Pengaruh CTL Melalui Pembelajaran Multimedia
PENERAPAN CTL MELALUI PEMBELAJARAN MULTIMEDIA
UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MEMBANDINGKAN PROSES PEMBENTUKAN IKATAN KIMIA
Sumiyarti
Guru Kimia MAN Salatiga
ABSTRAK
Penulisan ini bertujuan meningkatkan penguasaan kompetensi dasar siswa membandingkan proses pembentukan ikatan kimia menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) melalui pembelajaran multimedia. Tujuan lain dari penulisan ini adalah untuk menunjang pengembangan profesi jabatan guru melalui tindakan kelas dalam penggunaan media pembelajaran. Setting tindakan adalah siswa kelas X.1 dan siswa kelas X.2 pembanding, MA Negeri Salatiga sebagai subjek pada Standar Kompetensi Dasar membandingkan proses pembentukan ikatan tahun pelajaran 2014/2015. Tindakan ini terdiri dari 4 tindakan dalam satu kompetensi dasar. Tindakan diawali dengan tindakan lainnya. Selama proses pembelajaran dilakukan pengamatan dan dilakukan penilaian terhadap siswa melalui ulangan harian. Berdasarkan hasil analisis data yang terkumpul, ternyata hasil tindakan menunjukkan bahwa penerapan pendekatan CTL melalui pembelajaran multimedia pada siswa kelas X.1 dan kelas X.2 pembanding MA Negeri Salatiga pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015 dapat meningkatkanpenguasaan kompetensi dasar membandingkan proses pembentukan ikatan. Secara keseluruhan dibandingkan dengan tindakan siswa kelas X.1 untuk pengamatan mengalami kenaikan sebesar 10 dan untuk nilai ulangan mengalami kenaikan 18. Sedangkan nilai siswa kelas X.2 pembanding untuk pengamatan mengalami kenaikan sebesar 9 dan untuk nilai ulangan mengalami kenaikan 16. Penggunaan pendekatan CTL dalam pembelajaran melalui pembelajaran multimedia merupakan alternatif yang efektif untuk membantu siswa mampu mengaitkan kompetensi yang dikuasai dengan lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan suasana pembelajaran sangat menyenangkan siswa.
Kata kunci: CTL, pembelajaran multimedia, penguasaan kompetensi dasar.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Salah satu indikator rendahnya mutu pendidikan dasar dan menengah ditengarai karena kurangnya penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Siswa cenderung hanya menghafal, tidak memahami esensi makna materi, bahkan tidak mengetahui aplikasi tentang pem-belajaran di dunia nyata. (Standar Nasional Pendidikan, 2005:2)
Dengan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menun-tut peran guru terutama dalam proses pembelajaran agar siswa memiliki peng-alaman belajar yang bermakna. Kompe-tensi yang diharapkan dikuasai siswa dapat diukur melalui indikator yang merupakan penjabaran Kompetensi Dasar dan diwu-judkan dalam pengalaman belajar pada proses pembelajaran. Pengalaman belajar dapat diartikan sebagai interaksi antara siswa dengan bantuan bahan ajar.
Seiring dengan pelaksanaannya KBK terdapat suatu pendekatan pembe-lajaran yang dianggap relevan salah satu-nya adalah Contextual Teaching and Le-arning (CTL). CTL diasumsikan mampu menjawab permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran pada KBK. Permasalahan yang dimaksud berkaitan erat dengan pengalaman belajat yang semestinya dimiliki siswa.
Seorang guru yang menyampaikan materi ajar hanya melalui metode ceramah dan tekstual dimungkinkan siswa mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya. Tetapi pada kenyataannya siswa tidak memahaminya secara mendalam materi ajar yang diterimanya.
Siswa sering memiliki kesulitan untuk memahami suatu materi ajar apabila pengalaman belajar yang diberikan hanya sebatas mendengarkan ceramah guru dan sesuaru yang abstrak. Karena tidak semua materi ajar tepat disajikan melalui metode ceramah.
Siswa terkadang beranggapan bahwa apa yang mereka pelajari dalam proses pembelajaran tidak ada hu-bungannya sama sekali dengan apa yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari. Sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan/ dimanfaatkan dalam kehidupannya.
Tentu berbeda jika penyampaian materi ajar yang dilakukan dengan kon-tekstual sehingga siswa memiliki penge-tahuan dan pengalaman belajar yang lebih bermakna. Siswa akan mampu mengaitkan apa yang mereka pelajari dengan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-harinya. Karena yang siswa butuhkan ada-lah bagaimana dapat memahami materi ajar yang berhubungan dengan kehi-dupannya kemudian mampu menerapkan pengetahuan yang dimilikinya.
Pada standar kompetensi: Mema-hami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia, sudah sangat jelas bahwa kompetensi yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan memahami konsep untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupannya. Pada kompetensi dasar: Membandingkan proses pembentuk-an ikatan diperlukan suatu proses peng-alaman belajar yang tidak hanya sekedar disajikan melalui metode ceramah.
Dengan demikian peran guru da-lam menyediakan dan memberikan peng-alaman belajar yang bermakna sangat diperlukan. Bagaimana seorang guru me-nemukan cara terbaik untuk menyam-paikan bahan ajar, sehingga siswa dapat memahami dan mengingatnya lebih lama. Pengalaman belajar yang dimiliki siswa merupakan bagian yang saling berhu-bungan dan membentuk satu pemahaman utuh. Sebagai seorang guru dituntut untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan siswanya yang selalu bertanya-tanya tentang alasan dari sesuau, arti dari sesuatu, dan hubungan dari apa yang mereka pelajari. Dan yang tidak kalah pentingnya bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari siswa, sehingga mereka dapat memiliki pengalaman belajar yang bermakna dan mampu mengkait-kainnya dengan kehidup-an nyata, sehingga dapat membuka berba-gai pintu kesempatan untuk keberhasilan dalam hidupnya. Semua itu merupakan tantangan yang dihadapi guru untuk menyajikan materi ajar dengan lebih bervariasi, inovatif dan kontekstual.
Untuk mengatasi permasalahan yang telah dipaparkan, penulis berupaya mencari pemecahannya dengan melakukan tindakan kelas berjudul “Penerapan CTL melalui Pembelajaran Multimedia untuk Meningkatkan Penguasaan Kompetensi Da-sar Membandingkan Proses Pembentukan Ikatan Kimia”.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka perumus-annya sebagai berikut:
1. Bagaimana guru menerapkan pende-katan Contextual Teaching and Learn-ing (CTL) dalam upaya meningkatkan penguasaan kompetensi siswa?
2. Bagaimana guru melaksanakan pembe-lajaran menggunakan multimedia da-lam upaya meningkatkan kompetensi siswa?
Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui cara alternatif yang efektif meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi ajar yang dipelajarinya secara kontekstual.
KAJIAN DAN TINJAUAN PUSTAKA
Pelaksanaan KTSP telah dilaksa-nakan sekolah dan timbul suatu pemikiran sehingga terdapat kecenderungan dalam melaksanakan pembelajaran dengan situasi dan kondisi yang alami. Siswa akan mendapatkan pengelaman belajar yang bermakna jika siswa tidak sekedar mengetahui, akan tetapi memiliki kemam-puan mengingat jangka panjang yang ber-guna untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupannya.
Pendekatan kontekstual (Context-ual Teaching and Learning (CTL)) merupa-kan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antarapengeta-huan yang dimilikinya dengan penerapan-nya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Melalui pendekatan CTL diharapkan hasil pembela-jaran lebih bermakna bagi siswa. Dalam hal ini strategi pembelajaran lebih dipenting-kan daripada hasil.
CTL hanya sebuah strategi pembe-lajaran. CTL dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Dalam proses pembelajaran siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaat belajar, bagaimana statusnya, dan bagaimana cata mencapainya. Siswa sadar bahwa yang dia pelajari berguna bagi jidupnya nanti. Dengan demikian siswa memposisikan diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya kelak. Siswa mempelajari apa yang ber-manfaat bagi dirinya dan berupaya me-nguasainya. Dalam upaya tersebut, siswa memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.
Tugas guru pada pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa men-capai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru dalam pengelolaan kelas merupakan suatu tim yang bekerja bersama siswa untuk menemukan sesuatu yang baru bagi siswa. Pengetahuan danketrampilan yang baru diperoleh siswa dengan cara menemukan sendiri dan bukan dari “apa kata guru”.
Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya adalah sebagai berikut: (1) kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya, (2) laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik, (3) kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya, (4) ciptakan “masyarakat belajar: (belajar dalam kelompok-kelompok), (5) hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran, (6) lakukan refleksi di akhir pertemuan, (7) lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (Constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection) dan peni-laian yang sebenarnya (Authentic Assess-ment). Sebuah kelas dikatakan mengguna-kan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembe-lajarannya. Dan, untuk melaksanakan hal itu tidak sulit! CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, mata pelajaran apa saja, dan kelas yang bagaimana keadaa-nnya.
Konstruktivisme merupakan lan-dasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas dalam konteks yang terbatas (sempit). Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Dengan demikian pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan “meneri-ma” pengetahuan.
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran dengan pende-katan CTL. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dati menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan.
Bertanya merupakan strategi uta-ma pembelajaran yang berbasis CTL. Pengetahuan yang dimiliki seorang siswa selalu bermula dari “bertanya”. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membim-bing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Konsep learning community me-nyarankan agar hasil diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Pengalaman bela-jar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelom-pok-kelompok belajar.
Pemodelan yang dimaksud dalam pembelajaran adalah ketrampilan atau pengetahuan tertentu, atau model yang bida ditiru. Model tersebut dapat berupa cara mengoperasikan sesuatu. Dalam pembelajaran CTL guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Refleksi adalah cara berpikir ten-tang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa saja yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa menge-depankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima.
Assessment adalah proses pe-ngumpulan berbagai data yang bisa mem-berikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa dinilai dari proses, bukan melulu hasil.
Menyediakan situasi dari kondisi alami pada proses pembelajaran terkadang tidak dapat diwujudkan karena situasi dan kondisi sekolah yang tidak memungkinkan. Namun masih terdapat alternatif penggu-naan pendekatan CTL diantaranya pembe-lajaran multimedia.
Tinjauan Pustaka
Dalam pembelajaran multimedia dapat disajikan berbagai kondisi di ling-kungan siswa melalui suatu tayangan audio visual menggunakan seperangkat kompu-ter. Penggunaanmedia yag tepat dan sesuai dengan tingkat perkembangan anak dapat menumbuhkan motivasi belajar dalam arti siswa.
Menurut Jean Peaget (dalam Wahono Widodo, 2003: 8-9) tingkat per-kembangan intelektual anak dibedakan atas empat tahap. Tiap tahapan beserta ciri-cirinya diuraikan sebagai berikut:
Tabel 1. Tahapan Perkembangan Intelektual Anak
Tahap |
Sifat-sifat |
Perubahan yang terlihat |
1. Sensori Motor (0-2) tahun |
Stimulus Bound, anak berinteraksi dengan stimuli dari luar. Lingkungan dan waktu terbatas, kemudian berkembang sampai dapat berimajinasi. Konsep tentang benda berkembang, mengembangkan tingkah laku baru, kemampuan untuk meniru. Ada usaha untuk berpikir |
Gerakan tubuhnya merupakan aksi refleks, merupakan eksperimen dengan lingkungannya |
2. Pra Operasional (2-7) tahun |
Belum sanggup melakukan operasi mental. Belum dapat membedakan antara permainan dengan kenyataan atau belum dapat mengembangkan struktur rasional yang cukup. Masa transisi antara struktur sensori motor ke berpikir operasional |
Sifat egosentris baru akan berkembang bila anak banyak berinteraksi sosial. Konsep tentang ruang dan waktu mulai bertambah. Bahasa mulai dikuasai |
3. Operasional Konkret (7-11) tahun |
Berpikir konkret, karena daya otak terbatas pada obyek melalui pengamatan langsung. Dapat mengembangkan operasi mental, seperti menambah, mengurangi. Mulai mengembangkan struktur kognitif berupa ide atau konsep. Melakukan operasi logika dengan pola berpikir masih konkret. |
Tidak egosentris. Berpikir tentang obyek yang berhubungan dengan berta, warna dan susunan. Melakukan aktivitas yang berhubungan dengan obyek. Membuat keputusan logis. |
4. Operasional Formal (11 tahun ke atas) |
Pola berpikir sistematis meliputi proses yang komplek. Pola berpikir abstrak dengan mempergunakan logika matematika. Pengertian tentang konsep waktu dan ruang telah meningkat secara signifikan |
Anak telah mengerti tentang pengertian hak, alam raya, dan angkasa luar. |
Melalui proses pembelajaran ilmu kimia di MA diharapkan siswa mampu mencapai tingkat berpikir secara formal. Pola berpikir formal kadang-kadang me-nimbulkan kesulitan bagi sebagian siswa. Di sinilah peran guru bagaimana menge-mas proses pembelajaran agar dapat me-nanggulangi kesulitan berpikir formal, dalam pembelajaran sebaiknya dimulai dari konsep konkret agar siswa dapat mema-hami konsep formal. Perlunya media pem-belajaran untuk menunjukkan konsep konkret, dan dijadikan titik acuan untuk penemuan konsep formal dalam pembela-jaran membantu siswa meningkatkan pe-nguasaan kompetensi yang harus dimiliki.
Menurut J, Bruner (dalamWahono Widodo, 2003. 10:11) orang belajar itu sepanjang hidup harus melalui tiga modus operandi: Enaktif, yaitu tindakan atas realita dengan cara konkret tanpa memerlukan angan-angan, kesimpulan atau kata-kata. Ikonik, untuk representasi perlu piktoral (gambar), angan-angan internal yang merupakan konsep. Simbolik, yaitu sistem abstrak dan sembarang. Apabila pengetahuan baru harus dipelajari seorang siswa melalui satu modus ke modus berikutnya dalam proses pembelajaran. Para guru pengetahuan alam biasanya mengacu tiga modus itu sebagai konkret, piktoral dan simbolik.
Menyadari kenyataan bahwa me-ngaitkan materi ajar dengan lingkungan kehidupan siswa kurang tepat bila disam-paikan secara verbal mengingat kemampu-an berpikir abstrak siswa relatif rendah dan berbeda-beda. Maka dipandang perlu inovasi dalam pembelajaran yang dapat menghadirkan contoh-contoh peristiwa kehidupan melalui pembelajaran multime-dia.
Untuk dapat melaksanakan pembe-lajaran dengan pendekatan kontekstual seringkali guru menjumpai beberapa hambatan. Mulai dari ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran, alokasi waktu belajar dan persiapan mengajar. Pada proses pembelajaran kimia pemanfaatan laboratorium kimia merupakan salah satu cara bagaimana agar siswa dapat belajar secara kontekstual. Namun kurangnya bahkan tidak adanya tenaga laboran menjadikan guru memiliki rasa enggan untuk setiap kali mengajar melakukan persiapan yang tidak ringan. Seorang guru kimia di samping melaksanakan tugas utamanya biasanya memiliki tugas mengelola alat-alat laboratorium kimia. Pengelolaan meliputi pekerjaan mendata dan meniventarisasi, menyimpan, merawat, menyediakan alat dan bahan untuk keperluan pembelajaran, memperbaiki dan membuat tata tertib serta jadwal penggunaan laboratorium.
Sadar akan manfaat diterapkannya pendekatan kontekstual bagi para siswa sangat berarti maka dipandang perlu inovasi dalam pembelajaran agar siswa dapat memiliki pengalaman nyata dan mampu mengaitkan materi ajar dengan situasi kehidupannya.
Untuk mengetahui seberapa besar sumbangan efektif pembelajaran dengan menerapkan CTL melalui pembelajaran alternatif menggunakan multimedia maka penulis melaksanakan tindakan kelas.
PEMBAHASAN MASALAH
Untuk memecahkan permasalahan yang ada dilakukan tindakan terhadap siswa kelas X.1 dan siswa kelas X.2 (Pembanding) MA Negeri Salatiga Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015 untuk mengetahui cara alternatif yang efektif meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi ajar yang dipelajarinya secara kontekstual.
Ide Untuk Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan permasalahan dilakukan empat tindakan. Pembagian tin-dakan didasarkan pada pembagian materi ajar dalam satu kompetensi dasar, dengan tujuan bahwa tindakan yang dilakukan pada keempat materi ajar tersebut tidak memiliki perbedaan yang siginifikan. Dengan harapan data yang dihasilkan pada keempat tindakan memiliki relevansi. Setiap tindakan dilaksanakan pada satu materi ajar dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. Materi ajar yang disajikan pada setiap tindakan adalah: (1) Pembentukan ikaan ion. (2) Pembentukan ikatan kovalen. (3) Pembentukan ikatan kovalen koordinasi. (4) Pembentukan ikatan logam.
Langkah-langkah ide untuk peme-cahan masalah dengan merencanakan tindakan, yang meliputi: pembelajaran dengan multimedia; pengamatan; analisis dan keputusan.
Implementasi tindakan melaksana-kan pembelajaran yang dimulai dengan memberikan pengetahuan prosedural mela-lui pemodelan tentang cara menggunakan komputer sebagai media dalam pembe-lajaran. Dengan tujuan untuk membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan dan membantu siswa me-ngaitikan materi ajar dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Pengamatan yang dilakukan dalam pembelajaran untuk mencatat kegiatan yang dikerjakan siswa, suasana pembe-lajaran dalam kelas, apakah rencana yang telah ditetapkan dilaksanakan, jika dilaksa-nakan apakah pelaksanaannya itu berdam-pak pada siswa.
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran dilakukan analisis sebagai bahan penyu-sunan rencana tindakan berikutnya, misal-nya: apakah proses pembelajaran sudah sesuai dengan rencana dan bagaimana pengaruhnya terhadap peningkatan penguasaan kompetensi dasar siswa kelas X.1 dan siswa kelas X.2 (Pembanding) MA Negeri Salatiga Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015.
Data yang akan dikumpulkam meliputi: penguasaan kompetensi siswa (penilaian proses berupa lembar pengamatan dan ulangan harian), temuan yang diperoleh melalui catatan selama berlangsung proses pembelajaran. Instru-men pengumpulan data mengenai: pe-nguasaan kompetensi siswa menggunakan lembar pengamatan dan daftar nilai ulangan.
Indikator keberhasilan: tingkat pe-nguasaan kompetensi siswa dalam pembe-lajaran: 0 % < Skor ≤ 20 % sangat kurang, 20 % < Skor ≤ 40 % kurang baik, 40 % < Skor ≤ 60 % cukup baik, 60 % Skor ≤ 80 % baik, 80 % < Skor ≤ 100 % Sangat Baik.
Alternatif Pemecahan Masalah
Di dalam pemecahan masalah dila-kukan sebanyak empat tindakan:
Tindakan 1
Pembuatan media pembelajaran yang dimaksud adalah tampilan pembeljar-an menggunakan program microsoft PowerPoint pada komputer. Program yang dibuat digunakan untuk pembelajaran pada tindakan 1, 2, 3, dan 4.
Instrumen dan lembar pengamatan siswa digunakan untuk melakukan pengamatan dan penilaian keberhasilan siswa tentang penguasaan kompetensi dasar membandingkan proses pembentuk-an ikatan.
Tindakan yang dilakukan pada pembelajaran mengacu pada perencanaan tindakan yang telah dibuat. Materi ajar yang disajikan pada tindakan 1 mengenai ikatan ion. Di awal tindakan 1 penulis memberi penjelasan tentang penggunaan komputer sebagai media pembelajaran dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar. Selama proses pembela-jaran penulis membimbing siswa dalam mengoperasikan komputer yang digunakan sebagai media pembelajaran.
Selama pembelajaran dilakukan pengamatan terhadap kemampuan siswa. Penilaian pada siswa terdiri dari penilaian yang dilakukan selama proses pembela-jaran menggunakan lembar pengamatan siswa dan penilaian tertulis yang dilakukan setelah kegiatan inti dilakukan.
Penilaian siswa berkaitan dengan pengamatan dan ulangan dilaporkan pada tabel berikut.
Tabel 2 Nilai Materi Ajar Ikatan Ion pada kelas X.1
NILAI |
Kelas X.1 |
Pengamatan |
85 |
Ulangan |
68 |
Tabel 3 Nilai Materi Ajar Ikatan Ion pada kelas X.2 (Pembanding)
NILAI |
Kelas X.2 |
Pengamatan |
83 |
Ulangan |
66 |
Beberapa siswa masih mengalami kesulitan menggunakan komputer sebagai media pembelajaran, sehingga penulis lebih banyak memberikan bimbingan bukan pada pemahaman materi ajar melainkan pada teknis pengunaan komputer.
Penilaian yang dilakukan selama proses pembalajaran tingkat penguasaan siswa pada materi ajar ikatan ion pada nilai pengamatan untuk kelas X.1 sebesar 88 dan kelas X.2 sebesar 83 rata-rata sangat baik dan termasuk kategori baik. Dengan demikian sementara dapat disimpulkan bahwa pemahaman materi ajar secara berkelompok lebih baik bila dibandingkan dengan pemahaman secara perseorangan.
Berdasarkan hasil catatan peng-amatan bahwa penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran masih kurang dan perlu melakukan pembimbingan siswa pada proses pembelajaran. Perlu melakukan beberapa perbaikan tampilan pada media komputer yang digunakan pada tindakan 2.
Tindakan 2
Materi ajar yang disajikan pada tindakan 2 mengenai ikatan kovalen. Di awal pembelajaran mereview PR/tugas yang diberikan sebelumnya. Penerapan pendekatan CTL mengalami peningkatan. Siswa yang mengalami kesulitan dalam mengoperasikan komputer berkurang.
Hasil dari tindakan yang dilakukan pada tindakan 2, seperti pada Tabel 4 dan Tabel 5 berikut.
Tabel 4 Nilai Materi Ajar Ikatan Kovalen pada kelas X.1
NILAI |
Kelas X.1 |
Pengamatan |
86 |
Ulangan |
72 |
Tabel 5 Nilai Materi Ajar Ikatan Kovalen pada kelas X.2 (Pembanding)
NILAI |
Kelas X.2 |
Pengamatan |
85 |
Ulangan |
71 |
Tingkat pemahaman siswa melalui pengamatan mengalami peningkatan, kelas X.1 sebesar 86 dan di kelas X.2 (Pem-banding) sebesar 85. Nilai pemahaman siswa melalui ulangan tertulis mengalami peningkatan, di kelas X.1 sebesar 72 dan di kelas X.2 (Pembanding) sebesar 71.
Dari hasil pengamatan dan penilai-an dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa mengaitkan materi ajar dengan kehi-dupan sehari-hari mengalami peningkatan. Dan suasana pembelajaran di kelas lebih baik dengan telah terbentuknya kelompok.
Tindakan 3
Tindakan 3 materi ajarnya ikatan kovalen koordinasi, diawali dengan me-review PR. CTL dalam pembelajaran pada tindakan 3 mengalami peningkatan teruta-ma dalam hal keterlibatan siswa pada proses pembelajaran dan waktu banyak digunakan siswa untuk menemukan, meng-gali dan berdiskusi terhadap permasalahan yang ada. Penggunaan komputer sudah lancar tanpa bimbingan lagi.
Hasil pengamatan dan penilaian yang dilakukan disajikan dalam Tabel 6 dan Tabel 7 berikut.
Tabel 6 Nilai Materi Ajar Ikatan Kovalen Koordinasi pada kelas X.1
NILAI |
Kelas X.1 |
Pengamatan |
90 |
Ulangan |
82 |
Tabel 7 Nilai Materi Ajar Ikatan Kovalen Koordinasi pada kelas X.2 (Pembanding)
NILAI |
Kelas X.2 |
Pengamatan |
89 |
Ulangan |
76 |
Tingkat pemahaman siswa telah menampakkan adanya perubahan yang signifikan. Nilai yang diperoleh siswa kelas X.1 pada nilai pengamatan sebesar 90 dan nilai ulangan sebesar 82. Nilai yang diperoleh siswa kelas X.2 (Pembanding) pada nilai pengamatan sebesar 89 dan nilai ulangan sebesar 76.
Berdasarkan catatan hasil peng-amatan dalam pembelajaran siswa menun-jukkan antusiasnya yang tinggi, hal ini di-tunjukkan dengan semangat dalam pembe-lajaran dan penilaian yang mengalami kenaikan yang signifikan.
Tindakan 4
Pelaksanaan tindakan pada materi ajar proses pembentukan ikatan logam mengalami berbagai kemajuan. Pemilihan informasi yang didasarkan pada kebutuhan siswa mampu menarik perhatian dan motivasi siswa. Penerapan CTL yang dilakukan dapat memberikan inspirasi siswa mengenai keterkaitan materi ajar dengan keadaan di sekitar kehidupan sis-wa, sehingga siswa mampu mengaitkan pembentukan ikatan logam dalam kehidup-an sehari-harinya. Dan pada tindakan 4 ini menunjukkan suasana pembelajaran me-nyenangkan, hal ini ditunjukkan dari wa-jah-wajah siswa yang ceria.
Adapun hasil yang diperoleh siswa pada tindakan 4 disajikan pada Tabel 8 dan Tabel 9 berikut.
Tabel 8 Nilai Materi Ajar Ikatan Logam pada kelas X.1
NILAI |
Kelas X.1 |
Pengamatan |
95 |
Ulangan |
86 |
Tabel 9 Nilai Materi Ajar Ikatan Logam pada kelas X.2 (Pembanding)
NILAI |
Kelas X.2 |
Pengamatan |
92 |
Ulangan |
82 |
Hasil pengamatan dan nilai ulang-an yang diperoleh siswa terjadi perubahan yang sangat siginifikan. Untuk siswa kelas X.1 nilai pengamatan sebesar 95 dan untuk nilai ulangan sebesar 86. Sedang siswa kelas X.2 (Pembanding) untuk nilai pengamatan sebesar 92 dan untuk nilai ulangan sebesar 82.
Berdasarkan hasil catatan peng-amatan disimpulkan bahwa penguasaan kompetensi siswa ternyata mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan siswa memiliki motivasi yang kuat karena di dalam pembelajaran apabila penyampaian materi ajar dikemas sedemikian rupa sehingga menarik bagi siswa dan diusahakan adanya variasi penyajian, dan peran media dalam pembelajaran tidak dapat diabaikan.
Meningkatnya pemahaman siswa terhadap penguasaan kompetensi dasar membandingkan proses pembentuan ikatan kimia melalui pendekatan CTL menggunakan media komputer (multime-dia) berbanding lurus dengan pelaksanaan tindakan yang dilakukan. Kelemahan yang dijumpai dalam hal pengelolaan kelas terja-di apabila terdapat komputer yang meng-alami gangguan, sehingga diperlukan tin-dakan antisipasi berupa penanganan sese-gera mungkin agar tindakan yang dilaku-kan semaksimal mungkin sesuai perenca-naan yang dibuat.
Hasil tindakan ini belum merupa-kan hasil akhir dari tindakan yang dilaku-kan, sehingga masih perlu adanya tindak lanjut melalui perencanaan yang lebih baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil tindakan yang dilakukan di kelas X.1 dan X.2 (Pemban-ding) MA Negeri Salatiga dapat disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan pendekatan CTL dalam pembelajaran membantu siswa mampu mengaitkan materi ajar yang dikuasai dengan lingkungannya. Multimedia merupakan salah satu media alternatif bagi guru yang dapat digunakan pada pembelajaran dengan pendekatan CTL.
2. Penggunaan multimedia dalam pembe-lajaran mampu memberikan contoh-contoh adanya keterkaitan materi ajar dengan kehidupan di sekitarnya. Melalui tayangan multimedia guru dapat menghadirkan obyek di luar kelas melalui tayangan yang menarik dengan cara discan, melalui pemotretan dengan kamera digital.
3. Penerapan CTL dalam pembelajaran melalui multimedia meningkatkan pe-nguasaan kompetensi dasar memban-dingkan proses pembentukan ikatan. Pembelajaran multimedia yang dilaku-kan guru dapat langsung atau meng-gunakan satu komputer yang dihu-bungkan dengan LCD dan ditayangkan di layar.
4. Dari setiap tindakan yang dilakukan menunjukkan peningkatan mulai dari penggunaan komputer, penguasaan kompetensi, dan yang paling penting suasana pembelajaran sangat menye-nangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catharina Tn. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Semarang Press.
Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SMP, SMA, SMK. Bandung: CV. Yrama Widya
Arikunto, Suharsirni, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Anikunto, Suharsjmj. 2002. Prosedur Peneliilan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rinekacipta..
Bermawi. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani
Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: 1KW Press.
Depdikbud.2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional.2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.
Djamarah, S. B. & Zain, A. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamarah, Saiful B. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.