PENERAPAN MODEL SQ3R UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM MEMAHAMI NARRATIVETEXT MAPEL BAHASA INGGRIS

PADA SISWA KELAS VIII G SMP NEGERI 4 ADIWERNA

SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Agus Pramono

SMP Negeri 4 Adiwerna

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami narrative text mata pelajaran Bahasa Inggris melalui model SQ3R (Survey, Question,Read, Recite and Review) pada siswa kelas VIII G SMP Negeri 4 Adiwerna Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian dilaksanakan secara kolaboratif dengan teman sejawat melalui 2 (dua) siklus. Tindakan pada tiap siklus bimbingan dilakukan memalui Model SQ3R kemudian dievaluasi untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan dan selanjutnya disempurnakan pada siklus selanjutnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatanan hasil belajar siswa Kelas VIII G SMP Negeri 4 Adiwerna Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018. Saran untuk teman-teman guru adalah menjadikan pembelajaran SQ3R (Survey, Question,Read, Recite and Review) sebagai acuan dalam meningkatkanhasil belajar siswa, sedangkan saran untukpeneliti untuk lebih mengembangkan bakat dan potensi siswa serta sabar dalam mengendalikan situasi siswa di kelas.

Kata kunci: Model SQ3R, Meningkatka Hasil Belajar Siswa.

 

PENDAHULUAN

Melalui aktivitas membaca yang baik dan benar yaitu siswa mampu mengambil intisari bacaan yang dibacanya, siswa bisa mendapatkan sesuatu dari aktivitas membaca yang ia lakukan. Semakin banyak intisariyang bisa dipahami dari bahan bacaannyamaka semakin banyak pula pengetahuan yang siswa peroleh. Banyaknya pengetahuan ini tentu akan sangat membantu siswa dalam memahami pelajaran yang sedang diajarkan guru. Selain itu, kemampuan nalar (reasoning) siswa juga akan berkembang dengan pesat ketika siswa berhasil mendapatkan informasi melaui bahan bacaanya.

Disamping itu standar Kreteria Ketuntasan Minimal yang dihadapi semakin menantang peneliti untuk lebih kreatif dalam pembelajaran, karena setiap sekian periode, guru diharapkan dapat menaikkan KKM-nya.Tidak cukup guru hanya mengandalkan sistem pembelajaran yang monoton saja. Kreatifitas dan kejelian peneliti dalam mencari cara bagaiman agar siswa dapat meraih nilai minimal yang ditentukan. Sebuah kepuasan bagi peneliti apabila model dan metode pembelajaran yang diterapkan dapat dipahami siswa dan nilai hasil ulangan siswa dapat naik dengan predikat baik, diatas nilai KKM sesuai yang disepakati.

Hasil ulangan harian IDescriptive Text (The Sea Eagle), nilai murni rata-rata yang dicapai siswa sebelum diremidi adalah 68.59, siswa yang telah mencapai/melampaui KKM sejumlah 15 siswa (45,40%) sedangkan 18 (54,60%) masih di bawah KKM atau belum tuntas.Sementara yang diharapkan 75% (25 siswa) dari 33 siswa mencapai/ melampaui KKM 72.

Adapun nilai siswa yang belum tuntas dibawah nilai KKM 72 diperoleh data sebagai berikut:siswa dengan rentang nilai 62-71 sejumlah 6 siswa (18,20%), dengan rentang nilai 52-61 didapatkan siswa sejumlah 7 (21,20%), siswa dengan rentang nilai 42-51 sejumlah 3 siswa (9,10%) dan siswa dengan rentang nilai 32-41 sejumlah 2 siswa (6,10%).

Rendahnya hasil belajar mapel Bahasa Inggris pada siswa kelas VIII G SMP Negeri 4 Adiwerna sebagaimana telah dipaparkan di atas, dapat diidentikasi penyebab timbulnya masalah sebagai berikut:

1.     Aktivitas membaca yang terasa membosankan, sehingga siswa kurangterdorong untuk lebih teliti memahami isi bacaan.

2.     Prosedur pembelajaran membaca pemahaman yang selama ini dilakukan peneliti lebih berorientasi pada selesainya pelajaran membaca, namun siswa belum dilatih pada proses atau tahapan-tahapan membaca yang seharusnya dilakukan

Tujuan Penelitian ini adalah: (1) Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami bacaan mapel Bahasa Inggris. (2) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mapel Bahasa Inggris dalam memahami Text Narrative dengan penerapan model SQ3R(Survey, Question, Read, Recite, Review).

KAJIAN PUSTAKA

Hakikat Membaca

Membaca merupakan istilah yang mengandung pengertian yang berbeda-beda bagi setiap orang.Ada yang mengira bahwa membaca adalah sekedar menyuarakan lambang-lambang tertulis tanpa mempersoalkan apakah kalimat atau kata-kata yang dilisankan itu dipahami atau tidak. (Yant Mujianto, dkk., 2000: 46). Membaca seperti ini tergolong jenis membaca permulaan seperti yang pernah dilakukan di tingkat SD kelas 1 dan 2.Jika berpijak pada pandangan di atas, tentulah banyak timbul anggapan yang keliru bahwa pembelajaran membaca merupakan pelajaran paling mudah dikuasai tanpa banyak mengalami hambatan dan kesulitan.

Farida Rahim (2007: 2) menambahkan aktivitas membaca ini melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan hakikat membaca adalah proses pemberian makna pada bahasa tulis dengan menggunakan pengetahuan tentang huruf-huruf tertulis yang dimiliki dan juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik dan metakognitif untuk mendapatkan penafsiran.

Hakikat Belajar

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang diajarkan.Hasil belajar berasal dari dua kata yaitu “hasil” dan “belajar”. Hasil (product) merupakan suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Perubahan tingkah laku dalam hal ini seperti tingkah laku yang diakibatkan oleh proses kematangan fisik, keadaan mabuk, lelah dan jenuh tidak dipandang sebagai proses belajar. Sebelum ditarik kesimpulan tentang pengertian hasil belajar, terlebih dahulu dipaparkan beberapa pengertian hasil belajar dari beberapa ahli, diantaranya:

1.     Menurut Nana Syaodih Sukmadinata hasil belajar merupakan realisasi potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berfikir maupun ketrampilan motorik.

2.     Menurut Gagne dan Briggs hasil belajar adalah sebagai kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar.

3.     Menurut Asep Jihad hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar yang sesuai tujuan pembelajaran.

4.     Menurut Winkel hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

Narrative Text (Teks Naratif)

Teks naratif bersifat imajiner tetapi terkadang bias juga factual.Jenis-jenis cerita tersebut antara lain dongeng (fairy stories), cerita misteri, science fiction, roman, horror dan lain-lain. Suatu Naratif Struktur Generiknya diawali dengan:

1.     Orientation, dimana dalam tahap ini diperkenalkan tokoh-tokoh (character) dalam cerita, dan disebut juga kapan dan dimana cerita itu terjadi. Tahap Orientation biasa singkat, namun bisa juga beberapa kalimat panjangnya.

2.     Complication atau problem, komplikasi ini membuat cerita semakin menarik, karena si tokoh terhalang untuk mencapai tujuannya. Dan ini membawa pesan moral kepada siswa bahwa apapun masalahnya akan dapat dicari jalan keluarnya.

3.     Resolution (pemecahan masalah), dimana semua masalah dapat dipecahkan. Diakhir cerita ini disampaikan pesan moral (moral value) sebagai pelajaran yang dapat diambil hikmahnya.

Metode SQ3R

Metode SQ3R merupakan suatu prosedur balajar yang sistematik yang dikembangkan oleh F.P Robinson pada tahun 1970.SQ3R sendiri kepanjangan dari Survey, Question, Read, Recite dan Review. Tampubolon dalam Suyatmi(1970: 2010) membuat akronimnya dalam bahasa Indonesia menjadi surtabaku yang merupakan kepanjangan dari survey, tanya, baca, katakan dan ulang.

            Ada beberapa manfaat yang bias dipetik dari penggunaan metode ini dalam kegiatan membaca (Suyatmi, 1997: 210-211). Pertama, adanya tahap Survey terhadap bacaan yang dihadapinya ini sesuai dengan keperluannya atau tidak. Hal itu berarti jika bacaan itu memang diperlukannya, tentu pembaca akan meneruskan kegiatan membacanya. Jika tidak, akan mencari bahan lain yang sesuai dengan kebutuhan.

Kedua, metode SQ3R memberi kesempatan untuk berlaku fleksibel, artinya pengaturan kecepatan membaca untuk setiap bagian bahan bacaan tidaklah selalu sama. Tempo bacaan diperlambat manakala bertemu dengan hal-hal yang relatif baru dan bagian bacaan yang berisi informasi penting dan memerlukan perenungan untuk dapat memahaminya.Sebaliknya tempo bacaan dipercepat, jika dipandang kurang relevan dengan kebutuhannya atau sudah dikenalinya.

Ketiga, metode SQ3R bersifat sistematis. Penerapan metode ini akan menghasilkan efesiensi dan efektifitas hasil belajar yang lebih baik. Metode ini menghasilkan pemahaman yang komprehensif, dan bukan ingatan. Pemahaman yang komprehensif relatif akan bertahan lebih lama tersimpan di dalam otak kita, daripada hanya sekedar mengingat fakta.

Pembelajaran Membaca Pemahaman Metode SQ3R

Pembelajaran membaca pemahaman dengan metode SQ3R ada beberapa tahap yang harus dilakukan. Berikut ini proses belajar mengajar yang diadaptasi dari Suyatmi (1997: 213). Sebelum kegiatan ini dilaksanakan hendaknya tiap-tiap siswa mempunyai artikel yang sama dari sumber yang sama pula.

Kerangka Berpikir

Berdasarka hasil ulangan siswa yang pada ulangan 1, nilai siswa masih rendah.Metode yang digunakan yaitu (1) guru meminta siswa membaca teks, (2) siswa mengerjakan soal latihan dan (3) jawaban siswa dikoreksi guru bersama-sama siswa.

Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan suatu metode yang dapat diterapkan untuk memudahkan siswa dalam memahami suatu bacaan.Salah satu metode yang dapat diterapkan adalah metode SQ3R.Penggunaan metode ini memberikan motivasi pada siswa untuk membaca dengan konsentrasi tinggi.Siswa diajak untuk memahami bacaan melalui 5 tahap, yaitu Survey, Question, Read, Recite dan Review.Survey bacaan untuk mendapatkan gagasan umum.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan di atas maka peneliti mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: Penerapan pembelajaran SQ3R(Survey, Question, Read, Recite, Review) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami Narrative Text mata pelajaran Bahasa Inggris bagi siswa kelas VIII G SMP Negeri 4 Adiwerna Semester 2 (Genap) Tahun Pelajaran 2017/2018.

METODE PENELITIAN

Obyek Tindakan

Obyek tindakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar Mapel Bahasa Inggris siswa VIII G SMP Negeri 4 Adiwerna Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2017/2018 melalui penerapanSQ3R(Survey, Question, Read, Recite, Review) peneliti akan berupaya meningkatkan hasil belajar Mapel Bahasa Inggrisdalam memahami Narrative Textberupa ketuntasan belajar perorangan berdasarkan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran Bahasa Inggris sebesar 72 atau (KKM = 72) sedangkan ketuntasan belajar klasikal ditetapkan jika jumlah siswa yang telah tuntas belajar perorangan dalam satu kelas telah mencapai sama atau di atas 75%.

Setting Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMP Negeri 4 Adiwerna Kabupaten Tegal. Penelitian dilakukan oleh guru Bahasa Inggris sekaligus sebagai peneliti dan dibantu teman sejawat yaitu seorang guru Bahasa Inggris kelas lain. Pelaksanaan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas dilakukan selama 1 semester sejak tanggal 3bulan Januari 2018 sampai tanggal 30 bulan Juni2018. Subjek Penelitian Tindakan Kelas adalah siswa kelas VIII G SMP Negeri 4 Adiwerna Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2017/2018 berjumlah 33 siswa terdiri siswa putra sebanyak 16 orang dan siswa putri sebanyak 17 orang.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Metode Tes, (2) Metode Observasi, (3) Metode Dokumentasi, dan (4) Metode Catatan Lapangan.

Teknik Analisis Data

   Dalam penelitian tindakan kelas ini terdapat dua jenis data yang dikumpulkan peneliti untuk selanjutnya dianalisis.Analisis diambilkan dari hasil belajar yang diukur dengan instrumen tes hasilnya kemudian dianalisis untuk diketahui jumlah nilai masing-masing siswa, nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata dan ketuntasan belajar klasikal.

   Selanjutnya hasil analisis untuk diobservasi oleh peneliti bersama dengan teman sejawat untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan untuk ditindak lanjuti pada siklus selanjutnya.

   Pendokumentsian juga diperlukan sebagai bukti dan lampiran bahwa semua kegiatan telah dilaksanakan.Domentasi dapat berbentuk hasil pekerjaan siswa, foto kegiatan KBM di kelas, absensi kehadiran siswa dan dokumen lainnya yang mendukung kegiatan penelitian ini.

Sumber Data

Norma penilaian untuk hasil akhir sebagai hasil belajar dihitung dengan cara sebagai berikut:

1.     Untuk siswa yang dapat menjawab dengan benar pada pilihan ganda, jumlah nilai benar dikalikan 1.

2.     Sedangkan untuk uraian yang tidak lengkap, nilai jawaban dikalikan 1dan jawaban yang lengkap dan benar diberi nilai 2. Sehingga jumlah total untuk nilai benar berjumlah 20.

Indikator Keberhasilan Penelitian

Pengambilan simpulan penelitian ini ditetapkan peneliti dengan menentukan indikator capaian sebagai berikut: Hasil belajar siswa pada penelitian ini mencakup ketuntasan belajar perorangan dan klasikal. Indikator capaian pada ketuntasan belajar perorangan ditetapkan jika siswa memperoleh nilai hasil belajar sama atau di atas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal Mapel Bahasa Inggris kelas VIIIsebesar 72 atau (KKM = 72) sedangkan ketuntasan belajar klasikalditetapkan jika jumlah siswa yang telah tuntas belajar perorangan dalam satu kelas telah mencapai sama atau di atas 75%.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini menggunakan empat tahapan penelitian sebagaimana daur ulang atau spiral penelitian yang disampaikan Hopkins (1993) dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2008:104). Keempat tahapan penelitian tersebut meliputi perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observation) dan refleksi (reflection).

      HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Upaya penilitian tindakan mengenai pembelajaran membaca ini dilakukan dalam 2 siklus yang setiap siklus meliputi 2 kali pertemuan.Setiap pertemuan menggunakan waktu 2×40 menit. Sebelum hasil penelitian dipaparkan, pada bab ini diuraikan terlebih dahulu mengenai kondisi awal membaca siswa kelaa VIII G SMP Negeri 4 Adiwerna dapat dilihat pada hasil awal berikut ini.

Berdasarkan tabel di atas dari ulangan harian 1 hingga ulangan harian 3 dari nilai 72- 100 diperoleh data bahwa ketuntasan belajar siswa adalah 42% – 45%, sedangkan siswa yang belum tuntas belajar antara 55% – 58%. ini siswa belum mencapainya batas minimal yang dikehendaki penulis yaitu 75%.

Pada kondisi awal, peneliti mengamati berdasarkan hasil nilai ulangan harian diperoleh data pada hasil ULHA 1,2 dan 3 diperoleh kesimpulan bahwa yang selalu nilai baik/memuaskan tidak merata pada semua siswa di kelas itu dan ada beberapa siswa yang mampu memperoleh nilai di atas nilai KKM yang ditentukan, serta anak-anak tertentu. Hal ini mengindikasikan bahwa prestasi dan kemampuan anak untuk memahami bacaaan masih kurang.Ketidakmampuan ini disebabkan karena siswa tidak memahami kandungan isi bacaan dan ketika siswa diminta untuk menyelesaikan soal siswa belum mengetahui maksud dari pertanyaan-pertanyaan, sehingga saat menghadapi pilihan jawaban mana yang benar, siswa juga kurang mengerti arti dari pilihan jawaban yang diberikan.

Hasil Penelitian Siklus 1

Pada Siklus ini, materi yang disampaikan “Narrative Text” (The Owl and The Nightingale) dilakukan pada 2 kali pertemuan tatap muka dan dilanjutkan dengan satu kali tatap muka untuk tes hasil belajar.

Hasil observasi tindakan

Diperoleh hasil observasi sebagai berikut:

1.       Model SQ3R, masih terasa asing pada awalnya, karena metode ini baru bagi siswa. Tetapi pada saat siswa menginjak pada langkah bertanya (question), mulai siswa asik berdiskusi untuk membuat pertanyaan sehungga pada langkah selanjutnya berjalan dengan lancar.

2.       Adapun kemampuan siswa dalam memahami bacaan diperoleh hasil sebagai berikut:

Pada laporan, ada beberapa siswa yang mengalami mengalami peningkatan hasil tes-nya, demikian juga dengan rata-rata terdapat peningkatan dari 70,64 menjadi 73,18, walaupun masih belum mencapai nilai rata-rata minimal 75,00.

Hasil Penelitian Siklus 2

Hasil observasi tindakan

Setelah siswa melaksanakan Model SQ3R pada siklus sebelumnya. siswatelah mendapatkan pengalaman belajar bagaimana menerapkan model SQ3R, hal ini juga memudahkan peneliti dalam melaksanakan KBM di silkus II, sehingga diperoleh hasil observasi sebagai berikut:

1.     Siswa dapat dengan aktif bertanya jawab, hal ini sangat berpengaruh pada proses belajar dan hasil belajar.

2.     Penguasaan materi bacaan yang selalu menjadi kendala, pelan-pelan dapat dipahami siswa melaui diskusi dan tanya jawab.

Hasil kemampuan siswa dapat dilihat pada laporan berikut ini: hasil Siklus I dan Siklus terdapat peningkatan hasil tes siswa, demikian juga dengan rata-rata terdapat peningkatan dari 73,18 menjadi 78,63.

Pada hasil pengamatan, Perbandingan Prosentase Hasil Test Siswa di atas, terlihat perubahan berkurangnya jumlah siswa yang mendapatkan nilai kurang (rentang 10-70) dari 10 siswa (30%) pada Silkus I, menjadi 6 siswa (18%) pada Siklus II.Dan sebaliknya terdapat peningkatan sekitar 18% pada rantang nilai 81-95 (Kriteria Baik) yang asalnya 6% menjadi 24%.

Refleksi Tindakan

Dari keterangan di atas pada KBM yang dilakukan pada Siklus II dapat disimpulkan bahwa secara pembelajaran Model SQ3R yang dilakukan peneliti sudah dianggap cukup dan tidak dilanjutkan lagi pada siklus selanjutnya, melihat dari capaian hasil rata prestasi siswa sebesar 78,63%, ini berarti Rata-Rata Ketuntasan Minimal yaitu sebesar 75,00% telah tercapai.  

Hasil Penelitian Antar Siklus

Hasil pada Kondisi Awal Ulangan Harian yang ke 3 walaupun ada siswa yang mendapatkan nilai 98 (Sangat Baik) namun masih banyak anak yang belum tuntas 19 siswa (58%), sedangkan pada Siklus I siswa yang belum tuntas ada 10 siswa (30%), hasil pada Siklus I sebenarnya sudah baik tapi batas minimal ketuntasan sebesar 75% belum tercapai, setelah ada evaluasi maka pada pelaksanaan KBM di Siklus II terdapat hasil; siswa yang belum tuntas menurun menjadi 6 siswa (18%), sedangkan siswa yang telah tuntas ada 27 siswa (82%).

PENUTUP

Simpulan

1.     Pembelajaran pada kondisi awal aktivitas siswa dalam pembelajaran hanya mendapatkannilai rata-rata sebesar 70,64. Setelah dilakukan tindakan di mana pembelajaran Model SQ3R maka aktivitas siswa dalam belajar meningkat sebagaimana hasil penelitian pada Siklus I mendapatkannilai rata-rata sebesar 73,79 dan dilanjutkan pada Siklus II nilai rata-rata siswa sebesar 78,63. Peningkatan hasil tes/ulangan siswa dalam pembelajaran tersebut karena adanya pengaruh penggunaan strategi pembelajaran yang memaksimalkan siswa dalam mengeksplore dirinya, dimana siswa diberi kesempatan untuk aktif dalam mengungkapkan pendapat, berani bertanya, menanggapi , serta menumbuhkan rasa kerja sama dalam kelompoknya.

2.   Peningkatan keaktifan siswa berimbas terhadap semangat siswa untuk menguasai materi pelajaran, sehingga hasil belajar yang diperoleh juga meningkat. Hal tersebut dapat diketahui sebagaimana nilai tes hasil belajar pada ketuntasan belajar dari kondisi awal hanya sebesar 42% sedangkan pada Siklus I mencapai 70% serta pada Siklus II meningkat mencapai 82%.

3.   Penerapan Model SQ3R dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa. Dari berapa soal yang memuat pertanyaan tentang menemukan ide pokok, mencari kata rujukan dan susunan bentuk Narrative Text siswa dapat menjawab dan mengerjakan dengan baik.

Saran

1.   Teman-teman guru lain dapat menjadikanpembelajaran Model SQ3Rsebagai acuandalam keinginannya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, tidak saja untuk bidang studi bahasa, karena pada dasarnya model ini juga dapat diterapkan pada semua bidang studi lainnya.

2.   Guru dalam menerapkan pembelajaran Model SQ3R lebih menekankan pada eksplorasi siswa dalam mengembangkan bakat dan potensinya sehingga anak tidak ketergantungan pada guru.

3.   Guru harus dapat memberikan kesabarannya dalam mencoba untuk mengendalikan situasi di kelas, berikan kesempatan siswa untuk lebih nyaman dalam berinteraksi, dan selalu untuk mengevaluasi kekurangan dan selanjutnya untuk dapat disempurnakan.

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsudin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Rosda Karya Remaja.

Ahamad Rofi’udin dan Darmiyati Zuchdi.2001. Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia di Kelas Tinggi. Malang:UNM Press.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Darmiyati Zuchdi. 2007. Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca: Peningkatan Komprehensif. Yogyakarta: UNY Press.

Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta dan Depdikbud.

Farida Rahim. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Meil Silberman. 1996. Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject. Boston:Allyn and Boston.

Nur Zaida. 2009. Practice Your English Competence 2. Surakarta: Erlangga.

Ngadiso. 2003. Reading I. Hand Out English Department. Surakarta: UNS.

Palawija. 2008. Kemampuan Membaca. Tersedia pada http://kab.merauke.go.Diunduh tanggal 15 Januari 2018 pukul 15.24 WIB.

Sangidu. 2004. Penelitian Satra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik dan Kiat. Yogyakarta: Unit Penelitian Sastra Asia Barat FIB UGM.

Wainwright, Gordon. 2006. Speed Reading Better Recalling. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Yant Mujiyanto, dkk. 2000. Puspa Ragam Bahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press.