Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Tutor Sebaya
PENINGKATAN HASIL BELAJAR HUMAS DAN MEDIA-MEDIA HUMAS
PADA MATA DIKLAT ADMINISTRASI HUMAS DAN KEPROTOKOLAN
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA
SISWA KELAS XI AP 1 SEMESTER GASAL SMK NEGERI 1 SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Rusdan
SMK Negeri 1 Sukoharjo Jawa Tengah
ABSTRAK
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk: 1) menggambarkan bagaimanakah proses pembelajaran tentang humas dan media-media humas pada mata diklat administrasi humas dan keprotokolan melalui model pembelajaran tutor sebaya. 2) Meningkatan hasil belajar siswa tentang humas dan media-media humas pada mata diklat administrasi humas dan keprotokolan melalui model pembelajaran tutor sebaya. 3) menggambarkan bagaimanakah perubahan perilaku siswa setelah melaksanakan pembelajaran humas dan media-media humas pada mata diklat administrasi humas dan keprotokolan melalui model tutor sebaya. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI AP 1 semester gasal SMK Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018 selama 6 bulan, yaitu mulai bulan Juli 2017 sampai dengan bulan Desember 2017. Model tindakan dalam penelitian ini dilaksankan melalui penerapan model pembelajaran tutor sebaya, dengan dua siklus tindakan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi dan tes. Analisis data hasil obeservasi dianalisis dan ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan pengalaman guru. Ada pun hasil belajar dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu dengan membandingkan nilai tes kondisi awal dengan nilai tes siklus I dan siklus II. Hasil penelitian disimpulkan bahwa:1) Pembelajaran dengan model tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran humas dan media-media humas. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa dengan aktivitas belajar yang tinggi, pada kondisi awal adalah sebanyak 27,77%, atau 9 anak, meningkat menjadi 65,28% atau 26 pada tindakan Siklus I, dan meningkat menjadi 83,33% atau 29 anak pada tindakan Siklus II.; 2) Bahwa penggunaan model pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran humas dan media-media humas. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar, yaitu dari 68,50 pada tahap awal menjadi 75,8 pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 81,02 pada akhir tindakan Siklus II. Ditinjau dari tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu dari 30,55% atau 12 anak pada kondisi awal, menjadi 75% atau 23 anak pada akhir tindakan siklus I, dan meningkat menjadi 88,88% atau 29 anak pada akhir tindakan Siklus II; 3) Penggunaan model pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan perilaku dan hasil belajar humas dan media-media humas, yang ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Hasil penelitian ini diharapkan semua guru Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Sukoharjo dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa khususnya materi humas dan media-media humas, dengan menerapkan pendekatan model pembelajaran tutor sebaya sehingga menarik bagi siswa.
Kata kunci: Hasil Belajar, Humas dan Media Humas, Model Tutor Sebaya.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kenyataan siswa sebelum diadakan tidakan penelitian, diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas XI AP1 yang tuntas belajar memenui KKM =75 dari 36 siswa baru 11 siswa (30,55%), rerata yang dicapai 68,50. Sedangkan keaktifan dalam pembelajaran dari 36 siswa baru sekitar 10 siswa (27,77%) yang aktif dalam pembelajaran di sekolah. Batas indikator kinerja dalam penelitian indikatakan tinggi atau berhasik yakni apabila daya serap perorangan (Individual) seorang siswa telah tuntas belajar memperoleh nilai sekurang–kurangnya 75 standar nilai KKM adalah 75. Suatu kelas dikatakan tuntas belajar apabila telah memperoleh ketuntasan belajar sekurang–kurangnya 85% dari jumlah siswa di kelas tersebut yang telah mencapai nilai perorangan minimal 75.
Rendahnya hasil belajar kompetensi dasar humas dan media-media humas pada mata diklat administrasi humas dan keprotokolan tersebut disebabkan dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal antara lain kurangnya motivasi belajar, intelegensi, kebiasaan dan rasa percaya diri. Faktor eksternal antara lain guru, strategi, dan model atau metode pembelajaran yang tidak menarik minat, serta sarana prasarana, kurikulum dan lingkungan siswa yang kurang memadahi.
Dari penjelasan tersebut perlu dicari stategi dalam pembelajaran yang tepat dengan melibatkan siswa secara aktif. Di sinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi siswa, baik kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan dalam meningkatkan hasil prestasi belajar siswa. Salah satu dari pendekatan pembelajaran tersebut adalah “tutor sebayaâ€. Tutor sebaya yaitu suatu model pembelajaran yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Ibrahim, 2000:28). Dengan demikian siswa akan merasa termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan tidak merasa sungkan karena merasa sebaya, sehingga aktivitas belajar meningkat yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Rahmi, 2008). Setelah mempelajari, menganalisis, membicarakan bersama dengan kelompoknya kemudian menyimpulkan dan mempresentasikan hasilnya, serta diharapkan mampu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Untuk meningkatan hasil belajar humas dan media-media humas pada mata diklat administrasi humas dan keprotokolan maka guru memberikan solusi untuk merancang kegiatan dalam pembelajaran menggunakan model tutor sebaya.
Bertolak dari latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses pembelajaran tentang humas dan media-media humas pada mata diklat administrasi humas dan keprotokolan melalui model pembelajaran tutor sebaya siswa kelas XI AP 1 SMK Negeri 1 Sukoharjo semester gasal tahun pelajaran 2017/2018?
2. Seberapa peningkatan hasil belajar siswa tentang humas dan media-media humas pada mata diklat administrasi humas dan keprotokolan melalui model pembelajaran tutor sebaya siswa kelas XI AP 1 SMK Negeri 1 Sukoharjo semester gasal tahun pelajaran 2017/2018?
3. Bagaimanakah perubahan perilaku siswa setelah melaksanakan pembelajaran humas dan media-media humas pada mata diklat administrasi humas dan keprotokolan melalui model tutor sebaya?
Tujuan Penelitian
Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan hasil belajar humas dan media-media humas pada mata diklat administrasi humas dan keprotokolan melalui model pembelajaran tutor sebaya siswa kelas XI AP 1 SMK Negeri 1 Sukoharjo semester gasal tahun pelajaran 2017/2018.
2. Mengetahui seberapa peningkatan hasil belajar tentang humas dan media-media humas pada mata diklat administrasi humas dan keprotokolan melalui model pembelajaran tutor sebaya siswa kelas XI AP 1 SMK Negeri 1 Sukoharjo semester gasal tahun pelajaran 2017/2018.
3. Menemukan adanya perubahan perilaku siswa kelas XI AP 1 SMK Negeri 1 Sukoharjo semester gasal tahun pelajaran 2017/2018 setelah melaksanakan proses pembelajaran humas dan media-media humas pada mata diklat administrasi humas dan keprotokolan melalui model tutor sebaya.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoretis:
Penelitian ini untuk mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang humas dan media-media humas pada mata diklat administrasi humas dan keprotokolan melalui penerapan model pembelajaran tutor sebaya untuk siswa SMK Negeri 1 Sukoharjo semester gasal tahun pelajaran 2017/2018.
Manfaat Praktis :
a. Bagi siswa.
Meningkatkan hasil belajar siswa tentang kompetensi humas dan media humas kelas XI AP 1 SMK Negeri 1 Sukoharjo semester gasal tahun pelajaran 2017/2018.
b. Bagi guru:
Sebagai masukan guru dalam meningkatkan kualitas mengajar melalui model pembelajaran tutor sebaya, khususnya dalam materi pokok humas dan media-media humas mata diklat Adinistrasi Humas dan Keprotokolan.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kajian Teori
Hakikat Model Pembelajaran Tutor Sebaya
Pengertian Model Pembelajaran Tutor Sebaya
Pembelajaran teman/tutor sebaya adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan berpikir, dan harga diri yang tidak jauh berbeda dari diri siswa sendiri. Sehingga siswa tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap dari “gurunya†yang tidak lain adalah teman sebayanya itu sendiri. Dalam tutor sebaya atau teman sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan pembelajaran kepada teman-teman sekelasnya di sekolah. Bantuan belajar oleh teman sebaya tersebut dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya (Suherman, 2003:277).
Tutor teman sebaya adalah perekrutan salah satu siswa guna memberikan satu per satu pengajaran kepada siswa lain, dalam menyelesaikan tugas yang diberikan melalui partisipasi peran tutor (pengajar) dan tutee (pembelajar). Tutor memiliki kemampuan lebih dibandingkan tutee, tapi pada beberapa variasi tutorial jarak pengetahuan yang dimiliki antara tutor dan tutee minimal (Suherman, 2003). Zaini dalam Suyitno, 2002:60, mengatakan bahwa metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tutor sebaya adalah kegiatan yang terpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan berpikir, dan harga diri yang tidak jauh berbeda dengan dirinya sendiri, dan yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman sekelasnya, sehingga tidak merasa terpaksa,enggan, dan canggung untuk menerima ide-ide dan sikap dari teman sebayanya itu sendiri.
Langkah-langkah model pembelajaran tutor sebaya
Adapun langkah-langkah pembelajaran tutor sebaya sebagai berikut: (1) Pilihlah materi yang dipelajari siswa secara mandiri. Materi pelajaran dibagi menjadi sub-sub materi (segmen materi). (2) Bagilah siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak sub-sub materi yang akan disampaikan guru. Siswa-siswa yang pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya. (3) Setiap kelompok diberi tugas mempelajari satu bab materi sesuai dengan tugas masing-masing. Setiap kelompok dipandu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya. (4) Mereka diberi waktu yang cukup, baik di dalam maupun di luar kelas. (5) Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai salah satu nara sumber utama. (6) Setelah kelompok menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai dengan urutan sub materi, kemudian guru memberikan kesimpulan dan klarifikasi bersama, seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan.
Pengertian Humas.
Menurut Cutlip (2000), public relations merupakan fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijakan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk meraih pengertian, pemahaman, dan dukungan dari publiknya. Dari penegrtian tersebut dapat dijelaskan bahwa Public Relations adalah fungsi manajemen khas yang mendukung pembinaan dan membangun upaya saling menguntungkan melalui komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerja sama yang baik antara organisasi dengan publiknya.
Newsom (2000), mengutip definisi dengan menyatakan, Public Relations adalah seni dan ilmu sosial menganalisis World Assembly of PR Association kecenderungan, memprediksi konsekuensi-konsekuensinya, memberi nasihat pada pimpinan dan menerapkan program-program terencana yang melayani kepentingan organisasi sekaligus kepentingan publik. Sedangkan British Institute memberikan pengertian Public Relations adalah menyangkut reputasi, yaitu hasil apa yang telah anda lakukan, anda katakan, dan apa yang orang katakan tentang anda. Hubungan masyarakat (humas) adalah seni menciptakan pengertian publik yang lebih baik sehingga dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap suatu individu/organisasi. Humas merupakan terjemahan dari bahasa inggris Public Relations (PR) atau hubungan publik.
Public Relations bertujuan memperoleh pengertian, dukungan, dan mempengaruhi opini atau perilaku. Saat ini Public Relations tidak saja dipakai dalam dunia bisnis saja, tetapi telah lazim dipakai pada lingkup politik, pemerintahan, sosial, bahkan personal. Di lingkup manapun, dalam melaksanakan tugasnya praktisi Public Relations harus senantiasa menggunakan pendekatan strategic management, yaitu semua pekerjaan dilakukan sejalan dengan visi, misi serta tujuan organisasi. Tanpa keterlibatan pada level manajemen strategis ini, pekerjaan yang dilakukan Public Relations akan membabi buta dan tidak memberi manfaat bagi organisasi (kontraproduktif). James Grunig dalam Ananto (2004), menegaskan bahwa terdapat empat prinsip untuk dapat melaksanakan Public Relations strategis yaitu: (a) Manajemen komunikasi antara komunikasi dengan publiknya (b) Suatu profesi yang berlandaskan pengetahuan ilmiah (c) Fungsi manajemen selain fungsi teknis saja (d) Konseling strategi dan bukan publikasi semata.
Menurut IPRA, humas adalah fungsi manajemen dari ciri yang terencana dan berkelanjutan melalui organisasi dan lembaga swasta atau publik untuk memperoleh pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang terkait atau mungkin ada hubungannya dengan penelitian opini public diantara mereka. Tanggungjawab humas sebagai sebuah profesi, seorang humas bertanggungjawab untuk memberikan informasi, mendidik, meyakinkan, meraih simpati, dan membangkitkan ketertarikan masyarakat akan sesuatu atau membuat masyarakat mengerti dan menerima sebuah situasi. Contoh tugas humas atau kegiatan Staf Public Relations adalah melobi, berbicara di depan publik, menyelenggarakan acara, dan membuat pernyataan tertulis. Humas di Indonesia dikenal pada tahun 1950-an yang bertugas untuk menjelaskan peran dan fungsi-fungsi setiap kementerian, jawatan, lembaga, badan, dan lain sebagainya. Pada umumnya kesan yang jelek datang dari ketidakpedulian, prasangka buruk, sikap melawan, dan apatis. Seorang petugas humas harus mampu untuk mengubah hal-hal ini menjadi pengetahuan dan pengertian, penerimaan dan ketertarikan.
Bagian yang penting sebagai petugas humas yakni adanya kesan yang baik, berpengetahuan, pengertian, menciptakan ketertarikan, penerimaan, dan simpati.
Dalam kesempatan ini peneliti hanya mengambil dua kompetensi dasar yaitu mendeskripsikan humas dan mengemukakan media humas. Materi tentang mendiskripsikan humas disampaikan pada siklus pertama, sedangkan mengemukakan media-media humas di siklus kedua.
Media Public Relations
Ada dua jenis media yakni media lini atas dan lini bawah, yang sering dipergunakan dalam aktivitas publikasi:
Media Lini Atas (Above The Line Media). Termasuk dalam media jenis ini adalah media massa. Media massa seringkali merupakan alat utama untuk tujuan publikasi dan penyampaian informasi secara luas mengenai aktivitas public relations kepada publiknya. Klasifikasi media massa adalah sebagai berikut:
1) Media cetak yang bersifat komersial, misalnya surat kabar harian, majalah berita atau hiburan yang terbitannya secara berkala mingguan dan bulanan tersebar luas serta dibaca oleh masyarakat umum. Kelebihan media berita (news media): harganya relatif murah, beritanya menyeluruh, lengkap, dan dapat menyebar secara cepat serta efektif, daya jangkauannya luas terhadap pembaca yang tersebar di berbagai tempat dalam waktu yang bersamaan. Kelemahannya: komunikasinya searah dan umurnya (short life span) terbatas atau jangka waktu berlakunya relatif pendek.
2) Media elektronik (broadcast media), seperti stasiun Radio dan TV, baik milik pemerintah (TVRI dan RRI) maupun stasiun milik swasta komersial (RCTI, SCTV, TPI, ANTV, Indosiar dll.) dan radio swasta niaga lainnya yang mempunyai pendengar atau pemirsa dalam jumlah besar dan tersebar diseluruh Indonesia. Kelebihannya: pesannya mudah diterima dan diingat pemirsa, (visualnya lebih hidup) serta kecepatan penyampaian beritanya dan daya pengaruhnya cukup tinggi. Kelemahannya: relatif lebih mahal (high cost) biayanya dan pengaruhnya langsung, khusunya yang bersifat negatif. Penyampaian pesannya atau berita tidak menyeluruh karena jam siarannya harus menghemat waktu sangat ketat dan biayanya dihitung per detik.
Media Lini Bawah (Below The Line Media). Media lini bawah mencakup semua jenis media yang bukan media massa komersil seperti sudah dijelaskan di atas. Media lini bawah yang dipergunakan oleh public relations sangat beragam. Jenis media lini bawah ini, antara lain dapat berbentuk:
1) Presentasi pengenalan, presentasi untuk pendidikan atau tujuan bisnis, dalam upaya untuk lebih mendekatkan diri kepada publik atau konsumennya termasuk mengadakan seminar, diskusi, berdialog, rapat (meeting), acara khusus (special events) serta gathering meeting dan sebagainya. Untuk dapat mendengar aspirasi dan keinginan-keinginan dari pihak publiknya secara langsung.
2) Peduli kepada masyarakat sekitarnya (community relations), misalnya ikut program sosial, turut menyumbang kalau masyarakat terkena musibah bencana alam, kebanjiran,gempa bumi, termasuk merayakan bersama-sama hari nasional (17 Agustus) menggalakkan program cinta rupiah/produk Indonesia, KB, Anti HIV/AIDS, Anti Ectacy, anti LGBT, anti pergaulan bebas, kampanye peduli lingkungan, dan kesadaran hukum lainnya.
3) Pameran (exibition), misalnya pameran akbar perumahan, mobil dan elektronik secara besar-besaran di tempat yang khusus serta loksinya mudah dicapai, misalnya Jakarta Fair dan pameran perumahan di Jakarta Convention Hall atau pada event-event tertentu lainnya. Dalam upaya meningkatkan pengenalan, promosi dan publikasi produk tertentu.
4) Berupa display suatu barang, gambar-gambar dan sebagainya, yang diletakkan di stand khusus untuk menarik pengunjung (point of purchase) dalam suatu pameran atau pusat pertokoan dan perkantoran sebagai fungsi eyes catching (manarik perhatian) dan etalase.
5) Penjualan secara langsung, dengan menawarkan produk kepada konsumennya (door to door product, direct mail, and sales letter offer).
6) Membentuk alat pendukung kampanye. Humas promosi atau berbentuk barang cetakan (as a promotion tools, and printed material) untuk mendukung publikasi dan pengenalan (awareness), antara lain: a) Supplement, advertorial (artikel sponsor), periklanan Humas, Sponsorship (penyokong acara) sebagainya, (b) Booklet, Brichure, leaflet dan lain-lain, (c) Poster, sticker, banner, spanduk, umbul-umbul dan pamphlet. (d) Post card, kalender, supplement publications direct mail. (e) Surat berkop perusahan/lembaga, logi dan brand’s name, serta membuat kartu nama (name card business) untuk membangun relasi atau kenalan sebanyak mungkin. (f) Komunikasi melalui fax mail, teleks dan telepon. Komunikasi elektronik atau Email, misalnya internet dan computer in line serta direct telephone dan sebagainya.(g) House journal, seperti majalah bulanan (in house magazine), profile perusahaan (company profile), laporan tahunan perusahaan (annual report), prospektus, buletin dan tabloid. Kelebihannya: pesan dua arah (two ways communication) yaitu dapat melibatkan emosi atau audiensinya dalam upaya membangun suatu pengaruh, pendidikan, pengenalan, pengetian atau pemahaman. Kelemahannya: biaya cukup mahal dan tidak merata dalam penyampaian pesan dan informasinya, karena adanya keterbatasan tempat, waktu, dan publik sebagai sasarannya.
Hakikat Hasil Belajar Humas dan Media Humas
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari setelah dilakukan kegiatan belajar yang ditandai dengan adanya perubahan tingkahlaku yang baik, dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Sri Sugiyanto, 2016: 13). Untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar mencapai suatu tujuan dan memenuhi target, maka diperlukan evaluasi. Hasil evaluasi ini, akan memberikan gambaran mengenai hasil belajar. Harahap (Hamdani, 2010:138), memberikan batasan bahwa prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Menurut Dimyati (1999:27) dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik, bila dibandingkan dengan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapun dari pihak guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran, dan tolak ukur berhasilnya pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik (2005:15), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, contoh dari tidak tahu menjadi tahu atau mengerti. Menurut teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu ranah kognitif, afektif, psikomotorik. Sedangkan menurut Djamarah, hasil belajar adalah apa yang diperoleh siswa setelah dilakukan aktivitas belajar.
Hasil belajar dalam penelitian ini dimaksudkan adalah seberapa banyak materi pelajaran Humas dan Media Humas pada standart kompetensi menampilkan sikap positif terhadap masyarakat yang telah ditetapkan dalam kurikulum dapat dikuasai oleh siswa.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar Kerangka Berpikir PTK
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Penggunaan model pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar materi pokok Humas dan Media Humas pada mata diklat Administrasi Humas dan Keprotokolan bagi siswa kelas XI AP1 SMK Negeri 1 Sukoharjo semester gasal Tahun Pelajaran 2017/2018.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Sukoharjo, dengan pertimbangan: (1) Lokasi sekolah tempat penelitian merupakan tempat peneliti bekerja sebagai guru. (2) Tidak mengganggu tugas dinas sehari-hari sebagai guru. (3) Lebih menghemat biaya lebih murah.
Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung 6 bulan (Juli s.d Desember 2017).
Subjek penelitian tindakan kelas pada kesempatan ini adalah siswa kelas XI AP1 SMK Negeri 1 Sukoharjo semester gasal tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 36 orang, terdiri dari 2 orang laki-laki dan 34 orang perempuan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Diskripsi Kondisi Awal
Pada kondisi awal diperoleh data sebagai berikut: (1) Keaktifan siswa dalam pembelajaran masih rendah sekitar (27,77%). Hal ini dapat diketahui dari proses pembelajaran sebelum dilakukan penelitian. (2) Prestasi hasil belajar siswa rendah, kondisi ini dapat diketahui dari hasil ulangan siswa sebelum diadakan penelitian yaitu yang mencapai KKM 75 sejumlah 11 siswa dari 36 siswa atau (33,55%) dengan rerata 68,5.
Diskripsi Siklus I
Dengan model pembelajaran tutor sebaya mereka dengan bebas mencari jawaban-jawaban terhadap soal-soal yang ada dalam lembar kerja dan bantuan modul siswa klas XI AP1 serta media internet dengan handphone maupun modem. Hasil pembelajaran tersebut dapat dilihat pada data tabel berikut ini:
Tabel Keaktifan Siswa Pada Siklus I
No |
Indikator |
Jumlah siswa |
Persentase |
Keterangan |
1 |
Antusias dalam mengerjakan tugas |
30 |
83,33% |
Persentase rata-rata yang diperoleh tiap indikator dibagi jumlah siswa |
2 |
Kerjasama siswa dalam kelompok |
27 |
75% |
|
3 |
Keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan |
20 |
55,55% |
|
4 |
Keberanian siswa dalam menanggapi jawaban teman |
17 |
47,22% |
|
Keaktifan siswa |
|
65,28% |
|
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran Mata Diklat Administrasi Humas dan Keprotokolan sebesar 65,28%. Kesiapan siswa dalam menjawab maupun menanggapi jawaban temannya masih rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan siswa masih beradaptasi dengan pembelajaran model tutor sebaya dan masih ragu untuk menjawab maupun menanggapai jawaban temannya dalam berdiskusi kelompok. Berarti guru harus lebih giat memotivasi siswanya.
Adapun hasil belajar siswa pada siklus 1 ini, dapat dibuat klasifikasi rentang nilai sebagai berikut:
Table Rentang Nilai Hasil Belajar Siklus 1
Nilai |
Jumlah |
Persentase |
90-100 |
1 |
2,77% |
85-89 |
5 |
13,88% |
80-84 |
7 |
19,44% |
75-79 |
14 |
38,88% |
<75 |
9 |
25% |
Jumlah |
36 |
100% |
Diskripsi Siklus II
Siswa juga sudah mulai bersemangat dalam menjawab dan menanggapi jawaban dari temanya. Suasana kelas benar-benar hidup dan sangat menyenangkan sehingga data tabel keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel Keaktifan Siswa Pada Siklus II.
No |
Indikator |
Jumlah siswa |
Persentase |
Keterangan |
1 |
Antusias dalam mengerjakan tugas |
36 |
100% |
Persentase rata-rata yang diperoleh tiap indikator dibagi jumlah siswa |
2 |
Kerjasama siswa dalam kelompok |
34 |
97,22% |
|
3 |
Keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan |
23 |
66,66% |
|
4 |
Keberanian siswa dalam menanggapi jawaban teman |
25 |
69,44% |
|
Keaktifan siswa |
|
83,33% |
|
Dengan melihat tabel di atas dapat diketahui tentang perilaku positif (keaktifan) siswa dalam pembelajaran administrasi humas dan keprotokolan sebesar 83,33%. Kesiapan siswa dalam menjawab maupun menanggapi jawaban temannya mengalami peningkatan bila disbanding di siklus pertama. Motivasi belajar siswa meningkat, hal ini nampak ketika mengerjakan tugas dan bekerjasama dalam kelompok.
Adapun hasil belajar siswa pada siklus 2 dapat dibuat rentang nilai sebagai berikut:
Table Rentang Nilai Hasil Belajar Siklus II
Nilai |
Jumlah |
Persentase |
90-100 |
5 |
13,88% |
85-89 |
8 |
22,22% |
80-84 |
7 |
19,44% |
75-79 |
11 |
33,33% |
<75 |
4 |
11,11% |
Jumlah |
36 |
100% |
Setelah diadakan refleksi terhadap kegiatan pada siklus 2, diketahui bahwa bertambahnya siswa yang membawa handphone android dan laptop beserta modem serta keberanian siswa dalam bertanya, maupun menanggapi jawaban teman mengalami peningkatan yang signifikan daripada siklus 1. Hal ini menyebabkan tingkat keaktifan siswa secara komulatif naik dari 65,28% di siklus 1 menjadi 83,33% pada siklus 2.
Perolehan hasil belajar siklus 2, secara individual terdapat 32 siswa atau (88,88%) siswa dari 36 siswa dinyatakan lulus (mencapai nilai minimal 75) dan rerata kelas yang dicapai 81,02. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa indikator kinerja yang ditetapkan yaitu minimal 85% siswa mencapai batas tuntas belajar (KKM =75) terpenuhi.
Pembahasan
Keaktifan Siswa
Berdasarkan atas analisis pada kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2, keaktifan siswa dalam pembelajaran selalu mengalami peningkatan. Pada kondisi awal tingkat keaktifan siswa sebesar 27,77%, setelah diadakan tindakan pada siklus 1 meningkat menjadi 65,28% dan meningkat lagi pada siklus 2 menjadi 83,33%. Sebagaimana dapat dilihat pada diagram berikut ini:
Grafik Peningkatan Keaktifan Siswa
Hal ini menunjukkan pembelajaran humas dan media humas dengan model tutor sebaya dapat diterima oleh anak.
Hasil Belajar Siswa
Dengan memperhatikan hasil belajar siswa pada kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2, secara mayoritas mengalami peningkatan. Jika dilihat dari tingkat ketuntasan belajar dari setiap siklus selalu mengalami peningkatan. Dari kondisi awal, yang mencapai batas tuntas belajar hanya 11 siswa dari 36 siswa (30,55%), meningkat menjadi 27 siswa dari 36 siswa (75%) pada siklus 1, dan pada siklus 2 menjadi 32 siswa dari 36 siswa (88,88%). Rerata dari kondisi awal 68,5, menjadi 75,8 pada siklus 1, dan meningkat lagi pada siklus 2 menjadi 81,02.
Sebagaimana dapat dilihat pada diagram berikut ini:
Gambar 2: Grafik Rerata Hasil Belajar Siswa
Hasil Penelitian
Berdasarkan pembahasan di atas menunjukkan bahwa tingkat keaktifan dan hasil belajar siswa selalu mengalami peningkatan dari satu siklus ke siklus berikutnya. Bukti secara kuantitatif, adalah bahwa berdasarkan hasil tes individu pada siklus 2 terdapat 88,88% atau 32 siswa dari 36 peserta tes dinyatakan lulus atau mencapai KKM = 75. Hasil yang dicapai ini sudah melebihi indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 85% dari peserta tes memenuhi indikator kinerja. Bukti-bukti secara kualitatif, dapat dijelaskan dengan meningkatnya tingkat keaktifan siswa yang mencapai 83,33% pada siklus kedua. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan yangberbunyi “Penggunaan Model Pembelajaran Tutor Sebaya dapat meningkatkan hasil belajar materi pokok Humas dan Media Humas pada Mata Diklat Administrasi Humas dan Keprotokolan siswa kelas XI AP1 Semester Gasal SMK Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2017/2018†telah terbukti kebenarannya.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
1. Pembelajaran tentang humas dan media-media humas (HMH) dengan model Tutor Sebaya dapat meningkatkan hasil belajar sebesar 75% dari 33,55% pada kondisi awal, siswa kelas XI AP 1 Semester Gasal SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2017/2018.
2. Peningkatkan hasil belajar siswa kelas XI AP1 semester gasal SMK Negeri 1 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2017/2018 selalu mengalami peningkatan dari satu siklus ke siklus berikutnya. Sebagai bukti secara kuantitatif adalah bahwa berdasarkan hasil tes individu pada siklus 2 terdapat 88,88% atau 32 siswa dari 36 peserta tes dinyatakan lulus atau mencapai KKM= 75). Hasil yang dicapai ini sudah memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 85% dari peserta tes memenuhi indikator kinerja.
3. Perubahan perilaku siswa setelah melaksanakan pembelajaran terdapat kemajuan positif yang sangat signifikan. Hal ini dibuktikan secara kualitatif dapat dijelaskan dengan meningkatnya tingkat keaktifan siswa dari 27,77% pada pra tindakan, mencapai 65,28% di siklus 1, dan menjadi 83,33% pada siklus 2.
Implikasi
Dengan berakhirnya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan referensi bagi guru mata diklat Administrasi Humas dan Keprotokolan kelas XI AP 1 dengan model tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa kompetensi dasar humasdan media humas. Dan dengan model Tutor Sebaya dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah, kompetensi dasar humasdan media humas pada mata diklat Administrasi Humas dan Keprotokolan.
Saran
Model pembelajaran Tutor Sebaya yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran untuk selalu aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Maka guru sebaiknya banyak berpikir tentang model pembelajaran apa yang tepat diterapkan pada saat melaksanakan proses pembelajaran. Maka pemahaman guru tentang pendekatan model pembelajaran perlu ditingkatkan. Adapun salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat peneliti tawarkan adalah menerapkan model Tutor Sebaya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2008. “Teori Belajar dan Pembelajaraâ€. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Dimyati dan Mujiono. 1999. “Belajar dan pembelajaran†Jakarta: Rineka Cipta
Departeman Pendidikan Nasional 2005. “Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasionalâ€. Jakarta: Depdiknas.
Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dimyati dan Mudjiono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti.
Djamarah, Syaful Bahri. 2002. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2002. “Strategi Belajar Mengajar†Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Hamalik, Oemar. 2005. “Kurikulum dan Pembelajaran†Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hilke, Eileen Veronica. 1998. Fastback Cooperative Learning. New York: McGraw-Hill, Inc.
Ibrahim,M, dkk. 2000. “Pembelajaran Kooperatif†Surabaya. University Press.
Komalasari K.2011. “Pembelajaran Konstektual Konsep Dan Aplikasiâ€. Bandung: PT Rafika aditama.
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
MPR RI. 2013. Undang-Undnng Dasar Negeara Repblik Indonesia Tahun 1945. Sekretariat Jenderal MPR RI.
Nur, Mohamad et al. 2001. Teori Belajar. Surabaya: University Press.
Suherman. 2003. “Model Pembelajaran Tutor Sebaya†Bandung: CV Pustaka Setia.
Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyanto,Sri. 2016. Penelitian Tindakan Kelas (Karya Ilmiah). Sukoharjo: SMK Negeri 1 Sukoharjo.
Supardi, 2005. Pengembangan Profesi dan Ruang Lingkup Karya Ilmiah. Jakarta: Depdiknas.
Uno, B. Hamzah, et. al. 2001. Pengembangan Instrumen Untuk Penelitian. Jakarta: Delima Press.