PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK MENGGUNAKAN TEKNIK

ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI

PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2 KENDAL

 

Kharisma Ulfah

Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling, Universitas PGRI Semarang

Heri Saptadi Ismanto

Agus Setiawan

Dosen Universitas PGRI Semarang

 

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya percaya diri pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Kendal. Hal ini dibuktikan dengan diketahui masih banyak siswa yang mempunyai percaya diri yang rendah, ditandai dengan pandangan negatif terhadap kemampuan yang dimiliki. Hal tersebut mengakibatkan siswa tidak percaya diri, dan tidak perduli. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh percaya diri sesudah diberikan treatment melalui bimbingan kelompok dengan teknik role playing. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode penelitian true eksperimental design dengan bentuk pretest-posttest control group design.Sampel yang diambil sebanyak 32 siswa, 10 siswa untuk kelompok eksperimen dan 10 siswa untuk kelompok kontrol dengan menggunakan simple random sampling. Hasil pre-test menunjukan rata-rata kelompok eksperimen sebesar 81,3 dan kelompok kontrol menunjukan rata-rata 81,7. Sedangkan hasil post-test menunjukan rata-rata kelompok eksperimen sebesar 91,2 dan kelompok kontrol menujukan rata-rata sebesar 80,6. Dari hasil hipotesis diperoleh thitung = 3,969. Selanjutnya dikonsultasikan dengan db = 18 dan taraf signifikan 5%, diketahui ttabel = 2,101 sehingga thitung> ttabel, 3,969 > 2,101. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh bimbingan kelompok dengan teknik live modelling terhadap konsep diri siswa.

Kata Kunci: Bimbingan Kelompok, Teknik Role Playing, Percaya Diri

 

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan usaha untuk mendidik, membimbing, membina, mengarahkan setiap peserta didik yang dapat dilakukan secara formal. Sehingga pendidikan akan memberikan dampak positif bagi peserta didik untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa depan. Selain itu pendidikan membangun karakter peserta didik juga sangat diperlukan untuk menunjang prestasi dan juga kualitas dalam diri siswa. Misalnnya membangun rasa percaya diri merupakan salah satu yang penting. Tetapi umunya masih banyak peserta didik belum mampu menumbuhkan rasa percaya diri siswa. Peserta didik masih merasa takut, tidak suatu hal, sehingga mereka lebih bersikap minder atau tidak percaya diri dalam melakukan sesuai dengan keinginan dan kemampuannya.

Peserta didik yang memiliki rasa percaya diri tinggi akan selalu memiliki sikap positif dan memiliki sikap optimis yang dapat melihat sisi terang dari segala sesuatu. Dengan memiliki percaya diri yang penuh peserta didik akan merasa mampu dalam melakukan suatu hal, sehingga dapat termotivasi untuk berusaha dan mencapai tujuan hidupnya. Jika gagal maka akan mencoba lagi dan mempunyai keyakinan bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya.

Menurut Pradipta (2014:41) mengatakan bahwa percaya diri merupakan suatu keyakinan seseorang untuk mampu berperilaku sesuai dengan harapan dan keinginannya. Apabila seseorang tidak memiliki rasa percaya diri, maka banyak masalah akan timbul, karena kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian dari seseorang yang berfungsi untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.

Rasa percaya diri berkembang melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan yang kondusif akan meningkatkan dan menumbuhkan rasa percaya diri seseorang. Sehingga dapat menumbuhkan suasana penuh penerimaan, kepercayaan, rasa aman, dan mempunyai kesempatan untuk mengekspresikan ide-ide dan perasaan. Lingkungan yang tidak kondusif merupakan lingkungan dengan suasana penuh tuntutan dan tidak ada kesempatan untuk mengekaspresikan ide dan perasaan. Dengan rasa percaya diri seseorang merasa berharga untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan.

Sedangkan menurut Angelis (20012:5) kepercayaan diri merupakan sesuatu yang harus mampu menyalurkan segala yang individu ketahui dan segala yang individu kerjakan. Keyakinan dan rasa percaya diri akan timbul pada saat seseorang mengerjakan sesuatu yang benar-benar mampu dan profesional dalam mengerjakan. Seseorang dikatakan mempunyai kepercayaan diri jika mampu dan menguasai atau mahir mengerjakan suatu pekerjaan.

Akan tetapi pada kenyataannya masih banyak siswa yang memiliki percaya diri yang rendah. Percaya diri yang rendah membuatusiswa memiliki sikap dan kepribadian yang kurang baik. Berdasarkan dari olah data AKPD yang peneliti berikan pada siswa-siswa kelas XI jurusan DPIB dan TPTU SMK N 2 Kendal pada tanggal 15 Maret 2019 diperoleh hasil bahwa kurangnya rasa percaya diri siswa mencapai 26%. Hal tersebut juga didukung dari hasil wawancara dengan beberapa guru mata pelajaran bahwa terdapat siswa yang memiliki rasa percaya diri yang kurang. Hal tersebut terlihat ketika siswa tidak berani untuk tampil didepan kelas, ketika guru memberikan pertanyaan siswa kurang aktif untuk menjawab, dan selalu mencontek saat mengerjakan saoal karena ragu dengan jawaban sendiri.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa untuk mendukung pernyataan dari hasil AKPD tersebut pada Selasa, 30 April 2019. Hasil dari wawancara dengan siswa bahwa mereka merasa malu dan tidak percaya diri saat tampil atau disuruh maju kedepan kelas, terdapat siswa yang suka berdiam diri ketika teman-teman yang lain melakukan diskusi, siswa juga jarang berpendapat saat guru meminta karena malu jika jawabannya salah.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengembangkan rasa percaya diri siswa, salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling yaitu memberikan layanan bimbingan kelompok pada siswa. Sebelumnya siswa belum pernah mengikuti kegiatan bimbingan kelompok dikarenakan di SMK Negeri 2 Kendal belum pernah diadakan layanan bimbingan kelompok dan juga tidak ada jam untuk layanan bimbingan dan konseling yang terjadwal. Menurut Hartinah (2017:12) bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk usaha pemberian bantuan kepada orang-orang yang mengalami masalah. Suasana kelompok, yaitu antarhubungan dari semua orang yang terlibat dalam kelompok, dapat menjadi wahana dimana masing-masing anggota kelompok tersebut secara perseorangan dapat memanfaatkan semua informasi, tanggapan kepentingan dirinya yang bersangkutan dengan masalahnya tersebut. Kesempatan mengemukakan pendapat, tanggapan, berbagai reaksi juga dapat menjadi peluanh yang sangat berharga bagi perorangan yang bersangkutan. Kesempatan timbal balik inilah yang merupakan dinamika dari kehidupan kelompok yang akan membawa kemanfaatan bagi para anggotanya.

Layanan bimbingan kelompok yang diberikan kepada siswa, terdapat beberapa metode atau teknik yang dapat digunakan, salah satunya dengan teknik role playing atau bermain peran. Menurut Bradley (2016:358) role playing adalah sebuah teknik yang digunakan oleh konselor dari beragam orientasi teoritis untuk klien-klien yang perlu mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang atau melakukan perbuatan dalam dirinya sendiri. Bermain peran dapat mmbantu memperkuat keterampilan sosial anak, mendorong tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menghasilkan keterampilan mendengar dan asertivitas yang lebih baik.

LANDASAN TEORI

Konsep Diri

Menurut Pradipta (2014:41) rasa percaya diri merupakan sebuah keberanian dalam menghadapi tantangan, karena memberi suatu kesadaran bahwa belajar dari pengalaman jauh lebih penting daripada keberhasilan atau kegagalan. Rasa percaya diri penting untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik, seperti halnya ketika bergabung dengan suatu masyarakat yang di dalamnya terlibat di dalam suatu aktivitas atau kegiatan, rasa percaya diri meningkatkan keefektifan dalam aktivitas atau kegiatan.

Menurut Angelis (2012: 5) kepercayaan diri adalah sesuatu yang harus mampu menyalurkan segala yang individu ketahui dan segala yang individu kerjakan. Keyakinan dan rasa percaya diri akan timbul pada saat seseorang mengerjakan sesuatu yang memang benar-benar mampu dan professional dalam mengerjakan. Seseorang dikatakan mempunyai kepercayaan diri jika mampu dan menguasai atau mahir mengerjakan suatu pekerjaan.

Pengertian Bimbingan Kelompok dengan Teknik Live Modelling

Hartinah (2017: 12) berpendapat bimbingan kelompok merupakan suatu bentuk usaha pemberian bantuan kepada orang-orang yang mengalami masalah. Menurut Tohirin (2015:164) bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan suatu cara memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok. Terdapat aktivitas dan dinamika kelompok yang harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah individu (siswa) yang menjadi anggota kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok dibahas topik-topik umum yang menjadi kepedulian bersama anggota kelompok. Sedangkan Mulyadi (2016:295) menjelaskan bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan suatu cara pemberian bantuan (bimbingan) kepada individu melalui kegiatan kelompok. dalam layanan bimbingan kelompok, aktivitas, dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah individu yang menjadi peserta kelompok. Bimbingan kelompok membahas topik-topik umum dengan adanya dinamika kelompok. Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan pemberian bantuan kepada individu dalam format kelompok dengan memberikan informasi, didalamnya terdapat dinamika kelompok yang terdiri pemimpin kelompok (PK) sebagai pemberi informasi, dan penerima informasi disebut anggota kelompok(AK).

Menurut Bradley (2016: 358) role playing adalah sebuah teknik yang digunakan oleh konselor dari beragam orientasi teoretis untuk klien-klien yang perlu mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang, atau melakukan perubahan dalam dirinya sendiri. Menurut Flora (2014:37) role playing adalah mendramatisasikan tingkah laku untuk mengembangkan konsep diri siswa menjadi positif dan meningkatkan stabilitas emosional siswa. Menurut Fathurrohman (2017) bermain peran merupakan metode untuk menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas atau pertemuan. Selanjutnya menurut Simarmata, dkk (2017) teknik role playing atau bermain peran merupakan teknik pembelajaran yang dilakukan dengan cara siswa memerankan peran sesuai skenario. Melalui peranan yang dimainkan siswa akan melatih dan membiasakan siswa untuk dapat berkomunikasi dengan siapa saja berdasarkan skenario. Dari uraian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa teknik role playing adalah siswa dapat bermain peran yang menggambarkan keterampilan mengenai hubungan antar manusia dengan memerankan situasi yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya dengan memadukan diskusi, yang diharapkan siswa mampu meningkatkan percaya diri

Tujuan Bimbingan kelompok dengan Teknik Live Modelling

Sedangkan menurut Bradley (2016: 369) tujuan dari teknik role playing adalah untuk mengembangkan dan memperluas pemahaman mereka tentang berbagai emosi, keterampilan-keterampilan baru, mengeksplorasi berbagai macam perilaku, dan mengamati bagaimana perilaku-perilaku itu mempengaruhi orang lain. Menurut Awlawi (2013) teknik role playing bertujuan untuk mendorong perilaku positif di dalam aktifitas pekerjaan pengembangan potensi para siswa. Menurut Flora (2014: 37) menjelaskan bahwa tujuan role playing adalah siswa diharapkan memiliki kesempatan untuk mengembangkan seluruh pikiran dan minatnya dan juga perilakunya yang negatif menjadi positif, yang tidak berempati menjadi simpati, siswa yang kendalinya leman menjadi terkendali.

Berdasarkan uraian pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan teknik role playing adalah membantu siswa untuk bersosialisasi, berkomunikasi, mengembangkan kemampuan siswa mengeksplorasi berbagai perilaku. Siswa diajak untuk menyelami perasaan dengan cara melihat dari sudut pandang orang lain.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dimana penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari suatu treatment yang diberikan kepada subjek. Arikunto (2010:203) mengemukakan metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan True Eksperimental design (eksperimen yang betul-betul).

Penelitian ini menggunakan model penelitian pre-test post-test control group desain.Dalam desain ini terdapat dua kelompokyang dipilih secara random, kemudian diberi pre-test untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pre-test yang baik bila kelompok eksperimen tidak berbeda secara siknifikan (Sugiyono, 2016: 76).

Dalam penelitian ini yang digunakan untuk penelitian adalah siswa kelas XI TKRO dan DITF SMK N 2 Kendal. kelas XI DPIB 1, XI DPIB 2, XI TPTU 1 dan XI TPTU dengan jumlah 144 peserta didik. Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Penelitian ini mengambil sampelnya secara acak dengan cara undian dan yang terpilih adalah kelas XI DPIB 2 dengan jumlah 20 siswa. Kemudian dibagi menjadi dua kelompok, 10 kelompok kontrol dan 10 kelompok eksperimen.dalam kelompok penelitian ini dilakukan dengan pengukuran sebanyak dua kali yaitu sebelum diberikan treatment dan sesudah diberikan treatment.

Dilakukan pemberian pengukuran awal (pre-test) pada subjek, langsung diberikan perlakuan, dan kemudian pemberian perlakuan akhir (post-test).Pertama yang dilakukan adalah pengukuran awal menggunakan angket yang telah divalidasi, kemudian dalam waktu tertentu diberikan perlakuan sesuai dengan kebutuhan/masalah subjek dengan menggunakan teknik role playing kelompok sebanyak 5x perlakuan, selanjutnya melakukan kembali (post-test)dengan angket yang sama untuk mengetahui peningkatan setelah diberikannya perlakuan.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan perbandingan hasil data pre-test dan post-test kelompok eksperimen sebelum diberikan treatment dan setelah diberikan treatment menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing dari skala percaya diri siswa kelas XI SMK N 2 Kendal terlihat bahwa ada perubahan percaya diri siswa pada kelompok eksperimen setelah diberikan treatment menggunakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing terlihat dari hasil data pre-test dan hasil data post-test memperoleh skor meningkat dari skor 101 tertinggi menjadi 104 dan skor terendah 70 menjadi 86, rata-rata hasil pre-test dan post-test memperoleh skor dari 81,3 menjadi 91,2.

Data Awal

Untuk menguji kenormalan distribusi sampel digunakan uji Lilliefors dengan kriteria jika Lo < Lt maka Ho diterima, artinya sampel berasal dari data yang berdistribusi normal dan jika Lo > Lt maka Ho ditolak, artinya sampel berasal dari data yang berdistribusi tidak normal. Uji normalitas awal menunjukkan sampel berdistribusi normal. Data dihitung dengan microsoft excel dan menggunakan uji Lilliefors.

Data Akhir

Untuk menguji kenormalan distribusi sampel digunakan uji Lilliefors dengan kriteria jika Lo < Lt maka Ho diterima, artinya sampel berasal dari data yang berdistribusi normal dan jika Lo > Lt maka Ho ditolak, artinya sampel berasal dari data yang berdistribusi tidak normal.

Uji normalitas awal menunjukkan sampel berdistribusi normal. Data dihitung dengan microsoft excel dan menggunakan uji Lilliefors.

Berdasarkan table diatas ttabelan db (n1+n2) – 2 = (10+10) – 2 = 18 dengan taraf signifikansi 5% (0.05) sebesar thitung (3,969) > ttabel (2,101). Karena jumlah thitung >ttabelmaka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hipotesisnya (Ha) berbunyi “ada pengaruh layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing untuk meningkatkan rasa percaya diri pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Kendal”.

PEMBAHASAN

Analisis hasil pre-test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Rata-rata konsep diri siswa kelompok ekeperimen sebesar 81,3 dan untuk kelompok kontrol sebesar 81,7. Selisih antara kelompok eksperimen dan kontrol adalah 0,4 yang dapat dikatakan tidak ada perbedaan yang signifikan.

Setelah diberikan treatment bimbingan kelompok dengan teknik role playing pada kelompok eksperimen percaya diri siswa meningkat dari 81,3 dan menjadi 91,2, terjadi peningkatan sebesar 1,1. Sedangkan pada kelompok kontrol dari 81,7 menjadi 80,6, terjadi penurunan sebesar 1,1. Selisih antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu 9.

Berdasarkan perhitungan uji hipotesis diperoleh thitung = 3,541. Selanjutnya dikonsultasikan dengan db = 18 dan taraf signifikan 5%, diketahui ttabel = 2,101 sehingga thitung> ttabel, 3,541 > 2,101. Dengan demikian maka Ho ditolak dan Ha diterima. Oleh karena itu hipotesis yang berbunyi “ada pengaruh bimbingan kelompok teknik role playing untuk meningkatkan rasa percaya diri pada siswa kelas XI SMK N 2 Kendal” diterima kebenaranya.

Fakta di atas membuktikan bahwa ada pengaruh layanan bimbingan kelompok teknik role playing terhadap percaya diri siswa kelas XI SMK Negeri 2 Kendal. Menurut Tohirin (2015: 164) layanan bimbingan kelompok merupakan pemberian bantuan kepada siswa dalam bentuk kelompok. Aktivitas bimbingan kelompok dilaksanakan dengan membangun dinamika kelompok yang progresif untuk pengembangan pribadi serta memecahkan masalah siswa. Selanjutnya menurut Prayitno (2017: 133) layanan bimbingan kelompok merupakan suatu layanan yang memanfaatkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi dan pemecahan masalah yang dialami individu yang menjadi peserta dalam kegiatan kelompok. Bimbingan Kelompok membahas topik umum yang menjadi kepedulian bersama anggota kelompok.

Menurut Bradley (2016: 358) role playing adalah sebuah teknik yang digunakan oleh konselor dari beragam orientasi teoretis untuk klien-klien yang perlu mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang, atau melakukan perubahan dalam dirinya sendiri. Menurut Flora (2014:37) role playing adalah mendramatisasikan tingkah laku untuk mengembangkan konsep diri siswa menjadi positif dan meningkatkan stabilitas emosional siswa.

Menurut Fathurrohman (2017) bermain peran merupakan metode untuk menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas atau pertemuan. Selanjutnya menurut Simarmata, dkk (2017) teknik role playing atau bermain peran merupakan teknik pembelajaran yang dilakukan dengan cara siswa memerankan peran sesuai skenario. Melalui peranan yang dimainkan siswa akan melatih dan membiasakan siswa untuk dapat berkomunikasi dengan siapa saja berdasarkan scenario.

Bimbingan kelompok dengan teknik role playing adalah layanan bantuan yang diberikan kepada individu (siswa) yang berguna untuk pengembangan pribadi dan pemecahan masalah dalam bentuk kelompok dengan cara bermain peran yang menggambarkan keterampilan mengenai hubungan antar manusia dengan memerankan situasi yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya dengan memadukan diskusi, yang diharapkan siswa mampu meningkatkan percaya diri. Hal ini didukung penelitian Pemberian treatment dilaksanakan sebanyak 5 pertemuan sesuai dengan kesepakatan bersama. Dalam treatment anggota kelompok dibantu model yang sudah disiapkan oleh peneliti sesuai dengan topik yang dibahas, kemudian berdiskusi bersama dan bertanya untuk membahas permasalah yang ada pada anggota kelompok serta menyimpulkan hasil yang didapat dari topik yang dibahas dengan menggunakan teknik role playing.

Dengan diberikannya layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing, siswa dapat bermainn peran secara langsung bertanya secara langsung kemudian akan membuat dampak baik dalam perubahan pemikiran dan perlakuannya. Di dalam penelitian ini indikator tertinggi adalah kepercayaan. Hal tersebut membuat siswa mampu percaya terhadap kemampuan diri. Optimis dengan apa yang akan dilakukan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan kesimpulan sebagai berikut: dalam hasil uji hipotesis (uji t) diperoleh hasil thitung sebesar 3,541 ttabel sebesar 2,101 pada signifikan 5% berarti thitung (3,541) > ttabel (2,101). Hal ini berarti percaya diri siswa kelas XI SMK Negeri 2 Kendal mengalami peningkatan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok teknik role playing. Adapun perbedaan dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yaitu pada perlakuannya atau treatment. Pada kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan atau treatment sedangkan kelompok eksperimen diberikan perlakuan atau treatment teknik bimbingan kelompok teknik role playing.

DAFTAR PUSTAKA

Angelis, De Barbara. 2012. Confidence Percaya Diri Sumber Sukses dan Kemandirian. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Erford, Bradley T. 2015. 40 Teknik Yang Harus Diketahui Setiap Konselor.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hartinah, S. 2017. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT Refika Aditama.

Mulyadi. 2016. Bimbingan Konseling di Sekolah & Madrasah. Jakarta: Prenada Media Group.

Prayitno, A. I. 2017. Layanan Bimbingan Kelompok & Konseling kelompok (Dasar dan Profil). Bogor: Ghalia Indonesia.

Pradipta, Sarastika. 2014. Stop Minder dan Grogi Saatnya Tampil Beda dan Percaya Diri. Yogyakarta: Araska

Simarmata, Sari Wardani & Desi Arianti. 2017. Pengaruh Bimbingan Kelompok Teknik Role Playing terhadap Kepercayaan diri Siswa Broken Home pasa Siswa Kelas X SMK Pakabu Kec. Stabat T.A. 2017/2018. Vol. VII, No. 2.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

________. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tohirin. 2013. Bimbingan dan Konseling di Sekolah           Dasar dan Madrasah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

________. 2015. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar dan Madrasah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.