PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

MATERI KEGIATAN JUAL BELI DAN UANG

PADA KELAS III SD NEGERI 4 RANDUREJO

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Pujiani

Guru SD Negeri 4 Randurejo Kabupaten Grobogan

 

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas ini bermaksud untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi kegiatan jual beli dan uang pada Kelas III SD Negeri 4 Randurejo tahun pelajaran 2018/2019. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan suatu penelitian. Penelitian yang dimaksud adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK) dengan variabel terikat yaitu, peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi kegiatan jual beli dan uang, sedangkan untuk variabel bebasnya adalah penerapan model pembelajaran STAD. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan tes hasil belajar. Setelah data terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan deskriptif komparatif untuk data kuantitatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus I, dan nilai tes setelah siklus II, sedangkan untuk data kualitatif dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap–tiap siklus. Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini, setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Dengan subjek penelitian yang berjumlah 15 siswa, pada kondisi awal hanya terdapat 5 siswa (33%) yang tuntas belajar, pada Siklus I ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 10 siswa (67%), dan pada siklus 2 ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 12 siswa (80%). Dengan melihat hasil belajar tersebut, maka penerapan STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi kegiatan jual beli dan uang pada Kelas III SD Negeri 4 Randurejo tahun pelajaran 2018/2019. Berdasarkan keberhasilan tersebut, maka penulis menyarankan agar STAD dapat dikembangkan lagi di sekolah. Selain itu, para guru diharapkan dapat lebih kreatif dan inovatif demi meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehingga pada akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa..

Kata kunci: STAD, Hasil Belajar, Pembelajaran IPS, Kegiatan Jual Beli.

 

PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terdiri atas aspek ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). Karena terdiri atas berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial tersebut, IPS menjadi salah satu mata pelajaran yang memiliki cakupan materi yang sangat luas.

Dengan cakupan materi yang sangat luas tersebut, dalam membelajarkan IPS guru hati-hati dalam memilih strategi pembelajaran. Jika salah dalam memilih strategi pembelajaran, akan mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai dah rendahnya hasil belajar siswa. Misalnya, jika ada guru dalam membelajarkan IPS hanya monoton ceramah tanpa adanya variasi pengunaan metode dan model pembelajaran, akan mengakibatkan siswa jenuh dan bosan dalam mengikuti pembelajaran IPS. Hal ini tentunya akan mengakibatkan siswa beranggapan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang tidak menarik. Akhirnya, hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor penyebab tidak berhasilnya guru dalam mengelola proses pembelajaran. Walaupun, banyak faktor yang melatarbelakangi tidak berhasilnya pembelajaran.

Seperti halnya yang dialami oleh siswa Kelas III SD Negeri 4 Randurejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2018/2019. Pada saat ulangan tengah semester untuk mata pelajaran IPS hasilnya kurang menggembirakan karena nilai rata-rata yang dicapai kelas sebesar 60. Namun dari analisis ulangan tengah semester, persentase ketuntasan klasikal baru mencapai 33% atau dari 15 siswa sebanyak 5 siswa dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), sedangkan 10 siswa belum mencapai KKM (70). Dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Dengan asumsi hasil belajar tinggi jika kriteria ketuntasan klasikal mencapai ≥75%, maka hasil belajar siswa perlu ditingkatkan. Demikian pula peningkatan itu lebih baik jika nilai rata-rata kelas dapat mencapai lebih dari 70.

Menyadari hal tersebut, peneliti bekerja sama dengan teman sejawat dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing di dalam mengidentifikasi beberapa permasalahan yang melatarbelakangi tidak berhasilnya proses pembelajaran tersebut. Hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran IPS, antara lain guru dapat menerapkan strategi yang dapat mengkondisikan suasana pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan bagi siswa. Dengan suasana tersebut, akhirnya mata pelajaran IPS menjadi salah satu mata pelajaran yang menarik dan dapat diterima oleh siswa, sehingga akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar IPS. Pada akhirnya, hasil belajar siswa pun dapat meningkat dan dapat mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditentukan.

Terkait dengan strategi pembelajaran, di dalam menerapkan model pembelajaran, guru dapat memilih model pembelajaran yang bervariasi, seperti Student Teams-Achievement Divisions (STAD), Jigsaw, Examples Non Examples atau model lain yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari. Dengan adanya variasi pergantian model pembelajaran, siswa merasa tidak bosan dan termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.

Seringkali guru yang enggan menggunakan variasi pergantian model pembelajaran, bahkan ada yang menjelaskan materi yang cukup kompleks hanya dengan ceramah tanpa menggunakan alat peraga/media pembelajaran dan tanpa adanya kegiatan kelompok. Padahal, mengenai pentingnya kegiatan kelompok, menurut Teori Kebutuhan yang dikemukakan Maslow dalam Suciati (2005: 3.12), yakni kebutuhan menjadi bagian suatu kelompok, bahwa: ”Manusia mempunyai keinginan untuk menjadi bagian suatu kelompok agar dapat saling memberi dan menerima perhatian dan penghargaan.” Dengan saling memberi dan menerima perhatian dan penghargaan, siswa dapat belajar bersama untuk memecahkan permasalahan dalam pembelajaran IPS.

Salah satu model pembelajaran yang menerapkan kegiatan kelompok adalah model Student Teams Achievement Division (STAD). Model ini merupakan salah satu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif. Dengan menerapkan model pembelajaran STAD secara optimal, akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan kompetensi dasar mengenal jenis- jenis pekerjaan.

KAJIAN TEORI

Model Pembelajaran Student Teams-Achievement Division (STAD)

Dari berbagai model pembelajaran tipe kooperatif, Student Teams-Achievement Division (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas. STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. STAD merupakan salah satu tipe cooperative learning yang bertujuan mendorong siswa berdiskusi, saling bantu menyelesaikan tugas, menguasai dan pada akhirnya menerapkan keterampilan yang diberikan.

Ada 5 tahap pelaksanaan model pembelajaran STAD, yaitu: Persiapan, Penyajian Materi, Tahap kerja kelompok, Tahap tes individu dan Tahap Penghargaan. Sementara itu, sintaks dari model pembelajaran STAD adalah sebagai berikut:

  1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll.).
  2. Guru menyajikan pelajaran.
  3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
  4. Guru memberi kuis / pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
  5. Memberi evaluasi.

Hasil Belajar

Hasil merupakan sesuatu yang diakibatkan (dibuat, dijadikan) oleh suatu usaha (Ani Tri, 2004:4). Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Adapun secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia dan faktor yang bersumber dari luar manusia. Belajar adalah proses perubahan di dalam diri manusia. Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri manusia, maka tidaklah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung proses belajar.

Setelah mengetahui definisi dari belajar, berikut dikemukakan mengenai devinisi hasil belajar. Dalam Zainal, Aqib (2002:51) dikemukakan bahwa hasil belajar adalah berupa perubahan perilaku, baik yang menyangkut aspek kognitif, psikomotorik maupun afektif”. Sementara itu untuk mengukur hasil belajar diperlukan instrumen penilaian dan instrumen analisis hasil evaluasi belajar.

Materi Kegiatan Jual-Beli dan Uang

Jual beli merupakan kegiatan ekonomi. Dilakukan untuk mendapatkan barang, terutama barang kebutuhan. Kegiatan jual beli dapat terlihat di lingkungan sekitarmu. Kegiatan jual beli bisa berlangsung di mana saja. Namun, ada pula tempat-tempat khusus untuk melakukan kegiatan jual beli.

Uang adalah alat tukar yang sah. Uang digunakan untuk kegiatan jual beli. Uang memiliki nilai nominal tertentu. Nilai nominal tersebut sebagai ukuran baku untuk uang. Uang mengalami beberapa perkembangan. Baik dari segi bentuk maupun bahan. Uang memiliki sejarah perkembangannya sendiri. Uang itu sendiri tercipta seiring dengan perkembangan perekonomian.

Pada zaman dahulu, manusia untuk memperoleh barang yang iinginkan dengan cara barter. Sistem barter ini cukup lama digunakan masyarakat. Walaupun demikian, sistem ini pun mulai ditinggalkan. Salah satu sebabnya karena dianggap tidak praktis. Lalu muncullah uang barang yang berupa kerang, kulit, barang berharga lainnnya. Selanjutnya bentuk uang mengalami perubahan setelah manusia mengenal logam. Manusia kemudian membuat bentuk uang dari logam. Ada yang berbentuk bulat, lingkaran gepeng, dan kotak. Bahannya pun mulai beragam. Dari mulai besi biasa, tembaga, perak, hingga berbahan emas.

Manusia kemudian mengenal cara membuat kertas. Manusia lalu membuat uang dari kertas. Hingga kini, kedua jenis uang tersebut masih digunakan manusia. Nilai uang yang ada pun disesuaikan dengan kebutuhan. Dengan demikian, uang tersebut memiliki nilai baku yang diakui bersama. Untuk memudahkan membawa uang, maka manusia membuat benda khusus. Misalnya kertas cek, kertas giro, kartu ATM, dan kartu kredit. Benda-benda tersebut dapat digunakan untuk mengambil uang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). yang dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Dalam tiap siklus terdiri atas empat tahap yaitu: tahap perencanaan, tahap implementasi tindakan, tahap observasi dan interpretasi, tahap analisis dan refleksi.

Penelitian ini dilaksanakan di Kelas III SD Negeri 4 Randurejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Propinsi Jawa Tengah. Tempat berlangsungnya penelitian ini adalah unit kerja tempat peneliti mengajar sehari-hari dengan subyek penelitian ini adalah siswa kelas III 15 orang yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan dan guru kelas III sebagai peneliti dan satu orang guru (teman sejawat) sebagai observer/kolaborator penelitian.

Dalam penelitian tindakan kelas ini, variabel yang akan diteliti dibagi menjadi 2 yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Kedua variabel tersebut adalah peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi Kegiatan Jual-Beli dan Uang pada siswa Kelas III SD Negeri 4 Randurejo tahun pelajaran 2018/2019 dan penerapan model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan dalam mata pelajaran IPS kelas III dengan materi Kegiatan Jual-Beli dan Uang. Berdasarkan pengalaman peneliti sehari-hari dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran banyak kendala yang ditemukan. Kendala tersebut yaitu ketuntasan belajar secara klasikal hanya mencapai 33%. Berdasarkan permasalahan yang telah diketahui maka diperoleh data sebagai berikut ini.

Dari faktor siswa ada penyebab munculnya masalah, seperti: a. Sebagian besar siswa masih pasif; b. Kurangnya perhatian siswa pada penyampaian materi; c. Hanya beberapa siswa saja yang berani tunjuk jari untuk menjawab pertanyaan dari guru, dan; d.     Baru sebagian siswa yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Adapun dari faktor guru, penyebab munculnya masalah yaitu: a. Guru masih mendominasi pembelajaran dengan ceramah; b.      Guru kurang membangkitkan motivasi siswa di awal pembelajaran; c. Guru tidak banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan, d. Model pembelajaran yang diterapkan belum mengaktifkan seluruh siswa; e. Kegiatan tanya jawab yang dilakukan guru kurang efektif, dan; f. Hanya siswa-siwa yang pandai saja yang mendominasi kegiatan tanya jawab dengan guru. Selain itu ada pula karena factor alat peraga pembelajaran masih kurang dan kurangnya kepedulian orang tua terhadap proses belajar siswa di rumah

Berbagai kemungkinan penyebab masalah kemudian dianalisis. Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa permasalahan yang muncul yakni baru sebagian siswa yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena dalam proses pembelajaran model pembelajaran yang diterapkan belum mengaktifkan seluruh siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah dan dari proses identifikasi masalah maupun analisis masalah, peneliti selanjutnya merencanakan pembelajaran melalui kerangka PTK dalam dua siklus. Untuk itu, peneliti berusaha mencari alternatif pemecahan masalah yang tepat agar tindakan pembelajaran nantinya dapat berhasil dengan baik.

Dari berbagai alternatif pemecahan masalah, peneliti memfokuskan tindakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD). STAD merupakan salah satu tipe cooperative learning yang bertujuan mendorong siswa berdiskusi, saling bantu menyelesaikan tugas, menguasai dan pada akhirnya siswa akan dapat menerapkan keterampilan yang diberikan.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah Penerapan Model Pembelajaran STAD dalam Pembelajaran IPS Materi Kegiatan Jual-Beli dan Uang dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III SD Negeri 4 Randurejo Tahun Pelajaran 2018/2019?”

Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dan tindakan yang sudah dilakukan, dapat dinyatakan bahwa pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS khususnya pada materi pembelajaran Kegiatan Jual-Beli dan Uang di Kelas III SD Negeri 4 Randurejo. Hal tersebut dapat dianalisis dan dibahas sebagai berikut:

  1. Pembahasan Pra Siklus (Kodisi Awal)

Pada kondisi awal (pra siklus), hasil belajar sudah cukup baik namun masih perlu untuk ditingkatkan. Berdasarkan ketuntasan belajar dari 15 siswa sebanyak 5 siswa atau 33% yang mencapai ketuntasan belajar atau mencapai nilai ≥KKM (70), sedangkan 10 siswa atau 67% belum mencapai ketuntasan belajar. Untuk nilai tertinggi pra siklus adalah 80, nilai terendah 40, dengan rata-rata kelas sebesar 60. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Nilai Hasil Belajar Kondisi Awal (Pra Siklus)

No Nilai Frekuensi Persentase
1 ≥70 5 33%
2 60-69 4 27%
3 50-59 3 20%
4 40-49 3 20%
Jumlah 15 100%

 

Proses pembelajaran pada pra siklus dapat digambarkan bahwa sebagian besar siswa masih pasif, kurangnya perhatian siswa pada penyampaian materi, hanya beberapa siswa saja yang berani tunjuk jari untuk menjawab pertanyaan dari guru dan baru sebagian siswa yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Beberapa hal tersebut terjadi karena guru masih mendominasi pembelajaran dengan ceramah, guru kurang membangkitkan motivasi siswa di awal pembelajaran, guru tidak banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dan model pembelajaran yang diterapkan belum mengaktifkan seluruh siswa.

  1. Pembahasan Siklus I

Pada tindakan pembelajaran siklus I, difokuskan pada penerapan model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD). Model ini merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang efektif. STAD merupakan salah satu tipe cooperative learning yang bertujuan mendorong siswa berdiskusi, saling bantu menyelesaikan tugas, menguasai dan pada akhirnya menerapkan keterampilan yang diberikan.

Dengan menerapkan model pembelajaran STAD, interaksi antar siswa dapat berlangsung dan siswa dapat lebih berperan aktif di dalam proses pembelajaran. Jadi, bukan hanya guru saja yang aktif dan mendominasi pembelajaran. Namun demikian, guru harus tetap mengontrol siswa dalam diskusi. Peran guru lebih sebagai motivator dan fasilitator.

Pada akhirnya, dengan tindakan pembelajaran siklus I, hasil evaluasi belajar siswa mengalami peningkatan. Jika pada pra siklus tingkat ketuntasan klasikal baru mencapai 33%, setelah perbaikan pembelajaran siklus I naik menjadi 67%. Dengan demikian ada kenaikan persentase sebesar 34%. Perhatikanlah tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Nilai Hasil Belajar Pra Siklus dan Siklus I

No Nilai Pra Siklus Siklus I
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1 ≥70 5 33% 10 67%
2 60-69 4 27% 2 13%
3 50-59 3 20% 3 20%
4 40-49 3 20% 0 0%
Jumlah 15 100% 15 100%

 

Di samping persentase yang meningkat, rata-rata hasil evaluasi belajar siswa juga meningkat. Jika sebelum perbaikan pembelajaran rata-rata hasil evaluasi belajar siswa 60, setelah perbaikan pembelajaran siklus I meningkat menjadi 73. Dengan demikian ada kenaikan rata-rata hasil evaluasi belajar siswa sebesar 13 poin.

Kenaikan persentase tingkat ketuntasan klasikal dan rata-rata hasil evaluasi belajar siswa membuktikan bahwa tindakan pembelajaran siklus I cukup berhasil. Namun karena persentase ketuntasan klasikal belum mencapai kriteria keberhasilan ≥75%, maka tindakan pembelajaran dilanjutkan pada siklus II.

Untuk 10 siswa yang nilai hasil belajarnya belum mencapai kriteria ketuntasan minimal diberikan program remidial dengan cara memberikan soal yang sama dengan soal tes formatif untuk dikerjakan di rumah. Disarankan dalam mengerjakan soal di rumah untuk minta bimbingan orang tua, teman, ataupun orang yang dianggap mampu memberikan bimbingan. Nilai dari tugas yang dikerjakan di rumah tersebut digunakan untuk memperbaiki nilai tes formatif setara dengan standar nilai kriteria ketuntasan minimal.

  1. Pembahasan Siklus 2

Pada tindakan pembelajaran siklus I, peneliti tetap memfokuskan pada penerapan model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD). Namun, proses pembelajaran lebih diintensifkan pada kegiatan tanya jawab dengan seluruh, pemberian umpan balik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa dan memberi penjelasan atau tanggapan terhadap jawaban siswa saat diskusi kelas sehingga siswa menjadi lebih memahami mengapa jawaban benar atau salah. Selain itu, guru lebih banyak memberikan reinforcement (penguatan positif) dan reward bagi setiap siswa yang menjawab pertanyaan atau menyelesaikan tugas dengan benar.

Dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II, ada hal positif yang dapat diperoleh, yakni pembelajaran dapat berjalan dengan aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Pembelajaran tidak didominasi dengan kegiatan ceramah guru, tetapi lebih cenderung pada aktivitas siswa dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Siswa pun mendapat pengalaman belajar secara berkelompok dan saling mengisi kekurangan antar siswa.

Pada akhirnya, setelah dilaksanakan tindakan pembelajaran siklus II, hasil evaluasi belajar siswa dapat meningkat secara signifikan. Jika pada tindakan pembelajaran siklus I tingkat ketuntasan klasikal baru mencapai 67%, setelah perbaikan pembelajaran siklus II naik menjadi 80%. Dengan demikian ada kenaikan persentase sebesar 13%. Perhatikanlah tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Nilai Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II

No Nilai Siklus I Siklus II
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1 ≥70 10 67% 12 80%
2 60-69 2 13% 3 20%
3 50-59 3 20% 0 0%
4 40-49 0 0% 0 0%
Jumlah 15 100% 15 100%

 

Selain meningkatnya persentase tingkat ketuntasan klasikal, rata-rata hasil evaluasi belajar siswa juga meningkat. Jika pada tindakan pembelajaran siklus I rata-rata hasil evaluasi belajar siswa sebesar 73, setelah perbaikan pembelajaran siklus II meningkat menjadi 83. Dengan demikian ada kenaikan rata-rata hasil evaluasi belajar siswa sebesar 10 poin.

Dari analisis data, sesuai dengan indikator kinerja yang ditentukan dalam penelitian ini, bahwa penelitian ini berhasil jika mencapai hal-hal sebagai berikut:

  1. sebanyak 75% siswa atau 12 siswa lebih dari jumlah keseluruhan 15 siswa dapat mencapai ketuntasan belajar atau memperoleh nilai ≥ 70, yakni nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran IPS yang telah ditetapkan di awal tahun pelajaran 2018/2019;
  2. nilai rata-rata kelas lebih besar dari KKM dan;
  3. aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS meningkat setelah diterapkannya model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD);

Melihat beberapa uraian pembahasan hasil penelitian sampai dengan siklus II ini dapat dikatakan berhasil karena sudah mencapai indikator kinerja yang ditentukan tersebut. Kenaikan persentase tingkat ketuntasan klasikal dan rata-rata hasil evaluasi belajar siswa membuktikan bahwa tindakan pembelajaran siklus I maupun siklus II dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan persentase tingkat ketuntasan klasikal mencapai kriteria ketuntasan ≥75%, maka tindakan pembelajaran selesai pada siklus II. Dengan demikian hipotesis tindakan yang dirumuskan terbukti kebenarannya.

SIMPULAN

Berdasarkan uraian bab I sampai dengan bab III dan dengan melihat hasil penelitian dan pembahasan dalam bab IV, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: ”Penerapan model pembelajaran Student Teams-Achievement Divisions (STAD) ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS materi kegiatan jual-beli dan uang pada Kelas III SD Negeri 4 Randurejo tahun pelajaran 2018/2019”

DAFTAR PUSTAKA

BSNP, 2006. Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Depdikbud, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan belajar Mengajar Kelas V SD. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas, 2006, Standar Isi KTSP. Jakarta: Depdiknas.

Nar Herhhyanto dan Akib Hamid, 2005. Stastitika Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Prasetyo, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Salatiga: Widyasari Press.

Santosa, Puji, dkk., 2005. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suciati, dkk., 2005. Belajar & Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka.