PENGARUH KETERAMPILAN MENGAJAR GURU

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR IPS SISWA KELAS TINGGI

SD NEGERI SALUTA KECAMATAN GALELA UTARA

 

Alpres Tjuana

Yohanis Gosango

Prodi PGSD-FKIP Universitas Halmahera Tobelo

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keterampilan mengajar terhadap motivasi belajar siswa SD Negeri Saluta-Kecamatan Galela Utara-Kabupaten Halmahera Utara untuk mata pelajaran IPS di Kelas Tinggi sebanyak 33 orang siswa. Jenis penelitian ini adalah korelasional, sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas tinggi SD Negeri Saluta Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 33 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam bentuk angket. Data angket diperoleh pada saat pengisian angket. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis statistik “Regresi sederhana” dalam menentukan koefisien korelasi dan menguji signifikansi koefisien regresinya. Hasil regresi yang didapatkan adalah dengan besarnya angka koefisien regresi adalah: Y = 44,270 + 1,435; dimana Y = Keterampilan Mengajar dan X = Motivasi belajar. Artinya, makin tinggi keterampilan mengajar dari guru, maka hal itu akan diikuti dengan makin tingginya motivasi belajar siswa di SD Negeri Saluta. Sebaliknya adalah makin rendah keterampilan mengajar dari guru, maka hal itu akan diikuti dengan makin rendahnya motivasi belajar siswa di SD Negeri Saluta. Hal itu juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan sifnifikan keterampilan mengajar terhadap motivasi belajar IPS pada siswa kelas tinggi SD Negeri Saluta.

Kata Kunci: Keterampilan mengajar guru, motivasi belajar IPS.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 menjelaskan, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 37 ayat 1 menjelaskan tentang kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: a. Pendidikan agama, b.Pendidikan kewarganegaraan, c. Bahasa, d. Matematika, e. Ilmu pengetahuan alam, f. Ilmu pengetahuan sosial, g. Seni dan budaya, h. Pendidikan jasmani dan olahraga, i. Keterampilan/kejuruan, j. Muatan lokal. (Sanjaya, 2011:67).

Berdasarkan Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 mata pelajaran IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (BSNP, 2006:159). Menurut (Hidayati 2006:7) IPS merupakan perwujudan dari satu pendekatan interdisipliner dari pelajaran ilmu-ilmu sosial. Ini merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial antara lain: Sosiologi, Antropologi Budaya, Sejarah, Psikologi Sosial, Geografi, Ekonomi, Politik, dan Ekologi.

Ilmu Pengetahuan Sosial dipolakan untuk tujuan-tujuan pembelajaran dengan materi sesederhana mungkin, menarik, mudah dimengerti, dan mudah dipelajari. Untuk dapat melaksanakan program-program IPS dengan baik, sudah sewajarnya bila guru yang mengajar IPS mengetahui benar akan tujuan pengajaran IPS, disamping pengorganisasian, bahan pelajaran, dan metode yang dipakai dalam pelaksanaan proses belajar mengajar (Hidayati 2006:7)

Dengan demikian sebenarnya IPS itu berinduk kepada Ilmu-ilmu sosial, dengan pengertian bahwa teori, konsep, prinsip yang diterapkan pada IPS adalah teori, konsep, dan prinsip yang ada dan berlaku pada Ilmu-ilmu Sosial. Ilmu Sosial dipergunakan untuk melakukan pendekatan, analisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang dilaksanakan pada pengajaran IPS (Hidayati 2006:7).

Dalam KTSP mata pelajaran IPS SD/MI menjelaskan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan agar siswa memiliki kemampuan yaitu: mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk dapat berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal dan global (BSNP 2006:159)

Berdasarkan hasil observasi di SD Negeri Saluta Kecamatan Galela Utara ditemukan bahwa dalam menerapkan pembelajaran guru lebih menekankan pada model pembelajaran yang mengaktifkan guru, kurang melibatkan siswa, pembelajaran yang dilakukan guru kurang kreatif, lebih banyak menggunakan model konvensional (ceramah) dan kurang mengoptimalkan media pembelajaran. Hal ini mengakibatkan siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, bahkan cenderung pasif. Siswa hanya diam saja, mendengarkan, mencatat, dan mudah bosan dalam pembelajaran. Guru tidak mengembangkan keterampilan bertanya terhadap siswa, guru kurang memberi penguatan, penggunaan media dan bahan pelajaran yang kurang maksimal, begitu pula guru dalam menjelaskan materi hanya sebatas menjelaskan dan tidak melakukan konfirmasi.

Terkait membuka pelajaran, guru tidak memberi motivasi di saat apersepsi dan tidak melakukan evaluasi di saat ahkir pelajaran bahkan tidak memberi pekerjaan rumah. Dalam proses pembelajaran guru kurang menciptakan kondisi belajar yang optimal dan tidak mengembalikan suasana interaksi yang baik. Dalam proses pembelajaran diskusi kelompok, guru kurang mengarahkan dan membimbing pada suasana interaksi terbuka antar siswa dalam membahas materi pelajaran dan setiap siswa kurang mengemukakan pendapatnya dalam kelompok.

Permasalahan di atas semuanya terkait dengan kualitas pembelajaran termasuk pembelajaran IPS. Dalam belajar perlu diciptakan suasana dengan interaksi diantara subyek belajar untuk membantu perkembangan kognitif siswa.

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis ingin menindaklanjuti melalui penelitian yang berjudul: Pengaruh kualitas pembelajaran guru terhadap motivasi belajar IPS siswa kelas tinggi SD Negeri Saluta Kecamatan Galela Utara.

Rumusan Masalah

            Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat pengaruh kualitas pembelajaran guru terhadap motivasi belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas tinggi SD Negeri Saluta Kecamatan Galela Utara.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas pembelajaran guru terhadap motivasi belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas tinggi SD Negeri Saluta Kecamatan Galela Utara

KAJIAN TEORI

Kualitas Pembelajaran

Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan. Menurut Etzioni (Hamdani, 2011:194) secara definitif efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Efektivitas ini sesungguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam dan maupun di luar diri seseorang. Sedangkan Daryanto (2010:57) menyatakan bahwa efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas pembelajaran adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran yang di dalamnya dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, di mana pencapaian tujuan pembelajaran berupa peningkatan aktivitas siswa, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar dalam proses pembelajaran. Semuanya itu sangat tergantung dari kualitas pembelajaran, dan salah satu hal yang penting adalah keterampilan guru dalam mengajar.

Keterampilan Guru

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen dalam bab 1, ayat 1 guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar, (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 559) Menurut Djamarah (2010:99) Keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan yang mutlak harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat mengoptimalkan perannya di kelas.

Beberapa keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki oleh seorang guru menurut Djamarah (2010:99-163) yaitu keterampilan bertanya dasar, keterampilan bertanya lanjutan, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menu-tup pelajaran, keterampilan mengelola kelas, keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil, dan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.

Pengertian Belajar

Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.

Menurut Gagne (Slameto, 2010:13), Belajar merupakan suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik, sebaliknya bila tidak belajar maka responsnya akan tidak baik. Menurut Hamalik, (2001:27). belajar merupakan modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil dan tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. (Hamalik, 2001:27).

Dengan demikian, dari pendapat para ahli, maka peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri orang bersifat permanen.

Motivasi Belajar

Motivasi merupakan daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan yang bisa berasal dari dalam diri (intrisik) yaitu dorongan yang datang dari hati sendiri. Motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar diri (lingkungan), misalnya orang tua, guru, teman-teman dan anggota masarakat.

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hamalik (2001: 158) mengatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Sedangkan Terry (Djamarah, 2002:91) mengemukakan bahwa Motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran motivasi adalah untuk mendorong agar belajar dapat menentukan ketekunan untuk memperoleh prestasi.

Ilmu Pengetahuan Sosial

Menurut Etin Solihatin & Rahardjo (2006: 14) “Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara manusia dengan lingkungannya, lingkungan masyarakat di mana anak didik tumbauh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakar”.

“Pendidikan IPS adalah suatu program pendidikan yang memilih bahan pendidikan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humanity, yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan” (Wesley, dalam Wahab, 1998: 34). Berdasarkan pengertian ini ditunjukkan bahwa salah satu ciri utama pendidikan IPS adalah kerjasama disiplin ilmu pendidikan dengan disiplin ilmu-ilmu sosial.

Dalam kurikulum Pendidikan Dasar dan Silabus Sekolah Dasar Departemen Pendidikan Nasional (2004:115) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan social yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, sejarah, antropologi dan tata Negara.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang mempelajari kehidupan manusia dalam masyarakat dengan berbagai aspeknya, tentu tidak dapat dipisahkan seperti ilmu-ilmu social yang membahas dari berbagai sudut pandangnya, seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata Negara dan psikologi social.

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survey dengan menggunakan jenis penelitian kuantitatif.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat ukur untuk mengumpul data secara kuantitatif dengan menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Instrumen terdiri dari sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ketahui (Arikunto,1998:140)

Adapun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi: adalah instrumen tentang kualitas pembelajaran guru dan motivasi belajar siswa. Data hasil angket ini akan diigunakan sebagai data variabel x dan variabel y. Instrumen ini menggunakan skala Lickert dengan setiap pernyataan yang dijawab oleh responden.

Teknik Analisis Data.

Setelah data penelitian diperoleh, kemudian dilakukan analisis data untuk mengetahui hasil belajar siswa. Peneliti melakukan uji regresi yang menggunakan “uji signifikan”. Uji Regresi dapat menganalisis bagaimana pengaruh kualitas pembelajaran guru terhadap motivasi belajar siswa. Untuk melakukan uji regresi dapat menggunakan program SPSS 21 atau dengan menggunakan program Mirosof Office Excel 2007.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Profil Keterampilan Mengajar

Pilihan 4 dan 3 adalah indikator-indikator penilaian lebih bernuansa afirmasi (konfirmasi); sedangkan pilihan 2 dan 1 merupakan indikator-indikator bernuansa negasi terhadap pernyataan. Pilihan sengaja dibuat empat untuk menghindari sikap netral atau memilih aman dalam memberikan jawaban.

Tabel 4.1. Kriteria Skor dan Maknanya

Skor

Makna Skor

4

Sangat Setuju

3

Cukup Setuju

2

Kurang Setuju

1

Sangat Tidak Setuju

 

            Instrumen keterampilan mengajar yang memuat 30 item pernyataan yang diisi oleh 33 responden dalam uji coba dengan skor tertinggi 4 dan skor terrendah 1. Dari data empiris diperoleh Skor maks = 105, Skor min= 66. Kategori atau jumlah kelas yang dibuat cukup dibuat tiga saja.

Hasil lengkap penghitungan interval kelas, jumlah kelas (kategori), range (jarak antar kelas), frekuensi atau jumlah responden, prosentasi serta jumlah kumulatif dapat dikemukakan sebagaimana Tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3. Skor dan Profil Kompetensi Pedagogis Guru

Total Indikator

Profil

Interval

Kategori

Jumlah

%

Kumulatif

93-106

Baik (B)

04

12,12

12,12

79-92

Cukup Baik (CK)

14

42,42

54,54

65-78

Kurang Baik (KB)

15

45,46

100

(Interval = 13)

33

100,00

Sumber: Data primer, diolah.                 

   Berdasarkan penilaian terhadap 33 responden untuk kompetensi pedagogis, terlihat rentang interval 65-78 sebagai interval dengan jumlah responden terbanyak yaitu 15 responden atau sekitar 46 % responden memiliki tingkat keterampilan mengajar kurang baik. Pada sisi lain, interval 79-92 berada pada urutan kedua yakni sebanyak 14 responden atau sebesar 42,42 % berada dalam kategori cukup baik dan pada urutan ketiga adalah pada interval 93-106 dengan banyaknya responden sebanyak 4 orang atau 12,12 % sebagai yang berada dalam kategori interval baik.

Besaran angka ini menunjukkan bahwa guru SD Negeri Saluta memiliki keterampilan mengajar terbanyak berada dalam kategori interval kurang baik. Kendatipun demikian, masih dibutuhkan perbaikan atau upaya peningkatan keterampilan mengajar dari yang kurang baik hingga mencapai keterampilan mengajar guru hingga taraf minimal cukup baik atau maksimal baik.

Profil Motivasi Belajar Siswa

Pilihan 4 dan 3 adalah indikator-indikator penilaian lebih bernuansa afirmasi (konfirmasi); sedangkan pilihan 2 dan 1 merupakan indikator-indikator bernuansa negasi terhadap pernyataan. Pilihan sengaja dibuat empat untuk menghindari sikap netral atau memilih aman dalam memberikan jawaban.

               Instrumen yang memuat 4 item pernyataan yang diisi oleh 33 responden dalam uji coba, dengan skor tertinggi 4 dan skor terrendah 1. Dari data empiris diperoleh Skor maks = 99, dan skor min= 46. Kategori atau jumlah kelas yang dibuat adalah 3, yaitu sebagaimana tertera dalam Tabel 4.5 berikut.

Hasil lengkap penghitungan interval kelas, jumlah kelas (kategori), range (jarak antar kelas), frekuensi atau jumlah responden, prosentasi serta jumlah kumulatif dapat dikemukakan sebagaimana Tabel 4.6 berikut.

 

 

 

Tabel 4.6 Profil Motivasi Belajar Siswa

Total Indikator

Profil

Interval

Kategori

Jumlah

%

Kumulatif

83-101

Baik (B)

9

27,27

27,27

64-82

Cukup Baik (CK)

16

48,48

75,75

45-63

Kurang Baik (KB)

8

24,25

100

(Interval = 18)

33

100

 Sumber: Data primer, diolah.

Berdasarkan penilaian terhadap 33 responden untuk kompetensi pedagogis, terlihat rentang interval 64-82 sebagai interval dengan jumlah responden terbanyak yaitu 16 responden atau sebesar 48,48 % responden memiliki tingkat keterampilan mengajar guru cukup baik. Pada sisi lain, interval 83-101 berada pada urutan kedua yakni sebanyak 9 responden atau sebesar 27,27 % berada dalam kategori baik dan pada urutan ketiga adalah pada interval 45-63 dengan banyaknya responden sebanyak 8 orang atau 24,25 % sebagai yang berada dalam kategori interval kurang baik.

            Besaran angka ini menunjukkan bahwa siswa SD Negeri Saluta memiliki motivasi belajar terbanyak berada dalam kategori interval cukup baik. Kendatipun demikian, masih dibutuhkan perbaikan atau upaya peningkatan motivasi belajar dari yang kurang baik hingga mencapai motivasi belajar siswa hingga taraf minimal cukup baik atau maksimal baik.

Validitas dan Reliabelitas Keterampilan Mengajar

Hasil uji reliabelitas keterampilan mengajar diperoleh besaran Alpha Cronbach sebesar 0,682 sehingga bisa masuk dalam kategori cukup baik. Sedangkan uji validitasnya menujukkan hanya tiga butir item yang kurang valid yaitu butir (item) nomer 13, 24 dan 26. Kendatipun demikian, ketiga butir (item) tersebut tetap diikutkan dalam pengolahan atau penghitungan selanjutnya karena hanya selisih sedikit dari 0,3 sebagaii standar yang ditetapkan.

Validitas dan Reliabelitas Motivasi Belajar

Hasil uji reliabelitas keterampilan mengajar diperoleh besaran Alpha Cronbach sebesar 0,924 sehingga bisa masuk dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan uji validitasnya menujukkan bahwa semua butir item validitas yang berada di atas 0,3. Karena itu semua butir secara otomatis langsung diikutkan dalam pengolahan atau penghitungan selanjutnya.

 Hasil Uji Regresi

Model Summaryb

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

.967a

.935

.933

3.246

a. Predictors: (Constant), TRAMPILAJAR

 

b. Dependent Variable: MOTIVAJAR

 

 

   Nilai R2 (R Square) dari tabel Model Summary menunjukkan bahwa 93,5 % dari variance keterampilan mengajar dapat dijelaskan oleh perubahan dalam variabel Motivasi Belajar

 

ANOVAb

Model

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

1

Regression

4672.016

1

4672.016

443.304

.000a

Residual

326.711

31

10.539

 

 

Total

4998.727

32

 

 

 

a. Predictors: (Constant), TRAMPILAJAR

 

 

 

b. Dependent Variable: MOTIVAJAR

 

 

 

 

   Tabel ANOVA di atas mengindikasikan bahwa regresi secara statistik sangat signifikan dengan nilaai F = 443,304 untuk derajat kebebasan k=1 dan n-k-1=33-1-1=31 dan P-value 0,000 yang jauh lebih kecil dari α = 0,05

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

44.270

5.594

 

7.914

.000

TRAMPILAJAR

1.435

.068

.967

21.055

.000

a. Dependent Variable: MOTIVAJAR

 

 

 

 

   Untuk menguji signifikansi masing-masing koefisien regresi digunakan uji statistik t. Untuk menguji β1: H0: β1=0 terhadap H1: β1≠0 dari output SPSS didapat nilai uji-t dengan nilai t=21,055 dengan derajat kebebasan n-2=33-2=31 dan P-value=0,000. Hal ini merupakan bukti kuatnya penolakan terhadap H0: β1=0, karena P-value=0,000 lebih kecil dari α = 0,05.

Hasil regresi yang didapatkan dengan menggunakan data untuk menghitung besarnya angka koefisien regresi adalah: Y = 44,270 + 1,435; dimana Y = Keterampilan Mengajar dan X = Motivasi belajar. Artinya, makin tinggi keterampilan mengajar dari guru, maka hal itu akan diikuti dengan makin tingginya motivasi belajar siswa di SD Negeri Saluta. Sebaliknya adalah makin rendah keterampilan mengajar dari guru, maka hal itu akan diikuti dengan makin rendahnya motivasi belajar siswa di SD Negeri Saluta.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka jawaban terhadap rumusan masalah penelitian adalah Apakah terdapat pengaruh kualitas pembelajaran guru terhadap motivasi belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas tinggi SD Negeri Saluta Kecamatan Galela Utara. Dapat dikemukakan sebagai berikut.

Kesimpulan

Penghitungan menggunakan SPSS, maka hasil regresi yang didapatkan dengan menggunakan data untuk menghitung besarnya angka koefisien regresi adalah: Y = 44,270 + 1,435; dimana Y = Keterampilan Mengajar dan X = Motivasi belajar. Artinya, makin tinggi keterampilan mengajar dari guru, maka hal itu akan diikuti dengan makin tingginya motivasi belajar siswa di SD Saluta. Sebaliknya adalah makin rendah keterampilan mengajar dari guru, maka hal itu akan diikuti dengan makin rendahnya motivasi belajar siswa di SD Saluta. Itu berarti terdapat pengaruh yang positif dan signifikan keterampilan belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS siswa kelas tinggi SD Negeri Saluta Kecamatan Galela Utara.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat dirasankan bahwa untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk melihat pengaruh ataupun hubungan kompetensi pedagogis, kompetensi profesional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian guru terhadap motivasi belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

BSNP. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar SD/ MI (Peraturan Mendiknas No.22 dan No. 23).Jakarta: BP Cipta Jaya.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2002, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Darmadi, Hamid. 2010. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Depdiknas. 2004. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Hamalik. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik. Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT. Bumi Aksara.

Hidayati, dkk. 2006. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta: Depdiknas.

Jason Lake, 2003, Motivasi Berprestasi Kecerdasan Emosional, Percaya Diri, Yogyakarta: Andi Offest

KTSP. 2003. Sistem Pendidikan Nasional (Peraturan Mendiknas No 20 Tahun 2003). Jakarta: BP Cipta Jaya

Mukhtar, 2013, Metode Praktis Penelitian Deskripstif Kualitatif. Jakarta, GP Press Group

Sagala Syaiful, 2005, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media. Nasional Pendidikan pasal 6

Sapriya.2009. Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Siregar Syofian, 2013, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sugandi. Achmad.2006. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES

Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta.

UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

Usman, Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.