik dan pembelajaran menjadi kondusif dan bermakna.
2. Guru hendaknya menggunakan media pembelajaran yang sesuai serta model pembelajaran yang tepat, sehingga memberikan kemudahan bagi siswa memahami materi pembelajaran dan memberikan pengalaman yang berbeda dan bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Asy’ari, Muslichah. 2006. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar. Salatiga: Widya Sari Press.
Darmojo, Hendro dan Kaligis, Jenny RE. 1993. Pendidikan IPA 2. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
De Porter dan Hernacki. 1999. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Penerjemah Alwiyah Abdurahman. Cetakan ke-5. Bandung: Kaifa.
De Porter, Readon dan Nourie. 2005. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Penerjemah Afi Nilandari. Cetakan ke-17, Bandung: Kaifa.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Sinar Grafika.
Hamdani. 2011. Stategi Belajar Mengajar. Jakarta: Balai Pustaka.
Iskandar. 2001. Pendidikan IPA. Bandung: Maulana.
—. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press.
Parkin. 1997. http://juhji-science-sd.blog.com Diunduh 13 Januari 2016.
Samatowa. 2006. The Nature of Sciene. Bandung: Maulana.
|
Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Siddiq. 2008. http://kawancerdas.blogspot.com Diunduh 12 Januari 2016.
|
|
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyanto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Mata Padi Presindo.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.