PENERAPAN PEMBELAJARAN METODE INKUIRI

DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS X.3 SMA NEGERI 1 WERU PADA SEMESTER 2

TAHUN PELAJARAN 2006/2007

 

B. Subandriyo

SMA Negeri 1 Weru, Sukoharjo

 

ABSTRAKSI

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar matematika melalui pembelajaran metode inkuiri dan meningkatkan keterlibatan siswa lebih aktif melalui pembelajaran metode inkuiri pada siswa kelas X.3 SMA Negeri 1 Weru pada semester 2 Tahun Pelajaran 2006/2007 . Metode yang digunakan ini adalah metode penelitian tindakan kelas, dengan tiga siklus dan empat langkah meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Setting penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari 2007 sampai bulan Juni 2007 dengan subjek penelitian siswa kelas X.3 SMA Negeri 1 Weru Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2006/2007 terdiri 38 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes untuk instrumen prestasi belajar matematika dan pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.Teknik analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil tes prestasi belajar matematika antar siklus dan pengamatan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Dari hasil penelitian tindakan kelas dapat dikatakan bahwa (a) melalui pembelajaran metode inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar matematika (b) melalui pembelajaran metode inkuiri dapat meningkatkan keterlibatan siswa lebih aktif di kelas X.3 SMA Negeri 1 Weru pada semester 2 tahun 2006/2007.

Kata kunci: inkuiri, prestasi belajar

 

Pendahuluan

Berbagai upaya meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka menghasilkan lulusan yang bekualitas terus diupayakan pemerintah, upaya itu dilakukan baik melalui peningkatan kompetensi pendidik/guru, melalui penataran-penataran, pelatihan, workshop ataupun kajian–kajian teori pendidikan, namun fakta menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan. Oleh karena itu ketertinggalan mutu pendidikan harus disikapi dengan menyadari, memahami serta mengetahui kekurangan, kelemahan atau kekeliruan yang terjadi pada dunia pendidikan. Peningkatan kualitas perlu didukung oleh sumber daya manusia yang memadai, sehingga akan tercipta keterpaduan antara peralatan dan sumber daya manusia sebagai pemakai dan pengendali. Namun ironisnya memiliki mutu pendidikan yang relatif rendah.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat sulit untuk dipahami oleh siswa pada setiap jenjang sekolah, hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar yang dicapai sebagian besar siswa. Berikut disajikan prestasi belajar matematika yang diperoleh siswa pada ulangan umum semester I dan II dari tahun 2002/2003 sampai 2004/2005, seperti yang tertera di dalam Tabel 1. Nilai Rata-Rata Ulangan Umum Semester (UUS) I dan II Murni Kelas I Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Sukoharjo.

Tabel 1. Nilai Rata-Rata Ulangan Umum Semester (UUS) I dan II Murni  Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Sukoharjo.

 

Tahun 2003/2004

Tahun 2004/2005

Tahun 2005/2006

Kelas

SMT I

SMT II

SMT I

SMT II

SMT I

SMT II

I (X)

4.05

4.95

4.56

4.60

4.44

4.73

II (XI)

5.23

5.56

5.00

5.05

5.66

5.52

III.IPA

5.72

5.07

5.66

5.67

5.66

5.40

Sumber: Data MKKS SMA Kabupaten Sukoharjo

 

Dari tabel tersebut menunjukan bahwa nilai rata-rata masih dibawah daya serap yang dipersyaratkan ( rata-rata 6.50 ). Salah satu faktor penyebab rendahnya prestasi belajar matematika, diantaranya dalam pembelajaran matematika baik di dalam maupun di luar kelas (di rumah ), siswa merasa sikap kurang percaya diri dan selalu berusaha mengetahui hasil kerja teman lain pada saat menerima tugas dari guru, baik tugas-tugas itu berupa pemahaman konsep, pendalaman materi, pelatihan, pengayaan maupun pekerjaan rumah. Keragu-raguan dan kurangnya percaya diri siswa terhadap hasil kerja sendiri disebabkan karena adanya penguasaan konsep terhadap materi pelajaran rendah. Sejalan dengan itu ada beberapa kemungkinan penyebab timbulnya keragu-raguan dan rasa kurang percaya diri siswa dalam melaksanakan tugas-tugas belajar adalah sebagai berikut: 1) Kurangnya kemampuan memahami konsep diri, 2) Siswa memperoleh hasil yang rendah, 3) Takut yang dilakukan mendapat tanggapan kurang baik, 4) Kurang komunikasi antara siswa maupun dengan guru, 5) Kurang motivasi dari guru. Adapun penyebab yang berasal dari guru antara lain: 1) Struktur pengajaran matematika kurang tepat/menarik, 2) Bersikap otoriter, 3) Tidak pernah memberikan penghargaan (pujian) kepada siswa yang telah melaksanakan tugas dengan baik. 4) Masa bodoh terhadap lingkungan (Tim instruktur PKG, 1986: 3 ).

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, di dalam proses pembelajaran guru harus mampu menerapkan pendekatan pembelajaran yang efektif, agara siswa dapat memahami materi yang diajarkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif bila seluruh komponen yang berpengaruh dalam proses saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan. Komponen-komponen yang dimaksud adalah: siswa, kurikulum, guru, pendekatan, sarana prasarana dan lingkungan. Dari keseluruhan komponen tersebut, guru sebagai pengelola kelas merupakan komponen yang sangat berpengaruh dalam mengelola komponen-komponen pembelajaran lainnya untuk tujuan meningkatkan prestasi belajar. Artinya kualitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh cara guru memberikan informasi agar siswa benar-benar terlibat dalam proses pembelajaran. (Depdikbud, 1993:3).

Menurut Gagne (1985: 22 ) kondisi pembelajaran yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar yang maksimal secara garis besar dikelompokkan menjadi kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri siswa yang meliputi: kesiapan, kemampuan, pengatahuan prasarat yang telah dimiliki siswa, motivasi, sikap percaya diri, aspirasi, bakat dan intelegensi. Kondisi eksternal adalah segala sesuatu yang berada di luar diri siswa namun ikut mempengaruhi belajar siswa meliputi: sarana prasarana, cuaca, iklim belajar, bangunan sekolah, ruang belajar dan sebagainya.

Metode inkuiri merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika yang memberikan kesempatan luas pada siswanya. Metode ini mengutamakan keterlibatan siswa secara aktif dan efektif dalam mencari, memeriksa dan merumuskan konsep dan prinsip matematika, serta mendorong siswa mengembangkan kemampuan intelektual dan ketrampilan dalam memecahkan masalah. Moh. Amien ( 1987: 127 ) menyatakan bahwa: inkuiri adalah mengajar yang memungkinkan siswa menggunakan proses mentalnya seperti merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap obyektif, terbuka untuk menemukan konsep atau prinsip ilmiah.

Sedangkan sikap percaya diri memiliki peranan sangat penting dalam mencapai prestasi belajar yang baik. Sikap percaya diri sebagai pola perilaku, kondisi atau kesiapan antisipatif, untuk menyesuaikan diri dalam situasi atau secara sederhana sikap percaya diri adalah respon terhadap stimuli sosial yang tidak dikondisikan, sedang Secord dan Backman (dalam Saiffudin Azwar 2003:5) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan seseorang terhadap aspek lingkungan disekitarnya. Rasa percaya diri merupaan faktor psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan siswa. Sejalan dengan itu, guru hendaknya berusaha menumbuhkan dan meningkatkan rasa percaya diri siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Peran guru sebagai pembimbing, fasilitator dan motifator dalam proses pembelajaran, sehingga siswa memiliki rasa percaya yang tinggi akan lebih termotivasi dalam mengembangkan kemampuan dan kreativitas belajar. Kemampuan menumbukan rasa percaya diri dalam belajar merupakan langkah awal dalam proses pembelajaran. Siswa yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan merasa senang dan penuh tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya ( Nasution, 1996: 44 ). Dengan rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran matematika siswa akan lebih mudah memahami dan menghayati penguasaan konsep matematika, sehingga mencapai prestasi belajar dapat optimal.

Permasalahan yang ada saat ini, yang senantiasa membayangi seorang guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna. Hal ini tentunya tidak dapat terlepas dengan metode pembelajaran maupun media pembelajaran. Dengan alasan di atas peneliti sebagai pengajar di SMA Negeri 1 Weru menganalisa permasalahan yang ada dan dilanjutkan dengan penelitian tindakan kelas dengan dimungkinkannya metode pembelajaran yang dilaksanakan belum tepat dan belum efektif.

Untuk itu perlu dilakukan penelitian pada SMA Negeri 1 Weru di Kecamatan Weru Sukoharjo tentang “ Penerapan Metode Inkuiri dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas X Semester 2 SMA Negeri 1 Weru“.

Metode Penelitian

Subjek yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas X.3 SMA Negeri 1 Weru, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2006/2007. Kelas X.3 merupakan salah satu dari kelas X SMA Negeri 1 Weru, Kabupaten Sukoharjo yang terdiri atas enam kelas pararel. Siswa kelas tersebut berjumlah 38 siswa, dengan rincian 12 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan.

Adapun alasan penulis memilih kelas tersebut sebagai subjek penelitian adalah (a) Siswa kelas X.3 SMA Negeri 1 Weru pada semester 1 tahun pelajaran 2006/2007 memiliki prestasi atau nilai rata-rata ulangan, khususnya untuk penilaian kognitif paling rendah jika dibandingkan dengan prestasi atau nilai rata-rata kelas paralel lainnya, yaitu 57 (lima puluh tujuh). (b) Rendahnya prestasi atau nilai rata-rata tersebut di antaranya disebabkan oleh rendahnya peran serta siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar, sehingga perlu diujicobakan pendekatan pembelajaran baru yang lebih menuntut keterlibatan dan peran aktif siswa dalam proses belajar mengajar.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas atau biasa disebut Classroom Action Research, yang pada hakekatnya dilakukan dalam rangka memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran di kelas, khususnya pembelajaran Matematika. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini bersifat partisipatif karena melibatkan penulis sebagai pelaksana penelitian sekaligus sebagai pelaku dalam proses pembelajaran.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang disetting dan dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Matematika. Selanjutnya, penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan maksud untuk memecahkan permasalahan dalam pembelajaran Matematika di kelas, khususnya masalah rendahnya prestasi belajar Matematika bagi para siswa. Oleh karena itu, sebelum melakukan tindakan penelitian penulis mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan pelaksanaan penelitian, antara lain (a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang berisikan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pelajaran, dan langkah-langkah dalam proses pembelajaran. (b) Mempersiapakan sarana dan prasarana yang akan digunakan untuk kelancaran tindakan. (c) Membuat intrumen sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa baik berupa kisi-kisi penulisan soal dan butir soal tes prestasi belajar.

Adapun langkah-langkah penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas atau classroom action research ini bersifat reflektif tindakan dengan “pola pengkajian berdaur atau siklus”. Langkah ini berlangsung secara berulang-ulang yang terdiri atas (a) Perencanaan (planning) (b) Tindakan (acting) (c) Pengamatan (observing) (d) Refeksi (reflecting)

Dari setiap siklus akan diperoleh data yang berupa rencana pembelajaran beserta perangkat materinya, kisi-kisi penulisan intrumen tes prestasi belajar, instrumen butir soal tes prestasi belajar, dan prestasi belajar atau nilai siswa. Data-data tersebut dianalisis melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan.

Mengingat data yang diperoleh dari penelitian tindakan kelas ini bersifat kuantitatif yaitu berupa angka, maka analisis data dilakukan dengan cara komparatif yaitu dengan membandingkan prestasi belajar atau nilai tes pada kondisi awal dengan nilai tes setelah siklus 1, prestasi belajar atau nilai tes setelah siklus 2, dan prestasi belajar atau nilai tes setelah siklus 3. Berdasarkan hasil perbandingan analisis data tersebut pada setiap siklusnya dilakukan refleksi untuk perbaikan pada siklus berikutnya.

 

 

 

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Kajian awal penelitian ini menunjukkan bahwa siswa kelas X.3 SMA Negeri 1 Weru tahun pelajaran 2006/2007 berjumlah 38 siswa, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan. Siswa kelas tersebut pada kurun waktu semester 1 tahun pelajaran 2006/2007 memiliki prestasi belajar terendah dibandingkan dengan prestasi belajar siswa kelas parallel lainnya. Hal ini ditunjukkan oleh perolehan nilai rata-rata ulangan siswa kelas X.3 itu hanya 57 (lima puluh tujuh).

Rendahnya nilai rata-rata prestasi belajar siswa kelas tersebut disebabkan oleh di samping kurangnya keterlibatan siswa dalam berperan serta secara aktif ketika kegiatan proses belajar mengajar berlangsung di kelas tersebut, penulis (guru) juga kurang menghubungkan antara materi pembelajaran yang sedang dibahas dengan dunia nyata siswa dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan penerapannya di dalam kehidupan siswa baik sebagai anggota keluarga maupun masyarakat.

Salah satu faktor yang diduga sebagai penyebab keadaan di atas adalah kemungkinan kurang tepatnya pendekatan pembelajaran yang digunakan penulis (guru) dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas tersebut. Oleh karena itu, dalam penelitian tindakan kelas ini diujicobakan pembelajaran di kelas tersebut menggunakan pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran serta yang dapat menghubungkan antara materi pembelajaran yang sedang dibahas dengan dunia nyata siswa dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan penerapannya di dalam kehidupan siswa baik sebagai anggota keluarga maupun masyarakat. Pendekatan yang dapat memenuhi tuntutan tersebut adalah pendekatan pembelajaran metode inkuiri.

Pembahasan Tiap Siklus dan Antar siklus

Paparan data pada siklus 1 menunjukkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran metode inkuiri yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar belum dapat memaksimalkan peran serta siswa untuk terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini ditunjukkan oleh prosentase jumlah siswa yang berperan serta secara aktif baru mencapai 68,20 %. Akan tetapi, pada siklus 2 guru telah mampu memerankan siswa dalam proses pembelajaran baik dalam menemukan dan mengkontuksikan pengetahuan dan keterampilannya, menumbuhkan rasa keingintahuan siswa, meningkatkan kemauan untuk membentuk masayarakat belajar atau kelompok belajar, meningkatkan keberanian siswa untuk menjadi model pembelajaran, serta mereflesikan pengetahuannya melalui menjawab pertanyaan dengan benar, maka prosentase keterliabatan siswa untuk berperan dalam proses pembelajaran meningkat menjadi 76,40 %.

Walaupun angka tersebut menunjukkan belum maksimalnya peran siswa dalam pembelajaran. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan siklus 1 telah mengalami peningkatan yang signifikan. Belum maksimalnya peran siswa tersebut, salah satu faktor penyebabnya adalah siswa kurang memiliki keberanian untuk menjadi model pembelajaran, khususnya pada pembelajaran pertemuan 1 siklus 2 yaitu menentukan besar sudut hasil proyeksi garis. Pada aspek ini dalam pembelajaran tingkat peran serta siswa untuk menjadi model pembelajaran hanya 73 %.

Sedangkan pada siklus 3 guru lebih mengintensifkan peran siswa dalam pelaksanaan pembelajaran, khususnya aspek kemandirian dalam menemukan dan mengkontruksikan pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan rasa keingintahuan siswa, dan kesiapan siswa untuk menjadi model pembelajaran, maka prosestase keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran mencapai 86,20 %. Angka tersebut sudah cukup tinggi untuk keterlibatan siswa dalam pembelajaran di kelas.

Prestasi belajar pada siklus 1 diketahui bahwa nilai rata-rata ulangan atau tes siswa sebesar 58 dan prosentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 65,78 % belum dapat memenuhi indikator kinerja yang diharapkan karena guru belum dapat mengoptimalkan peran aktif siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan metode inkuiri sebagaimana yang diharapkan. Akan tetapi, pada siklus 2 penerapan pendekatan metode inkuiri dalam pembelajaran lebih ditingkatkan untuk semua aspek dengan harapan dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Hal ini ternyata dapat meningkatkan kompetensi siswa menjadi lebih baik. Peningkatan kompetensi siswa ini terbukti dari rata-rata nilai ulangan atau tes siswa sebesar 59 dan prosentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 76,31 %.

Walaupun belum memenuhi indikator kinerja yang diharapkan, namun jika dibandingkan dengan perolehan prestasi belajar dan prosentase ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus 1, perolehan prestasi belajar dan prosentasi ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan dari siklus 1.

Sedangkan pada siklus 3 diketahui bahwa perolehan rata-rata nilai ulangan atau tes siswa sebesar 64 dan prosentase ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 89,47 % telah memenuhi indicator kinerja yang diharapkan. hal ini tercapai karena tingkat keterlibatan siswa untuk berperan dalam proses pembelajaran cukup tinggi yaitu mencapai 86,20 %.

Pembahasan

Berdasarkan pengamatan dari siklus ke siklus dalam penelitian ini, maka dapat diterapkan pembelajaran metode inkuiri kualitas berjalan semakin baik. Hal ini ditandai antara lain pada waktu proses pembelajaran berlangsung tercipta kumunikasi multi arah antara guru dan siswa, antusias siswa dalam mengikuti pelajaran sangatlah tinggi walaupun mungkin dirasa suasana yang sedikit beda dengan situasi yang sudah biasa dialami. Hal ini nampak pada waktu siswa mencari dan menemukan sendiri tanpa bantuan teman atau guru. Namun hasil akhir dapat disinkronkan bersama antara siswa dan guru. Meskipun terkadang mengerjakan sendiri tapi juga terkadang terjadi diskusi antara siswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru tanpa menimbulkan suasana yang gaduh di kelas.

Hasil analisis dari uji kompetensi pada akhir siklus 1, 2 dan 3 secara garis besar siswa dapat memahami dengan baik dan benar. Pada tahap rencana penyelesaian sebagian besar siswa sudah tahu metode apa yang hendak dipilih untuk menyelesaikan masalah itu. Sedangkan untuk tahap melaksanakan rencana penyelesaian sebagian kecil siswa cenderung kurang dapat menafsirkan jawaban tanpa memeriksa kembali hasil yang diperolehnya.

Pada akhir siklus, dipandang dari sisi prestasi belajar pada materi bangun ruang, sebanyak 85% siswa mendapat nilai 7 ke atas. Dengan kata lain, ketuntasan belajar siswa untuk materi bangun ruang sangat baik. Jika out put diasumsikan pemahaman siswa terhadap materi bangun ruang yang disajikan dalam proses pembelajaran, maka dapat diartikan kategori baik pula. Jika out put diasumsikan pengaruh proses pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran berlangsung baik pula. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Penerapan pembelajaran metode inkuiri telah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi bangun ruang (tiga demensi).

Penutup

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sikap siswa positip terhadap pembelajaran dengan pendekatan metode inkuiri, hal ini terlihat dari pengalaman pada waktu terjadi proses pembelajaran rasa senang dan antusias siswa yang sangat tinggi.

Hasil tes yang dilakukan menunjukkan adanya peningkatan, walaupun peningkatan itu tidak terlalu besar tetapi cukup signifikan untuk mengatakan bahwa ada peningkatan setelah proses pembelajaran dilakukan pendekatan metode inkuiri. Hal ini juga didukung oleh motivasi dan keaktifan siswa paling tidak ada peningkatan hasil prestasi siswa dari pada prestasi semula.

Melalui kegiatan pada penelitian ini telah dihasilkan dan juga rencana pembelajaran melalui pendekatan metode inkuiri yang dapat dikembangkan lebih lanjut.

Kelemahan kegiatan penelitian ini dikarenakan pada satu pokok bahasan saja yaitu materi bangun ruang, sehingga waktu penelitian khususnya proses pembelajaran yang tersedia sangatlah terbatas. Walaupun demikian kelemahan ini secara riil masih dapat diatasi, yaitu dengan dikembangkannya untuk tahun-tahun berikutnya.

Rencana pembelajaran dengan pendekatan metode inkuiri masih perlu terus dikembangkan untuk proses pembelajaran sehingga dapat selalu diperoleh peningkatan prestasi siswa yang maksimum.

Hendaknya siswa meningkatkan semangat rasa senang, aktif dan menghilangkan sikap negatif terhadap pelajaran matematika dan berusaha memahami dan menyukai pelajaran matematika.

Siswa berusaha dapat menerima dan memahami metode pembelajaran terpadu atau pembelajaran lainnya sehingga dengan adanya berbagai metode pembelajaran tetap mendapat prestasi belajar matematika yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Arief S. Sadiman dkk. 2003. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Budiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Hudoyo Herman, 1988. Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Dirjen Dikti.

Marpaung, Y. 2003 “Perubahan Paradigma Pembelajaran Matematika di Sekolah”, pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika, di Univ. Sanata Darma Yogyakarta, 27 – 28 Maret . 2003.

Mulyadi, Agus. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Pusat Pengembangan Penataran . . Guru Tertulis

Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Soegito. 2003. “Pengaruh Penerapan Metode Ikuiri dan Metode ekspositori Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Sikap Kecerdasan Emosional Siswa Pada Pembelajaran Mateatika”. Surakarta: UNS.

Suharsimi Arikunto. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.Reneka Cipta..

Sund and Carrin, T. 1978. Teaching Science By Inquiry In The Scondary School. A Bell and Howeel Company: Ohio.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Supriyatno, Nono. 2005. Rancangan Penelitian. Bandung: Pusat Penetaran Guru Tertulis

Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher

Sutopo, Tjetjep. 2005. Konsep Dasar Penelitian dan Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Pusat Penetaran Guru Tertulis

Suyahman. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Sukoharjo: Univet Bantara