Penerapan Supervisi Akademik Dalam Meningkatkan KompetensiDalam Proses Pembelajaran
PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMILIH ALAT PERAGA
DAN MENGIMPLEMENTASIKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAGI GURU KELAS DI SEKOLAH DASAR 3 KUDI
KECAMATAN BATUWARNO KABUPATEN WONOGIRI
SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Parwiyanto
Sekolah Dasar 3 Kudi Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah setelah diberikan supervisi akademik ada peningkatan kompetensi memilih alat peraga pembelajaran yang sesuai dengan kaidah yang benar, dan mengimplementasikan dalam proses pembelajaran bagi guru kelas Sekolah Dasar Negeri 3 Kudi Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian ini dilaksanakan pada semester I (satu) tahun pelajaran 2017/2018 di SD Negeri 3 Kudi Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri. Subjek penelitian ini adalah Guru Kelas di SD Negeri 3 Kudi Kecamatan Batuwarno tahun pelajaran 2017/2018 sebanyak 6 orang. Indikator keberhasilan penelitian ditentukan bahwa kompetensi memilih alat peraga pembelajaran yang sesuai dengan kaidah yang benar dan mengimplementasikan dalam proses pembelajaran hingga mencapai 83% dalam kategori sangat baik, dan nilai rata-ratanya minimal sebesar 91. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Setelah diberikan supervisi akademik ada peningkatkan kompetensi memilih alat peraga pembelajaran yang sesuai dengan kaidah yang benar, bagi guru kelas hingga mencapai 100% dalam kategori minimal baik, dan nilai rata-ratanya sebesar 91 (kategori A); (2) Setelah diberikan supervisi akademik ada peningkatan kompetensi dalam mengimplementasikan alat peraga dalam proses pembelajaran bagi guru kelas hingga mencapai 100% dalam kategori minimal baik, dan nilai rata-ratanya sebesar 92 (kategori A); (3) Setelah diberikan supervisi akademik ada peningkatan kompetensi memilih alat peraga pembelajaran yang sesuai dengan kaidah yang benar, dan mengimplementasikan dalam proses pembelajaran bagi guru kelas hingga mencapai 100% dalam kategori sangat baik, dan nilai rata-ratanya sebesar 91,4 (kategori A).
Kata kunci: supervisi, kompetensi guru, alat peraga
PENDAHULUAN
Berawal dari Pelaksanaan Kinerja Kepala Sekolah (PKKS) yang telah penulis laksanakan di 5 (lima) sekolah binaan di Kecamatan Batuwarno, Penulis menjumpai temuan pada hasil supervisi guru yang dilakukan oleh Kepala Sekolah. Temuan yang dimaksud yakni adanya nilai hasil supervisi RPP dan pelaksanaan pembelajaran yang masih rendah.
Dari hasil supervisi kelima sekolah tersebut menunjukkan bahwa nilai yang terendah dialami oleh SD Negeri 3 Kudi. Dari hasil supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah, menunjukkan bahwa mayoritas guru memiliki RPP namun dalam melaksanakan pembelajaran tidak mempedomani RPP. Dengan kondisi tersebut maka Peneliti selaku Pengawas Sekolah mengadakan wawancara dengan kepada Kepala Sekolah untuk menjelaskan secara lebih jelas permasalahan yang dijumpai ketika melaksanakan supervisi ini. Dari hasil wawancara tersebut dapat dikutip penyataan Kepala Sekolah: “Sebenarnya para guru telah menunjukkan RPP nya masing-masing ketika kepala sekolah melaksanakan supervisi ini, dengan RPP yang ditunjukkan pada hari itu, sekaligus Kepala Sekolah melakukan supervisi proses pembelajarannya. Namun ternyata tidak semua guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang dipersiapkan. Ada guru yang melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan RPP tersebut namun beberapa aspek tidak sesuai, misalnya metodenya, media/alat peraganya, proses pembelajarannya dan penilaannya tidak mengacu pada RPP. Yang paling banyak tidak dilaksanakan guru adalah ketepatan alat peraga yang ditulis pada RPP dengan pelaksanaannya dalam proses pembelajaran. Bahkan dari 6 guru kelas baru 1 orang yang benar-benar melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga sesuai dengan RPP nya. Hal ini yang menjadi penyebab utama rendahnya hasil supervisi pelaksanaan pembelajaran di SD ini.
Berdasarkan kondisi tersebut, penulis terpanggil untuk memperbaiki permasalahan yang ada yakni dengan melaksanakan pembinaan di SDN 3 Kudi, agar permasalahan ini dapat segera diatasi. Alasan penulis untuk segera mengatasi permasalahan ini disebabkan masalah pembelajaran merupakan masalah yang sangat urgen bahkan sangat vital dalam menghasilkan hasil belajar yang baik. Hasil belajar yang baik sangat menentukan mutu pendidikan berkualitas, sehingga kalau masalah ini tidak segera diperbaiki maka keniscayaan yang terjadi adalah mutu pendidikan di SDN 3 Kudi akan menjadi rendah.
Dari perihal di atas, setelah menganalis hasil supervisi dari kepala sekolah dapat ditemukan bahwa yang menjadi pokok permasalahan adalah masih rendahnya kompetensi guru memilih alat peraga pembelajaran yang sesuai dengan kaidah yang benar, serta masih jarangnya guru yang mengimplementasikan alat peraga dalam proses pembelajaran. Bahkan terkesan bahwa alat peraga hanya sekedar ditulis sebagai pelengkap RPP semata, tanpa dipahami arti pentingnya dalam pengimplementasiannya. Sedangkan beberapa teori manyatakan bahwa alat peraga sangat penting dalam membantu siswa menerima dan memahami materi pelajaran yang disampaikan kepadanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Estiningsih (1994) yang menyatakan bahwa: “Alat peraga merupakan salah satu komponen penentu efektivitas belajar. Alat peraga mengubah materi ajar yang abstrak menjadi kongkrit dan realistik. Penyediaan perangkat alat peraga merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan siswa belajar, sesuai dengan tipe siswa belajar”.Oleh karena itu penulis berupaya untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran di setiap kelas agar lebih efektif dan optimal.
Untuk menskapi hal tersebut maka Penulis mengkaji beberapa teori untuk membuat instrumen supervisi untuk mengukur kompetensi guru dalam memilih alat peraga yang sesuai dengan kaidah yang benar serta menuliskannya dalam RPP dan mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran. Dengan instrumen tersebut penulis melaksanakan penelusuran dokumen RPP dan observasi kegiatan pembelajaran ke semua guru kelas di SDN 3 Kudi.
Berdasarkan hasil penelusuran dokumen RPP ditemukan bahwa semua guru kelas (kelas I s/d VI) sebanyak 6 orang guru telah mampu menunjukkan RPP yang mencantumkan alat peraga pembelajaran. Namun setelah diukur dengan instrumen yang penulis persiapkan, terbukti belum ada seorang gurupun yang mencapai nilai dalam kategori baik. Bahkan baru 2 orang guru (33,3%) bernilai cukup (C), 4 orang guru (66,7%) berkategori kurang (D), dengan rerata nilai sebesar 70 (tujuh puluh) dengan kategori kurang (D). Berdasarkan hasil observasi pembelajaran juga menunjukkan belum ada seorang gurupun yang mencapai nilai dalam kategori baik. Bahkan baru 2 orang guru (33,3%) bernilai cukup (C), 1 orang guru (16,7%) berkategori kurang (D), dan 3 orang guru (50%) bernilai sangat kurang (E) (diantaranya 2 orang guru tidak mengimplemetaskan alat peraga dalam pembelajaran), sedangkan nilai reratanya sebesar 46 (empat puluh enam) dalam kategori sangat kurang (E). Berdasarkan hasil observasi pembelajaran pada aktivitas siswa, mayoritas siswa pasif, dan sangat jarang dijumpai siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru ketika diberikan kesempatan untuk bertanya.Siswa hanya aktif mendengarkan penjelasan-penjelasan guru, dan ketika guru bertanya kepada siswa sangat jarang siswa yang mampu menjawab dengan benar, sehingga sering guru mengulangi penjelasan materi kepada siswa.
Selain melakukan pemantauan proses pembelajaran , penulis juga melakukan wawancara dengan semua guru kelas tentang alasan mengapa para guru tidak menggunakan alat peraga dalam menuyampaikan materi pembelajaran, sedangkan para guru memahami arti penting alat peraga dalam mencapai keberhasilan pembelajaran. Dari hasil wawancara diperoleh data bahwa 2 guru (33,3%) menyatakan kesulitan memilih alat peraga yang tepat dalam pembelajaran, 1 orang guru (16.7%) menyatakan bahwa dengan menggunakan alat peraga justru memancing siswa kurang memperhatikan penjelasan guru tetapi hanya asyik melihat alat peraga yang ditunjukkan oleh guru, dan 1 orang guru (16,7%) menyatakan repot kalau harus mempersiapkan alat peraga, sedangkan 2 guru (33,3%) sudah menggunakan alat peraga tetapi juga mengaku bahwa alat peraga baru sekedar ditunjukkan pada siswa dan belum melibatkan siswa secara aktif untuk menggunakan sendiri. Dari pernyataan guru tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru kelas belum mampu memilih alat peraga yang sesuai dengan kaidah yang benar dan materi pembelajaran dan sebagian yang lain belum mampu mengmplementasikan dalam proses pembelajaran.
Setelah melakukan pemantauan proses pembelajaran dan wawancara dengan guru, penulis melakukan refleksi dengan kepala sekolah, bahwa memang selama ini kepala sekolah di SD ini sangat jarang memantau atau melakukan supervisi pelaksanaan pembelajaran di kelas-kelas, supervisi dilakukan karena akan ada PKKS. Sedangkan Pengawas Sekolah, juga jarang melakukan supervisi pembelajaran secara menyeluruh kepada guru-guru se daerah binaan, kalaupun ada supervisi hanyalah sampel beberapa guru saja. Dengan kondisi tersebut maka jarang ditemukan permasalahan-permasalahan yang menghambat keberhasilan proses pembelajaran di sekolah-sekolah binaan dan sejauhmana kompetensi guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya pun belum sepenuhnya diketahui. Sedangkan supervise akademik merupakan tugas wajib kepala sekolah maupun Pengawas Sekolah. Namun dikarenakan tugas yang sangat banyak maka hal ini seolah-olah terkesampingkan.
Mengingat bahwa alat peraga sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran (karena usia siswa sekolah dasar masih dalam tahap berpikir konkrit sehingga masih sulit untuk menerima materi yang abstrak). Maka tanpa adanya alat peraga pembelajaran siswa hanya belajar dengan pasif, Oleh karena itu penulis berupaya untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran di SDN 3 Kudi ini setiap kelas agar lebih efektif dan optimal. Langkah yang penulis lakukan adalah dengan melaksanakan supervise proses pembelajaran dengan fokus pengamatan tentang pemilihan alat peraga pembelajaran dan pengimplementasiannya dalam proses pembelajaran bagi semua guru kelas. Penggunaan alat peraga ini penulis jadikan sebagai focus amatan dikarenakan alat peraga sangat memiliki andil yang besar mencapai hasil belajar yang optimal, karena dengan menggunakan alat peraga, siswa akan lebih tertarik, aktifitas belajarnya meningkat, semangat belajar meningkat, dan pengetahuan yang didapatkan akan lama tersimpan dalam memorinya sehingga sampai di tingkat kelas di atasnya masih akan teringat. Hal ini sesuai dengan pendapat Sujatmoko yang menggambarkan sebuah kerucut pengalaman belajar. Dari kerucut pengalaman belajar, diketahui bahwa siswa akan mencapai hasil belajar 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan, dan 90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan. Pendapat Sujatmoko ini menunjukkan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah, maka siswa akan mengingat hanya 20 % karena siswa hanya mendengarkan, namun jika guru melibatkan siswa untuk ikut melakukan sesuatu dan melaporkannya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%. (Sujatmoko dkk. 2003:15).
Upaya yang penulis lakukan adalah dengan melaksanakan supervisi akademik dan memberikan pembinaan bagi semua guru kelas yang dilaksanakan melalui Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Harapan penulis setelah diberikan supervise akademik kompetensi guru dalam memilih alat peraga sesuai dengan kaidah yang benar dan mengimplementasikan dalam proses pembelajaran akan meningkat. Dengan meningkatnya kemampuan guru dalam memilih dan mengimplementasikan alat peraga pembelajaran, maka hasil belajar siswa akan meningkat. Dengan meningkatnya hasil belajar di semua kelas (kelas I s/d VI) maka mutu pendidikan di SDN 3 Kudi Kecamatan Batuwarno akan meningkat menjadi baik.
Adapun teknik yang penulis gunakan adalah teknik observasi kelas. Pemilihan teknik observasi kelas dikarenakan supervisi ini difokuskan pada penggunaan alat peraga pembelajaran meliputi pemilihan dan pengimplementasiannya dalam pembelajaran, maka teknik yang dipandang sesuai adalah teknik observasi kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat (Glickman,1981). yang menyatakan “Teknik observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Secara umum, aspek-aspek yang diamati selama proses pembelajaran yang sedang berlangsung adalah: (1). usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran (2).Cara penggunaan media Pembelajaran;(3). reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar; (4). keadaan media Pembelajaran yang dipakai dari segi materialnya. Dalam penelitian ini fokus yang diamati adalah tentang penggunaan alat peraga pembelajaran.
Perumusan Masalah
- Apakah setelah diberikan supervisi akademik dapat meningkatkan kompetensi memilih alat peraga pembelajaran yang sesuai dengan kaidah yang benar, bagi guru kelas Sekolah Dasar Negeri 3 Kudi Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/2018?
- Apakah setelah diberikan supervisi akademik dapat meningkatkan kompetensi dalam mengimplementasikan alat peraga dalam proses pembelajaran bagi guru kelas Sekolah Dasar Negeri 3 Kudi Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/2018?
- Apakah setelah diberikan supervisi akademik dapat meningkatkan kompetensi memilih alat peraga pembelajaran yang sesuai dengan kaidah yang benar, dan mengimplementasikan dalam proses pembelajaran bagi guru kelas Sekolah Dasar Negeri 3 Kudi Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/2018?
Tujuan Penelitian
- Setelah diberikan supervisi akademik ada peningkatan kompetensi memilih alat peraga pembelajaran yang sesuai dengan kaidah yang benar, bagi guru kelas Sekolah Dasar Negeri 3 Kudi Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/201
- Setelah diberikan supervisi akademik ada peningkatan kompetensi dalam mengimplementasikan alat peraga dalam proses pembelajaran bagi guru kelas Sekolah Dasar Negeri 3 Kudi Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/201
- Setelah diberikan supervisi akademik ada peningkatan kompetensi memilih alat peraga pembelajaran yang sesuai dengan kaidah yang benar, dan mengimplementasikan dalam proses pembelajaran bagi guru kelas Sekolah Dasar Negeri 3 Kudi Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/201
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Supervisi Akademik
Pada hakekatnya supervisi akademiak adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, berarti, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengem- bangkan kemampuan profesionalismenya. Hakekat supervisi akademik tersebut mengacu pada pendapat Glickman (1981), yang mendefinisikan supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan untuk membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran.
Kompetensi Guru
Menurut Uno (2007: 63), kompetensi merupakan karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan menjadi cara-cara berperilaku dan berfikir dalam segala situasi, dan berlangsung dalam periode waktu yang lama. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa kompetensi menunjuk pada kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan perilaku. Menurut Kandar (2010: 1) kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direflesikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dari perbuatan secara profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru. Standar Kompetensi Guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan.
Alat Peraga Pendidikan
Menurut Soeparno (1987:2) menyatakan bahwa alat peraga berbeda dengan alat pelajaran. Alat pelajaran adalah alat yang dipakai untuk menunjang berlangsungnya proses belajar mengajar. Dengan kata lain alat pelajaran adalah perangkat kerasnya. Jadi, alat pelajaran adalah perangkat keras yang belum diisi program atau memang tidak diisi program. Contohnya: papan tulis yang bersih, penghapus, kapur, meja siswa, tempat duduk siswa, tempat duduk guru, penerangan. Sedangkan alat peraga pada hakikatnya adalah suatu alat yang digunakan untuk memvisualkan suatu konsep tertentu saja. Misalnya seorang guru Matematika mengajarkan balok dengan menggunakan alat peraga berupa kardus bekas kemasan produk makanan yang berbentuk balok. Dengan menggunakan alat peraga tersebut diharapkan siswa dapat lebih mudah menangkap konsep yang disampaikan.
Pendapat Sudjana, 2009, menyatakan bahwa Alat Peraga Pendidikan adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien. Sedangkan Faizal, 2010, mendefinisikan Alat Peraga Pendidikan sebagai instrument audio maupun visual yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan membangkitkan minat siswa dalam mendalami suatu materi.
Proses Pembelajaran
Para ahli pendidikan memiliki pendapat yang berbeda-beda dalam mendefinisikan pengertian pembelajaran. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksikan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Pengertian Pembelajaran Menurut Suyitno (2004:2) pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsini Arikunto, 1996:63). Dalam penelitian ini dapat diajukan dugaan sementara (hipotesis) dari penelitian ini bahwa:
- Setelah diberikan supervisi akademik ada peningkatkan kompetensi memilih alat peraga pembelajaran yang sesuai dengan kaidah yang benar, bagi guru kelas Sekolah Dasar Negeri 3 Kudi Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/201
- Setelah diberikan supervisi akademik ada peningkatan kompetensi dalam mengimplementasikan alat peraga dalam proses pembelajaran bagi guru kelas Sekolah Dasar Negeri 3 Kudi Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/201
- Setelah diberikan supervisi akademik ada peningkatan kompetensi memilih alat peraga pembelajaran yang sesuai dengan kaidah yang benar, dan mengimplementasikan dalam proses pembelajaran bagi guru kelas Sekolah Dasar Negeri 3 Kudi Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/201
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester I (satu) tahun pelajaran 2017/2018, selama 3 bulan yaitu dari bulan September sampai dengan November 2017. Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Kudi Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri. Alasan penelitian ini di tempatkan di sekolah ini di karenakan SD ini memiliki permasalahan yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Guru Kelas di SD Negeri 3 Kudi Kecamatan Batuwarno tahun pelajaran 2017/2018 sebanyak 6 orang meliputi guru kelas I sampai dengan kelas VI terdiri dari 4 orang guru laki-laki dan 2 orang guru perempuan
Validasi Data
Validasi berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi dalam memilih alat peraga dan kompetens dalam mengmplementskan pada proses Penelitian tindakan sekolah ini menggunakan trianggulasi sumber dan trianggulasi metode. (1). Trianggulasi sumber data berasal dari guru kelas, kepala sekolah dan siswa. (2). Trianggulasi metode yaitu data dari pengumpulan dokumen, hasil observasi, dan hasil wawancara dan catatan lapangan.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan kondisi akhir atau target yang diharapkan dapat dicapai pekerjaan (tindakan) selesai dilakukan. Dalam penelitian ini indikator keberhasilan penelitian ditentukan sebagai berikut:
- Setelah diberikan supervisi akademik ada peningkatkan kompetensi memilih alat peraga pembelajaran yang sesuai dengan kaidah yang benar, bagi guru kelas Sekolah Dasar Negeri 3 Kudi Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/2018 hingga mencapai 83,3% dalam kategori minimal baik, dan nilai rata-ratanya minimal sebesar 85
- Setelah diberikan supervisi akademik ada peningkatan kompetensi dalam mengimplementasikan alat peraga dalam proses pembelajaran bagi guru kelas Sekolah Dasar Negeri 3 Kudi Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/2018 hingga mencapai 83% dalam kategori minimal baik, dan nilai rata-ratanya minimal sebesar 85
- Setelah diberikan supervisi akademik ada peningkatan kompetensi memilih alat peraga pembelajaran yang sesuai dengan kaidah yang benar, dan mengimplementasikan dalam proses pembelajaran bagi guru kelas Sekolah Dasar Negeri 3 Kudi Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/2018 hingga mencapai 83% dalam kategori sangat baik, dan nilai rata-ratanya minimal sebesar 91
Prosedur Penelitian
Penelitian direncanakan menggunakan tindakan daur ulang seperti yang dikembangkan oleh Arikunto(2010:17) dengan menggunakan langkah-langkah: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Perbandingan Prasiklus ke Siklus I
Peningkatan Kompetensi Guru dalam Memilih Alat Peraga, dapat diketahui adanya peningkatan jumlah guru yang memiliki kompetensi memilih alat peraga pembelajaran dengan kategori minimal baik sebayak 4 guru (66,7%) yaitu dari 0 orang (0%) pada pra siklus menjadi 4 orang (66,7%) pada siklus I. Demikian juga nilai reratanya mengalami peningkatan sebanyak 11 (sebelas) yaitu dari 70 (tujuh puluh) pada prasiklus menjadi 81 (delapan puluh satu) pada siklus I, atau dari kategori kurang (D) menjadi kategori baik (B).
Peningkatan Kompetensi Guru dalam Mengimplementasikan Alat Peraga pada Proses Pembelajaran, dapat diketahui adanya peningkatan jumlah guru yang memiliki kompetensi mengimplementasikan alat peraga pada proses pembelajaran dengan kategori minimal baik sebayak 4 guru (66,7%) yaitu dari 0 orang (0%) pada pra siklus menjadi 4 orang (66,7%) pada siklus I. Demikian juga nilai reratanya mengalami peningkatan sebanyak 35 (tiga puluh lima) yaitu dari 46 (empat puluh enam) pada prasiklus menjadi 81 (delapan puluh satu) pada siklus I, atau dari kategori sangat kurang (E) menjadi kategori baik (B).
Peningkatan Kompetensi Guru Memilih Alat Peraga dan Mengimplementasikan dalam Proses Pembelajaran, dapat diketahui adanya peningkatan jumlah guru yang memiliki kompetensi memilih alat peraga dan mengimplementasikandala proses pembelajaran dengan kategori minimal baik sebayak 3 guru (50%) yaitu dari 0 orang (0%) pada pra siklus menjadi 3 orang (50%) pada siklus I. Demikian juga nilai reratanya mengalami peningkatan sebanyak 23 (dua puluh tiga) yaitu dari 58 (lima puluh delapan) pada prasiklus menjadi 81 (delapan puluh satu)pada siklus I, atau dari kategori sangat kurang (E) menjadi kategori baik (B).
Perbandingan Siklus I ke siklus II
Peningkatan Kompetensi Guru dalam Memilih Alat Peraga, dapat diketahui adanya peningkatan jumlah guru yang memiliki kompetensi memilih alat peraga pembelajaran dengan kategori minimal baik sebayak 2 guru (33,3%) yaitu dari 4 orang (66,7%) pada siklus I menjadi 6 orang (100%) pada siklus II. Demikian juga nilai reratanya mengalami peningkatan sebanyak 10 (sepuluh) yaitu dari 81 (delapan puluh satu) pada siklus I menjadi91 (sembilan puluh satu) pada siklus II, atau dari kategori baik (B) menjadi kategori sangat baik (A).
Peningkatan Kompetensi Guru dalam Mengimplementasikan Alat Peraga pada Proses Pembelajaran, dapat diketahui adanya peningkatan jumlah guru yang memiliki kompetensi mengimplementasikan alat peraga pada proses pembelajaran dengan kategori minimal baik sebayak 2 guru (33,3%) yaitu dari 4 orang (66,7%)) pada siklus I menjadi 6 orang (100%) pada siklus II. Demikian juga nilai reratanya mengalami peningkatan sebanyak 11 (sebelas) yaitu dari81 (delapan puluh satu) pada siklus I menjadi 92 (semblan puluh dua) pada siklus II, atau dari kategoribaik (B) menjadi kategori sangat baik (A).
Peningkatan Kompetensi Guru Memilih Alat Peraga dan Mengimplementasikan dalam Proses Pembelajaran, dapat diketahui adanya peningkatan jumlah guru yang memiliki kompetensi memilih alat peraga dan mengimplementasikandala proses pembelajaran dengan kategori minimal baik sebayak 3 guru (50%) yaitu dari 3 orang (50%) pada siklus I menjadi 6 orang (100%) pada siklus II. Demikian juga nilai reratanya mengalami peningkatan sebanyak 10,4 (sepuluh koma empat) yaitu dari81 (delapan puluh satu) pada siklus I menjadi 91,4 (semblan puluh satukoma empat) pada siklus I, atau dari kategori baik (B) menjadi kategori sangat baik (A).
Perbandingan Prasiklus ke siklus II
Peningkatan Kompetensi Guru Memilih Alat Peraga, dapat diketahui adanya peningkatan jumlah guru yang memiliki kompetensi memilih alat peraga pembelajaran dengan kategori minimal baik sebayak 6 guru (100%) yaitu dari 0 orang (0%) pada pra siklus menjadi 6 orang (100%) pada siklus II. Demikian juga nilai reratanya mengalami peningkatan sebanyak 21 (sebelas) yaitu dari 70 (tujuh puluh) pada prasiklus menjadi91 (sembilan puluh satu) pada siklus II, atau dari kategori kurang (D) menjadi kategori sangat baik (A).
Peningkatan Kompetensi Guru dalam Mengimplementasikan Alat Peraga pada Proses Pembelajaran, dapat diketahui adanya peningkatan jumlah guru yang memiliki kompetensi mengimplementasikan alat peraga pada proses pembelajaran dengan kategori minimal baik sebayak 6 guru (100%) yaitu dari 0 orang (0%) pada pra siklus menjadi 6 orang (100%) pada siklus II. Demikian juga nilai reratanya mengalami peningkatan sebanyak 46 (empat puluh enam) yaitu dari 46 (empat puluh enam) pada prasiklus menjadi 92 (semblan puluh dua) pada siklus II, atau dari kategori sangat kurang (E) menjadi kategori sangat baik (A).
Peningkatan Kompetensi Guru Memilih Alat Peraga dan Mengimplementasikan dalam Proses Pembelajaran, dapat diketahui adanya peningkatan jumlah guru yang memiliki kompetensi memilih alat peraga dan mengimplementasikandala proses pembelajaran dengan kategori minimal baik sebayak 6 guru (100%) yaitu dari 0 orang (0%) pada pra siklus menjadi 6 orang (100%) pada siklus II. Demikian juga nilai reratanya mengalami peningkatan sebanyak 23,4 (dua puluh tiga koma empat) yaitu dari 58 (lima puluh delapan) pada prasiklus menjadi 91,4 (sembilan puluh satu koma empat) pada siklus II, atau dari kategori sangat kurang (E) menjadi kategori sangat baik (A).
PENUTUP
Kesimpulan
Sesuai dengan perumusan masalah dalam penelitian ini serta hasil penelitian dan pembahaan dapat disimpulkan bahwa:
- Setelah diberikan supervisi akademik ada peningkatkan kompetensi memilih alat peraga pembelajaran yang sesuai dengan kaidah yang benar, bagi guru kelas Sekolah Dasar Negeri 3 Kudi Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/2018 hingga mencapai 100% dalam kategori minimal baik, dan nilai rata-ratanya sebesar 91 (kategori A)
- Setelah diberikan supervisi akademik ada peningkatan kompetensidalam mengimplementasikan alat peraga dalam proses pembelajaran bagi guru kelas Sekolah Dasar Negeri 3 Kudi Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/2018 hingga mencapai 100% dalam kategori minimal baik, dan nilai rata-ratanya sebesar 92 (kategori A)
- Setelah diberikan supervisi akademik ada peningkatan kompetensi memilih alat peraga pembelajaran yang sesuai dengan kaidah yang benar, dan mengimplementasikan dalam proses pembelajaran bagi guru kelas Sekolah Dasar Negeri 3 Kudi Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2017/2018 hingga mencapai 100% dalam kategori sangat baik, dan nilai rata-ratanya sebesar 91,4 (kategori A)
Saran
Berdasarkan pengalaman penulis setelah pelaksananan Penelitian Tindakan Sekolah ini penulis dapat memberikan saran kepada:
Kepala Sekolah
- Supervisi akademik merupakan salah satu tupoksi kepala sekolah, untuk itu wajib dilaksanakan dengan penuh amanah.
- Pelaksanaan supervise akademik menjadi kendali dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah, untuk itu sangat perlu dilaksanakan.
- Lengahnya supervise akademik bisa menjadikan kurang optimalnya mutu pembelajaran oleh karena itu laksanakan supervise akademik dengan tertib
Guru
- Tugas utama guru adalah mendidik dan mengajar, oleh karena itu laksanakan dengan penuh amah.
- Guru merupakan ujung tombak penentu keberhasilan pendidikan, untuk itu laksanakan tugas anda dengan professional, jangan hanya rajin dan sunggh-sungguh ketika ada supervise saja.
- Alat peraga pembelajaran sangat membantu dan mempermudah siswa untuk menangkap atau menerima materi-materi yang sulit yang dijelaskan guru untuk biasakan menggunakan alat peraga di setiap pembelajaran.
- Supervisi akademik merupakan kegiatan untuk membantu kesulitan-kesulitan yang dialami guru, bukan untuk menghukum atau menghakimi. Untuk itu janganlah anda takut atau alergi dengan adanya supervise dari kepala sekolah maupun dari Pengawas Sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Glickman. 1981. Supervision of Instruction, Boston: Allyn And Bacon Inc
Kandar. 2010 Kepemimpinan dan sikap guru. http://endang965.wordpress. com/thesis/3-kepemimpinan-ks-sikapguru/bab-2-deskripsi/ed.1985.Penelitian behavioral. 12 des 2011
Soeparno. 1987. Alat Peraga Pendidikan. Jakarta: CV. Karya Mandiri
Sudjana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Suyitno, Amin. 2004. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran. Semarang: FMIPA UNNES.
Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar. Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara