PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA

DALAM PEMBELAJARAN LIMIT FUNGSI

MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TYPE STAD

PADA SISWA KELAS XI IPS.2 SEMESTER II SMAN 1 BULU

TAHUN 2013/2014

 

Ali Sahadi

SMA Negeri 1 Bulu Kabupaten Sukoharjo

 

ABSTRAK

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah: Apakah pembelajaran kooperatif type Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran Limit Fungsi pada siswa kelas XI IPS.2 semester II SMA Negeri 1 Bulu tahun 2013/2014? Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam belajar SPLDV melalui pembelajaran kooperatif type STAD pada siswa kelas XI IPS.2 semester II SMA Negeri 1 Bulu tahun 2013/2014. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bulu Sukoharjo. Subjek penelitian berjumlah 30 siswa yang berada di kelas XI IPS.2 dengan pertimbangan bahwa keaktifan belajar siswa di kelas tersebut belum baik. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Lembar Observasi, dan Tes.

Kata kunci: STAD, Keaktifan Siswa, Matematika

 

Pendahuluan

Pembelajaran yang dilakukan guru matematika SMA Negeri 1 Bulu selama ini masih sangat konvensional dengan menggunakan metode ceramah. Pembelajaran matematika seperti itu cenderung membuat siswa merasa bosan dan kurang aktif. Selama proses perolehan konsep, siswa lebih banyak menyimak dan mendengarkan informasi dari guru. Ketika guru memberikan contoh soal, mereka memperhatikan dengan seksama. Nampaknya semua siswa sangat memahami langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah. Tetapi ketika guru memberi soal yang lain, mereka nampak mengalami kesulitan. Mereka seolah-olah merasa asing dengan soal yang diberikan gurunya. Hasil pengamatan peneliti terhadap nilai mata pelajaran matematika untuk beberapa pokok bahasan yang berbeda di kelas XI IPS adalah sebagai berikut. Siswa yang memperoleh nilai di atas 85 ada 10%, yang memperoleh nilai antara 73 s/d 84 ada 30%, dan siswa yang nilainya kurang dari 73 ada 60%. Setelah kami analisis, ternyata siswa-siswa yang memperoleh nilai tinggi adalah siswa-siswa yang keaktifan di kelasnya cukup tinggi. Sedangkan siswa-siswa yang nilainya rendah, keaktifan dikelasnya juga rendah. Keaktifan yang dimaksud meliputi aktivitas memperhatikan penjelasan guru, bertanya pada hal-hal yag kurang jelas, menjawab pertanyaan baik dari guru maupun dari siswa, memberikan komentar dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menjadi pilihan karena pembelajaran ini dirancang untuk meningkatkan keaktifan dan motivasi belajar siswa, karena kelas dirancang sedemikian rupa agar terjadi interaksi positif antar siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan, baik bagi siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Model pembelajaran kooperatif ini memiliki beberapa tipe, yaitu Student Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw, Investigasi Kelompok, dan Pendekatan Structural. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD), karena tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan guru pengajar belum pernah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini. Perumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah pembelajaran kooperatif type STAD dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran limit fungsi pada siswa kelas XI IPS.2 semester II SMAN 1 Bulu tahun 2013/2014?”

Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini yaitu untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar limit fungsi melalui pembelajaran kooperatif type STAD pada siswa kelas XI IPS.2 semester II SMAN 1 Bulu tahun 2013/2014, untuk meningkatkan prestasi belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif type STAD pada siswa kelas XI IPS.2 semester II SMAN 1 Bulu tahun 2013/2014. Manfaat dari penelitian tindakan kelas ini yaitu menemukan pengetahuan baru dalam meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran limit fungsi melalui pembelajaran kooperatif type STAD.

Kajian Teori

Keaktifan Siswa dalam Belajar Matematika

Belajar adalah suatu aktivitas atau kegiatan untuk memperoleh pengetahuan atau menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan suatu hal yang baru dan menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Namun demikian, materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan, yaitu: materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi matematika.

Di dalam diri seseorang terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif inilah yang mengendalikan perilaku siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat memecah permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (Martinis, 2007;77).

Mc. Keachie (dalam Dimyati, 2002;119) mengemukakan 6 Aspek terjadinya keaktifan siswa;

1.     Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.

2.     Tekanan pada aspek apektif dalam belajar.

3.     Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa.

4.     Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar.

5.     Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran.

6.     Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pembelajaran.

Indikator keaktifan siswa dalam belajar matematika pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.   menjawab pertanyaan dari teman / guru dengan baik dan benar

2.   mau bertanya tentang hal-hal yan sulit

3.   mampu berinteraksi dengan teman lain

4.   tidak acuh tak acuh terhadap pembelajaran

5.   konsentrasi dalam pelajaran

6.   bersungguh-sungguh dalam mengerjakan latihan soal.

Pembelajaran Kooperatif STAD

Pembelajaran kooperatif type STAD (Student Teams Achievement Divisions) dikembangkan oleh Slavin dkk. Langkahlangkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

1.       Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

2.       Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga akan diperoleh skor awal.

3.       Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa dengan kemampuan yang berbedabeda (tinggi, sedang dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.

4.       Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD, biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi (Slavin, 1995).

5.       Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

6.       Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.

7.       Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

Kerangka Berfikir

Pembelajaran matematika di SMA Negeri 1 Bulu selama ini, guru masih menggunakan metode ceramah, dan guru belum menggunakan model pembelajaran kooperatif yang berpusat pada siswa, sehingga hasilnya keaktifan siswa sangat kurang dan pembelajaran masih didominasi oleh guru. Sehingga berdampak pada hasil/prestasi belajar yang masih rendah juga.

Untuk mengatasi permasalahan keaktifan tersebut, peneliti mencoba mengambil tindakan yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu model pembelajaran dengan menerapkan diskusi kelompok yang terdiri dari anggota yang heterogen, ada yang pandai, ada yang kurang pandai, dimana siswa yang pandai nantinya mengajari temannya yang kurang pandai dalam memahami konsep konsep yang akan dipelajari. Kelompok diskusi tersebut menjadi sebuah tim kerja siswa dalam memecahkan masalah yang satu sama lain saling membantu, saling mengisi kekurangan yang ada.

Diharapkan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar matematika khususnya belajar Limit Fungsi dan berdampak pada meningkatnya prestasi belajar matematika

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir tersebut di atas di ajukan hipotesis tindakan yaitu “Melalui pembelajaran kooperatif type STAD dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran Limit Fungsi bagi siswa kelas XI IPS.2 semester II SMA Negeri 1 Bulu Tahun 2013/2014”

Metode Penelitian

Penelitian tindakan ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bulu yang merupakan tempat bertugas peneliti sebagai guru matematika di sekolah tersebut. Penelitian tindakan ini di laksanakan selama 5 bulan yaitu tanggal 6 Januari 2014 sampai dengan tanggal 2 Mei 2014. Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru SMA Negeri 1 Bulu. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah kelas XI IPS.2. Siswa kelas tersebut berjumlah 30 siswa, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Sementara itu, guru yang dijadikan subjek penelitian ini guru matematika SMA Negeri 1 Bulu yang bernama Ali Sahadi, S.Pd.

Teknik pengumpulan data meliputi obesrvas dan test. Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Observasi dilaksanakan kepada siswa secara langsung yang berarti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap keaktifan siswa selama pembelajaran. Observasi terhadap guru yaitu pengamatan secara langsung terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas. Tes di gunakan untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar hasil belajar Limit Fungsi siswa, mengukur keberhasilan dan efisiensi pembelajaran yang di lakukan serta seberapa jauh siswa menyerap materi pelajaran yang telah disampaikan. Tes ini dilakukan pada akhir siklus setelah proses pembelajaran selesai. Setiap soal yang dikerjakan oleh siswa dianalisis dan nilai dari setiap soal digabung untuk mendapatkan nilai keseluruhan. Teknik analisa data menggunakan teknik analisis kritis. Teknik analisis ini mencakup kegiatan untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis. Indikator kinerja dari penelitian adalah:

a)    Peningkatan keaktifan siswa ( kondisi awal/sebelum penelitian ada 30% siswa keaktifan belajarnya baik, setelah siklus I ada 70% siswa keaktifan belajarnya baik, setelah siklus II ada 85% siswa keaktifan belajarnya baik)

b)    Peningkatan hasil belajar ( kondisi awal/sebelum penelitian ada 30% siswa yang tuntas, setelah siklus I ada 60% siswa yang tuntas, setelah siklus II ada 80% siswa yang tuntas)

Penelitian ini menggunakan pendekatan PTK. Menurut Zainal Aqib (2006) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Prosedur PTK menurut Kurt Levin (1990) yaitu perencanaan, aksi atau tindakan, observasi dan refleksi. Pada Penelitian ini, berlangsung 2 siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Deskripsi Awal

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer didapatkan data keaktifan siswa kelas XI IPS 2 pada tabel 1. di bawah ini:

NO

Keaktifan Siswa

Jumlah

Ya

Tidak

1

Memperhatikan Penjelasan dari Guru

14 ( 46,7%)

16 (53,3%)

2

Menjawab Pertanyaan dari Teman/ Guru dengan baik dan benar

8 (26,3%)

22 ( 73,3%)

3

Mau bertanya hal-hal yang sulit

12 ( 40%)

18 (60%)

4

Mampu berinteraksi dengan teman lain / Diskusi dengan teman semeja

9 (30%)

21 (70%)

5

Acuh tak acuh terhadap pembelajaran

13 (43, 3%)

17 (56, 7%)

6

Konsentrasi dalam pelajaran

8 (26, 3%)

22 (73,3%)

7

Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan latihan soal

13 (43, 3%)

17 (56, 7%)

Rata-rata Keaktifan

39%

Tabel 1. Keaktifan Siswa Kelas XI IPS.2 Pada Kondisi Awal

Kemudian dari hasil postest diperoleh data bahwa dari 30 siswa, yang memperoleh nilai lebih dari KKM (73) baru 9 siswa atau 30% sedangkan 21 siswa atau 70% memperoleh nilai kurang dari KKM dengan nilai rata-rata kelas hanya 66,4

Deskripsi Siklus I

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer didapatkan data sebagai berikut:

NO

Keaktifan Siswa

Jumlah

Ya

Tidak

1

Memperhatikan Penjelasan dari Guru

25 ( 83,3%)

5 (16,7%)

2

Menjawab Pertanyaan dari Teman/ Guru dengan baik dan benar

21 (70%)

9  ( 30%)

3

Mau bertanya hal-hal yang sulit

19 ( 63,3%)

11 (36,7%)

4

Mampu berinteraksi dengan teman lain / Diskusi dengan teman semeja

21 (70%)

9 (30%)

5

Acuh tak acuh terhadap pembelajaran

6 (20%)

24 (80%)

6

Konsentrasi dalam pelajaran

20 (66,7%)

10 (33,3%)

7

Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan latihan soal

21 (70%)

9  (30%)

Rata-rata Keaktifan

72%

Tabel 2. Keaktifan Siswa Kelas XI IPS.2 Pada Siklus I

Kemudian dari hasil postest dapat dilihat bahwa dari 30 siswa, yang memperoleh nilai lebih dari KKM (73) baru 20 siswa atau 66,67% sedangkan 10 siswa atau 33,33% memperoleh nilai kurang dari KKM dengan nilai rata-rata kelas 72,90. Kelompok yang memperoleh nilai rata-rata terbaik yaitu kelompok V dengan nilai rata-rata 89,00, sedangkan nilai terbaik secara individual diperoleh oleh Ambar Dewakrisnani dari kelompok IV dan Anggi Asnain Nurjanah dari kelompok V. Dalam hal ini, peneliti memberikan penghargaan/ kenang-kenangan /reward yang mampu menambah motivasi belajar siswa.

Deskripsi Siklus II

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer didapatkan data sebagai berikut:

NO

Keaktifan Siswa

Jumlah

Ya

Tidak

1

Memperhatikan Penjelasan dari Guru

27

( 90%)

3

(10%)

2

Menjawab Pertanyaan dari Teman/ Guru dengan baik dan benar

27

(90%)

3

( 10%)

3

Mau bertanya hal-hal yang sulit

24

( 80%)

6

(20%)

4

Mampu berinteraksi dengan teman lain / Diskusi dengan teman semeja

24

(80%)

6

(20%)

5

Acuh tak acuh terhadap pembelajaran

0

(0%)

30

(100%)

6

Konsentrasi dalam pelajaran

27

(90%)

3

(10%)

7

Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan latihan soal

27

(90%)

3

(10%)

Rata-rata Keaktifan

87%

Tabel 3. Keaktifan Siswa Kelas XI IPS.2 Pada Siklus II

Kemudian dari hasil posttest dapat dilihat bahwa dari 30 siswa, 25 siswa (83,3%) memperoleh nilai lebih dari KKM (73) sedangkan 5 siswa atau 1,67% memperoleh nilai kurang dari KKM dengan nilai rata-rata kelas 81,57. Kelompok yang memperoleh nilai rata-rata terbaik yaitu kelompok II dengan nilai rata-rata 82,67, sedangkan nilai terbaik secara individual diperoleh oleh 4 siswa yaitu Anita, Ambar, Intan dan Anggi dengan memperoleh nilai 100. Dalam hal ini, peneliti memberikan penghargaan/ kenang-kenangan /reward yang mampu menambah motivasi belajar siswa.

Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Perbandingan keaktifan siswa dalam pembelajaran Matematika pada kondisi awal, siklus I dan siklus II dipaparkan seperti pada tabel dan gambar di bawah ini.

NO

Indikator Keaktifan Siswa

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

1

Siswa memperhatikan Penjelasan dari Guru

14

25

27

2

Siswa menjawab Pertanyaan dari Teman/ Guru dengan baik dan benar

8

21

27

3

Siswa mau bertanya hal-hal yang sulit

12

19

24

4

Siswa mampu berinteraksi dengan teman lain / Diskusi dengan teman semeja

9

21

24

5

Siswa acuh tak acuh terhadap pembelajaran

13

6

0

6

Siswa berkonsentrasi dalam pelajaran

8

20

27

7

Siswa bersungguh-sungguh dalam mengerjakan latihan soal

13

21

24

Tabel 4. Deskripsi data keaktifan siswa dalam balajar matematika

Perbandingan perolehan nilai hasil belajar siswa pada tiap siklus tindakan dipaparkan seperti pada tabel dan grafik di bawah ini.

No

Hasil Tes

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

1

Rata-rata

66,40

72,90

81,57

2

Ketuntasan

30%

66,7%

83,3%

3

Nilai Tertinggi

85

100

100

4

Nilai Terendah

45

30

65

Tabel 5. Deskripsi data hasil penelitian tindakan kelas

Hasil Penelitian

Pembelajaran Matematika dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang dilaksanakan guru telah mampu menumbuhkan dan meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar Matematika, serta berdampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa XI IPS.2 SMA Negeri 1 Bulu. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan indikator indikator yang ada.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1.     Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar matematika kelas XI IPS.2 SMA Negeri 1 Bulu.

2.     Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika kelas XI IPS.2 SMA Negeri 1 Bulu.

Saran

1.         Guru hendaknya meningkatkan kemampuan mengajar dengan mempergunakan berbagai metode dan media belajar yang berbeda-beda.

2.         Dalam kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD guru harus lebih memotivasi siswa dan siswa dituntut untuk aktif

Daftar Pustaka

Aqib, Zainal 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: PT. Yrama Widya

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Levin, Kurt. 1990. “ Action Research and Minority Problems” 3rd ed. Victoria: Deakin University

Martinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.

Nur dkk.(2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Press