Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Untuk Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR IPA
MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN PADA SISWA
KELAS VII C SEMESTER 2 TAHUN 2018-2019
Ali Murzaeni
SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal
ABSTRAKS
Tujuan Penelitian adalah meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mapel IPA materi pencemaran lingkungan dengan menggunakan pembelajaran Cooperatif Model Jigsaw pada siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal Semester 2 Tahun pelajaran 2018–2019. Hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang berlangsung dengan 2 siklus, penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-rata persentase aktivitas siswa pada kondisi awal sebesar 52%, setelah dilakukan tindakan pada siklus I sebesar 66% dan pada siklus II mencapai 70%. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan sebagaimana analisis nilai tes hasil belajar diketahui pada kondisi awal persentase ketuntasan belajar klaksikal sebesar 44%, pada siklus I sebesar 69% dan pada siklus II mencapai 81%. Saran untuk guru lain sebagai pendidik adalah perlunya menerapkan pembelajaran Cooperatif Model Jigsaw khususnya materi pelajaran yang sesuai seperti materi pencemaran lingkungan cukup signifikan. Atau bisa dengan menerapkan model atau media lain yang relevan, sebab pembelajaran dengan memanfaatkan model atau media pembelajaran semakin menarik sehingga berdampak pada hasil belajar.
Kata Kunci: Aktifitas, Hasil Belajar, Pencemaran lingkungan, Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw.
PENDAHULUAN
Di dalam UUD 1945 di sebutkan bahwa “Setiap Warga Negara berhak untuk mendapatkan pendidikan”. Berdasarkan UUD 45 tersebut maka dapat dikatakan anak sangatlah penting untuk mendapatkan pendidikan, anak menjadi tujuan utama bagi bangsa untuk mendapatkan pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut siswa sendiri harus mempunyai semangat yang tinggi untuk maju, maka siswa harus selalu berusahan untuk meningkatkan kreatifitasnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, guru dituntut untuk lebih professional maka guru dituntut terus berusaha mengembangkan dirinya. Dengan semakin meningkat profesionalnya, diharapkan guru pun lebih bisa membimbing anak didiknya menjadi lebih baik. Selain itu untuk menciptakan suasana pembelajaran dikelas lebih kondusif, guru juga harus bisa memfasilitasi hubungan yang baik antarsiswa dalam belajar. Dengan demikian kerja sama antarasiswa satu dengan yang lain dapat terbentuk dengan baik.
Pada kenyataannya kondisi siswa yang ada cukup berbeda dengan kondisi pendidikan yang diharapkan. Sebagian siswa diajak untuk maju mengalami kesulitan, siswa cenderung kurang adanya semangat untuk merubah diri menjadi lebih maju. Hal ini bisa dirasakan setiap pelaksanaan tatap muka dalam kegiatan belajar mengajar. Saat pelajaran berlangsung sebagian ada siswa yang tekun memperhatikan keterangan guru, mereka berusaha mengikuti keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru walaupun ada sebagian siswa yang kurang memperhatikan keterangan guru. Hal ini kemungkinan bisa diakibatkan oleh guru dalam menyampaikan pelajaran di kelas. Bisa dari segi media yang di sajikan kurang tepat ataupun strategi/cara-cara penerapan juga kurang tepat.
Identifikasi masalah yang dapat peneliti ambil adalah: (1) Guru dalam menyampaikan materi pelajaran dipandang masih kurang tepat, (2) Materi pelajaran tentang materi Pencemaran Lingkungan masih terlalu luas sehingga ada kendala pada siswa dalam memahami materi, (3) Pemakaian model pembelajaran yang kurang tepat untuk materi Pencemaran Lingkungan
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas disampaikan rumusan masalah sebagai berikut: (1) Apakah aktivitas belajar mata pelajaran IPA materi pencemaran menggunakan model Jigsaw pada siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal Semester 2 Tahun pelajaran 2018-2019 dapat meningkat? (2) Apakah hasil belajar mata pelajaran IPA materi pencemaran lingkungan menggunakan model Jigsaw pada siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal Semester 2 Tahun pelajaran 2018-2019 dapat meningkat? (3) Bagaimana pelaksanaan proses pembelajaran kooperatif dengan model Jigsaw berlangsung sebagai upaya meningkatkan Hasil Belajar IPA materi Pencemaran Lingkungan pada siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Pangkah Semester 2 Tahun pelajaran 2018-2019?
Berdasarkan identifikasi masalah dan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan: (1) Untuk meningkatkan aktivitas belajar IPA materi pencemaran lingkungan dengan menggunakan model Jigsaw pada siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal Semester 2 Tahun pelajaran 2018–2019. (2) Untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi pencemaran lingkungan dengan menggunakan model Jigsaw pada siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Pangkah Kabupaten Tegal Semester 2 Tahun pelajaran 2018–2019. (3) Untuk mengetahui pelaksanaan proses pembelajaran kooperatif learning model Jigsaw sebagai upaya meningkatkan Hasil Belajar IPA materi Pencemaran lingkungan pada siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Pangkah Semester 2 Tahun pelajaran 2018-2019.
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Hakikat Pembelajaran
Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Menurut Slameto (2003) dalam (Hamdani, 2011: 2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya.
Di sisi lain Bandura (1977) dalam Ratna Willis Dahar, (1996:28) menyebutkan bahwa sebagian besar belajar yang dialami manusia tidak dibentuk dari konsukuensi- konsukuensi, melainkan manusia itu belajar dari suatu model. Guru-guru olah raga mendemonstrasikan loncat tinggi, dan para siswa menirunya. Dari pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa pembelajaran yang dilakukan pada setiap jenjang pendidikan, apabila menginginkan hasil sesuai yang diharapkan maka sangat perlu adanya penerapan media pembelajaran yang sesuai. Media dipandang sebagai alat atau faktor yang bisa ikut menentukan keberhasilan dalam pembelajaran.
Pembelajaran Kooperatif
Menurut Hamdani (2011:30), pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Diterapkan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Bila ada tugas kelompok maka setiap anggota harus bekerja sama dan membantu. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai pelajaran. Maka pembelajaran terus berlangsung sampai semua anggota kelompok sudah paham dan mengerti.
Ketrampilan Kooperatif
Mempelajari materi juga mempelajari ketrampilan khusus yaitu: (1) Tingkat awal meliputi: kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran, partisipasi, menyelesaikan tugas dalam waktunya, menghormati perbedaan individu. (2) Tingkat menengah meliputi: penghargaan dan simpatik, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara dapat diterima, mendengarkan dengan arif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengorganisasi, mengurangi ketegangan, (3) Tingkat mahir dan berkompromi meliputi: mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan
Keaktifan Belajar
Salah satu unsur penting dalam keberhasilan proses pembelajaran terdapat pada keaktifan siswa. Menurut Nana Sudjana (2010:28) belajar merupakan proses yang aktif, apabila tidak dilibatkan dalam berbagai kegiatan belajar sebagai responsi siswa terhadap stimulus guru, tidak mungkin siswa dapat mencapai hasil yang dikehendaki. Untuk itu maka keaktifan siswa sangat dibutuhkan dalam belajar sebab keaktifan siswa dalam belajar juga ikut menentukan keberhasilan.
Disisi lain Nana Sudjana (2005:72) menyatakan bahwa keaktifan siswa dapat dilihat dari keikutsertaan siswa dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam memecahkan masalah, bertannya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi, berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah, melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal, serta menilai kemampuan diri sendiri dan hasil-hasil yang diperoleh.
Hasil Belajar
Hasil belajar siswa meliputi tiga aspek, yaitu: (1) Aspek afektif: penerimaan, partisipasi, penilaian, penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup (2) kognitif: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. (3) psikomotorik: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, gerakan penyesuaian dan kreatifitas.
Hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa. Hasil belajar sebagai prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan proses belajar dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan.
Hasil belajar IPA Materi Pencemaran
Hasil belajar IPA adalah hasil penilaian belajar siswa mengenai materi Pencemaran yang telah dicapai dan dinyatakan dalam bentuk nilai angka. Dan hal ini nilai diambil dari hasil ulangan yang diperoleh dan hasil ulangan ini dapat mencerminkan hasil yang telah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu atau dalam satu kompetensi dasar di dalam mata pelajaran IPA khususnya pada materi Pencemaran. Penilaian ini diambil pada kelas VII C SMP Negeri 3 Pangkah semester 2 Tahun Pelajaran 2018-2019.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai metode pembelajaran kooperatif. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Di sini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan interaksi aktif antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru maupun siswa dengan lingkungan belajarnya. Siswa belajar bersama-sama dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai materi yang sedang dipelajari.
Pembelajaran dengan kooperatif jigsaw siswa secara individual dapat mengembangkan keahliannya dalam satu aspek dari materi yang sedang dipelajari serta menjelaskan konsep dan keahliannya itu pada kelompoknya. Setiap anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif jigsaw mempelajari materi yang berbeda dan bertanggung jawab untuk mempelajari bagiannya masing-masing. Pembelajaran dengan kooperatif jigsaw diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Pada model pembelajaran tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Kerangka Berfikir
Pada kondisi awal pembelajaran materi Pencemaran dilakukan secara konvensional, hasil belajar yang diperoleh siswa masih kurang/rendah. Rendahnya hasil belajar IPA materi Pencemaran ini, guru berusaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII C pada Tahun Pelajaran 2018/2019 semester 2. Untuk mengatasi hal itu usaha yang dilakukan guru yaitu dengan melakukan langkah pendekatan pembelajaran kooperatif model Jigsaw.
Pembelajaran kooperatif model Jigsaw dilakukan peneliti dengan 2 siklus. Siklus I melalui pengamatan langsung pencemaran air dengan kelompok berjumlah 5 sampai 6 anak dengan 3 pertemuan yang diakhiri tes. Siklus II melalui pengamatan pencemaran udara dan tanah melalui gambar/LCD dengan kelompok berjumlah 3 sampai 4 anak dengan 3 pertemuan yang diakhiri tes.
Berkaitan dengan hal tersebut pembelajaran IPA materi Pencemaran melalui pembelajaran kooperatif model Jigsaw pada siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Pangkah semester 2 tahun ajaran 2018/2019 dapat meningkat.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang di ambil pada penelitian ini adalah: “Pembelajaran Kooperatif Learning model Jigsaw dapat meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA materi Pencemaran pada siswa klas VII C SMP Negeri 3 Pangkah Semester 2 Tahun Pelajaran 2018-2019“.
METODE PENELITIAN
Obyek Tindakan
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan mengambil obyek tindakan penelitian berupa hasil belajar mata pelajaran IPA materi Pencemaran Lingkungan pada siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Pangkah semester 2. Tahun Pelajaran 2018-2019. Penelitian pembelajaran kooperatif learning melalui Jigsaw peneliti berusaha untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA materi Pencemaran Lingkungan pada siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Pangkah semester 2. Peningkatan hasil belajar untuk setiap siswa apabila memperoleh hasil belajar sama atau di atas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal IPA materi Pencemaran Lingkungan sebesar 73 (KKM = 73).
Setting Lokasi Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMP Negeri 3 Pangkah, desa Grobog Kulon Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal Propinsi Jawa Tengah. Penelitian dilakukan sesuai jadwal KBM sehingga tidak mengganggu proses belajar mengajar. Penelitian oleh guru IPA yang sekaligus sebagai peneliti dan dibantu teman sejawat.
Setting Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian tindakan kelas dimulai bulan Januari s. d Juni 2019 dengan dua siklus. Siklus I bulan Maret 2019 dengan 3 kali tatap muka, diakhiri tes untuk mengambil nilai hasil belajar. Siklus II bulan Maret 2019 dengan 3 kali tatap muka, diakhiri tes untuk mengambil nilai hasil belajar.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Pangkah semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 32 siswa terdiri dari L = 18 anak dan P = 14 anak.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan empat teknik pengumpulan data, yaitu: Teknik Observasi/pengamatan, Teknik dokumentasi, Teknik Tes, dan Teknik catatan lapangan.
Analisis Data
Penelitian tindakan kelas ini ada dua jenis data yang penulis kumpulkan dan selanjutnya kedua jenis data tersebut dianalisa yaitu: (1) Data Hasil Belajar, (2) Data Hasil Observasi (Pengamatan).
Sumber Data
Data-data dalam penelitian ini yang akan dikumpulkan dan dikaji berupa: (1) Sumber data primer yang diperoleh dari siswa melalui tes tertulis, (2) Sumber data sekunder diperoleh dari hasil observasi dan dokumentasi.
Adapun bentuk data yang didapat dari penelitian ini adalah: “data kuantitatif merupakan data hasil belajar siswa yang diambil dengan cara memberikan tes kepada siswa setelah selesai tindakan“.
Indikator Kinerja
Indikator Keberhasilan penelitian ini dilakukan dengan cara: Meningkatnya hasil belajara individu siswa secara kognitif tiap siklus dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 73 dan ketuntasan klaksikal jika siswa yang tuntas mencapai 80% atau 26 siswa.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan 3 Siklus. Setiap siklus terdiri empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Hasil observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Analisis observasi terhadap keaktifan siswa pada pembelajaran kondisi awal diperoleh data sebagai berikut: semangat mengikuti pelajaran IPA sebanyak 18 anak (56%), partisipasi pada diskusi kelompok 16 anak (50%), memberikan pertanyaan 12 anak (38%), menanggapi pendapat kelompok lain 13 anak (41%), mengerjakan tugas 18 anak (56%), perhatian mengikuti pelajaran 17 anak (53%), bekerja berkelompok 18 anak (56%), aktif mengikuti pelajaran 20 anak (63%) dan rata-rata aktifitas siswa dalam pembelajaran kondisi awal sebanyak 16,5 anak (52%) dengan kriteria kurang aktif.
Kegiatan Pembelajaran
Pada awal pembelajaran perolehan nilai ulangan siswa masih banyak yang di bawah KKM yaitu antara 35 – 65 meskipun ada siswa yang memperoleh nilai sama atau di atas KKM. KKM yang telah ditetapkan untuk kompetensi materi Pencemaran Lingkungan adalah 73 artinya dari hasil ulangan masih banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar karena nilai masih di bawah KKM. Keadaan hasil belajar pra siklus bisa dilihat pada tabel 7 dimana hasil ulangan harian diberikan sebelum menggunakan tindakan kelas.
Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan bahwa dari jumlah siswa sebanyak 32 anak, terdapat 14 siswa atau 44% sudah tuntas dengan nilai sama atau lebih besar dari KKM. Sedangkan 18 siswa atau 56% siswa belum tuntas belajar karena mendapat nilai di bawah KKM yaitu antara 35–65. Nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 35 dengan nilai rata-rata adalah 65,47. Hal itu menunjukkan bahwa kelas VII C masih memerlukan usaha untuk meningkatkan nilai siswa agar tercapai ketuntasan baik secara individu maupun secara klaksikal.
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
Hasil Observasi Keaktifan Siswa
Analisis lembar observasi terhadap keaktifan siswa pada pembelajaran siklus I diperoleh data sebagai berikut: semangat mengikuti pelajaran IPA sebanyak 23 anak (72%), partisipasi pada diskusi kelompok 22 anak (69%), memberikan pertanyaan 17 anak (53%), menanggapi pendapat kelompok lain 17 anak (53%) mengerjakan tugas 21 anak (66%), perhatian mengikuti pelajaran 22 anak (69%), bekerja berkelompok 22 anak (69%), aktif mengikuti pelajaran 25 anak (78%) dan rata-rata aktifitas siswa dalam pembelajaran siklus I sebanyak 21 anak (66%) dengan kriteria cukup aktif.
Hasil Tindakan
Berdasarkan hasil Pembelajaran Siklus I di atas dapat dijelaskan bahwa kelas VII C dengan pembelajaran kooperatif model Jigsaw menunjukkan hasil yang cukup baik sebab ada peningkatan dari hasil ulangan siswa. Hasil yang dicapai siswa yang tuntas meningkat dengan hasil ulangan yang diperoleh sama atau di atas KKM sebanyak 22 anak atau 69%. Sedangkan anak yang belum tuntas berjumlah 10 anak atau 31%. Nilai tertinggi 85, nilai terendah 50 dengan nilai rata-rata mengalami peningkatan yaitu 74,06.
Ketuntasan baik secara individual maupun klaksikal belum tercapai sebab syarat minimal ketuntasan individual apabila belajar memperoleh nilai minimal 73 dan secara klaksikal memperoleh ketuntasan mencapai minimal 80%. Hasil yang dicapai pada siklus I belum mencapai ketuntasan klaksikal, selanjutnya perlu adanya tindak lanjut untuk mengatasi masalah tersebut.
Refleksi
Berdasarkan hasil nilai pada siklus I dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif model Jigsaw terdapat keuntungan dan kelemahan:
- Keuntungan: bisa meningkatkan hasil belajar IPA, kususnya untuk kompetensi dasar materi Pencemaran Lingkungan. selain itu semangat belajar siswa menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Dari segi partisipasi dalam bekerjasama dengan kelompok cukup baik. Hal ini sangat berdampak baik terhadap nilai hasil belajar walaupun belum sepenuhnya meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi selama pembelajaran dan ketuntasan belajar siswa yang semakin meningkat.
- Kelemahan: Walaupun dari hasil yang diperoleh baik secara individual namun secara klaksikal belum terpenuhi. Sebab nilai yang dicapai masih jauh di bawah syarat minimal ketuntasan secara klaksikal yaitu 80%. Maka untuk mencapai ketuntasan baik secara individual maupun klaksikal perlu ada pelaksanaan siklus II untuk perbaikan.
Deskripsi Hasil siklus II
Hasil Observasi Keaktifan Siswa
Analisis lembar observasi terhadap keaktifan siswa pada pembelajaran siklus II diperoleh data sebagai berikut: semangat mengikuti pelajaran IPA sebanyak 26 anak (81%), partisipasi pada diskusi kelompok 22 anak (69%), memberikan pertanyaan 18 anak (56%), menanggapi pendapat kelompok lain 20 anak (63%) mengerjakan tugas 21 anak (66%), perhatian mengikuti pelajaran 23 anak (72%), bekerja berkelompok 25 anak (78%), aktif mengikuti pelajaran 25 anak (78%) dan rata-rata aktifitas siswa dalam pembelajaran siklus II sebanyak 22,5 anak (70%) dengan kriteria cukup aktif
Berdasarkan hasil observasi pada siklus II dapat dikemukakan bahwa semua indikator yang digunakan untuk pelaksanaan observasi kegiatan pembelajaran mempunyai peran yang cukup besar dalam mengamati proses pembelajaran.
Hasil Tindakan
Berdasarkan laporan pengamatan, pelaksanaan siklus II dapat dijelaskan bahwa dari jumlah siswa kelas VII C sebanyak 32 anak terdapat 26 anak atau 81% anak sudah mencapai tuntas belajar karena nilai hasil tes sama atau lebih dari KKM. Sedangkan siswa sebanyak 6 anak atau 19% belum tuntas belajar karena nilai hasil tes masih di bawah KKM. Nilai tertinggi yang diperoleh 85 dan nilai terendah 55 dengan nilai rata-rata 75,47.
Dari hasil yang diperoleh pada pembelajaran siklus II dapat dikatakan berhasil karena pada pembelajaran siklus II hasil belajar mengalami peningkatan yang cukup baik. Meskipun masih ada siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Namun demikian ketuntasan baik secara individual maupun secara klaksikal dapat tercapai artinya ketuntasan belajar sudah terpenuhi.
Refleksi
Berdasarkan hasil nilai yang dipeoleh pada siklus II dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif model Jigsaw juga terdapat keuntungan dan kelemahan:
- Keuntungan: pembelajaran bisa meningkatkan hasil belajar IPA, kususnya untuk kompetensi dasar materi Pencemaran Lingkungan yang menyangkut materi kelanjutan. Semangat belajar siswa menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Anak cenderung lebih aktif dalam berdiskusi dan bekerjasama dengan kelompok. Hal ini berdampak cukup baik terhadap nilai hasil belajar sehingga banyak anak yang tuntas, walaupun masih ada sebagian kecil yang belum tuntas. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi selama pembelajaran dan ketuntasan belajar siswa yang semakin meningkat.
- Kelemahan: masih tetap ada sebagian kecil siswa yang belum mencapai ketuntasan dalam belajar, namun demikian hal itu masih bisa diusahakan untuk meningkatkan hasil belajarnya.
Pembelajaran pada siklus II hasil yang diperoleh baik secara individual maupun klaksikal menunjukkan hasil yang cukup baik, walaupun masih ada yang belum tuntas namun hanya sedikit. Jadi dapat diketahui hasil pembelajaran secara individual terpenuhi sebab anak yang nilainya memenuhi KKM cukup banyak yaitu 26 anak. Dan secara klaksikalpun terpenuhi karena hasil yang diperoleh mencapai 81% berarti target terpenuhi bahkan melebihi. Dengan demikian pembelajaran pada siklus II dengan pembelajaran kooperatif model Jigsaw meningkat dan tidak dilanjutkan.
Pembahasan Hasil Penelitian Antar Siklus
Deskripsi hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan mulai dari kondisi awal, siklus I, siklus II sebagaimana sudah diuraikan di atas dapat disampaikan perbandingan penelitian antarsiklus sebagai berikut:
Hasil Observasi Siswa Antar Siklus
Jumlah siswa yang melakukan aktifitas pembelajaran sesuai dengan delapan indikator observasi diperoleh rata-rata pada kondisi awal sebanyak 16 anak (52%), siklus I sebanyak 21 anak (66%), siklus II sebanyak 22 anak (70%). Pada Siklus I mengalami peningkatan sebesar 14% dibanding dengan kondisi awal. Sedangkan Siklus II mengalami peningkatan 4% dibanding dengan Siklus I.
Hasil Penelitian
Berdasarkan perolehan nilai pada tabel 16 antara Kondisi Awal, Siklus I dengan Siklus II maka dapat diperoleh ketuntasan belajar baik individual maupun klaksikal. Pada Kondisi Awal terdapat 14 anak yang tuntas belajar dan 18 anak belum tuntas belajar. Siklus I terdapat 22 anak yang tuntas belajar dan 10 anak belum tuntas belajar. Siklus II terdapat 26 anak yang tuntas belajar dan 6 anak belum tuntas belajar.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) dapat dijelaskan, awal pembelajaran diperoleh hasil tuntas 14 anak atau 44% dan belum tuntas 18 anak atau 56% dengan nilai rata-rata 65,47. Siklus I diperoleh hasil siswa yang tuntas belajar 22 anak atau 69% dan siswa belum tuntas belajar 10 anak atau 31% dengan rata-rata 74,06. Siklus II siswa yang tuntas belajar 26 anak atau 81% dan siswa belum tuntas belajar 6 anak atau 19% dengan rata-rata 75,47.
Hasil Observasi atau pengamatan diperoleh rata-rata pada kondisi awal 16 anak (52%), siklus I 21 anak (66%), siklus II 22 anak (70%). Pada Siklus I mengalami peningkatan sebesar 14% dibanding dengan kondisi awal. Sedangkan Siklus II mengalami peningkatan 4% dibanding dengan Siklus I. Dari hasil observasi yang diperoleh menunjukan adanya peningkatan keaktifan siswa dalam belajar IPA berlangsung. Siswa menjadi lebih bersemangat belajar untuk meraih nilai yang lebih baik. Secara keseluruhan pembelajaran yang berlangsung mulai dari kondisi awal, siklus I maupun siklus II terjadi peningkatan.
Saran
Berhubungan dengan simpulan hasil penelitian di atas, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model Jigsaw bisa dilakukan oleh guru pada materi Pencemaran Lingkungan ataupun bisa diterapkan pada konsep-konsep lain. Untuk itu guru bisa mencoba model pembelajaran ini walaupun konsep yang di ajarkan berbeda dan kondisi yang berbeda pula.
Namun alangkah bijaksana seandainya guru bisa dan selalu mencoba untuk menerapkan berbagai macam model pembelajaran yang ada karena semua model ataupun media pembelajaran sangat membantu pada pelaksanaan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, Atik dan David Indrianto. Implementasi model pembelajaran examples non examples. FKIP PGMI. IKIP PGRI SUMEDANG. 2010
Agus Suprijono. (2009). Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Budiono. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya. Karya Agung
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Hamdani, 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung. CV. Pustaka Setia
Hidayah Siti Nurul, Wahono Widodo, Fida Rachmadiarti. 2016. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
http://ainamulyana. blogspot. com/2012/01/. Diakses hari sabtu tgl 26 agustus 2017
Karim, Saeful. 2008. Belajar IPA Membuka Cakrawala alam Sekitar. Surakarta. CV. Putra Nugraha
Nana Sudjana. 2005. Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana. 2010. Cara belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Megajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Perum Balai Pustaka.
Ratna Willis Dahar. 1996. Teori-teori Belajar. Jakarta. Erlangga.
Rochiati Wiriaatmadja,2009. Metode PenelitianTindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Setiadarma, dkk. 2003. Mendidik Kecerdasan. Jakarta: Pustaka Popular Obor
Sukamto,1995. Panduan Penelitian Eksperimen. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.
Teguh Sugiyarto, Eny Ismawati. 2008. Ilmu Pengettahuan Alam untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: PUSATT PERBUKUAN Departemen Pendidikan nasional.
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Wijaya Kusumo, Dedi Dwitagama, 2009, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Rosdakarya.
https://idtesis. com/metode-pembelajaran-jigsaw-model-team-ahli/ diakse Tanggal 17 Januari 2019
https://dosenbiologi. com/lingkungan/macam-macam-pencemaran-lingkungan diakses Tanggal 29 Januari 2019