PENINGKATAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR PKn

MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

MODEL PEMBELAJARAN LEARNING TOGETHER

 

Hartono

Guru Pendidikan Kewarganegaraan

SMP Negeri 1 Sedan Kabupaten Rembang

 

ABSTRAK

Perjalanan yang berliku-liku dan penuh tantangan semenjak proses terbentuknya sampai pada keadaan sekarang yang mengantarkan PKn sebagai bahan kajian yang menarik. Apalagi akhir-akhir ini ada sekelompok orang yang meragukan eksistensi PKn. Karena banyaknya penyelewengan dan pengkhianatan Pancasila, sehingga pembangunan manusia seutuhnya menjadi terhambat. Dan ada pula yang mempertanyakan keberhasilan pengajaran PKn terhadap moral pelajar khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a) bagaimanakah peningkatan prestasi belajar PKn dengan diterapkannya pembelajaran kontekstual model pengajaran learning together? (b) bagaimanakah pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran learning together terhadap motivasi belajar PKn. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (a) mengetahui peningkatan prestasi belajar PKn setelah diterapkannya pembelajaran kontekstual model pengajaran learning together. (b) mengetahui pengaruh motivasi belajar PKn setelah diterapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran bebasis masalah. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran.Setiap putaran terdiri dari 4 tahap, yaitu:rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi dan revisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas IX tahun pelajaran 2016/ 2017 Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I pertemuan pertama (30%), pertemuan kedua (39%), pertemuan ketiga (45%) dan siklus II pertemuan pertama (56%), pertemua kedua (76%) dan pertemuan ketiga (82%). Simpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran kontekstual model pengajaran learning together dapat berpengaruh positif terhadap prestasi dan motivasi belajar siswa kelas IX, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative pembelajaran PKn.

Kata Kunci: PKn, learning together

PENDAHULUAN

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur yang berakar pada budaya bangsa Indonesia dan diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari siswa.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di tingkat SMP bertujuan mengembangkan pengetahuan dalam memahami dan menghayati nilai Pancasila dalam rangka pembentukan sikap dan perilaku sebagai pribadi, anggota msyarakat dan warga negara yang bertanggung jawab serta memberi bekal kemampuan untuk mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan selanjutnya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sarana dan prasarana penunjang, seperti kurikulum, guru pengajar dan metode pengajaran,

Satu hal yang menentukan keberhasilan pembelajaran PKn di sekolah adalah pemahaman prinsip dasar, ketepatan dalam memilih dan melaksanakan media pendidikan. Media dalam pembelajaran PKn hendaknya dikaji secara mendalam sehingga diperoleh media paling efektif untuk menanamkan nilai-nilai etika dan moral Pancasila sesuai pokok bahasan yang disampaikan serta dapat meningkatkan prestasi balajar siswa.

Berdasarkan pengalaman penulis sebagai guru Pkn dan catatan lapangan menunjukkan bahwa pemahaman dan penerapan nilai-nilai etika dan moral serta prestasi belajar siswa di tempat penulis mengajar belum memenuhi harapan. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman dan pembiasaan penerapan nilai-nilai etika dan moral serta kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan belajarmengajar seperti buku pegangan siswa, media pembelajaran, dan sebagainya. Dari dimensi guru dalam kegiatan pembelajaran dalam memilih strategi pembelajaran yang sesuai, banyak materi hafalan dan gaya mengajar yang monoton.

Guru sebagai sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan menentukan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran. Pemilihan dan penentuan metode ini didasari adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.

Dengan memperhatikan gejala-gejala tersebut di atas, timbul pernyataan dalam benak penulis, sejauhmanakah keberhasilan pengajaran PKn selama ini? Banyak penyimpangan dan pengkianatan terhadap nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila. Faktor yang menjadi penyebab adalah strategi pembelajaran yang kurang mengenal terhadap pembelajaran PKn dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran PKn.

Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut di atas, maka penulis mengadakan penelitian dalam meningkatan prestasi dan motivasi belajar PKn melalui pembelajaran kontestual model pengajaran learning together. Bertitik tolak dari latar belakang, penulis merumuskan permasalahannya berikut (a) bagaimanakah peningkatan prestasi belajar PKn dengan diterapkannya pembelajaran konstektual model pengajaran learning together? (b) bagaimanakah pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran learning together terhadap motivasi belajar PKn?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar PKn setelah diterapkannya pembelajaran konstektual model pengajaran learning together pada siswa kelas IX dan mengetahui pengaruh motivasi belajar PKn setelah diterapkan pembelajaran konstektual model pengajaran learning together pada siswa kelas IX tahun pelajaran 2016/2017.

KAJIAN PUSTAKA

Belajar adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah pengetahuan, berkembang daya pikir, sikap dan lain-lain (Soetomo, 1993:120).

Pasal 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi, pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakaukan kegiatan pada situasi tertentu.

Motivasi adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukian sesuatu, atau keadaan seorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan., atau keadaan dan kesiapan dalam arti individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000: 28).

Menurut Djamarah (2002: 114), motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak mungkin melakukan aktivitas belajar.

Hal ini sesui dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang bermotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu dapat menyerap dan mengendapkan materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Jadi, motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

Motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi Intinsik ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain, sehingga dalam kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu untuk belajar (Usman, 2000: 29). Menurut Djamarah (2002: 115), motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu rangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: 105) ada beberapa strategi dalam mengajar untuk mnembangun motivasi intrinsic, strategi tersebut adalah sebagai berikut:

1)      Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.

2)      Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas yang pokok.

3)      Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.

4)      Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.

Motivasi Ekstrinsik ini timbut sebagai akibat pengaruh dari luar individu, dan apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu ata belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya. (Usman, 2000: 29). Menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsic. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfunmgsi karena adanya perangsang dari luar.

Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan moivasi instrinsik antara lain:

1)      Kompetisi persaingan): Guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.

2)      Pace Making (membuat tujuan sementara atau dekat): Pada awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyamnpaikan kepada siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK tersebut.

3)      Tujuan yang jelas: Motif medorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan sesuatu perbuatan.

4)      Kesempunaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan teradap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.

5)      Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.

6)      Mengadakan penelitiaqn atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tiak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.

Guru merupakan kunci dalam proses belajar mengajar. Kegiatan mengajar adalah satu aktivitas yang sangat kompleks sehingga sangat sukar bagi guru PKn cara mengajar dengan baik agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

Sehubungan dengan upaya meningkatkan motivasi belajar siswa ada dua prinsip yang harus diperhatikan oleh guru sebagaimana yang dikemukakan oleh Thomas F. Suton sebagai berikut:

1.   Menyelidiki dengan jelas dan tegas apa yang diharapkan dari pelajaran untuk di pelajari dan mengapa ia diharapkan mempelajarinya.

2.   Menciptakan kesadaran yang tinggi pada pelajaran akan pentingnya memiliki skill dan pengetahuan yang akan diberikan oleh program pendidikan itu.

Pembelajaran learning toghether dilaksanakan dengan siswa dikelompokkan ke dalam tim dengan empat sampai lima orang per tim dan heterogen kemampuannya. Para siswa bekerja sebagai suatu kelompok untuk menyelesaikan sebuah produk kelompok, berbagai gagasan, dan membantu satu sama lain dengan jawaban, dan meminta bantuan dari teman yang lain sebelum bertanya kepada guru, dan guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan kinerja kelompok.

Sintaks atau langkah-langkah model pembelajaran learning together ialah:

1.   Menyampaikan tujuan pembelajaran diiringi dengan memotivasi siswa.

2.   Menyajikan informasi kepada siswa tentang materi pembelajaran.

3.   Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.

4.   Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas.

5.   Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan atau mempresentasikan hasil kerjanya.

6.   Memberikan penghargaan pada hasil belajar siswa, baik individu atau kelompok.

Kelebihan model pembelajaran learning together ialah:

1.   Siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran karena selalu diberi bahan diskusi oleh guru.

2.   Meningkatkan kerjasama siswa dalam kelompok dengan prinsip belajar bersama (learning together).

3.   Siswa dilatih untuk berani dan percaya diri karena harus tampil mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

4.   Guru tidak terlalu lelah dan sibuk karena hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar.

5.   Siswa lebih kreatif karena pembelajarannya menggunakan pendekatan salingtemas yaitu keterkaitan antara teknologi, sains, lingkungan, dan masyarakat.

Kekurangan/kelemahan model pembelajaran learning together ialah:

1.   Hanya cocok diterapkan di kelas tinggi karena lebih didominasi kegiatan diskusi dan presentasi.

2.   Memakan waktu cukup lama dan sedikit membosankan.

3.   Tidak bisa melihat kemampuan tiap-tiap siswa karena mereka bekerja dalam kelompok.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 1 Sedan tahun pelajaran 2016/2017 mulai bulan Agustus sampai Oktober 2016. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas IX SMP Negeri 1 Sedan tahun pelajaran 2016/2017 pada materi kepatuhan terhadap hukum.

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggert yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalah.

1.   Rancangan/ rencana awal, sebelum mengadakan penelitian, peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.

2.   kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya pengajaran kontekstual model pengajaran Learning Together.

3.   Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

4.   Rancangan/ rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk melaksanakan pada siklus berikutnya.

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru dan metode observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh teman sejawat untuk mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar dan mengajar. Data kemudian dianalisis mengunakan analisis data kuantitatif dan data kualitatif pada metode observasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dianggap tuntas secara klasikal jika siswa yang mendapat nilai 75 lebih dari atau sama dengan 80%, sedangkan seorang siswa dinyatakan tuntas belajar pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu jika mendapat nilai minimal 75.

Analisis Data Penelitian Pra Siklus

Data hasil penelitian pada pra siklus adalah sebagai berikut:

No

Klasifikasi

Banyaknya Siswa

Prosentase

1

Tuntas

7

21 %

2

Tidak Tuntas

26

79 %

Jumlah

33

100%

 

Dari tabel di atas dapat dijelaskan, bahwa dengan menerapkan model pembelajaran ceramah diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 67 dan ketuntasan belajar mencapai 21% dan 7 siswa dari 33 siswa tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada pra siklus secara klasikal siswa belum tuntas belajar karena siswa yang belum memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 21% dan lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 80%.

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: (1) guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran; (2) guru kurang maksimal dalam pengolahan waktu; (3) siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung.

Analisis Data Penelitian Siklus I

       Proses belajar mengajar pada siklus ini mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada pra siklus, sehingga kesalahan atau kekurangan pada pra siklus tidak terulang lagi pada siklus I. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Rekapitulasi hasil tes formatif siswa pertemuan pertama terlihat pada tabel berikut.

No

Klasifikasi

Banyaknya Siswa

Prosentase

1

Tuntas

10

30 %

2

Tidak Tuntas

23

70 %

Jumlah

33

100%

Hasil data di atas ialah nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 69 dan ketuntasan belajar mencapai 30% dan 10 siswa dari 33 siswa yang tuntas belajar. Pada pertemuan kedua, hasilnya sesuai tabel berikut.

No

Klasifikasi

Banyaknya Siswa

Prosentase

1

Tuntas

13

39 %

2

Tidak Tuntas

20

61 %

Jumlah

33

100%

         

       Hasil data di atas ialah nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 72 dan ketuntasan belajar mencapai 39% dan 13 siswa dari 33 siswa yang tuntas belajar. Pada pertemuan ketiga, hasilnya sesuai tabel berikut.

No

Klasifikasi

Banyaknya Siswa

Prosentase

1

Tuntas

15

45 %

2

Tidak Tuntas

18

55 %

Jumlah

33

100%

 

       Hasil data di atas ialah nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 73 dan ketuntasan belajar mencapai 45% dan 15 siswa dari 33 siswa yang tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus I ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari pra siklus. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes, sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran learning together.

Analisis Data Penelitian Siklus II

       Proses belajar mengajar pada siklus ini mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada pra siklus tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Rekapitulasi hasil tes formatif siswa pertemuan pertama terlihat pada tabel berikut.

No

Klasifikasi

Banyaknya Siswa

Prosentase

1

Tuntas

19

56 %

2

Tidak Tuntas

14

42 %

Jumlah

33

100%

       Hasil data di atas ialah nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 75 dan ketuntasan belajar mencapai 56% dan 19 siswa dari 33 siswa yang tuntas belajar. Pada pertemuan kedua, hasilnya sesuai tabel berikut.

No

Klasifikasi

Banyaknya Siswa

Prosentase

1

Tuntas

26

76 %

2

Tidak Tuntas

7

23 %

Jumlah

33

100%

 

            Hasil data di atas ialah nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 78 dan ketuntasan belajar mencapai 76% dan 26 siswa dari 33 siswa yang tuntas belajar. Pada pertemuan ketiga, hasilnya sesuai tabel berikut.

 

No

Klasifikasi

Banyaknya Siswa

Prosentase

1

Tuntas

27

82 %

2

Tidak Tuntas

6

18 %

Jumlah

33

100%

         

Hasil data di atas ialah nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 80 dan ketuntasan belajar mencapai 82% dan 27 siswa dari 33 siswa yang tuntas belajar dan siswa yang tidak tuntas tinggal 6 siswa (18%) maka secara klasikal ketuntasan belajar telah tercapai dan tidak diperlukan siklus berikutnya.

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakain mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasn belajar meningkat dari pra siklus I, siklus I, dan II). Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbsis masalah dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran PKn pada materi kepatuhan terhadap dengan pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together yang paling dominant adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/ antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.      Pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn.

2.      Pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I pertemuan pertama (30%), pertemuan kedua (39%), pertemuan ketiga (45%) dan siklus II pertemuan pertama (56%), pertemua kedua (76%) dan pertemuan ketiga (82%).

3.      Pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan.

4.      Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok.

5.      Penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

 

 

SARAN

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar PKn lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1.      Untuk melaksanakan pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topic yang benar-benar bias diterapkan dengan pembelajaran kontekstual model pengajaran Learning Together dalam proses belajar mengajar, sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2.      Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3.      Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SMP Negeri 1 Sedan Tahun pelajaran 2016/2017.

4.      Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan, agar diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara ManusIawi. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsismi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional.

Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta: YP.Fak. Psikologi UGM.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Hasibuan. J.J.dan Murdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nur, Muh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: University Press. Universitas Negeri Surabaya.