Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Bervisi SETS
PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
BERVISI SETS (SCIENCE, ENVIROMENTAL, TECHNOLOGY
AND SOCIETY) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FERMENTASI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII
SMA NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Sukamto
Guru SMA Negeri 3 Sukoharjo
Abstrak
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk: 1) meningkatkan kualitas pembelajaran fermentasi pada kelas XII IPA SMA Negeri 3 Sukoharjo, 2) meningkatkan hasil belajar siswa pada materi fermentasi pada kelas XII IPA SMA Negeri 3 Sukoharjo, 3) meningkatkan minat dan motivasi siswa kelas XII IPA SMA Negeri 3 Sukoharjo dalam belajar fermentasi, 4) mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi siswa dalam belajar fermentasi. Sejalan dengan tujuan tersebut, penelitian dilakukan di SMA Negeri 3 Sukoharjo. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Data yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini diolah secara diskripsi kuantitatif dan diskripsi kualititatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase rata-rata perilaku siswa dalam pembelajaran fermentasi menunjukkan peningkatan siklus I rata-rata 53,6% menjadi 69,8% pada siklus II dan 83,4%, berarti pendekatan konstruktivisme bervisi SETS terbukti tepat dipakai dalam pembelajaran biologi khususnya fermentasi. Semua aspek pencapaian hasil belajar menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan sebelum dilaksanakan penelitian, dan dapat dijelaskan bahwa rata-rata tes dari siklus I dengan nilai 62,63 siklus II dengan nilai 70,50 dan siklus III dengan nilai 75 sedangkan untuk persentase tuntas belajar yang dicapai juga menunjukkan peningkatan 55% sebelum siklus, 72,5% siklus I, 87,5% siklus II dan 95% pada siklus III. Hal ini dapat digambarkan bahwa proses pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme bervisi SETS yang diterapkan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu terjadi peningkatan pemahaman konsep atau hasil belajar fermentasi.
Kata kunci: Konstruktivisme, SETS, hasil belajar, fermentasi
Pendahuluan
Salah satu variable yang ikut andil dalam menentukan kualitas pendidikan dan pengajaran adalah hasil belajar. Baik buruk hasil belajar ini tergantung pada proses belajar, yakni pengalaman belajar yang dihayati oleh peserta didik. Proses belajar yang baik dan berkualitas akan mencetak hasil belajar yang baik, sebaliknya proses belajar yang tidak baik akan menghasilkan pula hasil belajar yang tidak baik. Terdapat tiga komponen yang mempengaruhi kualitas proses belajar, yaitu (1) tingkat partisipasi dan jenis kegiatan belajar yang dihayati siswa, (2) peran serta guru dalam proses belajar mengajar, dan (3) suasana proses belajar semakin intensif partisipasi siswa dalam kegiatan belajar, semakin tinggi kualitas proses belajar itu.
Oleh karena itu, dalam upaya memenuhi tuntutan tersebut pendekatan pembelajaran yang diarahkan pada suatu peningkatan dengan cara menghilangkan beberapa ide yang sudah lama dan menggantinya dengan ide-ide baru yang sesuai dengan kebutuhan zaman, yaitu menuju pada perkembangan pemahaman konsep siswa lebih mendalam (students deep conceptual understanding) dan ketrampilan kognitif tingkat tinggi (higher order cognitive skills), sehingga harus adanya paradigma pendidikan yang baru yaitu teacher centered ke arah student centered. Peralihan ini melibatkan perubahan fokus dari guru yang mengajar menuju siswa yang belajar, yang mencakup pengakuan bahwa tidak semua siswa belajar dengan cara yang sama, bahwa tidak semua siswa memerlukan level pengetahuan yang sama, karena itu pandangan kontruktivisme merupakan pandangan yang cocok untuk proses pembelajaran yang lebih mencerminkan guru sebagai fasilitator belajar dan siswa sebagai pembelajar yang aktif.
Pembelajaran Biologi di SMA Negeri 3 Sukoharjo, awal diadakan penelitian ini pada kelas XII IPA1 dilihat dari aspek pencapaian belajar yang meliputi 1)rata-rata nilai ulangan harian yaitu 57,30., 2)persentase tuntas belajar menunjukkan 55%, 3)rata-rata nilai tugas yaitu 60,15., 4)nilai tugas ≥ 80 menunjukkan 37,50% dan 5)persentase pengumpulan tugas mencapai 70%. Potret pembelajaran biologi yang demikian, menarik perhatian peneliti untuk menerapkan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran biologi. Strategi pembelajaran yang konseptual dapat digunakan untuk mengoptimalkan kualitas pembelajaran biologi di SMA, sehingga berbagai kesulitan siswa dapat diatasi. Pembelajaran yang demikian diharapkan pula dapat membangkitkan siswa dalam pembelajaran biologi. Hal inilah yang melatarbelakagi dilaksanakannya penelitian tindakan ini.
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, sebagaimana telah diuraikan maka permasalahan yang perlu diselesaikan dalam penelitian ini adalah 1) Apakah pembelajaran fermentasi dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme bervisi SETS mampu meningkatkan kualitas pembelajaran fermentasi?, 2) Apakah pembelajaran fermentasi dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme bervisi SETS mampu meningkatkan hasil belajar siswa? , 3) Apakah Pembelajaran fermentasi dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme bervisi SETS mampu meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar fermentasi ?, 4) Apakah pembelajaran fermentasi dengan pendekatan konstruktivisme bervisi SETS dapat mengatasi hambatan yang dihadapi siswa ?
Manfaat hasil penelitian tindakan kelas ini adalah bagi guru (a) Dapat dijadikan pendekatan pembelajaran yang langsung berinteraksi dengan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat (SETS) melalui alur perolehan ilmu pengetahuan secara konstruktif yang diperoleh siswa dengan daya kreasi yang berbeda-beda, (b) Menambah perbendaharaan pendekatan pembelajaran yang langsung memberikan alur pembelajaran yang lebih diterima siswa dalam merubah pola pikir (kognitif), tingkah laku (affektif) dan sikap (konaktif). Bagi siswa (a) menciptakan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan, (b) terjadi pemahaman konsep secara komprehensif dan lengkap
Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme
Psikolog dan pendidik mengambil sebuah sudut pandang baru tentang belajar yang mementahkan teori reduksiois masa lampau. Berdasarkan pendapat Resnick (1987), “sekarang ini, ilmuwan kognitif umumnya sepakat untuk berasumsi bahwa pengetahuan dikonstruksi oleh siswa†(Marsh, 1999, www. Foreruner.com/forerunner, 20 Januari 2017).
Konstruktivisme adalah suatu pandangan yang didasarkan pada premisbahwa kita semua mengkonstruksi prespeksi kita sendiri tentang dunia, lewat pengalaman individual dan skema. Setiap kita akan menggenerasi ‘aturan’ dan ‘model mental’ kita sendiri yang kita gunakan untuk memberi arti pada pengalaman kita. (Yang, 2009). Konstruktivisme menitikberatkan pada mempersiapkan siswa untuk memecahkan masalah dalam situasi yang ambigu. Konstruktivis percaya bahwa “siswa mengkonstruksi kesadaran mereka sendiri atau paling tidak menginterpretasikannya berdasarkan persepsi pengalaman mereka, sehingga pengetahuan individual adalah sebuah fungsi dari pengalaman awal seseorang, struktur mental, dan kepercayaan yang digunakan untuk menginterpretasikan objek atau kejadianâ€. “Apa yang diketahui oleh seseorang didasarkan pada persepsi pengalaman fisik dan sosial yang berkaitan dengan pikiran.â€
Konstruktivisme merupakan teori tentang bagaimana siswa mengkonstruksi pengetahuan dari pengalaman dan proses ini khas untuk setiap individu. Konstruktivisme sangat dipengaruhi oleh epistemologi Piaget dan juga oleh Vygotsky. Konstruktivisme dalam pendidikan berarti bahwa guru (pendidik) merengkuh sebuah cara berfikir yang holistik tentang hakekat belajar, yang sangat berbeda dengan metodologi pengajaran biasa (direct instruction), yang kadang disebut sebagai instruktivisme. Dalam konstruktivisme belajar tidak dipandang sebagai proses dekontekstualisasi, tetapi lebih mengasumsikan bahwa belajar terjadi dalam keseluruhan pengalaman. Pengetahuan tidak ada dalam bentuk utuh dari luar siswa dan diinternalisasi, disimpan dan direproduksi di lain waktu. Belajar berarti mengkonstruksi dan sebaliknya. Konsekuensi dari pandangan ini adalah; 1) semuanya terfokus pada siswa dalam berfikir tentang belajar (bukan hanya pada materi yang diajarkan), 2) tidak ada pengetahuan bebas dari atribusi pemahaman pengalaman yang dikonstruksi oleh siswa atau komunitas siswa (Hein, 1996, www.exploratorium.edu/IFI, 20 Januari 2017)
Pembelajaran Sains Bervisi SETS
SETS (Science, Enviroment, Technology and Society) atau SaLing TeMas (Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat) merupakan kecenderungan masa depan di bidang pendidikan yang belum banyak disadari oleh masyarakat. Sementara ini situasi terus berkembang dengan berbagai bentuk pengaruh yang ada dalam kehidupan masyarakat, dari yang buruk sampai yang baik, dan dari sifat destruktif sampai yang konstruktif menjadi kondisi lebih baik.
Pembelajaran sains termasuk biologi dalam konteks SETS antara lain dimaksudkan untuk membantu siswa memiliki kemampuan berpikir logis analitis dan sintesis. Di samping itu diharapkan juga agar siswa berkeinginan belajar lebih mendalam tanpa harus dipaksa. Siswa diharapkan, tanpa kenal lelah akan berusaha mencari (inquire) lebih jauh pengetahuan sains yang tak pernah kering dari informasi baru. Didalam pembelajaran biologi, pengintegrasian dalam konteks SETS memerlukan kesediaan guru atau pendidik biologi untuk memiliki cara pandang terbuka di samping selalu mengikuti perkembangan-perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat berkenaan dengan subjek biologi. Dari pembelajaran melalui subjek-subjek tersebut secara terpisah diketahui masih banyak peserta didik yang merasa bahwa unsur-unsur sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat tersebut memiliki pengertian yang terpisah-pisah dalam realita kehidupan. Hal ini kemungkinan terjadi karena pendidiknya juga belum memiliki keutuhan pandangan tentang sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat dengan segala aspek, sebagai akibatnya peserta didik yang dihasilkan juga memiliki kemampuan relatif rendah dalam pengintegrasian berbagai pengetahuan yang dimilikinya sebagai manifestasi pemahaman SETS. (Binadja, 2001:7).
Ciri Pembelajaran Konstruktivisme Bervisi SETS
Dalam pembelajaran biologi bervisi SETS, mempunyai karakteristik menurut Ahmad Binadja (1999:5) dan Rusmansyah (2001:93) dengan modifikasi penulis adalah (a) Tetap memberi pembelajaran konsep biologi yang diinginkan, (b) Siswa dibawa ke situasi untuk melihat teknologi yang berkaitan dengan konsep yang dibelajarkan atau memanfaatkan konsep biologi ke bentuk teknologi untuk kepentingan teknologi, (c) Siswa diminta berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat (positip dan negatif) yang dapat terjadi dalam proses pentransferan biologi tersebut ke teknologi, (d) Siswa diminta untuk menjelaskan keterhubungkaitan antara unsur sains biologi yang dibincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitan antar unsur tersebut, (e) Siswa dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian menggunakan konsep sains biologi tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi berkenaan walau dalam bentuk teori umum, (f) Siswa diajak untuk mencari alternatif pengatasan terhadap kerugian (bila ada) yang ditimbulkan oleh penerapan sains ke bentuk teknologi tersebut terhadap lingkungan dan masyarakat (mencari bentuk teknologi yang lebih baik), (g) Dalam konteks konstruktivisme, siswa dapat diajak berbincang tentang SETS berkaitan dengan konsep sains yang dibelajarkan, dari berbagai macam arah dan dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki siswa bersangkutan, (h) Mempergunakan masalah yang ada di dalam masyarakat yang ditemukan siswa yang ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan alam sebagai wahana untuk menyampaikan pokok bahasan, (i) Mengikutsertakan siswa-siswa untuk mencari informasi ilmiah maupun informasi teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata yang diangkat sehari-hari yang ada hubungannya dengan tingkat kelestarian lingkungan sekitar, (j) Memeperkenalkan peranan ilmu pengetahuan alam di dalam suatu institusi dan dalam masyarakat, (k) Meningkatkan kesadaran siswa akan bertanggung jawab sebagai warga negara dalam memecahkan masalah yang timbul di dalam masyarakat terutama masalah-masalah yang erat hubungannya dengan Iptek dan lingkungan.
Menurut Rusmansyah (2001:95) yang dimodifikasi oleh penulis bahwa pembelajaran konstruktivisme bervisi SETS dilandasi oleh tiga hal penting yaitu:
a) Adanya keterkaitan yang erat antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
b) Dalam proses belajar menganut pandangan kontruktivisme yang pada pokoknya mengambarkan bahwa siswa membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
c) Dalam pengajarannya terkandung lima ranah, yang terdiri atas (1) Ranah pengetahuan, (2) Ranah sikap, (3) Ranah Proses sains, (4) Ranah kreativitas dan (5) Ranah hubungan dan aplikasi.
Pembelajaran Fermentasi
Fermentasi terjadi bila tidak ada oksigen. Respirasi anaerob juga terjadi bila tidak ada oksigen. Akan tetapi bukan berarti fermentasi sama dengan respirasi anaerob. Salah satu perbedaannya antara lain terletak pada keterlibatan organel mitokondria pada respirasi anaerob yang berfungsi untuk mengoksidasi NADH2 atau NADPH2. Sementara pada fermentasi tidak melibatkan mitokondria. Perhatikan skema fermentasi di bawah ini:
Fermentasi Asam Laktat / Asam susu dan Fermentasi Alkohol
Fermentasi ini terjadi bisa terjadi di jamur dan bakteri tertentu dimanfaatkan dalam membuatan keju dan yohurt. Pada manusia, fermentasi ini terjadi ketika tubuh membutuhkan energi yang besar dalam waktu singkat, otot akan melakukan fermentasi. Misalnya saat otot manusia melakukan kerja keras dan persediaan oksigen kurang mencukupi. Kerja otot yang terus menerus akan menimbulkan asam laktat dalam jumlah besar yang mengakibatkan elastisitas otot menjadi kurang dan menimbulkan gejala kram serta kelelahan. Pada fermentasi asam laktat ini, molekul asam piruvat dari hasil glikolisis menerima electron dan hydrogen dari NADH yang akan menghasilkan NAD+ kembali, membentuk senyawa 3 C yaitu asam laktat dan 2 ATP, tanpa melepaskan CO2. Laktat sebenarnya racun bagi sel, sehingga laktat yang terbentuk dalam sel otot akan dibawa keluar oleh darah menuju hati, yang selanjutnya diubah menjadi asam piruvat, saat otot terjadi relaksasi sehingga jumlah oksigen dalam tubuh terpenuhi.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah (1) Pembelajaran fermentasi dengan pendekatan konstruktivisme bervisi SETS dapat meningkatkan kualitas pembelajaran fermentasi siswa kelas XII SMA Negeri 3 Sukoharjo, (2) Pembelajaran fermentasi dengan pendekatan konstruktivisme bervisi SETS dapat meningkatkan Hasil belajar siswa, (3) Pembelajaran fermentasi dengan pendekatan konstruktivisme bervisi SETS dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar fermentasi (4) Pembelajaran fermentasi dengan pendekatan konstruktivisme bervisi SETS dapat mengatasi kesulitan siswa dalam belajar fermentasi.
Metodologi Penelitian
Penelitian tindakan yang peneliti lakukan kali ini adalah penelitian tindakan berbasis kelas (PTK) yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah, atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk memahami tingkat keberhasilan pembelajaran Biologi di SMA Negeri 3 Sukoharjo. Sebagaimana dikemukakan pada uraian di depan, masalah yang dihadapi adalah kesulitan guru untuk menerapkan pembelajaran Biologi yang betul-betul menemui memenuhi keseimbangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorsiswa dengan menghubungkan antara sains, teknologi, lingkungan dan masyarakat.
Penelitian ini diperlakukan di kelas XII IPA1 SMA Negeri 3 Sukoharjodengan jumlah siswa 40 orang, yang dilaksanakan selama 6 bulan yaitu bulan Juli 2017 sampai pertengahan bulan Desember 2017. Pemilihan SMA Negeri 3 Sukoharjo sebagai tempat penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa SMA Negeri 3 Sukoharjo tidak termasuk dalam peringkat 3 besar di Kabupaten Sukoharjo, sehingga diasumsikan masih terdapat banyak masalah belajar mengajar yang perlu dipecahkan.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang meliputi butir-butir persiapan tindakan (planning), implementasi tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting) akan diuraikan menurut siklusnya masing-masing.
Sumber jenis dan cara pengambilan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)Sumber data: siswa, guru dan kolaborator, (2) Jenis data: a) kuantitatif: prestasi belajar atau hasil belajar, b) kualitatif: rencana pengajaran dan hasil observasi, (3) Cara pengambilan data: a) hasil belajar atau prestasi belajar diambil dengan tes evaluasi ulangan harian dan tugas siswa, b) data berkaitan antara rencana dan pelaksanaan diambil dari lembar observasi, c) data minat dan motivasi belajar siswa diambil dari pengamatan dengan lembar observasi dan angket, d) data situasi belajar mengajar diambil dari pengamatan dengan lembar observasi, (4)Teknik Pengumpulan Data: 1) Teknik Test, Bentuknya berupa pemberian test evaluasi ulangan harian berupa soal test 30 soal tentang konsep proses metabolisme dengan rincian 10 soal pada setiap siklus yang terdiri dari tiga siklus, 2) Teknik nontes, dilakukan untuk memperoleh data dan informasi melalui observasi tentang PBM yang dilakukan guru dengan siswa. Teknik non tes dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan yang memuat aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa, seperti perilaku siswa, minat dan motivasi siswa.
Indikator Kinerja Penelitian
Yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian ini adalah ;
1. Rata-rata nilai ulangan harian secara klasikal ≥ 70
2. Ketuntasan belajar rata-rata klasikal ≥ 85%
3. Rata-rata nilai tugas klasikal ≥ 80
4. Prosentase nilai tugas ≥ 80 secara klasikal 85%
5. Prosentase pengumpulan nilai tugas secara klasikal 100%
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi tiga siklus dengan tahapan, yaitu:
a. Persiapan tindakan (planning)
Peneliti bersama teman sejawat mempelajari masalah dan buku-buku bertalian dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme bervisi SETS, makalah penelitian tindakan kelas. Selanjutnya peneliti menyusun rencana pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar yang ada pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
b. Implementasi tindakan (acting)
Guru membagikan lembar kerja siswa untuk didiskusikan siswa secara kelompok (5 siswa per kelompok) lembar kerja berisi berbagai pertanyaan yang disusun sedemikian rupa, sesuai alur logika siswa dan penguasaan awal tentang proses katabolisme, yang disinkronisasi dengan konsep SETS
Tiap-tiap kelompok secara berhadapan mendiskusikan lembar kerja dan menuliskan lembar kerja dan menuliskan beberapa jawaban serta kesimpulan tentang proses fermentasi secara mandiri tiap kelompok.
c. Pemantauan (observing)
Pemantauan dilakukan oleh teman sejawat guru Biologi yang duduk di kursi paling belakang dan mengamati kegiatan belajar mengajar, dengan menggunakan instrument monitoring yang telah direncanakan secara kolaboratif. Data tentang kualitas pembelajaran diperoleh dari lembar aspek perilaku siswa yang dimodifikasi dengan aspek nilai pencapaian hasil belajar. Data tentang tingkat kemajuan minat belajar biologi pada siswa diperoleh dari observasi KBM, wawancara dengan siswa, wawancara dengan guru, jurnal guru dan learning logs siswa. Data tentang kondisi belajar biologi pada siswa diperoleh dari hasil evaluasi yang berupa tugas dan ulangan harian.
d. Refleksi (reflecting)
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, learning logs yang dibuat siswa, hasil pemantauan oleh guru dan jurnal yang dibuat guru. Hasil refleksi digunakan untuk menentukan langkah-langkah tindakan berikutnya.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian berupa hasil tes dan nontes, yang diperoleh dari tindakan pada siklus I, II dan III.
Hasil Penelitian Siklus I
Tabel 1. Tingkat Pencapaian Hasil Belajar Fermentasi Siklus I
No |
Aspek Pencapaian Hasil belajar |
Sebelum siklus |
Siklus I |
1 |
Rata-rata nilai ulangan harian |
57,30 |
62,63 |
2 |
Prosentase tuntas belajar |
55% |
72% |
3 |
Rata-rata nilai tugas |
60,15 |
73 |
4 |
Nilai tugas > 80 |
37,5% |
47,5% |
5 |
Persentase pengumpulan tugas |
90% |
95% |
Ada perubahan yang berarti dalam kemampuan pemahaman siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Ketika guru memberikan pertanyaan awal secara lisan, keseluruhan jawaban siswa tidak mengarah, setelah proses pembelajaran berlangsung, pencapaian hasil belajar siswa baik secara lisan maupun tertulis yang dinilai dari beberapa aspek penilaian menunjukkan perubahan kemampuan. Hal ini dapat terlihat pada tabel 1. di atas bahwa sudah ada perubahan, walau masih jauh dari harapan sebab semua aspek pencapaian hasil belajar masih di bawah indicator kinerja yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. Sehingga perlu perbaikan pembelajaran lebih lanjut.
Tabel. 2. Data Perilaku Siswa Dalam Pembelajaran Fermentasi Pada Siklus I
No |
Perilaku Yang Diamati |
SIKLUS I |
|
F |
% |
||
1 |
Respon dan partisipasi positif siswa pada PBM |
24 |
60 |
2 |
Kemampuan Melaksanakan praktikum |
25 |
63 |
3 |
Kemampuan mengemukakan pendapat |
20 |
50 |
4 |
Kerjasama antar siswa |
22 |
55 |
5 |
Kemampuan Menghubungkan Materi PBM dengan SETS |
16 |
40 |
|
Rata-rata% |
|
53.6 |
Dari tabel.2. secara umum pendekatan konstruktivisme bervisi SETS dapat memacu keterlibatan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di dalam kelas, namun minat dan motivasi dari siswa masih perlu ditingkatkan ini tergambar pada tingkat responsive, kemampuan mngemukakan pendapat, kerjasama dan kemampuan menghubungkan materi PBM dengan SETS masih rendah.
Hasil Penelitian Siklus II
Tabel 3. Tingkat Pencapaian Hasil Belajar Fermentasi Siklus II
No |
Aspek Pencapaian Hasil belajar |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Rata-rata nilai ulangan harian |
62,63 |
70,50 |
2 |
Prosentase tuntas belajar |
72,5% |
87,5% |
3 |
Rata-rata nilai tugas |
73 |
80,25 |
4 |
Nilai tugas > 80 |
47,5% |
75% |
5 |
Persentase pengumpulan tugas |
95% |
100% |
Dilihat dari tingkat pencapaian hasil belajar fermentasi pada tabel.3. di atas maka secara keseluruhan aspek terjadi peningkatan yang signifikan, hal ini menunjukkan bahwa telah terdapat peningkatan yang berarti walaupun berdasarkan indicator kinerja, baru pada rata-rata nilai ulangan harian, rata-rata nilai tugas dan persentase pengumpulan tugas yang telah mencapai indicator kinerja yang diharapkan. Dapat disimpulkan bahwa pada siklus kedua telah terjadi peningkatan kemampuan pemahaman materi pembelajaran siswa.
Tabel. 4. Data Perilaku Siswa Dalam Pembelajaran Fermentasi Pada Siklus II
No |
Perilaku Yang Diamati |
SIKLUS II |
|
f |
% |
||
1 |
Respond an partisipasi positif siswa pada PBM |
29 |
72,5 |
2 |
Kemampuan Melaksanakan praktikum |
30 |
75 |
3 |
Kemampuan mengemukakan pendapat |
24 |
60 |
4 |
Kerjasama antar siswa |
29 |
72,5 |
5 |
Kemampuan Menghubungkan Materi PBM dengan SETS |
24 |
60 |
|
Rata-rata% |
|
69.8 |
Pembelajaran berlangsung dengan baik, indikator keberhasilan tersebut adalah (1) siswa sangat aktif dan responsif selama proses belajar mengajar berlangsung, (2) hubungan guru dan siswa maupun siswa dengan siswa tampak rileks, aktivitas siswa yang berkenaan dengan minat belajar, bertanya, menjawab, kerjasama kelompok dan penyelesaian tugas serta sikap dan belajar sudah cukup baik. Sehingga proses pembelajaran dapat dikatakan lebih baik daripada siklus I, walau terjadi kenaikan angka terlalu tipis akan tetapi dilihat dari kwalitas pembelajaran telah mengalami kemajuan.
Hasil Penelitian Siklus III
Tabel 5. Tingkat Pencapaian Hasil Belajar Fermentasi Siklus III
No |
Aspek Pencapaian Hasil belajar |
Siklus II |
Siklus III |
1 |
Rata-rata nilai ulangan harian |
70,50 |
75 |
2 |
Prosentase tuntas belajar |
87,5% |
95% |
3 |
Rata-rata nilai tugas |
80,25 |
81,50 |
4 |
Nilai tugas > 80 |
75% |
87,5% |
5 |
Prosentase pengumpulan tugas |
100% |
100% |
Secara keseluruhan siswa mampu memahami materi pembelajaran dengan baik, ini terlihat dari Tingkat pencapaian hasil belajar fermentasi pada tabel 6, bahwa semua aspek indicator kinerja penelitian yang diharapkan menunjukkan hasil yang menggembirakan dengan peningkatan dari semua aspek pencapaian hasil belajar yang dinilai, sehingga ini menggambarkan proses pembelajaran yang diterapkan dengan pendekatan konstruktivisme bervisi SETS dapat memberikan kontribusi positip pada pencapaian hasil belajar fermentasi.
Tabel. 6. Data Perilaku Siswa Dalam Pembelajaran Fermentasi Pada Siklus III
No |
Perilaku Yang Diamati |
SIKLUS III |
|
f |
% |
||
1 |
Respon dan partisipasi positif siswa pada PBM |
35 |
87,5 |
2 |
Kemampuan Melaksanakan praktikum |
36 |
90 |
3 |
Kemampuan mengemukakan pendapat |
32 |
80 |
4 |
Kerjasama antar siswa |
34 |
85 |
5 |
Kemampuan Menghubungkan Materi PBM dengan SETS |
28 |
70 |
|
Rata-rata% |
|
83.4 |
Siswa tidak banyak mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran, ini tampak dari ekspresi wajah mereka, siswa tampak antusias dalam proses pembelajaran. Aktivitas siswa yang berkenaan dengan respon terhadap PBM, minat dan motivasi belajar, bertanya dan menjawab, kerja sama kelompok dan kemampuan siswa dalam menghubungkan antara materi PBM dengan SETS sudah lebih baik dibanding siklus kedua
Pembahasan
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, masalah belajar dan pembelajaran fermentasi yang terjadi di kelas, peneliti memutuskan untuk memecahkan masalah tersebut melalui guru dengan harapan apabila guru menggunakan pendekatan yang tepat, maka proses pembelajaran akan menjadi baik. Ternyata apa yang dilaksanakan peneliti menjadi kenyataan.
Berdasarkan data hasil penelitian diatas maka dapat digabungkan dari siklus I, II dan III tentang hasil belajar dan perilaku siswa seperti pada Grafik di bawah ini:
Grafik 1. Tingkat Pencapaian Hasil Belajar Fermentasi Siklus I, II, III
Berdasarkan tabel dan grafik tingkat pencapaian hasil belajar fermentasi dapat diamati bahwa dari semua aspek pencapaian hasil belajar menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan sebelum dilaksanakan penelitian, dan dapat dijelaskan sebagai berikut bahwa rata-rata ulangan harian dari siklus I dengan nilai 62,63 siklus II dengan nilai 70,50 dan siklus III dengan nilai 75 ini menggambarkan proses pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme bervisi SETS yang diterapkan sesuai sehingga terjadi peningkatan pemahaman konsep atau hasil belajar fermentasi, sedangkan untuk persentase tuntas belajar yang dicapai juga menunjukkan peningkatan 55% sebelum siklus, 72,5% siklus I, 87,5% siklus II dan 95% pada siklus III. Ketuntasan belajar yang diisyaratkan pada materi ini sesuai indicator kinerja yang telah ditetapkan awal semester sebesar 85%, sehingga terjadinya tuntas pada siklus II dan sikus III sedangkan siklus I belum menunjukkan tuntas belajar hal ini disebabkan awal penelitian ini masih terjadi penyesuaian pendekatan pembelajaran yang diterapkan, sehingga terjadi ketidakpahaman diantara siswa yang mengakibatkan tingkat ketuntasan belajar masih di bawah yang disyaratkan.
Bagi guru meningkatkan cara berfikir berarti memperluas pemahaman tentang perkembangan mental internal, kekuatan eksternal, dan hubungan antara keadaan internal dan eksternal yang berubah secara konstan (Staver, 1989; Swamy, 1987).
Secara umum guru yang menerapkan pendekatan konstruktivis bertindak sebagai fasilitator dari proses akuisisi pengetahuan dan ketrampilan, sebagai pembimbing atau narasumber yang bertujuan untuk menyusun lingkungan belajar sedemikian sehingga dapat membantu siswa mencapai pemahaman mereka sendiri tentang informasi yang diberikan. Belajar merupakan proses yang sangat individual dan personal bagi setiap siswa, yang sangat tergantung pada pengetahuan awal siswa (prior knowledge), ketertarikan, tingkat kognitif dan ketrampilan mereka. Guru tidak dapat mempersiapkan mata pelajaran atau seting tunggal untuk seluruh kelas tetapi harus merespon pada kebutuhan setiap siswanya. Inilah pentingnya pendekatan pembelajaran konstruktivisme bervisi SETS, untuk membangun pengetahuan siswa dengan membimbing siswa untuk dapat mengkonstruksi pengetahuan itu sesuai dengan pengalaman dan ketrampilan yang dimiliki dari hasil pencarian pengetahuan itu sendiri.
Grafik.2. Perilaku Siswa Dalam Pembelajaran Fermentasi Siklus I, II, III
Guru merupakan salah satu elemen penting dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Pentingnya guru dalam sistem ini ditunjukkan oleh perannya sebagai pihak yang harus mengorganisasi elemen-elemen lain. Guru menjadi orang yang paling bertanggung jaab atas jalannya proses belajar mengajar. Sebaik apapun kurikulum pendidikan, bila tidak dikelola guru yang baik tidak akan membuat proses mengajar menjadi baik
Benarkah apa yang dikatakan oleh Gerstner, dkk (1995) bahwa guru berperan sebagai manager pembelajaran di samping peran-peran lain seperti pelatih, konselor, pemimpin dan sebagai partner. Sebagai manager guru melakukan tugas-tugas managemen yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian dan penstafon, pengaturan serta pengontrolan kegiatan dalam kelas dengan cara yang sistematis untuk mencapai tujuan. Mengingat perannya yang begitu penting, maka wajar apabila guru dituntut untuk memiliki kemampuan profesional, yaitu kemampuan untuk dapat (1) merencanakan program mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar, (3) menilai kemajuan proses belajar mengajar, (4) menafsirkan dan memanfaatkan hasil penelitian kemajuan belajar mengajar dan informasi lainnya bagi penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya. (Soedijono, 2003). Keempat gugus kemampuan tersebut dianggap sebagai kemampuan profesional karena disamping memerlukan cara kerja yang tidak mekanistik, keempat gugus kemampuan tersebut juga memerlukan penguasan tentang hubungan akan dasar-dasar pengetahuan yang kuat, pengetahuan tentang hubungan dasar-dasar pengetahuan dengan pelaksanaan kegiatan dan cara kerja dengan dukungan cara berpikir yang kreatif, imajinatif dan inovatif.
Kegiatan manajemen berikut kualifikasi profesional yang harus dipenuhi guru perlu diletakkan dalam suatu kerangka sistem yang sedang berlaku. Dalam hal ini kerangka sistem tersebut adalah kurikulum yang menjadi blue print bagi penyelenggara pendidikan, khususnya proses belajar mengajar (KBM) di kelas. Dalam hubungannya dengan pembelajaran biologi, pemberlakuan kurikulum senantiasa disertai dengan pemberlakuan metode yang mewarnai corak kurikulum tersebut. Oleh karena itu pemahaman terhadap pendekatan dan metode bagi seorang guru sebagai manager menjadi suatu keharusan.
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, masalah belajar dan pembelajaran fermentasi yang terjadi di kelas, peneliti memutuskan untuk memecahkan masalah tersebut melalui guru dengan harapan apabila guru menggunakan pendekatan yang tepat, maka proses pembelajaran akan menjadi baik.
Simpulan
Bahwa penerapan pendekatan konstruktivisme bervisi SETS dapat meningkatkan kualitas pembelajaran fermentasi pada kelas XII IPA1 SMA Negeri 3 Sukoharjo. ini ditunjukkan oleh semakin meningkatnya nilai hasil belajar siswa sehingga siswa mempunyai motivasi yang tinggi. Siswa terlihat lebih rileks, dengan air muka yang ceria baik dalam melakukan kegiatan-kegiatan maupun menjawab pertanyaan-pertanyaan guru sehingga terjadi partisipasi dan komunikasi yang efektif.
Saran
Model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme bervisi SETS dapat diterapkan di kelas-kelas lain atau bahkan di SMA lain, namun penerapan tersebut perlu dipertimbangkan dengan melakukan modifikasi seperlunya disesuaikan dengan situasi dan kondisinya. Dan model pembelajaran ini akan lebih baik bila ditunjang dengan peralatan laboratorium yang lengkap dan jumlah siswa per kelas yang tidak terlampau banyak
Daftar Pustaka
Ahmad Binadja , 1999. Pendidikan SETS dan Otonomi pendidikkan. Makalah yang disajikan dalam seminar sehari, Jakarta: Jakarta 2 Desember 1999
Ahmad Binadja,2001. Pembelajaran Biologi dan Evaluasinya dalam Konteks SETS. Makalah disajikan dalam seminar lokakarya pendidikan SETS untuk biologi, diselenggarakan oleh PGBS Biologi Surakarta, Surakarta, 31 Maret 2001.
Depdikbud. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Depdiknas. 2000. Panduan Kurikulum Metode Alternatif Belajar Mengajar IPA. DirektoratPendidikan Menengah Umum Jakarta.
Hein, G.E. 1996. Constructivist Learning Theory. www.explanatorium.edu (20 Januari 2017)
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Pedoman Khusus Penyeimbangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Direktorat Dikmenum.
Mergel, B. 1998. Instructional Design and Learning Theory.www.usask.ca (4 Pebruari 2017).
Marsh II, G.E. 1999. Constructivism. www.healtnet.org (20 januari 2017)
Moussiaux, S.J. & Norman, J.T. Constructivist Teaching Practices: Preception o9f Teachers & Student. (Online). (http:/// www. Edu. Psu. Edu/ci/Journals/97 file2. htm. Diakses 8 Februari 2017).
Rusmansyah, Yudha Irhasyuarna, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No, 029 Tahun ke-7, Mei 2001.
Yang, C.Y. 2002. Basic Constructivism. www.muskingum.edu (6 Februari 2017)