PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

DENGAN TEKNIK PROBLEM SOLVING TERHADAP PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI

SMK N 2 KENDAL

 

Lujeng Retnosari

Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling, Universitas PGRI Semarang

  1. Th. S. R. Retnaningdyastuti
  2. Primaningrum Dian

Dosen Universitas PGRI Semarang

 

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh tingginya kebiasaan buruk siswa yang sering terlambat dalam menyelesaikan tugas sekolah yang telah diberikan pada siswa kelas XI SMK N 2 Kendal yang dipicu oleh perilaku prokrastinasi akademik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat perilaku prokrastinasi akademik siswa kelas X1 SMK N 2 Kendal sesudah diberi treatment layanan bimbingan kelompok dengan teknik Problem Solving. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan metode penelitian true eksperimental design dengan bentuk pretest-posttest control group design. Sampel yang diambil sebanyak 20 dengan menggunakan cluster random sampling. Hasil pre-test menunjukan rata-rata kelompok eksperimen sebesar 93,5 dan kelompok kontrol menunjukan rata-rata 92,9. Sedangkan hasil post-test menunjukan rata-rata kelompok eksperimen sebesar 78,4 dan kelompok kontrol menujukan rata-rata sebesar 89,1. Hasil uji hipotesis diperoleh thitung = 2,224 dengan ttabel yaitu 2,101. Hal tersebut menunjukan bahwa thitung = 2,224 > ttabel= 2,101, maka dapat disimpulkan bahwa “ada pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving terhadap perilaku prokrastinasi akademik siswa kelas XI SMK N 2 Kendal.

Kata Kunci: Bimbingan Kelompok, Teknik Problem Solving, Prokrastinasi Akademik

 

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan tonggak utama dalam pembentukan generasi penerus bangsa agar memiliki SDM yang berkualitas sehingga mampu mengejar keunggulan dalam era persaingan global ini. Dunia pendidikan dalam pembentukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas diharapkan dapat memberikan respon yang lebih cermat terhadap perubahan-perubahan yang tengah berlangsung saat ini.

Pada era saat ini, banyaknya perubahan-perubahan yang terjadi dapat mempengaruhi terbentuknya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, pada hal ini pendidikan mampu mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dengan menjadikan manusia tersebut menjadi manusia yang dapat memunculkan perilaku dispilin, kreatif, dan memiliki etos kerja yang baik. Menurut Ghufron (dalam Putri dkk, 2014:1) disiplin, kreatif, dan memiliki etos kerja yang tinggi adalah indikator SDM yang berkualitas, kualitas SDM memegang peranan penting dalam kondisi persaingan global yang penuh dengan tekanan dan kompetisi. Demikian berhungan dengan hal tersebut, siswa yang dapat berperilaku yang mencerminkan adanya kedisiplinan, kreativitas maupun etos kerja yang tinggi termasuk dalam SDM yang berkualitas, terutama disiplin, kreatif, dan memiliki etos kerja yang tinggi dalam mengerjakan tugas sekolahnya, namun masih dijumpai ketidaksiapan siswa dalam memenuhi tuntutan tersebut. Banyak siswa yang mengulur waktu dan melakukan penundaan terhadap tugas dan kewajiban sebagai salah satu bentuk ketidakdisiplinan yang dapat menghambat terciptanya SDM yang berkualitas.

Sebagai pelajar sekaligus calon SDM di masa depan, siswa memang diharapkan sejak awal dapat menunjukkan perilaku produktif yaitu mampu menyelesaikan tugas tepat pada waktunya dan sesuai dengan ketentuan, hal ini termasuk bentuk dari kedisiplinan. Menurut Wijaya (dalam Simanungkalit, 2017:76) siswa yang dikatakan disiplin dapat dilihat dari beberapa indikator berikut: melaksanakan tata tertib dengan baik, taat terhadap kebijakan yang berlaku, menguasai diri dan introspeksi (mempunyai sens of responsibility), mengumpulkan tugas dengan tepat waktu. Namun sampai saat ini masih banyak siswa yang belum bisa memenuhi beberapa indikator tersebut, masih banyak siswa yang masih menunda-nunda untuk mengerjakan tugasnya, penundaan tersebut dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang. Penundaan mengerjakan tugas sekolah dinamakan prokrastinasi akademik, siswa menunda untuk mengerjakan tugas sekolahnya karena lebih senang melakukan hal lain, menunda untuk menyelesaikan tugas sekolah karena menunggu ada teman yang menyelesaikan tugas sekolah tersebut terlebih dahulu, siswa menunda untuk mengerjakan tugas sekolahnya karena dirasa sulit, siswa lebih memilih ke kantin saat diberikan tugas oleh Bapak/ Ibu guru, siswa lebih senang mengobrol dengan teman di kelas ketika ada tugas yang harus dikerjakan, dan siswa yang melakukan penundaan cenderung memilih mengerjakan tugas secara tergesa-gesa dengan waktu pengumpulan semakin sempit, sehingga itu mengakibatkan kecemasan pada dirinya bahkan tidak sedikit dari siswa memilih untuk mengerjakan di sekolah dan mencontek karena takut dihukum atau mendapat punishment sesuai kesepakatan dari guru mata pelajaran. Hal ini akan berpengaruh pada keberhasilan di masa yang akan datang jika terus menerus dilakukan penundaan.

Kondisi tersebut sesuai dengan hasil penelitian Riansyah, dkk (2018:73-74), terdapat 70% siswa SMK Bina Profesi Bogor kelas XI melakukan prokrastinasi akademik. Siswa sering menunda-nunda pengerjaan tugas dan tugas akan dikumpulkan setelah batas tenggang waktu, sering lambat atau tidak mengumpulkan tugas, serta menghindari tugas yang diberikan guru. Hal tersebut menunjukkan tingginya tingkat perilaku prokrastinasi akademik pada siswa.

Permasalahan tersebut juga ditemukan di SMK N 2 Kendal, berdasarkan dari hasil Angket Kebutuhan Pesertsa Didik (AKPD) kelas XI SMK N 2 Kendal pada bulan Agustus 2018, ditemukan adanya permasalahan di sekolah tersebut. Adapun permasalahan tertinggi yang muncul adalah butir pernyataan nomor 36 yaitu: sering menunda-nunda tugas/ Pekerjaan Rumah (PR) sebesar 26,2%. Hasil wawancara kepada beberapa siswa pada hari Jumat, 22 Maret 2019 siswa menuturkan tentang permasalahan-permasalahan yang sering muncul di sekolahan tersebut, diperoleh data bahwa banyak siswa yang melanggar tata tertib sekolah misalnya: ketidak lengkapan atribut dalam berseragam, membolos pada saat jam pelajaran, menggunakan handphone pada saat jam pelajaran berlangsung, siswa juga sering mencontek pada saat ulangan, dan sering terlambat dalam mengumpulkan tugas. Keterlambatan siswa dalam mengumpulkan tugas dilakukan berulang kali itu disebabkan oleh berbagai macam hal misalnya, ketika mendapatkan tugas di kelaspun siswa sering menunda untuk mengerjakannya siswa malah sibuk bermain ponsel, mengobrol dengan teman sebangku dan lain sebagainya. Siswa juga mengatakan jika terkadang kurang paham dengan materi mata pelajaran yang dijadikan tugas, tidak yakin dengan kemampuannya mengerjakan tugas sendiri dan selalu merasakan cemas ketika akan mengerjakan karena sudah semakin sempit waktu untuk menyelesaikan. Siswa merasa kesulitan dalam memenuhi deadline tugas karena siswa harus membagi waktu belajarnya dengan kegiatan ekstrakurukuler yang padat yang. Melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas juga dilakukan oleh siswa misalnya ketika malam hari membaca novel sampai larut malam atau bermain bersama teman-temannya di luar sehingga ketika waktunya untuk belajar mengerjakan tugas siswa kelelahan akhirnya tertidur.

Dari berbagai macam penjelasan di atas, siswa yang melakukan penundaan melakukan penundaan berulang-ulang dengan berbagai macam penyebab. Bentuk penundaan yang dilakukan oleh siswa tidak bisa diabaikan begitu saja karena termasuk di dalamnya juga banyak persoalan dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa, sehingga semakin sering siswa menunda pekerjaan semakin jauh dari keberhasilan. Sehubung dengan munculnya permasalahan yang terjadi pada siswa diperlukan penanganan untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan diberikan sebuah layanan bimbingan dan konseling, mungkin layanan bimbingan kelompok dapat membantu untuk menangani permasalahan tersebut.

Maka dari itu peniliti ingin menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving untuk menurunkan perilaku prokrastinasi akademik pada siswa karena diharapkan siswa mampu mengatur diri dari segi pengelolaan waktu belajar, pengerjaan tugas tepat waktu dan pengumpulan tugas sebelum deadline sehingga dalam penyelesaian tugas menjadi optimal.

Hal ini didukung oleh penelitian Apsabra dan Karyanti (2018:11) menyatakan bahwa bimbingan kelompok dengan teknik problem solving berpengaruh untuk menurunkan tingkat perilaku prokrastinasi akademik pada siswa kelas X IIS 3 Palangkaraya. Kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving dapat mencegah perilaku prokrastinasi akademik perserta didik, dikarenakan dengan teknik problem solving dapat mempermudah membuat penyelesaian masalah, siswa diberi ruang untuk berfikir secara aktif dan kreatif untuk menemukan pemecahan masalahnya tersebut.

Landasan Teori

Prokrastinasi Akademik

Asri (2018:19) menjelaskan bahwa prokrastinasi akademik adalah perilaku yang menunjukkan adanya kecenderungan untuk menunda mengerjakan tugas, menghindari tugas dan hal-hal yang tidak menyenangkan karena mengalami kesulitan dalam mengerjakannya, dan kecenderungan untuk menyalahkan orang lain sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan semula.

Menurut Ghufron dan Risnawita (2017:155-156) mengatakan bahwa prokrastinasi akademik dapat didefinisikan sebagai suatu penundaan yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang, dengan melakukan sesuatu aktivitas atau kegiatan lain yang memang tidak diperlukan dalam pengerjaan ataupun penyelesaian tugas-tugas tertentu. Penundaan tersebut tidak bertujuan dan dapat menimbulkan suatu akibat yang negatif bagi pelakunya.

Sedangkan menurut Hidayah dan Atmoko (2014:41) bahwa prokrastinasi akademik diartikan sebagai menunda mengerjakan tugas-tugas yang telah diberikan dan menunda tanggung jawab yang berkaitan dengan tugas sekolah. Kebiasaan menyimpan tugas-tugas sampai menit terakhir batas pengumpulan yang sudah ditentukan sebelumnya juga dinamakan dengan prokrastinasi akademik.

Pengertian Bimbingan Kelompok dengan Teknik Problem Solving

Rusmana (2009:13) menjelaskan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota kelompok untuk belajar aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya mengembangkan wawasan, sikap, atau keterampilan yang diperlukan untuk upaya mencegah timbulnya masalah dan untuk upaya pengembangan pribadi, bimbingan kelompok terdiri dari 2-17 anggota dengan 1 orang menjadi pemimpin kelompok. Menurut Tohirin (2015:164) bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan suatu cara memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok, terdapat aktivitas dan dinamika kelompok yang harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi anggota kelompok, dalam layanan bimbingan kelompok dibahas topik-topik umum yang menjadi kepedulian bersama anggota kelompok. Sedangkan Mulyadi (2016:295) menjelaskan bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan suatu cara pemberian bantuan (bimbingan) kepada individu melalui kegiatan kelompok, dalam layanan bimbingan kelompok, aktivitas, dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah individu yang menjadi peserta kelompok, bimbingan kelompok membahas topik-topik umum dengan adanya dinamika kelompok. Dari pendapat para ahli bimbingan kelompok dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan pemberian bantuan kepada individu dalam format kelompok dengan memberikan informasi, didalamnya terdapat dinamika kelompok. Bimbingan kelompok terdiri pemimpin kelompok (PK) sebagai pemberi informasi, dan penerima informasi disebut anggota kelompok (AK).

Menurut Ngalimun (2012: 164) problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau alogaritma). Sedangkan menurut Hamdani (2011:84), teknik problem solving adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan menyajikan pelajaran bersamaan dengan mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan suatu masalah atau suatu persoalan, dalam rangka pencapaian tujuan dalam pengajaran tersebut, dalam pelajaran ini terdapat pengajaran untuk mendorong siswa mencari pemecahan masalahnya dengan berfikir berdasarkan pengetahuan dan keterampilan, selanjutnya Djamarah & Zain (2010:91) menjelaskan metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan, metode problem solving akan melibatkan banyak kegiatan sendiri dengan bimbingan dari para pengajar. Disimpulkan dari pendapat para ahli bahwa teknik problem solving merupakan metode dengan memberikan pengajaran. Metode ini mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan permasalahannya dengan metode berfikir berdasarkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahamannya.

Tujuan Bimbingan Kelompok dengan Teknik Problem Solving

Tujuan dari teknik problem solving menurut Hamdani (2011:84) melatih individu dalam menghadapi berbagai masalah, baik permasalahan pribadi maupun permasalahan kelompok untuk dipecahkan sendiri ataupun dipecahkan secara bersama-sama, sehingga permasalahan yang sedang dihadapi dapat segera dipecahkan. Menurut Hamruni (2009:220), tujuan teknik problem solving adalah seseorang diharapkan dapat membentuk pemahaman, keterampilan berpikir kritis dan kreatif, kemampuan memecahankan suatu masalah, kemampuan komunikasi, serta keterampilan menggunakan pengetahuan secara bermakna pada diri individu itu sendiri.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari problem solving yaitu melatih individu dalam menghadapi berbagai masalah, baik permasalahan pribadi maupun permasalahan kelompok untuk dipecahkan sendiri ataupun dipecahkan secara bersama-sama. Dalam teknik ini individu diharapkan dapat membentuk pemahaman, keterampilan berpikir kritis dan kreatif, kemampuan memecahankan suatu masalah, kemampuan komunikasi, serta keterampilan menggunakan pengetahuan secara bermakna pada diri individu itu sendiri.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dimana penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari suatu treatment yang diberikan kepada subjek. Arikunto (2010: 203) mengemukakan metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan True Eksperimental design (eksperimen yang betul-betul).

Penelitian ini menggunakan model penelitian pre-test post-test control group desain. Dalam desain ini terdapat dua kelompokyang dipilih secara random, kemudian diberi pre-test untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.Hasil pre-test yang baik bila kelompok eksperimen tidak berbeda secara siknifikan (Sugiyono, 2016: 76).

Dalam penelitian ini yang digunakan untuk penelitian adalah seluruh siswa kelas XI SMK N 2 Kendal. Meliputi kelas XI DITF 1, XI DITF 2, XI DPIB 1, XI DPIB 2, XI TBSM 1, XI TBSM 2, XI TITL 1, XI TITL 2, XI TKRO 1, XI TKRO 2, XI TOI 1, XI TOI 2, XI TPTU 1, XI TPTU dengan jumlah 450 peserta didik. Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Penelitian ini mengambil sampelnya secara acak dengan cara undian dan yang terpilih adalah kelas XI TBSM 2 dengan jumlah 32 siswa. Kemudian dipilih lagi secara acak lalu dibagi menjadi dua kelompok, 10 kelompok kontrol dan 10 kelompok eksperimen.dalam kelompok penelitian ini dilakukan dengan pengukuran sebanyak dua kali yaitu sebelum diberikan treatment dan sesudah diberikan treatment.

Dilakukan pemberian pengukuran awal (pre-test) pada subjek, langsung diberikan perlakuan, dan kemudian pemberian perlakuan akhir (post-test). Pertama yang dilakukan adalah pengukuran awal menggunakan angket yang telah divalidasi, kemudian dalam waktu tertentu diberikan perlakuan sesuai dengan kebutuhan/masalah subjek dengan menggunakan teknik problem solving kelompok sebanyak 6x perlakuan, selanjutnya melakukan kembali (post-test) dengan angket yang sama untuk mengetahui peningkatan setelah diberikannya perlakuan.

Hasil Penelitian

Berdasarkan perbandingan hasil data pre-test dan post-test kelompok eksperimen sebelum diberikan treatment dan setelah diberikan treatment menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving dari skala konsep diri siswa kelas XI SMK N 2 Kendal terlihat bahwa ada perubahan perilaku prokrastinasi akademik siswa pada kelompok eksperimen setelah diberikan treatment menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving terlihat dari hasil data pre-test dan hasil data post-test memperoleh skor menurun dari skor tertinggi 111 menjadi 87 dan skor terendah 85 menjadi 62, rata-rata hasil pre-test dan post-test memperoleh skor dari 93,5 menjadi 78,4.

Data Awal

Untuk menguji kenormalan distribusi sampel digunakan uji Lilliefors dengan kriteria jika Lo < Lt maka Ho diterima, artinya sampel berasal dari data yang berdistribusi normal dan jika Lo > Lt maka Ho ditolak, artinya sampel berasal dari data yang berdistribusi tidak normal. Pada uji normalitas awal menunjukkan sampel berdistribusi normal. Data dihitung dengan Microsoft Excel dan menggunakan uji Lilliefors.

Data Akhir

Untuk menguji kenormalan distribusi sampel digunakan uji Lilliefors dengan kriteria jika Lo < Lt maka Ho diterima, artinya sampel berasal dari data yang berdistribusi normal dan jika Lo > Lt maka Ho ditolak, artinya sampel berasal dari data yang berdistribusi tidak normal.

Pada uji normalitas awal menunjukkan sampel berdistribusi normal. Data dihitung dengan Microsoft Excel dan menggunakan uji Lilliefors.

Berdasarkan tabel di atas diperoleh ttabel dengan db (n1+n2) – 2 = (10+10) – 2 = 18 dengan taraf signifikansi 5% (0.05) sebesar 2,101. Karena jumlah thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesisnya (Ha) berbunyi “ada pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada siswa kelas XI SMK N 2 Kendal”.

Pembahasan

Analisis hasil pre-test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Rata-rata prokrastinasi siswa kelompok ekeperimen sebesar 93,5 dan untuk kelompok kontrol sebesar 92,9. Selisih antara kelompok eksperimen dan kontrol adalah 0,6 yang dapat dikatakan tidak ada perbedaan yang signifikan.

Setelah diberikan treatment bimbingan kelompok dengan teknik problem solving pada kelompok eksperimen prokrastinasi akdemik siswa menurun dari 93,5 dan menjadi 78,4, terjadi penurunan sebesar 15,1. Sedangkan pada kelompok kontrol dari 92,9 menjadi 89,1, terjadi penurunan sebesar 3,8. Selisih antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu 10,7.

Berdasarkan perhitungan uji hipotesis diperoleh thitung = 2,224. Selanjutnya dikonsultasikan dengan db = 18 dan taraf signifikan 5%, diketahui ttabel = 2,101 sehingga thitung > ttabel, 2,224 > 2,101. Dengan demikian maka Ho ditolak dan Ha diterima. Oleh karena itu hipotesis yang berbunyi “ada pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada siswa kelas XI SMK N 2 Kendal” diterima kebenaranya.

Fakta di atas membuktikan bahwa ada pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving terhadap perilaku prokrastinasi akademik pada siswa kelas XI SMK N 2 Kendal. Dengan diberikannya layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving, membuat siswa dapat membentuk pemahaman tentang perilaku diri siswa yang sebenarnya. Melalui materi-materi yang diberikan pada saat pelaksanaan bimbingan kelompok dengan media yang telah diberikan dalam teknik problem solving membuat siswa berfikir kritis dan kreatif, membangun keterampilan baru pada siswa. Hal tersebut membuat siswa bisa lebih memahami tentang cara agar terhindar dari perilaku prokrastinasi akademik dan membuat siswa mampu untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi karena telah melakukan latihan dengan cara berfikir kritis dan kreatif, berpendapat, serta menyampaikan hal yang sesuai dengan keadaannya sehingga dapat memperbaiki perilaku prokrastinasi akademik yang dimiliki. Hal ini, didukung hasil penelitian Sinarwati, dkk (2017:9) menyatakan bimbingan kelompok berpengaruh menurunkan tingkat prokrastinasi akademik siswa kelas VII SMP Negeri 14 Pekanbaru. Maupun penelitian Apsabra dan Karyanti (2018:11) menyatakan bahwa bimbingan kelompok dengan teknik problem solving berpengaruh untuk menurunkan tingkat perilaku prokrastinasi akademik pada siswa kelas X IIS 3 Palangkaraya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan kesimpulan sebagai berikut: dalam hasil uji hipotesis (uji t) diperoleh hasil thitung sebesar 2,224 ttabel sebesar 2,101 pada signifikan 5% berarti thitung (2,224) > ttabel (2,101). Hal ini berarti layanan bimbingan kelompok dengan teknik problem solving berpengaruh terhadap perilaku prokrastinasi akademik siswa kelas XI SMK Negeri 2 Kendal mengalami peningkatan setelah diberikan treatment. Adapun perbedaan dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yaitu pada perlakuannya atau treatment. Pada kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan atau treatment, sedangkan kelompok eksperimen diberikan perlakuan atau treatment layanan bimbingan kelompok teknik problem solving.

DAFTAR PUSTAKA

Apsabra dan Karyanti. 2018. Efektivitas Teknik Problem Solving untuk Menurunkan Perilaku Prokrastinasi Akademik Peserta Didik Kelas X IIS 3 SMAN-1 Palangka Raya. Jurnal Bimbingan Konseling. Vol.4 No.1 Hal: 8-12. Tahun 2018. Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. http://journal.umpalangkaraya.ac.id/index.php/suluh/article/view/472. Diunduh Pada Tanggal 20 Mei 2019 Pukul 14:00 WIB.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Asri, Dahlia Novarianing. 2018. Prokrastinasi Akademik: Teori dan Riset Dalam Persepektif Pembelajaran Berbasis Proyek dan Self-Regulated Learning. Madiun: Unipma Press.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ghufron, M. Nur dan Risnawita, Rini. 2017. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Hamruni, H. 2009. Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga.

Hidayah, Nur dan Atmoko, Adi. 2014. Landasan Sosial Budaya dan Psikologis Pendidikan. Malang: Penerbit Gunung Samudera.

Mulyadi. 2016. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar & Madrasah. Jakarta: Prenada Media Group.

Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Putri, Nor Fitriana Annisa, dkk. 2014. Hubungan Antara Self-Efficacy dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa. Vol.1 No.2 Hal.1-14. Tahun 2014. Universitas Sebelas Maret Surakarta. https://candrajiwa.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/candrawijaya/article/viewFile/28/18. Diunduh Pada Tanggal 16 April 2019 Pukul 11:00 WIB.

Riansyah, Hafit, dkk. 2018. Bimbingan Kelompok Teknik Role Play Untuk Mereduksi Prokrastinasi Akademik Siswa. Jurnal Fokus Konseling. Vol.4 No.1 Hal.72-78. Tahun 2018. Universitas Indraprasta PGRI. https://ejournal.stkipmpringsewu/lpg.ac.id/index.php/fokus/article/download/527/277. Diunduh Pada Tanggal 3 April 2019 Pukul 16:54 WIB.

Rusmana, N. 2009. Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah (Metode, Teknik, dan Aplikasi). Bandung: Rizqi Press.

Simanungkalit, Debora. 2017. Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Melalui Layanan Penguasaan Konten dengan Teknik Modelling Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Tebing Tinggi. School Education Journal PGSD FIP Unimed. Vol.7 No.1 Hal.74-81. Tahun 2017. Tebing Tinggi. https://jurnalunimed.ac.id/2012/index.php/school/article/download/6839/5882. Diunduh Pada Tanggal 10 Mei 2019 Pukul 13:34 WIB.

Sinarwati, dkk. 2017. Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Tingkat Prokrastinasi Akademik Siswa di SMPN 14 Pekanbaru TP.2016/2017. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau. Tahun 2017. Universitas Riau. https://media.neliti.com/media/publications/207563-pengaruh-bimbingan-kelompok-terhadap-tin.pdf. Diunduh Pada Tanggal 16 April 2019 Pukul 10:45 WIB.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Tohirin. 2015. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar dan Madrasah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.