Peningkatan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Inquiry Based Learning
PENINGKATAN HASIL BELAJAR KONSEP KOLOID
MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY BASED LEARNING (IBL)
PADA SISWA KELAS XI MIPA 2 SMA NEGERI 1 SUKOHARJO SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Suyanti
SMA Negeri 1 Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran konsep koloid melalui model Inquiry Based Learning kelas XI MIPA 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo, 2) Hasil belajar konsep Koloid melalui pembelajaran model Inquiry Based Learning pada siswa kelas XI MIPA 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo, 3) Perubahan perilaku yang menyertai peningkatan hasil belajar konsep koloid melalui pembelajaran Inquiry Based Learning pada siswa Kelas XI MIPA2 SMA Negeri 1 Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Indikator ketuntasan belajar sebesar 75% untuk hasil belajar kognitif, psikomotorik (ketrampilan), aktivitas belajar siswa, sikap spiritual dan sosial. Setiap siklus terdiri 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan atau tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah 40 peserta didik di kelas XI MIPA 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2017/2018. Pengumpulan data menggunakan teknik non tes (angket, observasi, laporan dokumentasi) dan tes (tes kognitif). Validitas data menggunakan metode triangulasi. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran Inquiry Based Learning dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran konsep koloid pada siswa dari siklus 1 ke siklus 2. Hal tersebut bisa dilihat dari persentase ketuntasan sebagai berikut: yaitu hasil belajar aspek kognitif dari setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I aspek kognitif dengan ketuntasan hasil belajar klasikal 55% meningkat pada siklus II yaitu 90% , ketuntasan aktivitas belajar kategori tinggi, sedang, rendah pada siklus I (72,5% ; 27,5% ; 0%) meningkat menjadi kategori tinggi, sedang, rendah pada siklus II (95% ; 5 ; 0%). Aspek keterampilan sudah mencapai persentase ketuntasan 78,7% pada siklus I. Aspek sikap spiritual sosial sudah mencapai 83,75% pada siklus 1. Berdasar hasil penelitian penilaian aspek ketrampilan dan sikap spiritual sosial dihentikan, karena sudah mencapai indikator kinerja atau kriteria ketuntasan minimal, sedangkan untuk aspek kognitif dan aktivitas belajar/sikap ilmiah dilanjutkan pada siklus berikutnya. Simpulan dari penelitian ini adalah penerapan pembelajaran Inquiry Based Learning pada konsep Koloid dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran yaitu aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa (aspek kognitif) pada siswa kelas XI MIPA 2 SMA Negeri I Sukoharjo semester 2 Tahun Pelajaran 2017 / 2018.
Kata kunci: Inquiry Based Learning, aktivitas belajar siswa, hasil belajar, koloid
PENDAHULUAN
Kimia merupakan mata pelajaran bagian dari IPA yang cukup sulit untuk difahami bagi siswa di SMA. Materi pelajaran kimia terdiri dari materi yang bersifat konkret dan abstrak perlu pemahaman konsep yang tinggi. Untuk materi konkret dapat disajikan secara konkret dengan mengamati langsung gejala-gejala alam, melalui demonstrasi atau praktikum di laboratorium. Sedangkan untuk materi pelajaran yang bersifat abstrak, penyajiannya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan konstektual model pembelajaran yang inovatif seperti Problem Based Learning (PBL), Inquiry Based Learning (IBL) yang banyak melibatkan keaktifan siswa, metode ekperimen, metode demonstrasi melalui bantuan media pembelajaran atau alat peraga pembelajaran, dsb.
Guru memiliki peran yang sangat strategis dalam menyelenggarakan pembelajaran. Suatu kenyataan bahwa sebagian siswa menganggap pelajaran kimia merupakan pelajaran yang sulit, bersifat teoritis, berupa konsep-konsep abstrak, dan hitungan. Pembelajaran kimia dengan model dan metode kurang variatif menambah keengganan siswa untuk belajar. Selain itu keterlibatan siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran menyebabkan siswa kurang respon terhadap pelajaran kimia.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 tahun 2013 tentang KD dan kurikulum, kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di kurikulum 2013. Proses pembelajaran yang berhasil memerlukan pendekatan, model pembelajaran tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan peserta didik, materi, dan sumber daya, sehingga diperlukan strategi yang tepat, efektif, dan inovatif. Salah satu tujuan penting mata pelajaran kimia di SMA adalah agar peserta didik memahami konsep, prinsip, hukum, teori kimia serta penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil observasi awal dan tindakan pra siklus pada pembelajaran yang menggunakan model Inquiry Based Learning (IBL) materi sebelum Koloid pada siswa kelas XI MIPA 2 tahun pelajaran 2017/2018 diperoleh hasil belajar ketuntasan asepek kognitif belum tercapai dan rata-rata aktivitas belajar siswa (rasa ingin tahu, sikap terbuka, kreatif, jujur, dan kritis) kriteria tinggi baru mencapai 38,8%. Berdasar observasi kolaborator pada pra siklus tersebut peneliti belum maksimal menerapkan pembelajaran model Inquiry Based Learning. .
Materi pokok Koloid membutuhkan pemahaman konsep dan aktivitas belajar siswa yang tinggi. Oleh karena itu diharapkan dengan model pembelajaran Inquiry Based Learning yang menggunakan pendekatan secara saintifik dengan langkah-langkah yang sistematis dan ilmiah untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa. Selain itu, untuk mempelajari harus mengkaitkan materi yang sudah dipelajari terlebih dahulu sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Menurut Sanjaya dalam Dian Siska (2016:1), model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Peran guru dalam inkuiri adalah membantu siswa untuk meneliti, bukan melakukan penelitian untuk siswa. Siswa diminta untuk menyusun kembali pertanyaan mereka agar mereka bisa melanjutkan upaya untuk mengumpulkan data dan menghubungkan dengan situasi permasalahan. Inquiry Based Learning (IBL) mempunyai ciri utama yang menekankan kepada aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya seperti berpikir secara sistematis, logis, dan kritis. Pada Inquiry Based Learning (IBL) siswa dituntut secara aktif dalam mendapatkan konsep sendiri model ini berdasar pada orientasi masalah yang ditujukan sehingga keingintahuan siswa lebih besar. Akan tetapi, pada Inquiry Based Learning (IBL) terdapat perumusan hipotesis yang merupakan ciri dari metode ilmiah Dengan demikian diharapkan siswa akan lebih mudah memahami dan mengingat konsep-konsep yang akan dipelajari dan akan mendapatkan prestasi yang lebih baik untuk membangun pengetahuannya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMA N I Sukoharjo, Jalan Pemuda No. 38 Sukoharjo. Kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas XI MIPA 2 Semester genap tahun pelajaran 2017/2018. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2018 – Juni 2018.
Penelitian dilaksanakan secara bertahap yang secara garis besar dapat dibagi menjadi empat tahap yaitu, Persiapan, Pelaksanaan, Observasi dan Refleksi. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI MIPA 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo semester 2.
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas, yaitu sebuah penelitian yang merupakan kerja sama antara peneliti, kolaborator, siswa, dan staf sekolah lainnya untuk menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik. Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk memecahkan masalah yang terjadi di dalam Kelas. Data yang dikumpulkan pada penelitian penerapan model pembelajaran Inquary Based Learning berupa informasi aktivitas belajar /sikap ilmiah siswa, hasil belajar aspek kognitif, dan perubahan perilaku siswa.
Sumber Data penelitian dari penerapan Inquiry Based Learning (IBL) didapatkan dari berbagai sumber meliputi: 1)nilai tes aspek pengetahuan materi koloid, 2)Angket sikap aktivitas siswa, 3) Nilai psikomotor observasi waktu eksperimen dan hasil penulisan laporan, 4) Dokumentasi kegiatan pembelajaran, 5)lembar observasi aktivitas belajar. Teknik pengumpulan data utama yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tes aspek kognitif dan non tes yang terdiri dari angket, observasi/pengamatan, laporan, dokumentasi dan diskusi. Teknik yang digunakan untuk menjaga kevalidan data ini yaitu triangulasi metode. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik tersebut dilakukan karena sebagian besar data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa uraian diskriptif tentang perkembangan proses, yaitu peningkatan aktivitas belajar siswa melalui penerapan Inquiry Based Learning (IBL). Prosedur dan langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dam Mc. Taggart (1997)
Suatu penelitian dapat dihentikan apabila capaian indikator yang diukur telah mencapai target yang diharapkan. Indikator ketuntasan hasil belajar aspek kognitif sebesar 75%, sedangkan indikator ketuntasan aspek sikap ilmiah atau aktivitas belajar kategori tinggi minimal mencapai 75%. Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus dan pada siklus berikutnya diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar kognitif dan aktivitas belajar/sikap ilmiah.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Observasi awal dilaksanakan bersama kolaborator dengan maksud untuk mengetahui kondisi awal saat pembelajaran kimia dikelas. Berdasarkan hasil prasiklus, didapatkan bahwa kelas XI MIPA 2 tahun ajaran 2017/2018 rata-rata persentase aktivitas atau sikap ilmiah siswa mencapai38,8% kriteria tinggi, dan ketuntasan hasill belajar aspek kognitif belum tercapai..
SIKLUS 1
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan sebanyak 8×45 menit pembelajaran dan 2×45 menit untuk evaluasi dengan rangkaian kegiatan pembelajaran seperti tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I. Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan di kelas XI MIPA 2 SMA Negeri Sukoharjo Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan menggunakan model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL) dengan sintaks sesuai pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Hasil Belajar Apek Pengetahuan.Penilaian prestasi belajar pada materi koloid aspek pengetahuan menggunakan 30 butir soal objektif yang diujikan pada akhir siklus I. Hasil belajar aspek pengetahuan dinyatakan tuntas apabila nilai siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh SMA Negeri I Sukoharjo yaitu 75.
Jumlah siswa yang tuntas pada siklus I sebanyak 22 siswa atau 55,0%. Sedangkan siswa yang tidak tuntas pada siklus I sebanyak 18 siswa atau 45,0%. Berdasarkan hasil yang didapat dari siklus I ini disimpulkan bahwa diperlukan perlakuan dan tes aspek pengetahuan pada siklus II. Penilaian hasil belajar yang ketiga adalah penilaian aspek keterampilan. Penilaian aspek keterampilan dalam penelitian ini dilaksanakan dengan dua jenis, yakni dengan kegiatan observasi oleh observer dan kegiatan membuat produk hasil belajar yang berupa laporan praktikum yang disusun oleh siswa secara individu pada pasca kegiatan praktikum dilaksanakan. Kegiatan penilaian prestasi belajar aspek keterampilan dilaksanakan satu kali, yaitu pada pertemuan ke empat. Pada kegiatan penilaian ini berkaitan dengan sub pokok materi pada koloid. Penilaian prestasi belajar aspek keterampilan dengan metode observasi pada penelitian ini fokus pada tujuh indikator yakni menyiapkan alat praktikum, mengukur volume larutan dengan gelas ukur, memasang tabung reaksi dalam rak tabung reaksi, menggunakan pipet, mengamati terjadinya lapisan dalam larutan, kerja dalam kelompok, serta ketertiban dan kedisiplinan saat praktikum. Penilaian prestasi belajar aspek keterampilan yang kedua adalah produk, yakni laporan praktikum dengan indikator penilaian sebagai berikut format laporan, perumusan tujuan, deskriptif teoris, cara kerja, hasil percobaan, dan kesimpulan.. Pengambilan nilai akhir pada prestasi belajar aspek keterampilan mengacu pada aturan Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014, dimana nilai akhir ranah keterampilan diambil dari nilai optimum atau nilai tertinggi yang dicapai.
Rentang penilaian pada aspek keterampilan adalah rentang 1 hingga 4, dimana ketuntasan belajar untuk ranah keterampilan adalah 2,67 sesuai dengan aturan Permendikbud Nomor 104 tahun 2014. Berdasarkan hasil penilaian menunjukkan bahwa, prestasi belajar aspek keterampilan siswa kelas XI MIPA 2 SMA Negeri I Sukoharjo pada siklus I dinyatakan tuntas sebanyak 100% atau 40 siswa tuntas. Hasil penilaian aspek keterampilan pada kelas ini menunjukkan bahwa hasil penelitian pada siklus I sudah mencapai target ketuntasan penelitian aspek keterampilan yakni sebesar 75%.
Penilaian kualitas proses pembelajaran dilakukan dengan dua jenis penilaian, yang pertama berupa kegiatan observasi oleh observer dan yang kedua berupa angket siswa. Penilaian kualitas proses pembelajaran ini didasarkan 5 aspek, yakni rasa ingin tahu, sikap terbuka, kreatif, berpikir kritis, dan jujur. Dengan masing-masing dimensi diwakili oleh beberapa indikator yang digunakan sebagai dasar penyusunan angket kualitas proses pembelajaran serta lembar observasi.
Penilaian ativitas belajar siswa dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga jenis kategori, yaitu kategori rendah, sedang, dan tinggi (Azwar, 2013).
Berdasarkan hasil analisis pada penilaian kualitas proses pembelajaran kelas XI MIPA 2 SMA Negeri I Sukoharjo menunjukkan bahwa dari 40 siswa kelas tersebut terdapat 72,50% atau 29 aktivitas siswa dalam kategori tinggi dan sebanyak 27,50% atau 11 aktivitas siswa dalam kategori sedang.
Siswa yang berkategori tinggi sebanyak 72,50% dan 27,50% dalam kategori sedang. Hasil analisis aktivitas belajar siswa pada siklus I ini menunjukkan bahwa hasil penilaian belum mencapai target penelitian, dimana target ketuntasan yang ditentukan adalah 75% dengan kategori Tinggi. Dengan hasil penilaian seperti ini artinya penilaian aktivitas siswa diuji lagi pada siklus II.
Selain dilakukan penilaian hasil belajar aspek pengetahuan, juga dilaksanakan penilaian pada aspek sikap yang meliputi sikap spiritual dan sikap sosial yakni disiplin, tanggung jawab, toleransi, dan percaya diri. Penilaian aspek sikap dilakukan dengan angket yang di isi oleh siswa, observasi perilaku siswa yang dilakukan oleh observer dalam mata pembelajaran koloid. dilaksanakan pada pertemuan terakhir siklus I yakni pada pertemuan kelima atau pada saat evaluasi pembelajaran. Kegiatan observasi berlangsung pada setiap proses pembelajaran diakhir siklus. Penentuan nilai akhir pada aspek sikap ditentukan dengan menggunakan modus dari ketiga metode penilaian tersebut.
Hasil penilaian aspek sikap pada pembelajaran siklus I, dapat dijelaskan bahwa persentase siswa kelas XI MIPA 2 SMA Negeri I Sukoharjo semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018 berkategori baik sebanyak 77,5% atau 31 siswa, dan dengan kategori sangat baik sebanyak 22,5% atau 9 siswa.. Dalam penilaian prestasi belajar aspek sikap digunakan 4 jenis kategori penilaian yakni, sangat baik (SB), baik(B), cukup(C), kurang(K). Ketuntasan belajar aspek sikap di SMA Negeri 1 Sukoharjo sesuai dengan aturan Permendikbud No.104 Tahun 2016 yakni siswa memiliki kategori minimal Baik (B). Ketuntasan belajar aspek sikap siswa kelas XI MIPA 2 SMA Negeri I Sukoharjo adalah 100% dinyatakan tuntas,
Berdasarkan pengamatan terhadap guru, secara umum kegiatan yang dilakukan guru selama proses pembelajaran sudah cukup baik. Guru aktif mengajak siswa menjadi aktif, dengan memberi umpan balik pada setiap kegiatan pembelajaran. Guru berusaha membuat siswa melakukan penyelidikan dalam menemukan penyelesaian masalah secara individu dan kelompok, dan guru bertugas sebagai fasilitator yaitu orang yang memberi fasilitas ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Fasilitator disini adalah guru menyiapkan lembar diskusi siswa, serta guru memfasilitasi kegiatan demonstrasi dan praktikum yang dibutuhkan siswa dalam kelas.
Guru dalam pembelajaran ini tidak berlaku sebagai pusat pembelajaran, guru hanya memberikan pengantar dibagian awal pembelajaran dengan memberikan sedikit apersepsi, motivasi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan apersepsi guru menghadirkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan koloid, dan siswa diminta untuk memberi tanggapan awal. Guru sudah melakukan semua langkah pembelajaran sesuai dengan sintak dalam RPP, lengkap dengan semua jenis penilaiannya.
Setelah memulai kegiatan pembelajaran dengan memberi apersepsi, motivasi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran, guru menuntun siswa dalam kegiatan inti. mengarahkan siswa, dan mengkondisikan kelas agar tetap aktif namun tertib. Setelah kegiatan diskusi kelompok, guru mengawal kegiatan diskusi kelas dengan mengkondisikan sebagian siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi. Guru dalam kegiatan ini mengawal dan memberi pembenaran apabila ada hasil diskusi siswa yang tidak sesuai, serta memberikan penekanan pada beberapa hal penting pada materi koloid, guru memancing siswa yang tidak aktif untuk ikut berperan sehingga menjadi lebih aktif dan berani.
Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan kualitas proses pembelajaran kelas XI MIPA 2 SMA Negeri I Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018 melalui penerapan model pembelajaran Inquiry Based Learning (PBL) pada materi koloid, dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI MIPA 2 SMA Negeri I Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018 melalui penerapan model pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL) pada materi koloid. Penilaian hasil belajar dalam penelitian ini meliputi hasil belajar aspek pengetahuan, aspek sikap ilmiah serta aspek keterampilan terhadap pembelajaran kimia materi koloid.
Pembelajaran kimia materi koloid di kelas XI MIPA 2 SMA Negeri I Sukoharjo dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Inquiry based Learning pada siklus I ini sudah terlaksana dengan cukup baik. Interaksi siswa dengan siswa didalam kelompok maupun didalam kelas sudah terlihat cukup baik, begitu pula interaksi siswa dengan guru juga berjalan dengan baik. Setelah kegiatan siklus I sebanyak empat pertemuan selesai, yakni mulai tanggal 2 Februari 2018 dilanjutkan kegiatan evaluasi pembelajaran siklus I pada tanggal 6 Maret 2018 dan siklus I dinyatakan selesai. Maka dari itu, diperlukan suatu tindakan untuk mengevaluasi kegiatan secara keseluruhan.
Kedua jenis penilaian yaitu aspek ketrampilan dan aspek sosial spiritual sudah mencapai target yang ditentukan dalam penelitian ini yakni ketercapaian sebesar 75%.Hasil analisis penilaian pada pembelajaran kelas XI MIPA 2 SMA Negeri I Sukoharjo Tahun Pelajaran 2017/2018 menunjukkan bahwa 72,50% dalam kategori aktivitas Tinggi dan sisanya 27,50% atau 11 siswa dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penilaian aspek kognitif dan aktivitas / sikap ilmiah siswa pada siklus I belum memenuhi target yakni 75% siswa dalam kategori Tinggi. Untuk itu perlu dilanjutkan penelitian pada siklus 2
SIKLUS 2
Kegiatan tindakan pada Siklus II lebih difokuskan pada perbaikan tindakan-tindakan yang dirasa kurang pada siklus I, dilakukan perbaikan terhadap kendala-kendala yang muncul dan belum terselesaikan pada Siklus I. Tindakan yang berkaitan dengan indiktator-indikator aktivitas siswa yang belum tuntas diperbaiki. Tindakan difokuskan pada indikator aktivitas siswa yang mempengaruhi kompetensi berpikir kritis dan kreatif, dimana kedua indikator tersebut belum mencapai target 75% pada penilaian aktivitas atau tingkah laku siswa siklus I.
Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut, pertama mengganti susunan anggota kelompok diskusi. Kelompok diskusi pada siklus II tidak sama dengan kelompok diskusi siklus I, pada siklus II dilakukan pembentukan kelompok berdasarkan hasil prestasi siklus I. Kelompok dibagi secara heterogen, dimana dalam satu kelompok terdapat siswa yang sudah tuntas, dan siswa yang belum tuntas. Dengan sistem seperti itu, diharapkan kegiatan diskusi dapat berlangsung dengan lebih baik, serta siswa yang sudah tuntas diharapkan dapat membantu siswa yang belum tuntas sehingga diskusi berjalan dengan lancar. Kedua, guru memberikan perhatian lebih kepada siswa-siswa yang belum tuntas, dan siswa-siswa yang mengalami kesulitan pada siklus I. Ketiga, guru memberikan kesempatan lebih besar kepada siswa yang belum tuntas untuk lebih aktif dalam kegiatan diskusi maupun presentasi pada siklus II, sehingga diharapkan siswa dapat mengkontruksi pengetahuannya menjadi lebih baik lagi. Keempat, guru mendorong siswa yang pasif dan malu bertanya, untuk bisa lebih aktif dan mau bertanya atau memberi umpan balik ketika kegiatan presentasi. Kelima, guru memberikan kesempatan lebih pada siswa untuk saling memberikan komentar atau menyanggah teman sebaya, dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Guru memberikan keleluasan model presentasi di depan kelas, agar siswa lebih kreatif dalam pembelajaran, sehingga kompetensi kreatif pada sikap ilmiah dapat meningkat. Keenam, guru memberikan motivasi lebih kepada siswa untuk terus belajar mengenai semua materi yang sudah dipelajari, agar dalam kegiatan evaluasi siklus II didapatkan hasil yang memuaskan. Pelaksanaan kegiatan Siklus II dilaksanakan 2 kali tatap muka (4×45 menit), dengan rincian pada pertemuan pertama dilaksanakan penguatan materi dan pertemuan kedua merupakan kegiatan evaluasi siklus II. Pelaksanaan tindakan pada siklus II dimulai pada tanggal 7 Maret 2018. Kegiatan tindakan pada pertemuan pertama dilakukan selama 2×45 menit. Guru memberikan pengantar pada awal pembelajaran, dengan menyampaikan penjelasan bahwa pada pertemuan tersebut dilakukan kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk mengulang materi yang belum tuntas dan menyebutkan indikator-indikator yang apa saja yang belum tuntas pada siklus pertama. Setelah itu, dilanjutkan kegiatan pembagian kelompok belajar yang baru, kelompok belajar pada siklus II berbeda dengan siklus I, namun mempunyai jumlah yang sama. Setiap kelompok terdiri oleh lima siswa yang haterogen.
Pembelajaran pada siklus II guru menerapkan model yang sama dengan siklus I, guru menerapkan pembelajaran dengan model Inquiry Based Learning yang dibantu dengan lembar diskusi. Pada kegiatan pembelajaran siklus II ini, guru menyampaikan pengantar atau apersepsi pada siswa sesuai indikator yang belum tuntas. Dengan bantuan lembar diskusi, guru menuntun siswa untuk mengkontruksi ilmu pengetahuannya sendiri. Namun pada siklus II ini, lembar diskusi dibuat lebih terarah dan lebih banyak masalah yang diberikan kepada siswa, contoh yang disajikan sebagai pengantar penemuan jawaban lebih beragam. Dengan lembar diskusi yang terarah, diharapkan siswa dapat menemukan jawaban dan mendapatkan materi yang diperlukan. Walaupun lembar diskusi berbeda, materi yang dibahas tetaplah fokus pada materi yang menjadi penyebab ketidaktuntasan siswa pada siklus I.
Materi yang dibahas pada siklus II meliputi 1) Menjelaskan proses pembuatan koloid, dan 2) Mendeskripsikan peranan koloid dalam kehidupan sehari-hari dan dalam industri. Selama pembelajaran siklus II berlangsung, tetap dilakukan kegiatan observasi oleh peneliti yang dibantu observer lain. Kegiatan observasi dilakukan sebagai salah satu bentuk penilaian sikap ilmiah, dimana hasil penilaian aktivitas belajar siswa yang dilakukan pada siklus I masih belum mencapai target seperti yang dibahas pada refleksi siklus I.
Berdasarkan penilaian aktivitas belajar siswa siklus II secara keseluruhan, hasil penilaian menunjukkan sebagian besar siswa memiliki sikap ilmiah dengan kategori tinggi yakni sebanyak 38 siswa atau 95% dan sisanya hanya 2 siswa atau 5% yang berada dalam kategori sedang, serta tidak ada siswa yang memiliki aktivitas belajarsikap ilmiah dengan kategori rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa, target ketercapaian yang ditentukan sudah terlampaui yakni 75% siswa memiliki kategori sikap ilmiah tinggi. Berdasarkan hasil tersebut terbukti bahwa, terjadi peningkatan nilai aktivitas belajar/sikap ilmiah dari siklus I yang sebelumnya belum mencapai target dan pada siklus II target sudah terlampaui.Semua indikator aktivitas belajar mencapai target yakni rasa ingin tahu, jujur, sikap terbuka, kreatif, dan berpikir kritis sudah tuntas. Data tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan model Inquiry Based Learning pada materi koloid dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran kelas XI MIA 2 SMA Negeri I Sukoharjo Tahun Pelajaran 2017/2018.
Perbandingan hasil tindakan antarsiklus digunakan untuk mengetahui peningkatan yang terjadi selama tindakan siklus I dan siklus II. Terjadinya peningkatan prestasi belajar dari siklus I ke siklus II ini disebabkan pada pembelajaran dengan model Inquiry Based Learning yang diterapkan pada siklus II. Pada pembelajaran siklus I, siswa mengalami pengalaman pertama terhadap model Inquiry Based Learning konsep koloid, sehingga terdapat siswa belum siap menerima model tersebut. Namun pada siklus II, dilakukan penekanan pada indikator kompetensi yang belum tercapai dengan model pembelajaran yang sama. Selain itu, kegiatan pembelajaran siklus II diperbaiki setelah dilakukan refleksi bersama kolaborator pada hasil siklus I. Perlakuan tersebut merupakan penyebab terjadinya peningkatan jumlah ketuntasan siswa pada hasil belajar aspek pengetahuan pada materi koloid siklus II.
Hasil analisis prestasi belajar siklus I menunjukkan bahwa siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar 2 dari 40 siswa di kelas XI MIA 2 atau dengan persentase 55% tuntas dan sisanya 18 siswa atau 45% siswa belum tuntas. Hasil siklus I tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar aspek pengetahuan belum mencapai target ketuntasan yakni 75%. Kemudian, hasil analisis aspek pengetahuan pada siklus II siswa yang dinayatakan tuntas sebanyak 36 dari 40 siswa atau 90% tuntas dan sisanya 4 siswa yang belum tuntas atau 10%. Dari penyajian data siklus I dan siklus II tersebut terlihat bahwa telah terjadi peningkatan persentase ketuntasan prestasi belajar aspek pengetahuan dari siklus I menuju siklus II.
Ketercapaian Tiap Indikator Aspek Pengetahuan pada Siklus I dan Siklus II
Indikator Kompetensi (IK) |
Siklus I |
Kriteria |
Siklus II |
Kriteria |
Ketercapaian (%) |
Ketercapaian (%) |
|||
1 |
79,68 |
Tercapai |
92,50 |
Tercapai |
2 |
83,61 |
Tercapai |
95,83 |
Tercapai |
3 |
61,42 |
Belum Tercapai |
86,79 |
Tercapai |
4 |
62,08 |
Belum Tercapai |
89,58 |
Tercapai |
Berdasarkan data pada Tabel 7 terlihat bahwa prestasi belajar aspek pengetahuan apabila dianalisis berdasarkan tiap indikator kompetensi (IK), dari siklus I ke siklus II secara keseluruhan mengalami kenaikan ketuntasan prestasi belajar. Dari empat indikator yang ada, pada siklus I terdapat 2 indikator belum mencapai target 75%, dan 2 indikator yang lain sudah melampau target 75%. Setelah pembelajaran siklus II dilaksanakan, kemudian dilakukan evaluasi. Pada tes prestasi belajar siklus II terlihat bahwa semua indikator sudah mencapai target ketuntasan 75%. Indikator kompetensi (IK) 3 dan 4 yang mana pada siklus I belum tercapai, pada hasil tes prestasi belajar siklus II sudah mencapai target.
Keempat indikator yang diujikan pada siklus II hasilnya mengalami peningkatan persentase ketuntasan. Secara umum, pembelajaran dengan penerapan model Inquiry Based Learning telah berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa yakni prestasi belajar aspek pengetahuan siswa kelas XI MIA 2 SMA Negeri I Sukoharjo pada pembelajaran kimia materi koloid.
PENUTUP
Proses pembelajaran konsep koloid melalui pembelajaran Inquiry Based Learning siswa Kelas XI MIPA 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2017/2018 berjalan dengan nyaman. Ketika pembelajaran berlangsung siswa tampak aktif dalam mengikuti kergiatan pembelajaran. Guru memberikan nilai tambah bagi siswa yang aktif, baik aktif dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru.
Hasil belajar siswa Konsep Koloid melalui pembelajaran Inquiry Based Learning telah mencapai KKM atau nilai 75 ke atas mengalami peningkatan dari siklus ke siklus, yaitu 55% pada siklus I, dan 90% pada siklus II
Peningkatan aktivitas belajar atau perilaku siswa yang menyertai peningkatan hasil belajar konsep koloid melalui pembelajaran Inquiry Based Learning pada siswa Kelas XI MIPA semester 2 SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018 Dalam proses pembelajaran perilaku merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting dalam mengikuti proses pembelajaran di setiap siklusnya, yaitu pada siklus I ketuntasan aktivitas belajar siswa kategori tinggi, sedang, rendah pada siklus I mencapai (72,5% ; 27,5% ; 0%) meningkat menjadi kategori tinggi, sedang, rendah (95% ; 5 ; 0%) pada siklus II.
Penelitian ini berimplikasi pada terbentuknya wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan tentang manfaat model dalam pembelajaran, terutama untuk pembelajarn Inquiry Based Learning. Penelitian ini telah membuktikan keberhasilan metode dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, Dengan diterapkannya pendekatan Inquiry Based Learning proses pembelajaran serta dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa / perilaku positif dalam pembelajaran.
Dalam proses belajar mengajar di SMA, guru harus memiliki strategi dalam memilih metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan, agar siswa dapat belajar dengan kreatif, inspiratif, menyenangkan dan menantang. Salah satu langkah yang harus ditempuh harus mencoba menggunakan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran. Karena penggunaan model pembelajaran yang tepat diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dari pembelajaran itu sendiri yaitu membawa siswa dalam kondisi belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. I. (2008). Learning to teach. (Terjemahan Helly Prajitno Soetjipto & Sri Mulyantini Soetjipto). New York: McGraw Hill Companies. (Buku Asli Diterbitkan tahun 2007).
Dian Siska. 2016. Studi Komparasi Pembelajaran Kimia Menggunakan Model IBL Dan PBL Pada Materi Termokimia Kelas XI SMAN 1 Sukoharjo Dengan Memperhatikan Kemampuan Matematik T.P 2015/2016. Surakarta: UNS Press
Dian, Ashadi, & Haryono (2016). Jurnal Pendidikan Kimia: Studi Komparasi Pembelajaran Kimia Menggunakan Model IBL Dan PBL Pada Materi Termokimia Kelas XI SMAN 1 Sukoharjo Dengan Memperhatikan Kemampuan Matematik T.P 2015/2016. Surakarta: UNS Press
Pritha Ariyanti Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 3 Tahun 2015 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran PBL dengan penilaian portopolio untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar pada materi stoikiometri di SMA 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. Surakarta: UNS Press
Mulyasa,H.E. (2013). Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya
Permendikbud No.104 Tahun 2014 tentang penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang KD dan kurikulum Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Rohana & Suyanti. 2016. Penerapan Model PBL Pada Materi Koloid Untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Prestasi Belajafr Siswa Kelas XI MIPA 1 Semester 2 SMA N 1 Sukoharjo T.P 2015/2016. Surakarta: UNS Press
Permendikbud No.81 Tahun 2013 tentang 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Saifudin Azwar. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.