PENERAPAN PEMBELAJARAN DISCOVERY

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR DALAM MEMPERBAIKI MESIN DIESEL

 

Heru Setyoko

SMK Sakti Gemolong-Sragen

 

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa melalui model Discovery Learning pada pelajaran memperbaiki sistem bahan bakar Diesel. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus.Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pembelajaran Discovery, dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Peningkatan ditunjukkan pada keaktifan dan hasil belajar siswa dalam memperbaiki system bahan bakar diesel. Keaktifan belajar siswa dari prasiklus ke siklus I, meningkat dari 56,25% menjadi 69,44%, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 91.67%. Peningkatan lainnya terjadi pada hasil belajar aspek pengetahuan dari prasiklus meningkat dari nilai rata-rata sebesar 72,85 meningkat menjadi 77,54 pada siklus I dan menjadi 85.14 pada akhir siklus II. Jumlah siswa yang tuntas pada prasiklus sebanyak 17 siswa meningkat pada siklus I menjadi 26 siswa, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 36 siswa, dengan hasil belajar aspek pengetahuan prasiklus ke siklus II meningkat sebanyak 19 siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pembelajaran Discovery, dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar pada mata pelajaran ”Memperbaiki sistem bahan bakar diesel” siswa SMK di Sragen.

Kata kunci: keaktifan belajar, hasil belajar , descovery learning.

ABSTRACT

The aim of this research is to know the improvement of the student’s learning activity and achievement through Discovery Learning model in Diesel Engine Repair subjects. Research methodology used is classroom action research (Penelitian Tindakan Kelas). This research was conducted in two cycles.The results show that through Discovery Learning Model can improve the activity and student learning outcomes. Improvement is shown in the students’ activities and learning outcomes in Diesel Fuel System and Repair subjects. The student learning activity increased from pre-cycle to cycle I from 56.25% to 69.44%, and increased again in cycle II to 91.67%. Another heighten occurred in the learning outcomes of the knowledge aspects of the pre-cycle increased from the average value of 72.85 increased to 77.54 in the first cycle and became 85.14 at the end of cycle II. The number of students who pass the minimum standard in the pre-cycle of 17 students increased in the cycle I to 26 students, and increased again in cycle II to 36 students, with the learning outcomes of knowledge aspects of pre-cycle to cycle II increased by 19 students. Based on the research that has been done, it can be concluded that through the implementation of Discovery Learning Model can enhance the activity and learning outcomes in Diesel Fuel System and Repair subjects of Vocational High School in Sragen.

Keywords: result study, discovery learning

 

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, dalam konteks ini, guru dituntut untuk membentuk suatu perencanaan kegiatan pembelajaran sistematis yang berpedoman pada kurikulum yang saat itu digunakan. Pendidikan formal di sekolah-sekolah sampai saat ini tetap sebagai lembaga pendidikan utama yang merupakan pusat pengembangan sumber daya manusia (SDM) dengan didukung oleh pendidikan keluarga dan masyarakat.

 Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2017 di SMK Sakti gemolong dengan melakukan pengamatan dan wawancara dengan beberapa guru yang terkait, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan antara lain:

Pertama, siswa kurang menyiapkan diri sebelum pelajaran dimulai, walaupun mereka telah mengetahui materi yang akan disampaikan oleh guru. Kedua, dalam proses pembelajaran siswa terlihat kurang aktif, hal ini disebabkan oleh siswa kurang antusias dalam menerima pelajaran yang disampaikan guru di depan kelas.keadaan tersebut tampak jelas karena siswa enggan bertanya baik kepada temannya ataupun kepada guru pada saat berlangsungnya pelajaran. Ketiga, Guru sudah berupaya menerapkan model – model pembelajaran inovatif, namun dalam implementasinya dikelas kurang sesuai dengan yang diharapkan, Sehingga guru masih mendominasi dalam proses pembelajaran. Keempat, dalam penyampaian materi pelajaran, konsep-konsep yang diberikan guru kurang mendalam karena konsentrasi belajar siswa bertahan dalam jangka waktu yang pendek. Akibatnya pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi kurang bermakna serta konsep tersebut hanya bersifat hafalan,sehingga konsep-konsep yang telah diberikan oleh guru menjadi cepat pudar bahkan hilang dari ingatan siswa.

Berdasarkan analisis yang penulis lakukan , bahwa model pembelajaran yang diterapkan di Kelas XII TKRB SMK SAKTI Gemolong-Sragen kurang melatih siswa dalam proses pembelajaran, diharapkan dengan menerapkan model discovery learning peserta yang pasif akan dapat dirangsang oleh siswa yang aktif dalam teknik diskusi pada saat proses pembelajaran berlangsung karena model discovery learning memiliki kelebihan yang relevan dengan situasi dan karakteristik siswa SMK diantaranya sebagai berikut:

1.     Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses – proses kognitif.

2.     Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer pengetahuan.

3.     Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tubuhnya rasa menyelidiki dan berhasil, dan lain-lain.

Bertolak dari paparan di atas maka perlu diupayakan pemecahannya dengan cara menerapkan model Discovery Learning untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar memperbaiki system injeksi bahan bakar diesel.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru yang dilakukan oleh siswa. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam pembelajaran di kelas, terutama deskripsi tentang peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran memperbaiki system injeksi bahan bakar diesel dengan menggunakan model pembelajaran discovery, karena hasil belajar siswa masih rendah sehingga diperlukan adanya suatu penelitian yang berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan kelas, maka penelitian ini dilakukan dalam beberapa siklus tergantung pada ketercapaian tujuan penelitian. Pada setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).

Keempat tahap dalam PTK tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, yang kembali ke langkah semula (Arikunto, 2010:20). Pada tahap perencanaan, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

Pelaksanaan tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi dari perencanaan, yaitu mengenai tindakan di kelas sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang disusun dalam RPP pada siklus I. Pelaksana tindakan adalah peneliti. Adapun pelaksanaan tindakan yaitu melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada RPP yang telah dirancang dengan

menggunakan model pembelajaran discovery pada tahap perencanaan. Observasi dalam PTK adalah kegiatan pengumpulan data yang berupa proses perubahan kinerja dalam proses belajar mengajar (Kunandar, 2009:73). Observasi dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Observasi tersebut berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Selama melakukan tindakan di kelas, maka dilakukan observasi oleh observer yaitu teman sejawat. sesuai instrument pengamatan yang telah dirancang oleh peneliti pada tahap perencanaan. Yaitu pengamatan tentang aktivitas guru (peneliti) dan aktivitas siswa dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas guru (peneliti) dan siswa. Selain itu juga dilakukan wawancara untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi siswa dengan diterapkannya pembelajaran tersebut. Tahap selanjutnya yaitu refleksi. Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi (Kunandar, 2009:75).

 Pada tahap refleksi ini dikaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan. Setelah semua data terkumpul dan dianalisis baik aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil tes kinerja siswa, selanjutnya dilakukan diskusi antara peneliti dan Teman Sejawat ( Pengamat) untuk mendiskusikan bagaimana pelaksanaan pembelajaran, hambatan-hambatan yang muncul serta bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran discovery.

 Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan terhadap keberhasilan tindakan serta perbaikan untuk siklus berikutnya. Pengumpulan data diperoleh peneliti dengan menggunakan beberapa instrument penelitian. Untuk mendapatkan data yang akurat perlu disusun suatu instrumen yang valid dan reliabel. Instrumen yang valid adalah instrumen yang mampu dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur (Kunandar, 2009:124). Lembar observasi digunakan oleh peneliti sebagai pedoman dalam melakukan observasi untuk memperoleh data yang diinginkan. Lembar observasi ini berupa lembar untuk mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran dan lembar untuk mengamati aktivitas guru selama proses pembelajaran Memperbaiki sistem bahan bakar diesel. Berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, metode tes digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa pada Pembelajaran sistem bahan bakar diesel Lembar wawancara digunakan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa saat proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran discovery. Wawancara akan dilakukan terhadap 10 siswa. Untuk mengolah data hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran discovery untuk meningkatkan hasil belajar siswa, peneliti akan menggunakan teknik analisis data kualitatif dan teknik analisis data kuantitatif. Analisis data kualitatif pada penelitian ini diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh guru dan peneliti yang hasilnya dijadikan sebagai bahan diskusi antara observer dan digunakan untuk menentukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran berikutnya. Dalam penelitian ini analisis data kualitatif digunakan untuk mengetahui sejauh mana respon siswa terhadap model pembelajaran discovery, dan untuk mengetahui hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa. Analisis data kuantitatif meliputi analisis skor yang diperoleh dalam hasil observasi aktivitas guru dan siswa serta hasil tes siswa setelah mengikuti pembelajaran

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Pra Tindakan

Sebelum penerapan model discovery learning, peneliti selaku guru mata pelajaran “memperbaiki sistem bahan bakar diesel”, melaksanakan pembelajaran di kelas XII TKRB SMK Sakti Gemolong.

 Pembelajaran dilaksanakan dengan mengacu pada RPP yang telah disusun. pembelajaran menggunakan metode pembelajaran konvensial, pertemuan pertema memberi penjelasan tentang “filter dan pompa injeksi tipe Rotary (VE)”, dan pertemuan kedua memberi penjelasan tentang “pipa tekanan tinggi, pipa pengembali, dan injektor”, Siswa diminta untuk melakukan pengamatan terhadap alat-alat praktik, dan mendiskusikan materi pembelajaran yang disampaikan guru. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tersebut, mendengarkan penjelasan guru, dan menjawab pertanyaan apabila guru menyampaikan pertanyaan.

Pada pertemuan kedua, selain menyampaikan penjelasan, guru mengamati keaktifan belajar siswa, yaitu memperhatikan bagaimana keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru, bagaimana keaktifan siswa dalam mengamati cara kerja pompa rotary, keaktifan siswa dalam melaksanakan diskusi, dan aktifitas siswa dalam menanyakan hal-hal yang belum jelas.

Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran prasiklus, dicatat dalam lembar observasi. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dibuat rekapitulasi, dihitung jumlah per indikator dan dihitung prosentasi keaktifan siswa.

Peserta didik yang aktif menjawab pertanyaan guru sebanyak 20 peserta didik atau 55,56%, peserta didik yang aktif mengamati cara kerja pompa rotary sebanyak 22 siswa atau 61,11%, peserta didik aktif berdiskusi dengan teman satu kelompok sebanyak 18 peserta didik atau 50,00%, dan peserta didik yang aktif menanyakan hal yang belum mereka pahami sebanyak 21 peserta didik atau 58,33%. Rata-rata keaktifan peserta didik sebanyak 20,25 peserta didik atau 56,25%.

Untuk mengetahui hasil belajar aspek pengetahuan, pada pertemuan berikutnya, dilakukan ulangan harian berupa tes tertulis. Berdasarkan hasil tes tertulis, dibuat rekapitulasi data, dihitung skor rata-rata, skor tertinggi, skor terendah, jumlah ketuntasan belajar, dan jumlah siswa yang belum tuntas.

Sebelum dilakukan tindakan, nilai terendah yang dicapai oleh siswa adalah 60,00, nilai tertinggi 78,33, nilai rata-rata mencapai 70,93, jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 17 peserta didik (47,22%), dan peserta didik yang belum tuntas sebanyak 19 peserta didik (52,78%).

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka perlu dilakukan tindakan perbaikan, yaitu penerapan model pembelajaran yang dipandang dapat mendorong keaktifan Siswa dalam mengikuti pembelajaran. Adapun tindakan yang akan dilakukan adalah, menerapkan pembelajaran discovery.

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I

Setelah melalui perencanaan, Pelaksanaan siklus I dilaksanakan selama 4 x 45 menit, dibagi dalam 2 (dua) pertemuan.

Observasi

Aktivitas Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran Discovery

 Untuk mengetahui aktivitas guru selaku peneliti dalam melaksanaka pembelajaran discovery, peneliti minta bantuan kepada teman sejawat untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran.

Kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran discovery tergolong baik, namun masih ada beberapa aspek yang perlu diperbaiki yaitu kinerja guru yang tergolong cukup yaitu: peneliti kurang jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran yang dipilih kurang beragam, pengaturan topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik, sampai ke simbolik kurang sistematis, dalam mengkoordinir siswa saat pengolahan data kurang terorganisir.

Observasi terhadap Keaktifan siswa

 Observasi terhadap keaktifan siswa dilaksanakan pada pertemuan kedua, Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, selanjutnya dibuat rekapitulasi data.

 Peserta didik yang aktif menjawab pertanyaan guru sebanyak 26 peserta didik atau 72,22%, peserta didik yang aktif mengamati cara kerja pompa rotary sebanyak 25 siswa atau 69,44%, peserta didik aktif berdiskusi dengan teman satu kelompok sebanyak 25 siswa atau 69,44%, dan peserta didik yang aktif menanyakan hal yang belum mereka pahami sebanyak 24 Siswa atau 66,67%. Rata-rata keaktifan peserta didik sebanyak 25 Siswa atau 69,44%.

 

Hasil Belajar Aspek Pengetahuan

 Berdasarkan hasil tes ulangan harian yang dilaksanakan terhadap 36 peserta didik dengan menggunakan soal tes. Berdasarkan hasil belajar aspek pengetahuan tersebut, selanjutnya dibuat rekapitulasi.

Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, nilai terendah yang dicapai oleh siswa adalah 65,00, nilai tertinggi 78,33, nilai rata-rata mencapai 75,05, jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 26 peserta didik (72,22%) sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 10 peserta didik (27,78%).

Analisis dan Refleksi

 Berdasarkan hasil penelitian siklus I, dapat diketahui peningkatan keaktifan belajar dan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Dengan adanya pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran discovery pada siklus I dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dan hasil belajar peserta didik.

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

Setelah melakukan perencanaan kemudian pelaksanaan dalam proses pembelajara dan Observasi yaitu:

Aktivitas Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran Discovery

 Untuk mengetahui aktivitas guru selaku peneliti dalam melaksanaka pembelajaran discovery, peneliti minta bantuan kepada teman sejawat untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran.

Kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran discovery tergolong sangat baik, namun masih ada beberapa aspek yang perlu diperbaiki yaitu kinerja guru yang tergolong baik yaitu: mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik, sampai ke simbolik, penilaian proses dan hasil belajar siswa, dan data processing (pengolahan data).

Observasi terhadap Keaktifan siswa

 Observasi terhadap keaktifan siswa dilaksanakan pada pertemuan kedua. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut.

Peserta didik yang aktif menjawab pertanyaan guru sebanyak 32 siswa atau 88,89%, peserta didik yang aktif mengamati cara kerja pompa rotary sebanyak 34 siswa atau 94,44%, peserta didik aktif berdiskusi dengan teman satu kelompok sebanyak 32 siswa atau 88,89%, dan peserta didik yang aktif menanyakan hal yang belum mereka pahami sebanyak 34 siswa atau 94,44%. Rata-rata keaktifan peserta didik sebanyak 33 siswa atau 91,67%.

Hasil Belajar Aspek Pengetahuan

Berdasarkan hasil tes ulangan harian yang dilaksanakan pada 19 September 2017, terhadap 36 peserta didik dengan menggunakan soal tes hasilnya seperti terlampir. Berdasarkan hasil belajar aspek pengetahuan tersebut.

Setelah dilakukan tindakan pada siklus II, nilai terendah yang dicapai oleh siswa adalah 81,67, nilai tertinggi 90,00, nilai rata-rata mencapai 85,14, jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 36 Siswa (100%).

Analisis dan Refleksi

 Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui peningkatan keaktifan belajar dan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran siklus II.

Dengan adanya pembelajaran dengan menerapkan model discovery learning pada siklus II dapat meningkatkan kinerja guru, keaktifan siswa dan hasil belajar siswa.

Pembahasan

Perbandingan keaktifan Belajar

Perbandingan keaktifan peserta didik yang dari prasiklus ke siklus I, dari siklus I ke siklus II, dan dari prasiklus ke siklus II, adalah sebagai berikut.

Prasiklus ke siklus I

Perbandingan keaktifan siswa dari prasiklus ke siklus I, seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel IV. 11: Perbandingan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran Prasiklus dengan siklus II

No.

Indikator

Prasiklus

siklus I

1

Peserta   didik       aktif        menjawab

pertanyaan guru

55.56%

72.22%

2

Peserta   didik       aktif        mengamati

Cara kerja pompa rotary

61.11%

69.44%

3

Peserta didik aktif berdiskusi dengan teman satu kelompok

50.00%

69.44%

4

Peserta didik aktif menanyakan hal yang belum mereka pahami

58.33%

66.67%

Rata-rata

56.25%

69.44%

 

Tabel di atas menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dari prasiklus ke siklus I adalah sebagai berikut: peserta didik aktif menjawab pertanyaan guru dari 55,56% meningkat menjadi 72,22%. Peserta didik aktif mengamati cara kerja pompa rotary dari 61,11% meningkat menjadi 69,44%, siswa aktif berdiskusi dengan teman satu kelompok dari 50,00% meningkat menjadi 69,44%. Siswa aktif dalam bertanya dari 58,33% meningkat menjadi 66,67%.

Siklus I ke siklus II

Perbandingan keaktifan siswa dari siklus I ke siklus II, seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel IV. 12: Perbandingan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran siklus I dengan siklus II

No.

Indikator

Siklus I

siklus II

1

Siswa      aktif        menjawab

pertanyaan guru

72.22%

88.89%

2

siswa      aktif        mengamati

Cara kerja pompa rotary

69.44%

94.44%

3

Siswa aktif berdiskusi dengan teman satu kelompok

69.44%

88.89%

4

Siswa aktif menanyakan hal yang belum mereka pahami

66.67%

94.44%

Rata-rata

69.44%

91.67%

 

Tabel di atas menunjukkan bahwa keaktifan Siswa dalam mengikuti pembelajaran dari prasiklus ke siklus I adalah sebagai berikut: Siswa aktif menjawab pertanyaan guru dari 72,22% meningkat menjadi 88,89%. Siswa aktif mengamati cara kerja pompa rotary dari 69,44% meningkat menjadi 94,44%, Siswa aktif berdiskusi dengan teman satu kelompok dari 69,44% meningkat menjadi 88,89%. Siswa aktif dalam bertanya dari 66,67% meningkat menjadi 94,44%.

Prasiklus ke siklus II

Perbandingan keaktifan Siswa dari Prasiklus ke siklus II, seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel IV. 13: Perbandingan keaktifan Siswa dalam mengikuti pembelajaran prasiklus dengan siklus II

No.

Indikator

Prasiklus

siklus II

1

siswa      aktif        menjawab

pertanyaan guru

55.56%

88.89%

2

Siswa      mengamati

Cara kerja pompa rotary

61.11%

94.44%

3

Peserta didik aktif berdiskusi dengan teman satu kelompok

50.00%

88.89%

4

Siswa aktif menanyakan hal yang belum mereka pahami

58.33%

94.44%

Rata-rata

56.25%

91.67%

 

Tabel di atas menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dari prasiklus ke siklus I adalah sebagai berikut: Siswa aktif menjawab pertanyaan guru dari 55,56% meningkat menjadi 88,89%. Siswa aktif mengamati cara kerja pompa rotary dari 61,11% meningkat menjadi 94,44%, Siswa aktif berdiskusi dengan teman satu kelompok dari 50,00% meningkat menjadi 88,89%. Siswa aktif dalam bertanya dari 58,33% meningkat menjadi 94,44%.

Perbandingan Hasil Belajar Peserta Didik

Perbandingan hasil belajar dari prasiklus ke siklus I, dari siklus I ke siklus II, dan dari prasiklus ke siklus II, adalah sebagai berikut.

Prasiklus ke siklus I

Perbandingan hasil belajar dari prasiklus ke siklus I, seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel IV. 14: Perbandingan hasil belajar Prasiklus dengan siklus I

No.

Kategori

Prasiklus

siklus I

1

Terendah

60.00

65.00

2

Tertinggi

78.33

78.33

3

Rata-rata

70.93

75.05

4

Tuntas

17

26

5

Belum tuntas

19

10

 

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar dari prasiklus ke siklus I adalah sebagai berikut: (1) kategori nilai terendah dari 60,00 meningkat menjadi 65,00, (2) kategori nilai tertinggi dari 78,33 tetap 78,33, (3) nilai rata-rata dari 70,93 meningkat menjadi 75,05, (4) ketuntasan belajar dari 17 Siswa meningkat menjadi 26 Siswa yang belum tuntas dari 19 berkurang menjadi 10.

Siklus I ke siklus II

Perbandingan hasil belajar dari siklus I ke siklus II, seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel IV. 15: Perbandingan hasil belajar siklus I dengan Siklus II

No.

Kategori

Siklus I

siklus II

1

Terendah

65.00

81.67

2

Tertinggi

78.33

90.00

3

Rata-rata

75.05

85.14

4

Tuntas

26

36

5

Belum tuntas

10

0

 

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar dari prasiklus ke siklus I adalah sebagai berikut: (1) kategori nilai terendah dari 65,00 meningkat menjadi 81,67, (2) kategori nilai tertinggi dari 78,33 meningkat menjadi 90,00, (3) nilai rata-rata dari 75,05 meningkat menjadi 85.14, (4) ketuntasan belajar dari 26 Siswa menjadi 36 dan Siswa tidak tuntas dari 10 menurun menjadi tidak ada.

Perbandingan hasil belajar dari prasiklus ke siklus II, seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel IV. 16: Perbandingan hasil belajar prasiklus dengan siklus II

No.

Kategori

Prasiklus

siklus II

1

Terendah

60.00

81.67

2

Tertinggi

78.33

90.00

3

Rata-rata

70.93

85.14

4

Tuntas

17

36

5

Belum tuntas

19

0

 

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar dari prasiklus ke siklus I adalah sebagai berikut: (1) kategori nilai terendah dari 60,00 meningkat menjadi 81,67, (2) kategori nilai tertinggi dari 78,33 meningkat menjadi 90,00, (3) nilai rata-rata dari 70,93 meningkat menjadi 85.14, (4) ketuntasan belajar dari 17 peserta didik meningkat menjadi 36 peserta didik yang belum tuntas dari 19 berkurang menjadi 0 (Nol). Berikut grafik perbandingan hasil belajar aspek pengetahuan prasiklus dengan siklus II.

 

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran Discovery, dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa aspek pengetahuan. Terlihat dari prasiklus, ke siklus I, dan dari siklus I ke siklus II. Secara rinci peningkatan keaktifan siswa dan hasil belajar aspek pengetahuan mata pelajaran ”memperbaiki sistem bahan bakar diesel”, siswa klas Kelas XII TKRB Semester V SMK Sakti Gemolong Sragen Tahun Pelajaran 2017/2018 adalah sebagai berikut. Keaktifan belajar siswa dari prasiklus ke siklus I, meningkat dari 56,25% menjadi 69,44%, meningkat lagi pada siklus II menjadi 91.67%, dengan demikian keaktifan siswa dari prasiklus ke siklus II meningkat sebesar 35.42%. Hasil belajar aspek pengetahuan dari prasiklus meningkat dari nilai rata-rata sebesar 72,85 meningkat menjadi 77,54, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 85.14. Jumlah siswa yang tuntas pada prasiklus sebanyak 17 siswa meningkat pada siklus I menjadi 26 siswa, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 36 siswa, dengan hasil belajar aspek pengetahuan prasiklus ke siklus II meningkat sebanyak 19 siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pembelajaran Discovery, dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar aspek pengetahuan siswa pada mata pelajaran ”memperbaiki sistem bahan bakar diesel”, siswa klas Kelas XII TKRB Semester V SMK Sakti Gemolong Sragen Tahun Pelajaran 2017/2018.

Implikasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan pembelajaran discovery dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar aspek pengetahuan mata pelajaran memperbaiki sistem bahan bakar diesel”, siswa klas Kelas XII TKRB Semester V SMK Sakti Gemolong Sragen Tahun Pelajaran 2017/2018, hal ini menunjukkan bahwa, jika pembelajaran dilakukan dengan menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning) dengan memilih model yang sesuai dengan materi pembelajaran, maka siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran, dan hal ini berdampak pada pemahaman materi pembelajaran dengan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamdani, M 2010.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Istarani 2011, 58 Model Pembelajaran Inovatif ( Referensi Guru Dalam Menentukan Model Pembelajaran). Medan: Media Persada

Prihandoko, Antonius Cahya. 2006. Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika Secara Benar dan Menarik. Jakarta: Depdiknas.

Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Rostiyah, 2008. Stategi Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Renika Cipta