PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN MINAT

DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII D

SMP NEGERI 1 JATINEGARA TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Suroso

SMP Negeri 1 Jatinegara

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk meningkatkan minat belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share. (2) Untuk meningkatkan hasil belajar. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi dan tes. Teknik analisis data menggunakan statisitik deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus 1 minat belajar siswa sebesar 58,78% dan meningkat menjadi 76,95% pada siklus 2. Hasil belajar IPS pada siklus 1 tuntas sebesar 68,75 dan meningkat menjadi 81,25% pada siklus 2. Simpulan dari penelitian ini adalah: 1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Jatinegara Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2019/2020, 2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Jatinegara Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2019/2020. Bagi guru IPS lain disarankan untuk menggunakan model pembelajaran koopertif tipe Think-Pair-Share karena dapat meningkatkan minat dan hasil belajar IPS siswa.

Kata kunci:   Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share, Minat Belajar Siswa, Dan Hasil Belajar IPS.

 

PENDAHULUAN

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 3).

Permasalahan pendidikan pada abad ke-21 semakin kompleks, di antaranya guru harus mampu mengajar dalam masyarakat multikultur, mengajar untuk konstruksi makna, mengajar untuk pembelajaran aktif, mengajar dengan teknologi, dan akuntabilitas guru dalam mengajar (Arends, 2012: 8). Hasil belajar diharapkan meliputi pola kompetensi dan intelegensi yang dibutuhkan untuk berkiprah pada abad ke-21. Pendidikan bukan hanya menyiapkan masa depan, tetapi bagaimana menciptakan masa depan. Pendidikan harus membantu terciptanya individu kritis dengan tingkat kreativitas dan keterampilan berpikir yang lebih tinggi serta proses pembelajarannya pembelajaran sepanjang hayat (life long education).

Ada tiga alasan mengenai hal itu; pertama, siswa adalah organisme yang sedang berkembang. Agar siswa dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangannya, dibutuhkan orang dewasa yang dapat mengarahkan dan membimbingnya supaya tumbuh dan berkembang secara optimal. Kedua, kemajuan ilmu pengetahuan mengakibatkan kecenderungan setiap orang tidak mungkin dapat menguasai setiap cabang keilmuan. Ketiga, penemuan-penemuan baru khususnya dalam bidang psikologi, mengakibatkan pemahaman baru terhadap konsep perubahan tingkah laku manusia. Ketiga hal tersebut menuntut perubahan makna dalam mengajar. Mengajar jangan diartikan sebagai proses menyampaikan materi pembelajaran, atau memberikan stimulus sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi lebih dipandang sebagai proses mengatur lingkungan agar siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya (Sanjaya, 2012: 100-102).

Trianto (2012: 5) menyatakan bahwa proses pembelajaran akan efektif apabila dilakukan melalui persiapan dan direncanakan dengan baik supaya dapat diterima untuk memenuhi: (1) kebutuhan masyarakat setempat dan masyarakat global, (2) mempersiapkan siswa dalam menghadapi perkembangan dunia global, (3) sebagai proses untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan dapat dikatakan berhasil apabila kegiatan belajar mampu membentuk pola tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan, serta dapat dievaluasi melalui pengukuran dengan menggunakan tes dan non tes.

Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan pada Kurikulum 2013 adalah pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) yang berarti berpikir-berpasangan-berbagi. Think-Pair-Share (TPS) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Think-Pair-Share (TPS) merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dari teori konstruktivisme yang merupakan perpaduan antara belajar secara mandiri dan belajar secara berkelompok.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut. (1) Dalam proses pembelajaran di kelas guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional, (2) Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher oriented). (3) Hasil belajar IPS siswa masih rendah, (4) Minat siswa dalam kegiatan pembelajaran masih rendah.

Dari uraian latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut. (1) Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Jatinegara pada semester genap tahun pelajaran 2019/2020? (2) Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Jatinegara pada semester genap tahun pelajaran 2019/2020?

Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut. (1) Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Jatinegara pada semester genap tahun pelajaran 2019/2020. (2) Untuk mengetahui pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Jatinegara pada semester genap tahun pelajaran 2019/2020.

KAJIAN PUSTAKA

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

Think-Pair-Share (TPS) atau Berpikir-Berpasangan-Berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur yang dikembangkan ini dimasukkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Stuktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individual. Think-Pair-Share (TPS) memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain.

Model Think-Pair-Share (TPS) mendorong partisipasi siswa, bahkan siswa pemalu atau mereka yang tersisihkan. Menanyakan pertanyaan terbuka kepada siswa dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk memutuskan sesuatu atau mengekspresikan pemikiran mereka. Guru memberikan waktu untuk memikirkan (Think) tentang jawaban mereka, meminta siswa untuk berdiskusi dengan mitranya (Pair) dan meminta seseorang secara sukarela untuk berbagi (Share) hasil diskusi dengan seluruh kelas. Dengan model ini maka guru dapat memastikan semua siswa mempunyai kesempatan untuk menjawab dan mendiskusikan ide atau jawaban mereka.

Slavin (1990: 132) menyatakan Think-Pair-Share adalah:

This simple but very useful method was developed by Frank Lyman of University of Maryland. When the teacher present a lesson to the class, student sit in pairs within their teams. The teacher poses questions to the class. Student are instructed to think of an answer on their own, then to pair with their partners to reach consensus on an answer. Finally, the teacher ask student to share their agreed upon answer with the rest of the class.

Think-Pair-Share (TPS) memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk ke seluruh kelas, teknik ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik (Lie, 2003: 57).

Adapun definisi penulis secara umum terhadap model Think-Pair-Share dalam penelitian ini, yaitu suatu model pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran IPS dengan berpikir, berpasangan, dan berbagi pengetahuan.

Minat Belajar

Menurut Slameto (2003: 180) Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus disertai dengan rasa senang.

Sukardi (2010: 25) mengemukakan minat adalah suatu kerangka mental yang terdiri dari kombinasi gerak perpaduan dan campuran dari perasaan, prasangka, cemas dan kecenderungan-kecenderungan lain yang biasa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Sedangkan menurut Sardiman A.M. (1988: 6) minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri.

Hamalik (2007: 27) Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Hasil Belajar

Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang hasil belajar. Menurut Sukmadinata (2003: 102) hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensi atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Lebih lanjut Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.

Sementara itu Dimyati dan Mudjiono (2006: 21) berpendapat hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran. Pendapat Hamalik (2007: 43) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.

Kerangka Berpikir

Hasil belajar yang optimal tentunya diharapkan oleh semua pihak baik guru, siswa, dan juga orang tua siswa itu sendiri. Proses penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap hasil belajar siswa memberikan kontribusi yang cukup berharga bagi kemajuan siswa dalam proses pembelajaran. Hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang berasal dari dalam diri siswa (intern) maupun yang berasal dari luar diri siswa (ekstern).

Dari faktor ekstern salah satunya adalah penerapan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Selama ini model pembelajaran yang diterapkan oleh guru cenderung masih monoton. Guru masih menggunakan model ceramah dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswanya, peserta didik hanya menerima materi pelajaran secara sepihak, pembelajaran hanya berpusat pada guru, materi pelajaran disampaikan dalam bentuk finalnya, sehingga menyebabkan peserta didik menjadi pasif dalam pembelajaran. Tentunya tidak semua pengetahuan harus disampaikan dengan model ceramah, karena pada dasarnya siswa merupakan individu yang secara alamiah memiliki kemampuan untuk mencari dan mengolah pengetahuan sendiri.

Permasalahan yang terjadi di kelas VIII D SMP Negeri 1 Jatinegara Tahun Pelajaran 2019/2020 adalah hasil belajar yang belum optimal. Hasil belajar yang belum optimal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar pengetahuan yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Selain hasil belajar yang masih rendah, minat siswa dalam pembelajaran juga masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari masih ditemuai siswa yang mengantuk, tidak semangat, dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share.

 

METODE PENELITIAN

Objek Tindakan

Objek tindakan dalam penelitian ini adalah minat dan hasil belajar IPS yang akan ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Jatinegara pada semester genap tahun pelajaran 2019/2020.

Setting, Lokasi dan Subjek Penelitian

Waktu penelitian ini adalah dari bulan Januari s/d Juni tahun 2020. Lokasi penelitian ini adalah di SMP Negeri 1 Jatinegara dengan alamat Jalan Raya Timur Jatinegara, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Jatinegara semester genap tahun pelajaran 2019/2020 dengan jumlah 32 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini ada tiga, yaitu sebagai berikut. (1) Metode Observasi, (2) Metode Tes, (3) Metode Dokumentasi

Analisis Data

Analisis Data Minat Belajr Siswa

Data minat belajar siswa diperoleh dari hasil observasi. Skor yang diperoleh dari hasil obsevasi menggunakan skor 1, 2, 3, dan 4 untuk setiap indikator yang terlihat.

Data hasil belajar IPS dikumpulkan dari hasil tes tertulis pilihan ganda dengan jumlah 20 soal. Apabila siswa menjawab benar diberi skor 1 dan siswa menjawab salah diberi skor 0. Kemudian skor yang diperoleh siswa dianalisis secara individual dan kalsikal. Ketuntasan individual 70 (KKM), Ketuntasan klasikal 75%.

Sumber Data

Data yang diperoleh dalam Penelitian Tindakan Kelas ini berasal dari dua jenis sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari subjek penelitian yang meliputi data minat dan hasil belajar IPS. Sedangkan data sekunder data yang berupa foto-foto kegiatan penelitian dan surat ijin penelitian dari kepala sekolah.

Cara Pengambilan Simpulan

Setelah dilaksanakan pembelajaran di kelas VIII D dengan menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share, maka cara dalam pengambilan simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1. Minat belajar siswa 75% pada kriteria tinggi.
  2. Hasil belajar IPS secara klasikal tuntas 75%.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang merupakan perbaikan pembelajaran berdasarkan permasalahan yang ada di kelas. Dalam penelitian ini, prosedur penelitian dilaksanakan dengan menggunakan siklus-siklus tindakan atau daur ulang yang dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ini meliputi kegiatan perencanaan (Planning), tindakan (Action), mengobservasi (Observation), dan melakukan refleksi (Reflection).

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Deskripsi Kondisi Awal

Berdasarkan analisis nilai tes hasil belajar tersebut diperoleh data yang dapat digambarkan seperti pada deskripsi berikut ini. Identifikasi terhadap penyebab terjadinya masalah sebagaimana telah dianalisis di atas adalah pemilihan metode pembelajaran diskusi pada pembelajaran kondisi awal masih belum meningkatkan minat belajar semua siswa karena masih didominasi siswa-siswa tertentu saja, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa belum merata seperti ditunjukkan pada indikator ketuntasan belajar klasikal baru mencapai 56%.

Deskripsi Siklus I

Pengamatan pembelajaran dilakukan oleh satu orang observer yang merupakan guru mitra dalam penelitian ini. Obeserver melakukan pengamatan terhadap minat siswa selama pembelajaran berlangsung. Observer melakukan pengamatan dengan berpedoman pada lembar observasi yang sudah dibuat oleh peneliti.

Deskripsi Minat Siswa dalam Pembelajaran Siklus 1

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat diperoleh data sebagai berikut.

Laporan pengamatan menunjukan bahwa minat belajar siswa secara klasikal pada pertemuan pertama sebesar 55,27% dan meningkat menjadi 62,30% pada pertemuan kedua. Minat belajar siswa secara klasikal pada kriteria cukup tinggi dengan persentase sebesar 58,78%.

Deskripsi Hasil Belajar IPS Siklus 1

Observasi tindakan pembelajaran pada Siklus I tentang nilai tes hasil belajar diperoleh hasil sebagaimana tabel berikut.

Tabel 1 Nilai Tes Hasil Belajar Siklus I

No Indikator Hasil Belajar
1. Nilai Tertinggi 90
2. Nilai Terendah 60
3. Nilai Rata-rata 70,45
4. Tuntas belajar 22 siswa (68,75%)
5. Belum Tuntas Belajar 10 siswa (31,25%)

 

 

 

 

Refleksi Tindakan

Berdasarkan analisis hasil observasi, nilai tes hasil belajar, hasil wawancara dengan teman sejawat diperoleh gambaran refleksi sebagai berikut.

  1. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran sudah berpusat pada siswa (student center).
  2. Siswa mulai antusias dan bersemangat mengikuti pembelajaran dengan metode Think-Pair-Share
  3. Dilihat dari sisi proses dan hasil belajar yang diperoleh siswa telah menunjukkan adanya peningkatan nilai hasil belajar siswa berupa nilai rata-rata sebesar 70,45 padahal KKM IPS yang ditetapkan guru hanya sebesar 70.
  4. Dilihat dari sisi guru itu sendiri terlihat adanya suatu proses optimalisasi tugas dengan memberikan pembelajaran yang menarik, kreatif dan bermakna bagi pencapaian hasil belajar siswa.

Deskripsi Siklus II

Pengamatan pembelajaran dilakukan oleh satu orang observer yang merupakan guru mitra dalam penelitian ini. Obeserver melakukan pengamatan terhadap minat siswa selama pembelajaran berlangsung. Observer melakukan pengamatan dengan berpedoman pada lembar observasi yang sudah dibuat oleh peneliti.

Deskripsi Minat Siswa dalam Pembelajaran Siklus II

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 8 menunjukan bahwa minat belajar siswa secara klasikal pada pertemuan pertama sebesar 72,66% dan meningkat menjadi 81,25% pada pertemuan kedua. Minat belajar siswa secara klasikal pada kriteria tinggi dengan persentase sebesar 76,95%.

Deskripsi Hasil Belajar IPS Siklus II

Observasi tindakan pembelajaran pada Siklus II tentang nilai tes hasil belajar diperoleh hasil sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2 Nilai Tes Hasil Belajar Siklus II

No Indikator Hasil Belajar
1. Nilai Tertinggi 100
2. Nilai Terendah 65
3. Nilai Rata-rata 75,00
4. Tuntas belajar 26 siswa (81,25%)
5. Belum Tuntas Belajar 6 siswa (18,75%)

 

 

 

 

Refleksi Tindakan

Berdasarkan data minat belajar siswa siklus I sebesar 58,78% pada kriteria cukup tinggi. Sedangkan pada siklus II sebesar 76,95% pada kriteria tinggi. Berdasarkan indikator keberhasilan penelitian, maka minat siswa pada pembelajaran denga menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share sudah berhasil. Sedangkan data tes hasil belajar ketuntasan klasikal prasiklus sebesar 56%, pada siklus I ketuntasan klasikal menjadi 68,75% dan pada siklus II menjadi 81,25%. Jika dibandingan hasil belajar pada siklus II meningkat sebesar 12,50%. Meningkatnya ketuntasan ini mengindikasikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan siswa. Berdasarkan data hasil penelitian siklus II dan indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan peneliti, maka pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share sudah berhasil dan penelitian tindakan kelas dihentikan pada siklus II ini.

 

Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan Siklus I

Dari data-data yang diperoleh selama perbaikan pembelajaran siklus I kemudian dilakukan analisa dan diperoleh hasil perbaikan dalam pembelajaran siklus I sebagai berikut.

  1. Dari hasil pengamatan terhadap minat belajar siswa pada proses pembelajaran telah dapat meningkatkan minat belajar siswa karena variasi model pembelajaran ini merupakan hal yang baru bagi siswa sehingga dapat menarik perhatian siswa dan siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan antusias. Hal ini dibuktikan dengan data dari observasi dari pertemua 1 siklus I ke pertemuan 2 siklus I mengalami peningkatan minat belajar sebesar 7,03%. Namun demikian minat siswa pada siklus I ini beleum mencapai indikator keberhasilan penelitian.
  2. Upaya peningkatan hasil belajar belum berhasil, hal itu dibuktikan dengan data bahwa dari 32 siswa baru 22 siswa atau 68,75% siswa yang mampu mencapai nilai ketuntasan belajar individual (mencapai nilai ≥ 70). Hal ini berarti bahwa daya serap siswa secara klasikal belum tercapai, karena indikator kinerja yang telah ditetapkan adalah bahwa perbaikan pembelajaran dikatakan berhasil jika siswa mampu memahami materi perdagangan antardaerah dan perdagangan internasional sebesar 75%.

Pembahasan Siklus II

Karena perbaikan pembelajaran pada siklus I belum berhasil sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan, maka berdasarkan hasil analisa data dan refleksi perbaikan pembelajaran pada siklus I kemudian diputuskan untuk melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Dari data-data yang diperoleh selama perbaikan pembelajaran pada siklus II kemudian dianalisa lagi dan dilakukan refleksi, sehingga diperoleh suatu kesimpulan bahwa dalam pembelajaran siklus II.

  1. Dari hasil pengamatan terhadap minat belajar siswa pada proses pembelajaran telah dapat meningkatkan minat belajar siswa hal ini dapat dilihat pada siklus I minat belajar sebesar 58,78%, dan meningkat menjadi sebesar 76,95% pada siklus II. Sehingga minat siswa pada siklus dua ini sudah mencapai indikator keberhasilan penelitian.
  2. Upaya peningkatan hasil belajar sudah berhasil, hal itu dibuktikan dengan data bahwa dari 32 siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 22 siswa atau 68,75% dan meningkat menjjadi 26 siswa atau 81,25% pada siklus II. Sehingga hasil belajar siswa pada siklus II ini sudah mencapai indikator keberhasilan penelitian.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dibahas pada bab IV maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

  1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share telah mampu meningkatkan minat siswa dalam kegiatan pembelajaran. Terbukti dari hasil pengamatan pada siklus I dimana minat belajar siswa berada pada kategori cukup tinggi dengan kor minat belajar siswa 58,78% dapat meningkat menjadi 76,95% dengan kategori tinggi.
  2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share telah meningkatkan hasil belajar siswa. Terbukti dari peningkatan ketuntasan klasikal pada siklus I 68,75% meningkat menjadi 81,25% pada siklus II.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dikemukakan beberapa saran antara lain:

  1. Disarankan kepada guru IPS khususnya dan semua guru pada umumnya agar menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share di dalam kegiatan belajar mengajar.
  2. Disarankan kepada siswa untuk mempersiapkan alat dan bahan diskusi sebelum pembelajaran dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. 2012. Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar Buku Dua Edisi Ketujuh. Yoyakarta: Pustaka Pelajar.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajarannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Lie, A. 2003. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Samosir, Marten. 1992. Seni Berfikir Kreatif. Jakarta: Erlangga.

Sanjaya, W. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Sanjaya, W. 2012. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Sardiman, A.M. 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru. Jakarta: Rajawali Press.

Slavin, R.E. 1990. Cooperative Learning; Theory, Research and Practise. Boston: Allyn & Bacon.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sukardi. 2010. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam KTSP. Jakarta: Bumi Aksara.

Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.