PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TWO STAY TWO STRAY SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA 1

MAN 1 SRAGEN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Sri Mulyati

Guru MAN 1 Sragen

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar matematika pada materi Limit fungsi dan turunan dengan menggunakan model pembelajaran koopertif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) pada kelas XI IPA 1 MAN I Sragen semester genap tahun pelajaran 2018/2019. Prosedur penelitian yang digunakan dengan menggunakan prosedur Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan 2 siklus. Sedangkan teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah teknik tes dan teknik non tes.Adapun alat pengumpul data berupa butir-butir soal tes tertulis yang harus dikerjakan siswa selama pelaksanaan penelitian dan lembar Observasi pembelajaran yang dilakukan kolaborator selama pembelajaran berlangsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran Kooperatif tipe TSTS pada siswa kelas XI IPA 1 MAN 1 Sragen Semester Gasal Tahun Pelajaran 2018/2019 Dari kondisi awal ke siklus II terjadi peningkatan kegiatan pembelajaran yaitu pada aspek kemauan siswa dalam pembelajaran terjadi peningkatan 7 siswa menjadi 15 siswa, pada aspek perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan oleh guru terjadi peningkatan dari 5 siswa menjadi 10 siswa. Dari kondisi awal ke kondisi akhir terjadi terjadi peningkatan prestasi belajar dari rata-rata 62,07 menjadi nilai rata- rata 76,76 atau terjadi peningkatan sebesar 23.70% dan nilai tertinggi dari kondisi awal ke kondisi akhir terjadi peningkatan dari 70 menjadi 85 atau meningkat sebesar 21.42% pada nilai terendah terjadi peningkatan dari 60 menjadi 70 atau meningkat sebesar 40%..

 Kata kunci: Model Pembelajan. Kooperatif, TSTS, Prestasi belajar

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan peneliti sebelum penelitian masih banyak didominasi oleh peneliti, pada saat proses pembelajaran peneliti masih menggunakan metode ceramah sehingga peserta didik hanya mendengarkan keterangan atau penjelasan yang diberikan oleh peneliti. Selain itu peneliti kurang memberi kesempatan pada peserta didik untuk beraktivitas sehingga terkesan proses pembelajaran hanya terjadi dari satu arah saja yaitu dari peneliti.

Agar aktivitas dan peserta belajar peserta didik meningkat maka peneliti dalam mengajar akan menggunakan model TSTS. Hal ini dikarenakan peneliti beranggapan bahwa dengan penerapkan model TSTS akan lebih dapat mendorong peserta didik menggadakan interaksi dalam kegiatan belajar baik interaksi antar peserta didik maupun interaksi pada peneliti, senang dan bersemangat sehingga diharapkan bisa meningkatkan aktivitas dan bisa meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Dari uraian di atas maka perlu diadakan pemecahan masalah yaitu perlu adanya tindakan yang dilakukan peneliti.Adapun tindakan yang akan dilaksanakan oleh peneliti adalah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model TSTS (Two Stay Two Stray).

Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

  1. Mengapa aktivitas peserta didik masih rendah, padahal peneliti dalam mengajar sudah tepat waktu dan selalu menerangkan dengan sabar dan jelas?
  2. Mengapa hasil belajar peserta didik masih rendah, padahal peneliti dalam mengajar selalu tepat waktu dan selalu memberi tugas rumah ?
  3. Mengapa aktivitas dan hasil belajar peserta didik masih rendah, padahal peneliti dalam mengajar sudah tepat waktu dan sudah memberi tugas rumah?

Pembatasan Masalah

Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan model pembelajaran Kooperatif tipe two stay two stray ini, sebagai berikut: 1) membutuhkan kemampuan kerja tim (kelompok) secara kooperatif 2) untuk melatih keterampilan berpikir kritis peserta didik 3) meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik. 4) peserta didik dituntut untuk memiliki tanggungjawab dan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. 5) membuat peserta didik aktif bekerja sama dalam proses pembelajaran baik secara emosional maupun sosial.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, di atas dan pembatasan masalah peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

  1. Apakah melalui Model pembelajaran Kooperatif tipe TSTS ( Two Stay Two Stray) dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran pada siswa kelas XI IPA 1 MAN 1 Sragen Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019?.
  2. Apakah melalui Model pembelajaran Kooperatif tipe TSTS ( two Stay two stray) dapat meningkatkan Prestasi belajar Matematika pada siswa kelas XI IPA 1 MAN 1 Sragen Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019?.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

  1. Mendeskripsikan peningkatkan kegiatan siswa selama pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS ( two Stay Two Stray) pada siswa kelas XI IPA 1 MAN 1 Sragen Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019.
  2. Mengetahui peningkatan prestasi belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TSTS( Two Stay Two Stray) pada siswa kelas XI IPA 1 MAN 1 Sragen Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019.

Manfaat Penelitian

Manfaat Teoretis

  1. Mendapatkan pengetahuan dan penerapan model TSTS ( Two Stay Two Stray)
  2. Memberikan sumbangan wawasan bagi guru di MAN 1 Sragen tentang Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS( Two Stay Two Stray)
  3. Bagi penulis penelitian ini bermanfaat dalam menerapkan model TSTS ( Two Stay Two Stray). yang menjadi tupoksi guru serta mendapatkan pengalaman praktis dalam melaksanakan pembelajaran.

Manfaat Praktis

  1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran khususnya kepada guru dalam melaksanakan Tupoksinya.
  2. Bagi guru bermanfaat dalam mengembangkan kariernya ke depan.

KAJIAN TEORI KERANGKA BERPIKIR HIPOTESA

Kajian Teori

Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Zaini (2004) model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran .

Proses belajar mengajar yang berkembang di kelas umumnya ditentukan oleh peran guru dan siswa sebagai individu-individu yang terlibat langsung di dalam proses tersebut. Prestasi belajar siswa itu sendiri sedikit banyak tergantung pada cara guru menyampaikan pelajaran pada anak didiknya. Oleh karena itu kemampuan serta kesiapan guru dalam mengajar memegang peranan penting bagi keberhasilan proses belajar mengajar pada siswa. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan antara prestasi belajar siswa dengan metode mengajar yang digunakan

Model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan, walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Kebanyakan pengajar enggan menerapkan system kerja sama di dalam kelas karena beberapa alasan. Alasan utama adalah kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam grup (kelompok).

Model Pembelajaran TSTS (Two Stay Two Stray)

Two Stay Two Stray adalah salah satu model pembelajaran Kooperatif yang di kembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992 . Menurut Suyatno (2009) model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah dengan cara peserta didik berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua peserta didik bertamu ke kelompok lain dan dua peserta didik lainnya tetap dikelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, dan laporan kelompok.

Melalui metode kooperatif teknik Two Stay Two Stray diharapkan peserta didik akan berani mengungkapkan pendapatnya dalam kelompoknya sendiri, kemudian dalam kelompok lain (Anita Lie, 2008: 61)

Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari yang telah dilakukan. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuaan, keterampilan terhadap mata pelajaran dengan dibuktikan melalui tes.

Prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dapat dicapai akibat kemampuan dalam diri seseorang untuk melakukan belajar, baik berupa angka, huruf serta tindakan yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai dalam periode tertentu (Saifuddin Azwar, 2001: 3).

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu:

  1. Melalui model pembelajaran Kooperatif tipe TSTS ( Two Stay Two Stray ) dapat meningkatkan kegiatan Pembelajaran pada siswa kelas XI IPA 1 MAN 1 Sragen Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019
  2. Melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS ( Two Stay Two Stray) dapat meningkatkan Prestasi belajar Matematika pada siswa kelas XI IPA 1 MAN 1 Sragen Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019.

METODE PENELITIAN

A.            Setting Penelitian

Waktu penelitian

Penelitian dilakukan selama satu semester dengan mengambil data kondisi awal pada awal semester genap pada materi Fungsi Komposisi dan fungsi Invers dan pelaksanaan tindakan dilakukan pada semester Genap pada tahun pelajaran 2018/2019 pelaksanaan penelitian tindakan dilakukan secara bertahap.

Tempat penelitian

Tempat penelitian adalah di MAN I Sragen yang terletak di jalan Sumpah Pemuda no 25 Sragen dengan mengambil kelas XI IPA 1 di mana kelas ini semuanya berjenis kelamin laki-laki.

B.            Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 MAN 1 Sragen pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019.

Obyek penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar matematika dengan siklus I pada materi Limit serta pada siklus II pada materi Turunan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TSTS( Two Stay Two Stray).

Sumber Data.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

  1. Data Kondisi awal yang berupa nilai ulangan harian pada fungsi komposisi dan fungsi invers dan data observasi pembelajaran siswa dalam pembelajaran pada Kondisi awal
  2. Data Siklus 1 yang berupa nilai prestasi pada akhir siklus I pada materi Limit Fungsi dan data observasi Pembelajaran siswa pada siklus 1
  3. Data Siklus II yang berupa nilai prestasi pada akhir siklus II pada materi Turunan dan data observasi Pembelajaran pada siklus II

C.            Validasi Data

Validasi data pada penelitian ini menggunakan dua validasi data yaitu:

  1. Untuk tes prestasi belajar menggunakan validitas isi yaitu yang berupa kisi-kisi soal dalam hal ini pada materi Limit Fungsi dan Turunan
  2. Untuk observasi pembelajaran siswa menggunakan Triangulasi data yaitu dari kolaborasi teman sejawat dengan sesama guru matematika di MAN 1 Sragen.

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Deskripsi Kegiatan Pembelajaran

Dalam pelajaran matematika yang penuh dengan latihan-latihan soal,sehingga diharapkan dengan adanya latihan-latihan soal tersebut siswa akan mudah untuk menguasai konsep tersebut. Dengan adanya penguasaan konsep-konsep tersebut diharapkan mata pelajaran Matematika akan menjadi mata pelajaran yang menyenangkan.

Dalam kondisi awal juga banyak siswa yang belum mau bertanya dengan guru pada pelajaran yang belum jelas, mereka merasa tidak jelas dengan materi sehingga bingung mau bertanya dengan tentang apa. Berdasarkan lembar observasi pada kondisi awal didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 3. Data Observasi dalam Pembelajaran Kondisi Awal

No Aspek Yang dinilai Jumlah siswa Prosentase
1 Kemauan untuk menerima pelajaran 7 41.17%
2 Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh guru 5 29.42%
3 Kehadiran 17 100%
4 Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran 7 41.17%
5 Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat 5 29.42%

 

Deskripsi Prestasi Belajar

Pada kondisi awal ini guru bertindak otoriter sehingga siswa hanya sepintas mendengarkan dan tidak ada rasa tanggung jawab sama sekali dalam pembelajaran, sehingga mereka tidak senang dalam pembelajaran dan banyak siswa yang malas untuk belajar akibatnya nilai ulangan harian siswa banyak yang tidak mencapai ketuntasan.

 

Deskripsi Hasil Siklus I

Perencanaan Tindakan

Pada pembelajaran Siklus 1 pada mata pelajaran Matematika yang terdiri 4 x pertemuan yang tiap pertemuan terdiri dari 2 x 45 menit di mana pada pertemuan terakhir diadakan ulangan harian sebagai data siklus 1. Pada tahap perencanaan tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

  1. Menyiapkan Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran

Dalam mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Dalam perencanaan mengacu pada 3 kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti serta kegiatan penutup.

  1. Menyiapkan lembar kerja siswa
  2. Menyiapkan tugas yang berupa tugas rumah yang harus dikerjakan oleh siswa.
  3. Menyiapkan lembar evaluasi yang berupa soal-soal berbentuk essay dengan jumlah 5 soal.

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dengan mengacu pada perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan selama 4 x pertemuan dengan setiap pertemuan 2 x 45 menit . siklus I.

Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan yang dilakukan kolaborator selama pembelajaran dari pertemuan pertama sampai pertemuan ke empat, dalam pembelajaran siswa sudah mulai aktif dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TSTS, mereka merasa senang dalam pembelajaran serta sangat antusias dalam mendengarkan penjelasan dari guru. Penerapan Model pembelajaran TSTS ini sangat berkesan pada siswa kecuali mereka akrab dalam satu kelas, meraka juga dapat mendiskusikan dengan teman lain dalam kelompok lain, sehingga pembelajaran dapat membuat siswa senang dalam pembelajaran Matemtika pada materi Fungsi Limit. Berdasarkan hasil pengamatan kolaborator dengan menggunakan lembar observasi di dapat hasil sebagai berikut:

Tabel 6. Data Observasi Pembelajaran Pada Siklus I

No Aspek Yang dinilai Jumlah siswa Prosentase
1 Kemauan untuk menerima pelajaran 10 58.82%
2 Perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh guru 10 58.82%
3 Kehadiran 17 100%
4 Kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran 10 58.82%
5 Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat 10 58,82%

 

Deskripsi Hasil Siklus 2

Perencanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dengan mengacu pada perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan selama 4 x pertemuan dengan setiap pertemuan 2 x 45 menit dengan uraian sebagai berikut:

Pertemuan Pertama

Pada pertemuan pertama kegiatan pembelajaran di mulai dengan berdoa serta mengecek kehadiran siswa dalam pembelajaran. Pada kegiatan pendahuluan guru memberikan apersepsi tentang Turunan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran serta mencapaikan peta konsep. Pada kegiatan inti yang dipadukan dengan 3 fase pembelajaran yaitu fase eksplorasi,elaborasi dan konfirmasi dengan pelaksanaannya sebagai berikut:

  • Fase eksplorasi

Pada fase ini guru menjelaskan tentang turunan fungsi aljabar yang dilanjutkan dengan menentukan turunn fungsi Trigonometri tersebut dengan cara memberikan konsep-konsep tentang Turunan tersebut yang dapat diaplikasikan siswa dalam soal-soal yang berbeda. Guru juga memberikan beberapa cara mengerjakan Turunan Fungsi Aljabar dan Turunan Fungsi Trigonometri.

  • Fase elaborasi

Pada fase elaborasi guru membagi kelompok yang terdiri dari 4 siswa, sehingga ada 4 kelompok dalam kelas XI IPA 1 dengan 1 siswa bertugas untuk mengatur kerja dalam kelompok. Pada fase ini guru membagikan beberapa lembar kerja yang berisi soal-soal tentang Turunan fungsi Aljabar dan turunan Fungsi Trigonometri. Pada kegiatan ini satu siswa menentukan tamu yang datang kelompok lain seperti dua siswa pada kelompok A bertamu ke kelompok B serta 2 siswa bertamu kelompok C dengan mendiskusikan tentang lembar kerja yang diberikan guru.

  • Fase konfirmasi

Pada fase ini semua siswa kembali pada kelompok masing-masing untuk mendiskusikan kembali hasil pengerjaan lembar kerja siswa. Dan guru memyimpulkan hasil pengerjaan Lembar kerja serta memberikan materi yang kurang.

Hasil Tindakan

Pada pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe TSTS yang dilakukan dengan 2 sebagai tamu dan 2 siswa tinggal dalam kelompok sangat baik sekali diterapkan pada siswa kelas XI IPA 1 , sehingga secara teori pembelajaran dengan menggunakan Model pembelajaran TSTS dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran di kelas dan prestasi belajar siswa.

Pada pembelajaran dengan menggunakan model TSTS ternyata secara empirik dari kondisi awal ke kondisi akhir telah mencapai indikator keberhasilan dalam pembelajaran yang telah ditetapkan dengan hasil sebagai berikut:

  1. Dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh kolaborator selama pembelajaran berlangsung telah dapat meningkatkan semua aspek yang diteliti dalam pembelajaran, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut: pada aspek kemauan siswa dalam pembelajaran terjadi peningkatan 7 siswa menjadi 15 siswa, pada aspek perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan oleh guru terjadi peningkatan dari 5 siswa menjadi 10 siswa. Pada aspek kehadiran dari kondisi awal ke siklus kondisi akhir semua siswa hadir dalam pembelajaran. Pada aspek menerapkan hasil pembelajaran terjadi peningkatan dari kondisi awal ke kondisi akhir dari 7 siswa menjadi 12 siswa. Pada aspek bertanya atau mengeluarkan pendapat terjadi peningkatan dari 5 siswa menjadi 15.
  2. Dari kondisi awal ke kondisi akhir terjadi peningkatan prestasi belajar dari rata-rata 62,07 menjadi nilai rata- rata 76,76 atau terjadi peningkatan sebesar 23.70% dan nilai tertinggi dari kondisi awal ke kondisi akhir terjadi peningkatan dari 70 menjadi 85 atau meningkat sebesar 21.42% pada nilai terendah terjadi peningkatan dari 60 menjadi 70 atau meningkat sebesar 40%..

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TSTS pada siswa kelas XI IPA 1 MAN 1 Sragen semester genap tahun pelajaran 2018/2019 dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran siswa dari kondisi awal ke siklus II yaitu pada aspek kemauan siswa dalam pembelajaran terjadi peningkatan 7 siswa menjadi 15 siswa, pada aspek perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan oleh guru terjadi peningkatan dari 5 siswa menjadi 10 siswa. Pada aspek kehadiran dari kondisi awal ke siklus kondisi akhir semua siswa.
  2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TSTS pada siswa kelas XI IPA 1 MAN 1 Sragen semester genap tahun pelajaran 2018/2019 dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Dari kondisi awal ke kondisi akhir peningkatan prestasi belajar dari rata-rata 62,07 menjadi nilai rata- rata 76,76 atau terjadi peningkatan sebesar 23.70% dan nilai tertinggi dari kondisi awal ke kondisi akhir terjadi peningkatan dari 70 menjadi 85 atau meningkat sebesar 21.42% pada nilai terendah terjadi peningkatan dari 60 menjadi 70 atau meningkat sebesar 40%..

Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:

Bagi Siswa

  1. Dengan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS hendaknya siswa dapat memanfaatkannya dengan baik sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.
  2. Hendaknya siswa lebih aktif sendiri dan berusaha menemukan konsep konsep yang mempermudah dalam pelajaran Matematika

Bagi Guru

  1. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat membuat guru mendorong profesionalisme sebagai guru.
  2. Perlunya model pembelajaran yang lain untuk mendorong profisionalime guru.

DAFTAR PUSTAKA

Sadiman, Arief S .2008. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan pemanfaatan , Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Arsyad, Azhar .2002. Media Pembelajaran , Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

A.Kosasih.2007.Optimalisasi media pembelajaran.Jakarta.Grasindo.

Nur Wahyuni, Esa. 2007. Teori belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta.ARRUZ Media.

Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Asdi Mahasatya.

Gulo W .2002. Strategi Belajar mengajar, Jakarya: PT Gramedia.

Isjoni,2007. Pembelajaran Sejarah, Bandung: ALFABETA

Isjoni, , Firdaus LN, 2007, Pembelajaran Terkini Perpaduan Indonesia-Melayu, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Kemp J.E & Dayton D.K .1985. Planning and Producing Intructional Media, Fifth edition , New York: Hape & Row Publisher.

Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ngalim Purwanto, M. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.