Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA
DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS VII D
SEMESTER II SMPN 2 SELOGIRI TAHUN 2013/2014
Riana Ari Darwanti
SMP Negeri 2 Selogiri Wonogiri
ABSTRAK
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah: Apakah pembelajaran kooperatif type Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas VII D semester II SMPN 2 Selogiri tahun 2013/2014? Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam belajar IPA melalui pembelajaran kooperatif type Jigsaw pada siswa kelas VII D semester II SMPN 2 Selogiri tahun 2013/2014. Penelitian dilaksanakan di SMPN 2 Selogiri Wonogiri. Subjek penelitian berjumlah 21 siswa yang berada di kelas VII D dengan pertimbangan bahwa keaktifan belajar siswa di kelas tersebut belum baik. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Lembar Observasi, dan Tes
Kata kunci: Jigsaw, Keaktifan Siswa, IPA
Pendahuluan
Selama ini, proses pembelajaran IPA Biologi pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Selogiri masih berpusat pada guru dan belum mampu melibatkan siswa untuk aktif dalam menemukan pemahaman tentang materi yang disampaikan guru, karena guru dalam menyampaikan materi hanya menggunakan metode ceramah. Proses pembelajaran seperti itu sangat membosankan dan kurang menarik perhatian siswa. Hal ini dapat dilihat pada saat pembelajaran biologi, sebagian besar siswa hanya mencatat apa yang disampaikan guru, itu saja masih ada yang sambil ngobrol dengan teman semeja. Kalau ini dibiarkan terus maka keaktifan siswa tidak akan meningkat bahkan akan semakin menurun, karena kalau hanya sekedar mencatat apa yang disampaikan guru didepan kelas, itu tidak akan membuat siswa untuk aktif dalam belajar, melainkan akan melakukan aktivitas lain selain belajar
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa diketahui beberapa penyebab permasalahan tersebut. Pertama, siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran tersebut dan pembelajaran lebih didominasi oleh guru. Kedua, siswa menginginkan bentuk aktivitas yang lebih seperti diskusi kelompok, dan praktek lapangan. Ketiga, guru belum menggunakan strategi dan media pembelajaran yang sesuai dan memadai, sehingga kurang menarik perhatian siswa.
Dengan fenomena semacam itu, melalui penelitian ini peneliti akan mencoba menerapkan model pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa yatu dengan menggunakan pembelajaran kooperatif.
Dari beberapa type model pembelajaran kooperatif, akan dipilih model pembelajaran kooperatif type Jigsaw, karena type Jigsaw merupakan tipe model pembelajaran kooperatif type Jigsaw tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan interaksi antara guru dan siswa, meningkatkan kerja sama, kreativitas, berpikir kritis serta ada kemauan membantu teman. Hal inilah yang memacu siswa untuk berpartisipasi aktif.
Perumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah model pembelajaran kooperatif type Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA Biologi pada siswa kelas VII D semester II SMP Negeri 2 Selogiri tahun pelajaran 2013/2014?
Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini yaitu Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar IPA Biologi melalui model pembelajaran kooperatif type Jigsaw pada siswa kelas VIII semester II SMP Negeri 2 Selogiri tahun pelajaran 2013/2014, Untuk meningkatkan prestasi belajar IPA Biologi melalui model pembelajaran kooperatif type Jigsaw pada siswa kelas VIII semester II SMP Negeri 2 Selogiri tahun pelajaran 2013/2014. Manfaat dari penelitian tindakan kelas ini yaitu Menemukan teori / pengetahuan baru dalam meningkatkan minat dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA Biologi melalui model pembelajaran kooperatif type Jigsaw.
Kajian Teori
Keaktifan Siswa dalam Belajar IPA
Belajar menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991) didefinisikan sebagai berikut, “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat memecah permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (Martinis, 2007;77).
Keaktifan siswa sangat diperlukan dalam belajar. Karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku. Jadi dalam belajar siswa harus melakukan kegiatan, dengan kata lain siswa harus beraktiitas. Jika siswa tidak melakukan aktivitas selama pembelajaran maka siswa tersebut belum dikatakan belajar.
Indikator Keaktifan siswa yang relevan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat.
b. Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran (menyelesaikan tugas mandiri atapun tugas kelompok)
c. Interaksi siswa dalam mengikuti diskusi kelompok
d. Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran
e. Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran / kerja kelompok
f. Partisipasi siswa dalam pembelajaran / memperhatikan, ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru.
Indikator keaktifan siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. tidak memperhatikan penjelasan guru
b. mengobrol dengan teman pada waktu pembelajaran.
c. mengerjakan tugas lain
d. tidak konsentrasi, melamun, termenung sendiri
Pembelajaran Kooperatif JIGSAW
Model Pembelajaran Tipe Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Elliot Aronson dan teman teman di Universitas Texas pada tahun kurun waktu 1971 sampai 1978. Mereka mengembangkan model tersebut berdasarkan karakteristik kelas yang sangat heterogen dari segi latar belakang sosial. Menurut Mel Siberman (2007: 168) â€Jigsaw Learning merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik pertukarandari kelompok ke kelompok (group to group exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan sesuatuâ€. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 orang. Anggota kelompok berkomposisi heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari. Bagian materi yang sudah tuntas dipelajari siswa kemudian disajikan kepada kelompok asal. Seorang guru dapat menerapkan jigsaw dengan 10 langkah yang mudah yaitu:
1) membagi siswa secara berkelompok yang terdiri dari 3- 6 siswa yang heterogen dari jenis kelamin, suku, ras dan kemampuan.
2) Menunjuk seorang siswa dari setiap kelompok sebagai pemimpin.
3) Membagi materi menjadi 3 – 8 bagian.
4) Setiap siswa harus mempelajari satu bagian materi yang diberikan pada mereka
5) Memberi waktu pada setiap siswa untuk membaca materi bagian mereka sekurang-kurangnya dua kali sehingga materi terkuasai. Hal ini tidak mengharuskan mereka menghafal.
6) Membentuk “kelompok ahli†yang setiap anggotanya berasal dari kelompok asal dengan bagian materi yang sama.
7) Membawa siswa kembali pada kelompok asal mereka.
8) Setiap siswa mempersentasikan materi bagiannya yang telah dibahas dalam kelompok ahli kepada kelompok asal mereka.
9) Dari satu kelompok ke kelompok lain selalu diobservasi prosesnya. Jika ada kelompok yang bermasalah, maka guru perlu mengintervensi kelompok tersebut agar siswa berperan sesuai proposi masing-masing.
10) Di akhir sesi, memberikan kuis pada semua siswa secara individu tentang materi yang telah mereka pelajari dalaam kelompok secara keseluruhan.
Kerangka Berfikir
Pembelajaran IPA selama ini yang hanya menggunakan metode ceramah sangatlah membosankan yang mengakibatkan kurangnya aktivitas dan partisipasi siswa dalam belajar IPA. Pembelajaran semacam itu tidak akan berdampak baik bagi peningkatan prestasi belajar siswa. Untuk itu diperlukan inovasi atau strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa yang nanti berdampak juga bagi meningkatnya prestasi belajar siswa. Salah satu strategi pembelajaran yaitu dengan menggunakan pembelajaran kooperatif yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pada penelitian tindakan kelas ini direncanakan 2 siklus dan akan menggunakan Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Kelas VII D yang terdiri dari 21 siswa akan dibagi menjadi 7 kelompok asal yang masing-masing terdiri dari 3 anggota dan akan dibentuk menjadi 3 Kelompok Ahli. Masing masing anngota dalam kelompok asal di beri tanggung jawab untuk mendiskusikan masalah yang diberikan guru dalam kelompok ahli. Setelah masalah tersebut selesai didiskusikan, anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untuk mempresentasikan/ menginformasikan hasil diskusikan kepada anggota lain dalam kelompok asal
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir tersebut di atas di ajukan hipotesis tindakan yaitu “Melalui model pembelajaran kooperatif type Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA Biologi bagi siswa kelas VII D semester II SMP Negeri 2 Selogiri Tahun Pelajaran 2013/2014â€
Metode Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Selogiri yang merupakan tempat bertugas peneliti sebagai guru IPA di sekolah tersebut. Penelitian tindakan ini di laksanakan selama 4 bulan yaitu tanggal 6 Januari 2014 sampai dengan tanggal 3 Mei 2014. Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru SMP Negeri 2 Selogiri. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah kelas VII D. Siswa kelas tersebut berjumlah 21 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan PTK. Menurut Zainal Aqib (2006) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Prosedur PTK menurut Kurt Levin (1990) yaitu perencanaan, aksi atau tindakan, observasi dan refleksi.
Teknik pengumpulan data meliputi obesrvas dan test. Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Observasi dilaksanakan kepada siswa secara langsung yang berarti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap keaktifan siswa selama pembelajaran. Observasi terhadap guru yaitu pengamatan secara langsung terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas. Tes di gunakan untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar hasil belajar IPA, mengukur keberhasilan dan efisiensi pembelajaran yang di lakukan serta seberapa jauh siswa menyerap materi pelajaran yang telah disampaikan.
Teknik analisa data menggunakan teknik analisis kritis. Teknik analisis ini mencakup kegiatan untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis. Indikator kinerja dari penelitian adalah:
a. Peningkatan skor keaktifan siswa (kondisi awal/sebelum penelitian skor keaktifan adalah 40 ( Kurang), setelah siklus I skor keaktifan adalah 60 (sedang), setelah siklus II skor keaktifan adalah 75 ( baik).
b. Peningkatan hasil belajar ( kondisi awal/sebelum penelitian hanya ada 30% siswa yang tuntas, setelah siklus I ada 70% siswa yang tuntas, setelah siklus II ada 85% siswa yang tuntas)
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Deskripsi Awal
Dari hasil observasi tentang keaktifan siswa, dan ulangan harian diperoleh data sebagai berikut:
Aspek |
Skor Keaktifan |
Nilai UH |
Rata-rata |
49 |
69 |
Nilai / skor Maksimum |
64 |
85 |
Nilai / skor Minimum |
33 |
40 |
Variansi |
119,75 |
152,86 |
Simpangan Baku |
10,943 |
12,364 |
Banyaknya siswa yang tuntas belajar |
8 siswa |
|
Banyaknya siswa yang belum tuntas belajar |
13 siswa |
|
Prosentase siswa yang sudah tuntas belajar |
38,10% |
Tabel 1. Rangkuman Data Keaktifan Siswa dan Nilai UH Pada Kondisi Awal
Deskripsi Siklus I
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer didapatkan bahwa sebagian besar siswa sudah semakin aktif dalam proses pembelajaran. Dari hasil observasi Keaktifan siswa dalam belajar IPA dan ulangan harian pada siklus I diperoleh data sebagai berikut:
Aspek |
Skor Keaktifan |
Nilai Ulangan Harian |
Rata-rata |
61 |
77 |
Nilai / skor Maksimum |
72 |
85 |
Nilai / skor Minimum |
48 |
70 |
Variansi |
60,26 |
14,89 |
Simpangan Baku |
7,763 |
3,859 |
Banyaknya siswa yang tuntas belajar |
18 siswa |
|
Banyaknya siswa yang belum tuntas belajar |
3 siswa |
|
Prosentase siswa yang sudah tuntas belajar |
85,71% |
Tabel 2. Rangkuman data Keaktifan Siswa dan Nilai UH Pada
Deskripsi Siklus II
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer didapatkan bahwa sebagian besar siswa sudah semakin aktif dalam proses pembelajaran. Dari hasil observasi Keaktifan siswa dalam belajar IPA dan ulangan harian pada siklus II diperoleh data sebagai berikut:
Aspek |
Skor Keaktifan |
Nilai Ulangan Harian |
Rata-rata |
75 |
82 |
Nilai / skor Maksimum |
84 |
95 |
Nilai / skor Minimum |
62 |
75 |
Variansi |
28,85 |
26,23 |
Simpangan Baku |
5,371 |
5,122 |
Banyaknya siswa yang tuntas belajar |
21 siswa |
|
Banyaknya siswa yang belum tuntas belajar |
0 siswa |
|
Prosentase siswa yang sudah tuntas belajar |
100% |
Tabel 3. Rangkuman Data Keaktifan Siswa dan Nilai UH Pada Siklus II
Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
Perbandingan Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA pada kondisi awal, siklus I dan siklus II dipaparkan seperti pada tabel di bawah ini ini.
Aspek |
Kondisi Awal |
Siklus I |
Siklus II |
Keaktifan Siswa |
49 ( kurang) |
61 (sedang ) |
75 ( baik) |
Tabel 4. Deskripsi data Keaktifan siswa dalam balajar IPA
Perbandingan perolehan nilai hasil belajar siswa pada tiap siklus tindakan dipaparkan seperti pada tabel dan grafik di bawah ini.
No |
Hasil Tes |
Kondisi Awal |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Rata-rata |
69 |
77 |
82 |
2 |
Nilai Tertinggi |
85 |
85 |
95 |
3 |
Nilai Terendah |
40 |
70 |
75 |
4 |
Ketuntasan |
38,1% |
85,71% |
100% |
Tabel 5. Deskripsi data hasil penelitian tindakan kelas
Hasil Penelitian
Pembelajaran IPA dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Type Jigsaw yang dilaksanakan guru telah mampu menumbuhkan dan meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar IPA, serta berdampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa VII D SMP Negeri 2 Selogiri.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Model Pembelajaran Kooperatif Type Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar IPA kelas VII A SMP Negeri 2 Selogiri Tahun pelajaran 2013/2014.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Type Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar IPA kelas VII A SMP Negeri 2 Selogiri Tahun pelajaran 2013/2014
Implikasi
1. Keaktifan siswa dalam belajar IPA mengalami peningkatan setelah dilakukan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Type Jigsaw
2. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kemampuan dan keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat dalam diskusi kelompok diketahui bahwa kemampuan tersebut dapat ditingkatkan dengan memberikan motivasi yang tepat kepada siswa
3. Prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPA ternyata cukup baik. Hal ini mengimplikasikan bahwa keaktifan siswa yang baik terhadap pembelajaran IPA dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Saran
1. Guru hendaknya meningkatkan kemampuan mengajar dengan mempergunakan berbagai metode dan media belajar yang berbeda-beda, sehingga proses belajar mengajar di dalam kelas dapat berlangsung secara menarik dan menyenangkan.
2. Dalam kegiatan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Type Jigsaw guru harus lebih memotivasi siswa dan siswa dituntut untuk aktif sehingga terjalin komunikasi yang baik antar siswa maupun guru dengan siswa
3. Guru hendaknya dalam pemberian motivasi dilakukan dengan benar, misalnya pemberian penghargaan disarankan untuk memperhatikan kondisi dan situasi
4. Siswa dibiasakan untuk belajar kelompok dalam menyelesaikan masalah atau tugas tertentu bagi keberhasilan belajarnya.
5. Siswa perlu dilatih untuk berani mengemukakan pendapat di depan teman-temannya dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat/idenya
Daftar Pustaka
Abu Ahmadi & Widodo S. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Aqib, Zainal 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: PT. Yrama Widya
Levin, Kurt. 1990. “ Action Research and Minority Problems†3rd ed. Victoria: Deakin University
Martinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.
MeL Siberman. 2007. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Pengantar Komarudin Hidayat. Yogyakarta. Pustaka Insan Madani.