Pengembangan Bahan Ajar Menulis Deskripsi Dengan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENULIS DESKRIPSI
DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW
GUNA MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASARD NEGERI 03 JATIREJO JUMAPOLO
KARANGANYAR SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2020/2021
Dwi Hastuti
Program Pascasarjana Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan bahan ajar yang dapat peningkatkan kreativitas proses pembelajaran, peningkatan pengembangan dan meningkatkan kualitas penerapan pengembangan model kooperatif tipe Jigsaw guna menumbuh dengan media audio dalam meningkatkan hasil pembelajaran kan motivasi belajar pada siswa kelas V SD Negeri 03 Jatirejo Jumapolo semester I tahun pelajaran 2020/2021. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research & Development (R&D). Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Pada materi menulis deskripsi dilakukan dengan mengacu pada model pengembangan 4- D yang terdiri dari tahap define (pendefinisian), design (perancangan), develop (pengembangan), dan disseminate. (penyebaran). Teknik pengumpulan data adalah cara yang tepat untuk memperoleh data. Untuk memperoleh data secara tepat dan akurat, diperlukan teknik yang tepat pula. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah wawancara, observasi, analisis dokumen angket. Hasil penelitian bahan ajar menunjukan bahwa perangkat pembelajaran yang digunakan memiliki kualitas praktis dan perangkat pembelajaran yang dikembangkan memiliki kualitas efektif.
Kata kunci: pengembangan, menulis deskripsi, model kooperatif Jigsaw
PENDAHULUAN
Pembelajaran menulis di sekolah memiliki peranan yang sangat penting sebagai dasar keterampilan menulis siswa. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang harus mendapatkan perhatian karena menuntut kecerdasan dan kreativitas. Tanpa kreativitas mustahil bagi seseorang untuk bisa menghasilkan karya yang baik sebab menulis merupakan proses kreatif yang harus diasah secara terus-menerus. Hal ini selaras dengan pendapat Nurgiyantoro (2010, hal. 422) yang menyatakan bahwa aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibandingkan dengan tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan.
Keterampilan menulis haruslah menghasilkan sebuah produk berupa tulisan, oleh karena itu keterampilan menulis seringkali dianggap sebagai keterampilan berbahasa yang paling sulit diantara keterampilan berbahasa lainnya. Hal tersebut selaras dengan pendapat Mulyati dkk (2009, hal. 1.13) menyatakan bahwa menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit diantara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat; melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang melibatkan pikiran dan perasaan yang kemudian dituangkan ke dalam bentuk-bentuk grafis dengan menggunakan bahasa yang komunikatif sehingga pembaca dapat mengerti dan memahami apa yang disampaikan.Setidaknya ada tiga hal yang ada dalam aktivitas menulis, yaitu adanya ide atau agasan yang melandasi seseorang untuk menulis, adanya media berupa bahasa tulis, dan adanya tujuan menjadikan pembaca memahami pesan atau informasi yang disampaikan oleh penulis (Suparno, 2011, hal. 12).
Zainurrahman (2013, hal. 2) menjelaskan bahwa kegiatan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang mendasar (berbicara, mendengar, menulis, dan membaca). Diantara keterampilan berbahasa yang lain, menulis merupakan salah satu keterampilan yang tidak dikuasai oleh setiap orang, apalagi menulis dalam konteks akademik (academicwriting), seperti menulis esai, karya ilmiah, laporan penelitian, dan sebagainya.
Suparno (2011, hal. 14) menjelaskan bahwa manfaat menulis antara lain untuk: (1) menulis sebagai peningkatan kecerdasan, yaitu daya naluri berjalan mengeluarkan ide-ide dan mengingat-ingat informasi yang pernah didapat; (2) menulis dapat mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, yaitu mampu melihat suatu fenomena alam, yang dituangkan ke dalam tulisan dan mendokumentasikan; (3) menulis dapat menumbuhkan keberanian; dan (4) menulis dapat mendorong untuk mencari dan mengumpulkan informasi. tulisan yang baik, diantaranya adalah jelas, ekonomis, memiliki kesatuan organisasi yang baik, menggunakan pemakaian bahasa yang dapat diterima, dan mengikuti kaidah gramatikal. Ciri dasar tersebut dapat dijadikan sebagai acuan membuat tulisan yang baik.
Pada dasarnya menulis karangan dekripsi paling mudah di antara menulis karangan yang lain seperti menulis karangan argumentasi, eksposisi, narasi, dan lain-lain. Namun demikian, banyak siswa yang kurang mengembangkan kerangka berfikir dengan tulisan, selain itu juga siswa banyak yang kesulitan dalam mendapatkan ide, dan masih banyak siswa yang menganggap bahwa pelajaran menulis sulit. Oleh karena itu, guru perlu mencari upaya yang dapat membuat siswa dapat menulis dengan baik. Siswa masih banyak yang menganggap bahwa menulis deskripsi susah dan pelajaran menulis membosankan. Deskripsi adalah tulisan yang menggambarkan suatu objek sedetail detailnya secara mendalam dan sistematis sesuai dengan keadaan yang sebenarbenarnya tentang suatu yang digambarkan tersebut sehingga pembaca seakan-akan melihat, ,erasakan, atau mengalami langsung objek tersebut. Tarigan (2011, hal. 54—55) menyatakan bahwa berdasarkan bentuknya deskripsi dibagi menjadi dua, yakni pemerian faktual dan pemerian pribadi. Pemerian faktual adalah pemerian yang berdasarkan fakta-fakta sesungguhnya. Pemarian faktual beranggapan bahwa subtansi material atau haikat-hakikat kebendaan ada dalam keberadaan yang bebas dari yang melihatnya. Orang, tempat, bintang, bangunan, dan pemandangan dapat dilukiskan atau diperiksa secara tepat dan objektif seperti keadaan yang sebenarnya, tanpa menghiraukan persepsi-persepsi, asosiasiasosiasi, serta kesan-kesan pribadi dalam kesan dalam hati seorang penulis tertentu. Secara singkat dan tegas, pemerian factual haruslah menyatakan apa adanya, tidak ditambahi, dan tidak dikurangi. Informasi disajikan secara jelas dan objektif. Tujuan dalam penelitian ini adalah
- Mengetahui pengembangan bahan ajar model kooperatif tipe Jiksaw dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi pada siswa kelas V SDN 03 Jatirejo kecamatan Jumapolo kabupaten Karanganyar
- Mengetahui bahan ajar model kooperatif tipe Jiksaw dapat meningkatkan kemampuan menulis diskripsi pada siswa,
- mengetahui kualitas penerapan bahan ajar model kooperatif tipe Jiksaw dapat meningkatkan hasil pembelajaran menulis deskrepsi siswa kelas V SDN 03 Jatirejo Jumapolo Karanganyar tahun pelajaran 2020/2021
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Elliot Arronson dan rekan-rekannya di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan di Universitas John Hopkin (Sugianto, 2010:45).
Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel (Slavin, 2005:246). Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.
LANDASAN TEORI
Bahan Ajar
Pengertian Bahan Ajar
(Andi Prastowo, 2013:6) mengemukakan bahwa menurut National Centre for Competency Based Training (2007), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar.
Panen dalam Andi Prastowo (2013:17) mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru atau peserta didik dalam proses pembelajaran. Sementara itu, Andi Prastowo (2013:17) mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat,maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pandangan mengenai pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Misalnya, buku pelajaran, modul, LKS, model atau maket, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif, dan sebagainya.
Menulis Diskripsi
Banyak para ahli yang mengungkapkan pengertian menulis deskripsi. Pendapat para ahli secara umum memiliki kesamaan walaupun terdapat perbedaan cara mengungkapkan. Menurut Akhadiah (1992:3) menulis merupakan kegiatan menyampaikan pesan (gagasan, perasaan, dan informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Menulis adalah usaha komunikasi yang mempunyai aturan maian serta kebiasaan-kebiasaan sendiri. Lebih lanjut Suparno dan Yunus (2006: 46) mengungkapkan: ”Deskripsi berasal dari bahasa Latin describere yang berarti menggambarkan atau memerikan sesuatu hal”. Deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium dan merasakan) apa yang dilukiskan penulis, karangan ini bermaksudmenyampaikan pean tentang sesuatu dengan sifat dan gerakgeriknya kepada pembaca.” Keraf (1982: 93) menjelaskan bahwa deskripsi merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha penulis untuk memberikan perincian dari objek yang sedang dibicarakan. Dalam deskripsi penulis memindahkan kesan-kesannya, hasil pengamatan dan perasaannya, menyampaikan sifat dan semua perincian wujud yang dapat ditemukan pada objek tersebut. Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri seperti: (1) menggambarkan atau melukiskan sesuatu, (2) penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera, dan (3) membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri/ mengalami sendiri.
Metode Kooperatif Tipe Jigsaw
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Elliot Arronson dan rekan-rekannya di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan di Universitas John Hopkin (Sugianto, 2010:45).Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel (Slavin, 2005:246). Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Sudrajat, 2008:1).Model pembelajaran Jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain (Zaini, 2008:56).
Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw
Pada pembelajaran model Jigsaw para siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Para siswa tersebut diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit, dan diberikan lembar ahli yang terdiri atas topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca. Setelah semua peserta didik selesai membaca, siswa dari tim berbeda yang mempunyai fokus topik sama bertemu dalam kelompok ahli untuk menentukan topik mereka. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim mereka dan secara bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka.
Selanjutnya para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik dan skor kuis akan menjadi skor tim. Skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada timnya didasarkan pada sistem skor perkembangan individual dan para siswa yang timnya meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat atau bentuk-bentuk rekognisi tim lainnya. Dengan demikian para siswa termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya dapat membantu timnya melakukan tugas dengan baik.
Tahapan-tahapan penerapan pembelajaran model Jigsaw adalah sebagai berikut:
- Pilihlah materi belajar yang dapat dipisah menjadi bagian-bagian. Sebuah bagian dapat disingkat seperti sebuah kalimat atau beberapa halaman.
- Hitung jumlah bagian belajar dan jumlah peserta didik. Dengan satu cara yang pantas, bagikan tugas yang berbeda kepada kelompok peserta yang berbeda.
- Setelah selesai, bentuk kelompok Jigsaw Learning. Setiap kelompok ada seorang wakil dari masing-masing kelompok dalam kelas.
- Kemudian bentuk kelompok peserta didik Jigsaw Learning dengan jumlah sama.
Motivasi Belajar
Pengertian Motivasi
Dorongan pada siswa yang dapat menjalankan suatu kegiatan karena adanya kebutuhan belajar. Dorongan itu timbul dari dalam diri siswa juga dapat dari luar diri siswa. Yang termasuk dorongan dari dalam diri siswa yaitu keinginan siswa yang tidak dipengaruhi oleh keadaan di luar diri siswa, sedangkan yang dimaksud dorongan dari luar adalah keinginan yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan antara lain guru, teman dekat, masyarakat, dan orang tua.
Ngalim Poerwanto (1990:73) berpendapat: Motivasi adalah Suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga dapat mencapai tujuan tertentu. Motivasi menekankan pada usaha yang telah disadari untuk menggerakkan tingkah laku, mengarahkan tingkah laku, dan menjaga tingkah laku agar ia terdorong untuk bertindak melakukannya sehingga dapat tecapai tujuan yang hendak diinginkan. Dengan demikian apabila siswa mempunyai motivasi yang tinggi akan tercapai tujuan yang diinginkan.
Motivasi menurut Winkel (1991: 92) berpendapat: Keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan belajar yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan belajar memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tercapai tujuan belajarnya.
Pengertian motivasi belajar, yaitu keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang diwujudkan dalam bentuk adanya kebutuhan, dorongan dan usaha siswa dalam melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan.
Ciri-ciri Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Tinggi
Sardiman A. M, (1990:82-83) menyatakan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
- Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin.
- Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi, pemberantasan korupsi, pertentangan pada setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya).
- Lebih senang bekerja mandiri.
- Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif).
- Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
- Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Motivasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar di kelas tidaklah sama. Perlu diketahui oleh pendidik ada siswa yang mengikuti pelajaran tanpa absen belum tentu mendapat nilai baik, tetapi ada siswa yang tampak malas kurang semangat mendapat nilai baik. Hal ini disebabkan kurangnya motivasi guru kepada siswa.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan apabila siswa mempunyai motivasi sesuai dengan ciri-ciri motivasi di atas akan memperoleh nilai baik.
Timbulnya Motivasi Belajar
Motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang harus terpenuhi. Menurut Ngalim Purwanto (1990: 60) yang dikutip dari Wood Worth:
Motif-motif yang timbul disebabkan oleh kekurangan-kekurangan/kebutuhan-kebutuhan dalam tubuh seperti: lapar, haus, sakit dan sebagainya yang semuanya itu menimbulkan dorongan dalam diri untuk minta supaya dipenuhi, atau menjauhkan diri dari-padanya’.
Timbulnya motivasi karena adanya dorongan dari dalam tubuh untuk memenuhi kekurangan kebutuhan tubuh yang harus terpenuhi, seperti lapar, haus, rasa sakit.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research & Development (R&D). Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2012, hal. 104). Penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Model 4- D terdiri dari empat tahap, yaitu: define (pendefinisian), design (perancangan), develop (pengembangan), dan disseminate (penyebaran). Subjek penelitian tindakan ini adalah peserta didik kelas V SDN 03 Jatirejo kecamatan Jumapolo kabupaten Karanganyar.
Sumber Data dan Data
- Sumber data dalam penelitan ini adalah guru senior dan ahli media serta ahli materi
- Data dalam penelitian ini adalah dokumen pribadi guru dan dokumen resmi,dokumen pribadi guru berupa materi dan latihan soal pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya ketrampilan menulis deskripsi, sedangkan dokumen resmi berupa kurikulum dan silabus sekolah dasar.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang tepat untuk memperoleh data. Untuk memperoleh data secara tepat dan akurat, diperlukan teknik yang tepat pula. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah wawancara, observasi, analisis dokumen angket
- Wawancara
Wawancara (interview) adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak, karena dalam wawancara tersebut responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan (Arikunto, 1998: 27)
Wawancara ini peneliti gunakan untuk mengumpulkan informasi-informasi dari responden berkenaan dengan masalah yang ada kaitannya dengan penelitian, seperti kegiatan belajar siswa, baik dengan kegiatan guru yang menerapkan strategi mengajar maupun dengan kegiatan guru yang mengajar dan data dukung lainnya.
- Observasi
Observasi/ Pengamatan sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi harus dilakukan padaproses kegiatan itu berlangsung.(Nana Sudjana, 1989: 109)
Dalam pengamatan ini peneliti tidak terlibat dalam kegiatan pembelajaran, peneliti hanya membuat catatan untuk memperoleh informasi secara mendalam proses pembelajaran berscerita yang berlangsung.
- Dokumen
Dokumen adalah cara pengumpulan data melalui kegiatan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lainnya yang herhubungan dengan masalah penelitian, disebut teknik dokumenter (Margono S. 1996: 181). Dokumemen merupakan catatan peristiwa yang lalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2012: 240).
Dokumentasi dipergunakan untuk memperoleh data yang bersifat tertulis, seperti perangkat pembelajaran yang digunakan oleh guru dan siswa dan lain-lainnya yang diperlukan dalam kelengkapan pengumpulan data.
Teknik Analisa Data
Analisa data yang analisis interaktif adalah yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992: 15-21). Analisis interaktif yaitu suatu analisis data kualitatif yang terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu (1) reduksi data (2) penyajian data (3) penarikan kesimpulan /verifikasi, proses analisis.
Dalam penelitian ini, reduksi data dilakukan dengan menyeleksi, mengklarifikasikan, dan memfokuskan data yang ada dalam catatan lapangan daan selanjutnya memberi kode. Penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan data-data yang sudah diklarifikasi sesuai dengan pokok masalah. Penarikan kesimpulan atau verifikasi dilakukan dengan mengambil kesimpulan-kesimpulan yang sebenarnya sudah dilakukan bersamaan dengan reduksi data dan penyajian data.
Menurut Nugraheni (2014: 171) analisis data kualitatif merupakan sebuah proses yang terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut.
- Mencatat peristiwa yang ada di lapangaan dalam bentuk catatan, kemudian diberi kode sehingga sumber data dapat ditelusuri.
- Mengumpulkan, memilah-milah, melakukan klarifikasi, mensistensikan, membuat ikhtisar, dan memberi indeks
- Berikir untuk memperjelas kategori data sehingga data yang ada bermakna dengan mencari dan menemukan pola serta hubungan-hubungan daan membuat temuan-temuan umum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Validasi oleh ahli materi bertujuan untuk mengetahui validitas bahan ajar yang dikembangkan serta menghasilkan perangkat pembelajaran. Guru ahli dibedakan menjadi dua, yaitu guru ahli materi dan ahli media. Guru ahli materi melakukan validasi bahan ajar dari aspek kelayakan isi, penyajian materim aspek kebahasaan dan kegrafikaan. Data penilaian keseluruhan pada setiap aspek dari seluruh validator disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 1. Data Penilaian Bahan Ajar Keseluruhan Aspek dari Validator
No | Aspek | Validator | ||
Ahli Materi | Ahli Media | Rata-Rata | ||
1 | Kelayakan isi/materi | 88 | 86 | 87 |
2 | Kelayakan penyajian | 86 | 87 | 86,5 |
3 | Kelayakan kebahasaan | 88 | 88 | 88 |
Prosentase | 87% |
Berdasarkan data dalam tabel diatas dapat diketahui bahwa kualitas bahan ajar berdasarkan penilaian secara keseluruhan menunjukkan kriteria kelayakan layak dengan predikat sangat baik dengan prosentase 87% dari skor rata-rata maksimal 100%. Klasifikasi bahan ajar yang memenuhi kriteria sangat baik menunjukkan bahwa bahan ajar memenuhi kualifikasi valid sehingga bahan ajar yang telah dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran di sekolah.
.Tabel 2. Pengamatan Penerapan Pengembangan Bahan Ajar Model Kooperatif Tipe Jigsaw Table pada Sikap Belajar Siswa
Situasi KBM | Indikator | Ya | Tidak |
Aktivitas belajar | Keantusiasan siswa dalam mengikuti pembelajaran | 14 (87,5%) | 2 (12,5%) |
Perhatian | Perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan | 14 (87,5%) | 2 (12,5%) |
Keaktifan | Peran siswa dalam kegiatan pembelajaran | 15 (93,75%) | 1 (6,25%) |
Sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis deskripsi sudah cukup baik dibandingkan pada pelaksanaan prasiklus, hal itu dapat dibuktikan dari hasil observasi sikap belajar siswa, yang berantusias mengikuti pembelajaran masuk dalam kategori sangat baik 14 atau 87,5% siswa. Perhatian siswa terhadap materi yang disampai dan keaktifan siswa termasuk dalam kategori baik sekali sebanyak 14 atau 87,5% siswa. Berdasarkan hasil lembar observasi keaktifan diperoleh hasil persentase 93,5%.
PENUTUP
Pengembangan bahan ajar model kooperatif tipe Jiksaw pada materi menulis deskripsi dilakukan dengan mengacu pada model pengembangan 4- D. Penilaian bahan ajar oleh guru ahli media dan guru bahasa Indonesia diperoleh prosentase 87% dari skor maksimal 100% dengan klasifikasi sangat baik. Penerapan menulis deskripsi dengan kriteria sangat baik menunjukkan bahwa bahan ajar memenuhi kualifikasi valid sehingga layak digunakan dalam pembelajaran di sekolah. Sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis deskripsi sudah mengalami peningkatan, antusias siswa mengikuti pembelajaran masuk dalam kategori baik sekali 14 atau 87,5% dan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan dan keaktifan siswa termasuk dalam kategori baik sekali
sebanyak 14 atau 87,5% siswa. Kualitas penerapan pengembangan bahan ajar model kooperatif tipe Jiksaw membantu dan memberikan kemudahan bagi penggunanya. Rata-rata hasil lembar observasi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran menunjukkan persentase 100% dengan klasifikasi sangat baik dan hasil analisis nilai pretest dan post-test menunjukkan persentase ketuntasan siswa. Hal ini menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan memiliki kualitas efektif dan dapat membatu siswa mencapai kompetensi yang harus dimilik
DAFTAR PUSTAKA
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning (cara efektif dan menyenangkan pacu prestasi seluruh peserta didik). Bandung: Nusa Media.
Sudrajat, Akhmad. 2008. Cooperative Learning-teknik Jigsaw. http://akhmadsudrajat.wordpress.com.
Sugianto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.
Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.