MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR PPKn

MELALUI MODEL DUA TAMU DUA TINGGAL

 

Gunoto

Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

SMA Negeri 1 Rembang Kab. Rembang

 

ABSTRAK

Kondisi rendahnya minat dan hasil belajar siswa dalam materi penyelenggaran kekuasaan negara tercermin juga dalam minat dan hasil belajar siswa. Hal itu dapat diketahui dari rata-rata nilai harian siswa. Pada dua kali ulangan harian yang diadakan guru dengan kompetensi dasar penyelenggaran kekuasaan negara menunjukkan rata-rata nilai yang diperoleh kurang dari kriteria ketuntasan minimal. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah pelaksanaan kegiatan tindak lanjut berupa pengajaran dengan menerapkan model dua tamu dua tinggal, hal itu dimaksudkan agar siswa dapat mudah memahami dan menerima materi yang disampaikan guru yang secara tidak langsung memberi penekanan agar siswa memperhatikan penjelasan guru dan pada akhirnya siswa akan lebih memahami konsep penyelenggaraan kekuasaan negara yang dipelajarinya. Penelitian yang penulis lakukan memberikan arah pasti dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis mempunyai tujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa melalui model dua tamu dua tinggal pada materi penyelenggaraan kekuasaan negara. Berdasarkan pada hasil tes awal atau tahap pra siklus terhadap 32 siswa kelas XI IPS2 menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada materi penyelenggaraan kekuasaan negara diperoleh skor rerata 70,31%. Hasil tes pada tahap siklus 1, guru perlu melakukan tindakan. Bentuk tindakan yang dilakukan pada tahap siklus 1 yakni menerapkan model dua tamu dua tinggal dalam pembelajaran PPKn. Hasil skor rerata diperoleh 76,83% dan dilanjutkan pada siklus 2. Hasil skor rerata dapat diperoleh di antaranya adalah 82,34 dengan klasifikasi kelompok siswa yang memperoleh nilai ≤ 55 adalah 0 dengan persentase 0,00%, siswa dengan nilai antara 56 – 65 sejumlah 1 anak dengan persentase 3,33%, siswa dengan nilai 66 – 74 sejumlah 2 anak dengan persentase 6,67%, siswa dengan nilai rentang 75 – 84 sejumlah 12 anak dengan persentase 37,50%, siswa dengan nilai antara 85 – 100 sejumlah 17 anak dengan persentase 53,12%. Dengan demikian dalam proses pembelajaran yang menggunakan metode dua tamu dua tinggal dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas XI IPS2 semester 1 SMA Negeri 1 Rembang tahun pelajaran 2016/2017.

Kata Kunci: minat belajar, hasil belajar, metode dua tamu dua tinggal.

 

PENDAHULUAN

Lembaga pendidikan formal/ sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam mempersiapkan warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sekolah atau guru dapat mengembangkan, menggabungkan, atau menyesuaikan bahan yang disajikan dengan situasi dan kondisi setempat. Kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa minat dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan belum menunjukkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan.

Kondisi rendahnya minat dan hasil belajar siswa pada materi penyelenggaraan kekuasaan negara tercermin juga dalam minat dan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat diketahui dari daftar nilai ulangan harian siswa yang menunjukkan angka-angka rata-rata. Pada ulangan harian yang diadakan guru dengan kompetensi dasar penyelenggaran kekuasaan negara diperoleh keterangan bahwa rata-rata nilai siswa kurang dari 75.

Dari ulangan harian yang pernah dilakukan, sekitar 65 % siswa mendapatkan nilai di bawah 75. Ini berarti bahwa hanya 35% yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal. Hal tersebut kalau kita jumlah hanya ada 11 siswa saja yang terlibat aktif dalam memahami materi penyelenggaraan kekuasaan negara dari jumlah keseluruhan siswa dalam kelas yaitu sebanyak 32 siswa (minat tinggi). Angka-angka tersebut dapat diartikan bahwa pemahaman siswa pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan khususnya materi penyelenggaraan kekuasaan negara tersebut relatif masih rendah. Dengan kata lain, pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang diajarkan baru mencapai sekitar 35 persen.

Guna meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam materi penyelenggaraan kekuasaan negara, guru perlu melakukan tindakan kelas. Tindakan kelas ini dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan memodifikasi pola pembelajaran yang selama ini hanya monoton berupa pembelajaran kelas dengan ceramah menjadi pembelajaran mandiri atas dasar inisiatif siswa.

Dalam mengidentifikasi masalah pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada materi penyelenggaraan kekuasaan negara yang disampaikan pada siswa, ada beberapa hal yang harus dipertanyakan kepada siswa di antaranya adalah:

1.   Mengapa siswa dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan belum mampu mengembangkan minat pada materi penyelenggaraan kekuasaan negara?

2.   Mengapa siswa dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan belum mampu memperoleh hasil belajar yang diharapkan pada materi penyelenggaraan kekuasaan Negara?

Dengan demikian, penulis sekaligus penulis dapat mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah Melalui Penerapan Model Pembelajaran Dua Tamu Dua Tinggal Dapat Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Dalam Materi Penyelenggaraan Kekuasaan Negara?”

KAJIAN PUSTAKA

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh setiap pendidik menginginkan hasil belajar yang baik/ memuaskan dicapai peserta didik. Untuk mendapatkan hasil yang baik tentunya diperlukan kerja keras dari pendidik dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran hasil yang dapat dicapai terhadap peserta didik diharapkan mendapatkan hasil yang memuaskan. Semua harus melalui minat dan proses belajar.

Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan/ aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya sedikit banyak permanen (The Liang Gie, 2000: 6). Belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap (Winkel, 2001: 36). Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

Menurut Slameto (2003: 13), belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Minat merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya (Uno, 2007: 3).

Tujuan dari minat belajar menurut Hasibuan (2011: 196) adalah: (a) mengubah perilaku siswa sesuai dengan keinginan guru; (b) meningkatkan kegairahan belajar siswa; (c) meningkatkan disiplin siswa; (d) meningkatkan kestabilan belajar siswa; (e) meningkatkan prestasi belajar siswa; (f) meningkatkan moral siswa; (g) meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap tugas – tugasnya; (h) meningkatkan produktivitas dan efisiensi; (i) memperbesar rasa tanggung jawab siswa terhadap lembaga pendidikan dan (j) memperbesar partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Hasil belajar menurut Sudjana (2000) merupakan suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru di suatu sekolah dan kelas tertentu.

Minat dan hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan. Nana Sudjana (2005: 76) menjelaskan bahwa model pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.

Sedangkan M. Sobri Sutikno (2009: 88) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah cara – cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan. Guru sebagai fasilitator bukan sebagai sumber yang utama. Siswa dituntut untuk lebih aktif, kreatif, berpendapat secara ilmiah dan kritis, bekerja sama, jujur dan tekun serta mampu mengemukakan pendapat dan menjawab semua permasalahan yang diajukan siswa lain. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kurikulum dalam pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran dua tamu dua tinggal.

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran dua tamu dua tinggal dikembangkan oleh Spencer Kagan. Dalam metode ini, siswa bekerja, berbicara, berdiskusi dan mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa mengerti makna belajar, manfaatnya, status mereka dan bagaimana mencapainya.

Dalam pembelajaran dengan menggunakan model dua tamu dua tinggal, tugas guru mengatur strategi belajar, membantu mengembangkan pikiran dan mengarahkan siswa agar tidak menyimpang dari materi pembelajaran serta memecahkan masalah – masalah yang dihadapinya.

Langkah – langkah pembelajaran dengan menggunakan model dua tamu dua tinggal sebagai berikut:

1.      Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok beranggotakan empat siswa.

2.      Masing – masing kelompok mengerjakan tugas yang diberikan guru.

3.      Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang berbeda.

4.      Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas memberikan informasi yang mereka miliki kepada tamu, kemudian mendiskusikan bersama.

5.      Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok semula dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain yang telah mereka kunjungi.

6.      Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka dengan membandingkan hasil kunjungan anggota dari kelompok lain.

7.      Kemudian salah seorang siswa dalam kelompok mempresentasikan dalam kelompoknya.

8.      Guru mengamati dan memotivasi siswa agar siswa berani mengajukan pertanyaan dan pendapat.

9.      Di akhir sesi masing – masing kelompok mempresentasikan hasilnya di depan kelas dengan projector, sehingga menarik dan menyenangkan.

10.    Guru memberikan ulasan hasil presentasi siswa dan memberikan simpulan hasil belajar siswa. (Spencer Kagan, 1992).

Kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas ini, diawali adanya proses pembelajaran yang masih bersifat konvensional akan menghasilkan minat dan hasil belajar yang rendah, sehingga diperlukan suatu tindakan atau sebuah formula baru untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang kooperatif yang dalam hal ini diterapkannya model dua tamu dua tinggal, untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut:

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Rembang dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di kelas XI IPS2 pada semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 yang dimulai bulan September sampai Desember 2016.

Subjek penelitian adalah siswa yakni siswa kelas XI IPS2 SMA Negeri 1 Rembang pada semester satu tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri atas 32 siswa, dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 12 siswa dan jumlah siswa perempuan sebanyak 20 siswa.

Data dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa data deskripsi observasi/ pengamatan yang diperoleh dari pengamatan terhadap siswa. Sedangkan data kuantitatif berupa hasil nilai ulangan harian siswa baik pada siklus 1 maupun pada siklus 2 dengan menggunakan rentang nilai mulai dari 0 sampai dengan 100. Dari nilai semua siswa dicari rata – ratanya untuk menentukan keberhasilan belajar siswa secara klasikal.

Teknik pengumpulan/ pengambilan data berupa teknik tes dan non tes. Teknik tes digunakan untuk mendapatkan skor pemahaman siswa tentang materi penyelenggaraan kekuasaan negara yang dihasilkan oleh siswa pada siklus 1 maupun siklus 2. Teknik non tes dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan/ observasi yang dilakukan oleh teman sejawat.

Dalam menganalisis data yang penulis lakukan dalam penelitian ini meliputi analisis data minat belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dan analisis data hasil belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Untuk menganalisis data minat belajar penulis menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu menggunakan data hasil pengamatan. Berdasarkan hasil observasi terhadap minat belajar siswa, penulis kemudian membandingkan hasil minat belajar pada kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2. Setelah diperoleh hasil perbandingan, penulis kemudian melakukan tindakan refleksi. Sementara analisis hasil belajar, penulis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Penulis membandingkan hasil belajar pada kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2. Setelah memperoleh hasil perbandingan, penulis melakukan refleksi yaitu menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis deskriptif kuantitatif, kemudian membuat ulasan berdasarkan kesimpulan.

Keberhasilan individual ditentukan dengan nilai minimal yang harus dicapai oleh siswa adalah 75, sedangkan keberhasilan klasikal adalah siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas setidaknya berjumlah 85% dari seluruh siswa. Selain itu, juga adanya perubahan sikap siswa yang lebih positif (semangat, aktif, keseriusan, percaya diri) pada kegiatan pembelajaran sebagai tolok ukur meningkatnya minat belajar pada pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Hasil minat ini akan terlihat hasilnya pada pemantauan melalui pengamatan teman sejawat di dalam mengikuti proses pembelajaran, di mana seorang siswa itu bisa menunjukan keaktifannya atau hanya pasif saja, maka hasil yang diharapkan supaya bisa berhasil apabila minimum 85% dari siswa memperoleh skor minat belajar. Hal ini terlihat dari pemantauan hasil pengamatan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Penelitian Pra Siklus

Proses pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sering dianggap sebagai pelajaran hafalan yang didominasi oleh situasi “too much chalk and talk and by a lack of involvement of children in their own learning” (terlalu banyak kapur/ spidol ‘mencatat’ dan ceramah sehingga mereka tidak dapat menemukan pengalaman belajar sendiri).

Hal ini memperkuat persepsi siswa tentang pengajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai satu pelajaran yang membosankan, monoton, kurang menyenangkan, terlalu banyak hafalan dan kurang variatif. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan dan tidak menarik, karena harus menghafalkan konstitusi terutama pada pasal – pasal Undang-Undang Dasar.

Selama proses pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berlangsung, siswa sering melakukan aktivitas – aktivitas yang tidak ada relevansinya dengan upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Namun, sebaliknya aktivitas tersebut berimplikasi pada ketidaktercapaian tujuan pembelajaran.

Pada tindakan pengamatan proses berlangsung, ada lima hal yang diamati oleh teman sejawat untuk menilai minat belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran berlangsung. Berikut tabel hasil pengamatan minat yang dilakukan dilakukan oleh teman sejawat.

Tabel 4.1 Hasil pengamatan minat belajar PPKn

No

Aspek yang dinilai

Jumlah

1

Keberanian siswa dalam berpendapat

17

2

Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran

19

3

Keseriusan mengerjakan tugas

9

4

Kepercayaan diri

9

5

Kerjasama dalam menyelesaikan tugas

6

 

Oleh karena itu, didapatkan hasil minat pada keberanian berpendapat ada 17 anak sehingga kalau kita presentase sebesar 53,12%, dan pada keaktifan mengikuti pembelajaran ada 19 anak sehingga kalau kita presentase sebesar 59,37%, pada keseriusan mengerjakan tugas ada 9 anak sehingga kalau kita presentase sebesar 28,12%, pada kepercayaan diri ada 9 anak sehingga kalau kita presentase sebesar 28,12% dan pada kerjasama menyelesaikan tugas ada 6 anak sehingga kalau kita presentase sebesar 18,75%.

Hasil belajar kondisi awal yang diperoleh siswa materi penyelenggaraan kekuasaan negara diketahui bahwa dari 32 siswa didapatkan adanya hasil belajar siswa ada 11 siswa atau 34,37% yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan 21 siswa atau 65,63% memperoleh nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal.

Merujuk hasil belajar kondisi awal diketahui bahwa1 siswa yang mendapat nilai di antara <50 atau 3,13%. Siswa yang mendapat nilai di antara 55-65 ada 8 anak atau sebesar 25,00%. Siswa yang mendapat nilai di antara 66-74 ada 12 anak atau 37,5%. Sedangkan siswa yang mendapat nilai di antara 75-84 ada 10 anak atau 31,25%. Siswa yang mendapat nilai di antara 85-100 ada 1 anak atau 3,13%.

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini penulis paparkan tabel rekapitulasi perolehan nilai hasil belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan siswa.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Perolehan Nilai Pra Siklus

No

Nilai Pra Siklus

Banyak Siswa

1

85 – 100

1

2

75 – 84

10

3

66 – 74

12

4

55 – 65

8

5

< 50

1

Jumlah

32

Data nilai tersebut dapat kita klasifikasikan menjadi tiga bagian yang sesuai dengan nilai minimal yang ditentukan pada KKM, nilai tersebut di antaranya adalah:

A: Kelompok siswa yang mendapat nilai lebih dari 75

B: Kelompok siswa yang mendapat nilai 75

C: Kelompok siswa yang mendapat nilai kurang dari 75 Rekapitulasinya dapat dilihat berikut ini.

No

Klasifikasi

Banyaknya Siswa

Persentase

1

A

4

12,50 %

2

B

7

21,87 %

3

C

21

65,63 %

 Jumlah

32

100 %

Berdasarkan data hasil belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di atas diketahui bahwa sebagian besar siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sehingga harus mengikuti program pembelajaran remedial. Ketuntasan belajar secara klasikal juga belum dicapai karena batas minimal ketuntasan belajar secara klasikal adalah 70% dari seluruh siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal. Padahal data perolehan nilai ulangan harian siswa menunjukkan persentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal sebesar 34,37 %. Untuk lebih melengkapi gambaran tentang perolehan hasil belajar berikut grafik perolehan nilai ulangan harian pra siklus.

Dari hasil minat belajar PPKn yang dilakukan oleh teman sejawat dan hasil evaluasi belajar yang dilakukan oleh penulis diketahui bahwa pada proses pembelajaran awal hasil yang diperoleh oleh siswa belum menunjukkan hasil yang baik. Hal ini dikarenakan siswa masih banyak mendapat nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal baik minat mau pun evaluasi. Oleh karena itu, penulis memperbaiki kembali pada proses pembelajaran berikutnya

Deskripsi Hasil Tindakan Siklus 1

Proses pembelajaran yang dilakukan dalam pelaksanaan tindakan 1 ini adalah guru menjelaskan tentang kegiatan pembelajaran, di mana pada pertemuan ini membahas materi tentang penyelenggaraan kekuasaan negara dengan menggunakan metode pembelajaran. Kemudian siswa berdiskusi materi yang telah diberikan, guru berkeliling sambil mengamati siswa, dan juga guru membimbing pada kelompok lain yang masih merasa kesulitan dalam memecahkan suatu materi.

Semua kelompok aktif dan antusias dalam menyelesaikan materi yang dihadapinya dengan cara mendiskusikan secara bersama – sama. Setelah semua kelompok menyelesaikan materi yang diberikan oleh guru, salah satu kelompok ada yang maju ke depan untuk mewakili mempresentasikan hasil diskusi pada kelompoknya tersebut.

Pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan digunakan untuk mengetahui sejauh mana pada proses pembelajaran berlangsung. Adapun pada tindakan pertemuan ini adalah: Guru menjelaskan tentang pengertian penyelenggaraan kekuasaan negara, serta menjelaskan tentang kegiatan pembelajaran dan memberikan evaluasi.

Hasil yang diperoleh pada tes perolehan hasil belajar siklus 1 pada pertemuan ke2 dengan jumlah siswa sebanyak 32 ialah 22 siswa tuntas atau 68,75% dan 10 siswa tidak tuntas         atau 31,25%. Selanjutnya kita bisa mengetahui bahwa ada 10 siswa atau sebesar 31,25% yang mendapat nilai di antara 85-100. Ada 12 siswa atau 37,50% yang mendapat nilai di antara 75-84, ada 8 siswa atau 25,00% mendapat nilai 66-74 dan 2 siswa atau 6,25% mendapat nilai 55-65.

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini penulis paparkan tabel rekapitulasi perolehan nilai hasil belajar PPKn siswa pada siklus 1.

No

Nilai Siklus 1

Banyak Siswa

1

85 – 100

10

2

75 – 84

12

3

66 – 74

8

4

55 – 65

2

5

< 50

0

Jumlah

32

 

 

Berdasarkan data hasil belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di atas diketahui bahwa sebagian besar siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sehingga harus mengikuti program pembelajaran remedial. Ketuntasan belajar secara klasikal juga belum dicapai karena batas minimal ketuntasan belajar secara klasikal adalah 70% dari seluruh siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal. Padahal data perolehan nilai ulangan harian siswa menunjukkan persentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal sebesar 68,75 %.

Dalam kegiatan pembelajaran berlangsung didapatkan hasil minat belajar siswa. Pada nilai keberanian berpendapat dalam mengikuti pembelajaran ada 26 siswa atau sebesar 81,2%, dan pada keaktifan dalam mengikuti pembelajaran ada 25 siswa atau sebesar 78,1%. Pada keseriusan mengerjakan tugas ada 28 siswa atau sebesar 87,5%, pada percaya diri ada 12 siswa atau sebesar 37,5%, dan kerjasama dalam menyelesaikan tugas ada 15 siswa sehingga kalau kita presentase sebesar 46,9%.

  Berdasarkan hasil pengamatan yang yang penulis lakukan pada siklus 1, menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada materi penyelenggaraan kekuasaan negara dengan menggunakan model dua tamu dua tinggal bagi siswa mencapai rata-rata klasikal 76,25 dengan tingkat ketuntasan sebesar 68,75%.

  Nilai yang diperoleh oleh siswa sudah mengalami peningkatan kalau penulis bandingkan dengan hasil pra siklus. Akan tetapi, hasil nilai di siklus 1 ini belum sesuai yang penulis harapkan karena nilai yang dicapai belum memenuhi standar KKM yang ditentukan setiap individu harus mampu mencapai 75. Melihat hasil tes pada siklus 1 yang belum sesuai penulis harapkan, maka penulis perlu mengadakan perbaikan pembelajaran kembali pada siklus berikutnya.

Deskripsi Hasil Tindakan Siklus 2

Pada tahap perencanaan siklus 2 yang perlu diperhatikan dalam menyusun data perencanaan adalah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menentukan waktu pelaksanaan pembelajaran. menentukan sumber belajar yang digunakan, menyiapkan kisi-kisi soal beserta soalnya untuk pelaksanaan evaluasi.

Untuk mengamati proses pembelajaran pada siklus 2 disusun lembar observasi yang digunakan untuk mengamati dalam proses pembelajaran berlangsung yang diamati oleh teman sejawat, serta merencanakan diskusi di kelompok masing-masing. Setelah selesai dalam berdiskusi dan mendapatkan hasil dalam memecahkan masalah dalam kelompok tersebut, maka perwakilan dari kelompok tersebut untuk bisa maju ke depan dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Pada siklus 2 juga rencana pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan.

Pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana pada proses pembelajaran berlangsung. Adapun pada tindakan pertemuan ini adalah guru menjelaskan tentang kekuasaan, kewenangan, kewajiban penyelenggara negara serta menjelaskan tentang kegiatan pembelajaran dan memberikan evaluasi.

Hasil yang diperoleh pada ulangan ini dengan jumlah siswa sebanyak 32, ada 18 siswa atau sebesar 56,25%yang mendapat nilai di antara 85-100. Ada11 siswa atau 34,37% yang mendapat nilai di antara 75-84, ada 2 siswa atau 6,25% mendapat nilai 66-74 dan 1 siswa atau 3,13% mendapat nilai 55-65. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini penulis paparkan tabel rekapitulasi perolehan nilai hasil belajar PPKn siswa pada siklus 2.

No

Nilai Siklus 2

Banyak Siswa

1

85 – 100

18

2

75 – 84

11

3

66 – 74

2

4

55 – 65

1

5

< 50

0

Jumlah

32

 

No

Klasifikasi

Banyaknya Siswa

Persentase

1

A

22

68,75 %

2

B

7

21,87 %

3

C

3

9,38 %

 Jumlah

32

100 %

Rekapitulasi Pengelompokkan Nilai dan Persentase Siklus 2

Berdasarkan data hasil belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di atas diketahui bahwa sebagian besar siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal sehingga tidak ada program pembelajaran remedial. Ketuntasan belajar secara klasikal juga telah dicapai karena batas minimal ketuntasan belajar secara klasikal adalah 70% dari seluruh siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal. Padahal data perolehan nilai ulangan harian siswa menunjukkan persentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal sebesar 90,62 %.

Pada tindakan pengamatan proses pembelajaran berlangsung sebanyak 32 siswa yang perlu adanya pengamatan tindakan, dan juga ada lima hal yang diamati oleh teman sejawat untuk menilai aktivitas siswa.

  Dalam kegiatan pembelajaran berlangsung didapatkan hasil minat belajar siswa berikut: nilai keberanian berpendapat dalam mengikuti pembelajaran ada 28 siswa atau sebesar 87,5%, dan pada keaktifan dalam mengikuti pembelajaran ada 28 siswa atau sebesar 87,5%. Pada keseriusan mengerjakan tugas ada 29 siswa atau sebesar 90,6%, pada percaya diri ada 28 siswa atau sebesar 87,5%, dan kerjasama dalam menyelesaikan tugas ada 29 siswa atau sebesar 90,6%.

Setelah melakukan analisis hasil tes penelitian pada siklus 2 diketahui adanya perubahan hasil tes yang sangat meningkat. Secara keseluruhan siswa sudah dapat mencapai batas tuntas, hanya saja terdapat beberapa siswa yang masih mendapatkan nilai dengan kategori cukup atau belum tuntas. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata klasikal yang berhasil dicapai oleh siswa sebesar 82,34 dengan tingkat ketuntasan sebesar 90,63%. Sehingga penulis dapat bandingkan dari hasil siklus 1 dan hasil tes yang diperoleh pada siklus 2 mengalami peningkatan yang sangat baik. Dengan tercapainya nilai rata-rata klasikal sebesar 82,34 maka penulis tidak perlu melakukan proses pembelajaran pada siklus berikutnya.


PEMBAHASAN

     Pembahasan dalam penelitian ini meliputi pembahasan hasil tes dan hasil non tes pada siklus 1 dan siklus 2, yaitu meliputi pembahasan tentang peningkatan pemahaman materi penyelenggaraan kekuasaan negara dan minat siswa.

Hasil Penelitian Tes

 Tahap Pra Siklus

Hasil tes awal atau tahap pra siklus terhadap 32 siswa menunjukkan bahwa pemahaman siswa pada materi penyelenggaraan kekuasaan negara diperoleh skor adanya hasil belajar siswa ada 11 siswa atau 34,37% yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan 21 siswa atau 65,63% memperoleh nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal. Seorang siswa yang mendapat nilai di antara <50 atau 3,13%. Siswa yang mendapat nilai di antara 55-65 ada 8 anak atau sebesar 25,00%. Siswa yang mendapat nilai di antara 66-74 ada 12 anak atau 37,5%. Sedangkan siswa yang mendapat nilai di antara 75-84 ada 10 anak atau 31,25%. Siswa yang mendapat nilai di antara 85-100 ada 1 anak atau 3,13%.

Berdasar perolehan tersebut maka dapat dikatakan bahwa siswa yang dinyatakan memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum 75 yang ditetapkan untuk mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan hanya 11 anak dari 32 siswa atau dengan prosentase siswa yang tuntas 34,37%. Kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam hasil tes Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada tahap pra siklus adalah:

                a.     Kurangnya pemahaman siswa tentang materi penyelenggaraan kekuasaan negara di Indonesia.

                b.     Adanya kelemahan siswa dalam memahami soal.

                c.     Kurangnya semangat belajar pada siswa.

Tahap Siklus 1

Berdasarkan hasil tes pada tahap siklus 1, guru perlu melakukan tindakan. Bentuk tindakan yang dilakukan pada tahap siklus 1 yakni menerapkan model pembelajaran dua tamu dua tinggal dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Hasil skor rerata diperoleh 76,25 dengan klasifikasi kelompok siswa yang memperoleh nilai ≤ 54 tidak ada, siswa dengan nilai 55 – 65 sebanyak 2 anak atau 6,25%, siswa dengan nilai 66-74 sebanyak 8 anak atau 25,00%, siswa dengan nilai 75 – 84 sejumlah 12anak atau 37,50%, siswa dengan nilai 85 – 100 sejumlah 10 anak atau 31,25%.

Berdasarkan analisis data penelitian pencapaian hasil belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan materi penyelenggaraan kekuasaan negara mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini terbukti nilai rerata kelas dari pra siklus sebesar 70,31% menjadi 76,25% maka pada pembelajaran di siklus 1 mengalami peningkatan sebesar 5,94%.

Berdasarkan perolehan tersebut, siswa yang dinyatakan memenuhi standar kompetensi 75 berdasarkan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan untuk mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebanyak 22 anak dari 32 siswa atau sebesar 68,75%.

Tahap Siklus 2

Berdasarkan hasil tes tahap siklus 1, guru perlu melakukan tindakan dalam proses pengajaran. Bentuk tindakan yang dilakukan pada tahap siklus 2 ini dilaksanakan berdasarkan refleksi pada tahap siklus 1. Dalam siklus 1 masih terdapat kelemahan – kelemahan pada proses pembelajaran, hasil penilaian dan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1.

Dalam proses pembelajaran di siklus 2 hasil skor rerata dapat diperoleh di antaranya adalah 82,34 dengan klasifikasi kelompok siswa yang memperoleh nilai ≤ 54 tidak ada, siswa dengan nilai antara 55 – 65 sejumlah 1 anak atau 3,13%, siswa dengan nilai 66 – 74 sejumlah 2 anak atau 6,25%, siswa dengan nilai rentang 75 – 84 sejumlah 11 anak atau 34,37% dan siswa dengan nilai antara 85 – 100 sejumlah 18 anak dengan prosentase 56,25%.

Dengan demikian, dibandingkan dengan rerata nilai pada siklus 1 maka dalam proses pembelajaran hasil ulangan yang diperoleh oleh siswa terjadi peningkatan nilai sebesar 6,09% dari 76,25 nilai rerata siklus 1 menjadi 82,34 nilai rerata siklus 2. Berdasarkan perolehan tersebut, siswa yang dinyatakan memenuhi standar kompetensi 75 berdasarkan KKM yang ditetapkan untuk mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebanyak 29 dari 32 siswa atau sebesar 90,62%.

Secara keseluruhan terjadi peningkatan nilai dengan penerapan model pembelajaran dua tamu dua tinggal dibanding dengan pembelajaran secara konvensional. Hal itu bisa dilihat dari peningkatan nilai dari pra siklus ke siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus 2 terdapat kenaikan nilai hasil belajar sebesar 12,03 (dari pra siklus rerata nilai yang diperoleh sebesar 70,31 kemudian menuju pada siklus 1 rerata nilai sebesar 76,25 dan menuju pada siklus 2 nilai hasil belajar yang diperoleh sebesar 82,34).

Hasil Penelitian Penilaian Pengamatan

Hasil Penilaian Pengamatan Minat Belajar

Berdasar hasil pengamatan pada awal, saat dan akhir proses pembelajaran penyelenggaraan kekuasaan negara dengan penerapan model pembelajaran dua tamu dua tinggal ternyata dapat menciptakan suasana pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan menjadi lebih menyenangkan, bervariatif dan kondusif.

Siswa menjadi lebih dapat memahami konsep materi pembelajaran yang diberikan. Hal ini dapat dibuktikan selain hasil belajar siswa meningkat pada materi penyelenggaraan kekuasaan negara juga diikuti dengan adanya perubahan minat siswa dari pra siklus ke siklus 1 dan ke siklus 2. Perubahan minat siswa dapat dilihat dari hasil pengamatan.

Minat siswa mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. Berdasarkan hasil pengamatan pada pra siklus dapat disimpulkan bahwa dalam mengikuti pembelajaran penyelenggaraan kekuasaan negara melalui model dua tamu dua tinggal belum mendapatkan hasil yang maksimal.

Hal ini disebabkan oleh minat siswa dalam pembelajaran yang masih menunjukkan minat siswa belum sungguh-sungguh memperhatikan penjelasan guru, pasif dalam mengemukakan pendapat dan juga malas untuk menyelesaikan tugas pada kelompoknya.

Kemudian pada pembelajaran siklus 1 siswa sudah mengalami peningkatan dalam minat belajar. Akan tetapi, minat tersebut belum nanpak pada semua siswa yang berkonsentrasi dikarenakan masih ada siswa yang mengganggu teman lain. Selain itu, kehadiran penulis dalam proses pembelajaran yang menggunakan model dua tamu dua tinggal, merupakan hal yang baru bagi siswa sehingga siswa masih perlu untuk menyesuaikan diri dalam belajar. Ketika mengerjakan tugas pada kelompoknya masih banyak siswa yang kurang bisa memahami materi tentang penyelenggaraan kekuasaan negara dengan baik.

Permasalahan yang muncul pada siklus 1 harus dicari jalan keluarnya dan ditingkatkan pada siklus 2. Adapun cara yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah guru mengadakan perbaikan rencana pembelajaran yang akan digunakan pada siklus 2. Perbaikan rencana pembelajaran ini berdampak positif terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.

Walaupun pada siklus 1 hasil tes siswa kurang memuaskan dan suasana kelas selama pembelajaran berlangsung kurang kondusif, pada proses pembelajaran siklus 2 hasil yang diperoleh sangat meningkat dan suasana kelas selama pembelajaran berlangsung lebih kondusif.

Siswa tampak lebih aktif dan bersemangat. Siswa juga terlihat sudah terbiasa dengan pembelajaran dan kehadiran penulis dalam proses pembelajaran terbukti dengan meningkatnya minat belajar siswa ke arah positif. Siswa yang memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh pada siklus 2 lebih banyak dan hasil yang diperoleh oleh siswa sangat menggembirakan karena sesuai dengan harapan penulis.

PENUTUP

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah dipaparkan, penulis dapat memperoleh kesimpulan sebagai berikut: Dengan menggunakan model pembelajaran dua tamu dua tinggal dapat meningkatkan minat dan hasil belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan materi penyelengaraan kekuasaan negara bagi siswa. Hal ini ditunjukkan dengan hasil dari tindakan pra siklus sampai dengan tindakan siklus 2 ada peningkatan sebagai berikut:

Minat belajar siswa

            Dengan menggunakan metode dua tamu dua tinggal dapat meningkatkan minat belajar belajar siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan di setiap siklus. Diawali dari pra siklus ketuntasan minat belajar sebesar 15,03% kemudian meningkat di siklus 1 sebesar 19,63% dan juga di siklus 2 meningkat sebesar 22,09%.

Hasil belajar siswa

Proses pembelajaran yang menggunakan metode dua tamu dua tinggal dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan di setiap siklus. Diawali dari pra siklus hasil belajar sebesar 70,31% kemudian di siklus 1 meningkat sebesar 76,25% dan juga di siklus 2 meningkat sebesar, 82,34%.

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, penulis mengajukan saran-saran sebgai berikut:

 

Bagi Siswa

a.     Suatu keberhasilan dalam bentuk minat dan hasil belajar tidak bergantung pada orang lain tetapi lebih banyak ditentukan oleh diri sendiri. Untuk itu siswa harus terlibat secara penuh baik secara fisik maupun mental dalam proses belajar mengajar. Hal ini akan mempermudah tercapainya tujuan belajar.

b.     Keterlibatan secara aktif didalam proses pembelajaran perlu dilakukan siswa karena paradigma yang berkembang saat ini adalah kontrol belajar sepenuhnya ada pada diri siswa.

Bagi Guru

a.     Penguasaan model pembelajaran yang inovatif memungkinkan berkembangnya potensi siswa.

b.     Guru harus mampu menjadi motivator sekaligus menjadi fasilitator bagi siswanya. Hal ini merangsang identifikasi pada diri siswa yang sekaligus dapat menemukan jati diri siswa yang pada akhirnya dapat mempercepat pemahaman dalam belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. 1998. Belajar Yang Menyenangkan. Solo: PT Tiga Serangkai.

Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Budiyanto, 2006. Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.       

Ety Syarifah. 2009. Analisis dan Interpretasi Data dalam Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Bandungan Institute.

Hasibuan. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Kagan, Spencer.1992. Model Pembelajaran Two Stay-Two Stray. Pada http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/14/ model- pembelajaran two-stay-two-stray- spencer-kagan1992/diakses tanggal 15 September 2016.

Majelis Permusyawaratan Rakyat. 2006. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1994. Jakarta. Sekretariat Jenderal MPR RI.

Saptono. 2009. Seribu Pena Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan. Jakarta: Erlangga.

Sardiman, AM. 2001. Interaksi dan Minat Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Satria, 2012. Penelitian Tindakan Kelas Yang Profesional. Jakarta: Bumi Aksara.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyanto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS. Surakarta.

Sujana, Nana. 2000. Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suryabrata, Sumadi. 1993. Bentuk Strategi Pambelajaran, Surakarta: PT Tiga Serangkai.

Winatapura. 2003. Strategi Hasil Belajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.