PENGEMBANGAN DESAIN P’LEARN BERBASIS KURIKULUM 2013 SECARA INKLUSI PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

DI KB/TK BS SALATIGA

 

Junita

Lanny Wijayaningsih

Mozes Kurniawan

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan sebuah desain strategi pembelajaran yang layak uji dalam implementasi Kurikulum 2013 khususnya bagi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) secara inklusi. Desain ini disebut dengan nama P’LEARN (Play and Learn) dengan menerapkan pembelajaran sistem bermain sesuai dengan bakat dan minat anak sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai secara optimal. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan namun hanya terbatas hingga Revisi Desain. Subjek dan objek sumber data yang di ambil adalah KB/TK BS Salatiga khususnya guru – guru di Kindergarden A dan Kindergarden B berjumlah 8 orang. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui observasi dan wawancara pada guru – guru yang terdapat di KB/TK BS Salatiga untuk memperoleh data latar belakang permasalahan, setelah itu peneliti melakukan diskusi dengan 2 narasumber untuk memperoleh kritik dan saran dalam melakukan revisi desain. Data yang telah diperloleh dianalisis secara deskriptif melalui hasil wawancara dan diskusi dengan narasumber. Hasil yang diperoleh adalah Desain P’LEARN yang merupakan sebuah desain yang cukup menarik bagi PAUD. Namun dalam penerapannya, diperlukan persiapan yang matang datang terdapat beberapa bagian yang harus direvisi agar pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.

Kata Kunci: Desain P’LEARN, strategi pembelajaran, inklusi

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan sebuah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak usia 0 – 6 tahun yang dilakukan dengan memberikan stimulasi pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan lanjut (Permendikbud No 146, 2014). Anak merupakan individu yang sangat unik dan spesial oleh karena itu terdapat beberapa hal – hal yang harus dipertimbangkan dalam penyelenggaraan pendidikan bagi anak.

 Sejak Indonesia merdeka, telah terjadi beberapa kali perubahan dalam kurikulum, dalam perubahan kurikulum terdapat banyak persiapan yang telah dilakukan salah satunya adalah implementasi Kurikulum 2013 pada PAUD. Melalui kurikulum ini, diharapkan anak dapat mencapai perkembangan potensi diri yang maksimal dan dapat menjadi manusia berkualitas di masa yang akan datang (Direktorat Pembinaan PAUD, 2015).

Kompetensi Kurikulum 2013 PAUD yang diharapkan adalah kompetensi pengetahuan dan keterampilan secara holistik integratif karena masa usia dini merupakan masa keemasan (golden age) dimana sel – sel otak anak berkembang pesat 40% sehingga mudah untuk diberikan stimulasi (Permendikbud No 146, 2014). Oleh karena itu guru membutuhkan sebuah strategi pembelajaran agar tujuan kurikulum yang diingin dicapai dalam suatu pembelajaran dapat tercapai secara efektif. Strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat penting untuk memperhatikan beberapa aspek baik anak maupun suasana kelas secara rinci karena Indonesia merupakan negara multikultural yang memiliki banyak latar belakang suku budaya yang berbeda. Bahkan tidak jarang dalam beberapa lembaga PAUD terdapat siswa – siswi yang merupakan warga negara asing pada era globalisasi ini. Namun dengan keadaan seperti ini lembaga PAUD masih kurang peka dalam menanggapi permasalahan ini. Masih terdapat banyak lembaga PAUD yang tidak memahami makna inklusif di tengah keberagaman yang ada. Para pendidik PAUD masih menganggap bahwa sekolah yang inklusif hanya untuk siswa yang memiliki kondisi berkebutuhan khusus, padahal sesungguhnya inklusi merupakan sebuah kondisi yang mampu menerima siswa dengan berbagai keberagaman seperti latar belakang suku budaya dan lainnya. Hal ini terlihat melalui observasi dan wawancara yang dilakukan pada beberapa guru dan pengelola lembaga PAUD khususnya di KB/TK BS Salatiga, terlihat bahwa situasi pembelajaran khususnya strategi dan metode pembelajaran yang dilaksanakan lembaga ini masih kurang dalam memperhatikan keberagaman anak didik khususnya pada kelas Kindergarden A dan Kindergarden B. Para pendidik PAUD masih belum memahami bahwa sesungguhnya kelas dengan kondisi siswa yang beragam merupakan sebuah keadaan inklusi.

Melalui latar belakang inilah penulis ingin meneliti dan mengembangkan sebuah desain strategi pembelajaran yang bernama P’LEARN dengan berbasis Kurikulum 2013 secara inklusi dengan harapan desain penelitian yang dihasilkan layak uji di lembaga PAUD dan dapat dikembangkan selanjutnya sebagai sebuah produk baru untuk menunjang keberlangsungan PAUD yang optimal.

Tujuan Penelitian dan Pengembangan

Secara umum penelitian dan pengembangan ini dilakukan untuk menemukan sebuah desain strategi pembelajaran yang layak uji dalam implementasi Kurikulum 2013 khususnya bagi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) secara inklusi. Desain ini disebut dengan nama Desain P’LEARN (Play and Learn).

Manfaat Penelitian dan Pengembangan

Hasil penelitian dan pengembangan ini dapat menghasilkan sebuah desain P’LEARN yang layak untuk di uji cobakan pada lembaga PAUD formal maupun non – formal dan dapat menjadi sebuah produk baru yang dapat menunjang keberlangsungan PAUD secara lebih efektif.

KAJIAN TEORI

Strategi Pembelajaran

Guru dalam proses belajar mengajar, bukanlah sebagai perangkat pelengkap melainkan penggerak yang mengarahkan kemana dan dengan cara apa proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian, guru perlu memiliki pemahaman yang utuh dalam upaya mengembangkan strategi pembelajaran (Kurniawan, 2016) Kata strategi dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) merupakan rencana cermat untuk mencapai sebuah sasaran khusus. Pembelajaran memiliki kata dasar “belajar” yang memiliki berbagai arti sebuah proses atau kegiatan meninjau teori, fakta yang dirumuskan secara berbeda – beda untuk memperoleh ilmu pengetahuan (Zain dan Djamarah, 2010). Sehingga strategi pembelajaran memiliki pengertian rencana yang akan dilakukan dalam meninjau teori maupun fakta untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Terdapat beberapa klasifikasi yang penting untuk diperhatikan dalam mempersiapkan sebuah strategi pembelajaran seperti menetapkan konsep dasar strategi belajar mengajar sebagai dasar utama tujuan perubahan perilaku yang ingin dicapai lalu kemudian menentukan pilihan pendekatan yang ingin dilakukan serta prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang sesuai untuk mencapai kriteria belajar mengajar yang diharapkan. (Zain dan Djamarah, 2010).

Kurikulum 2013

Kurikulum merupakan suatu hal yang tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Undang – undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengatakan bahwa kurikulum merupakan sebuah perangkat, perencanaan dan pengaturan mengenai suatu tujuan dari pembelajaran yang didalamnya berisi materi pembelajaran dan cara yang digunakan dalam sebuah kegiatan pembelajaran sehingga kurikulum ini menjadi sebuah acuan terselenggaranya sebuah pembelajaran (Kemendikbud, 2015).

Kurikulum 2013 (K-13) pada PAUD merupakan kurikulum yang menerapkan pembelajaran terencana dan terprogram secara holistik integratif agar pada masa emas seluruh aspek perkembangan anak dapat terstimulasi secara utuh. K-13 PAUD mengembangkan kreativitas siswa secara aktif dan membangun sistem pembelajaran yang berpusat pada anak secara utuh sehingga seluruh kompetensi yang ingin dicapai dapat tercapai secara optimal.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan sebuah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak usia 0 – 6 tahun yang dilakukan dengan memberikan stimulasi pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan lanjut (Permendikbud No 146, 2014). Pendidikan anak usia dini dilakukan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani yang diselenggarakan pada jalur formal, non formal dan informal (Faradilla, 2013). Pada masa usia dini anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dan menjadi dasar bagi pertumbuhannya pada masa yang akan datang oleh karena itu, pada masa usia dini seluruh aspek perkembangan anak sangat penting untuk mendapatkan perhatian khusus agar setiap tahap perkembangan pada diri anak tidak ada yang terlewatkan.

Inklusi

Inklusi memiliki sebuah pengertian keadaan terbuka yang menerima segala situasi dan keadaan perbedaan dalam segi apapun sehingga semua orang dapat terlibat di dalamnya. Keadaan inklusi meniadakan batasan atau pengelompokkan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya (daksa.co.id). Sekolah inklusi merupakan suatu sekolah yang menampung semua peserta didik di kelas yang sama dengan menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh guru agar anak berhasil, namun disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap peserta didiknya (Kadir, 2015). (Rusyani, 2009) mengatakan inklusi merupakan pendidikan yang tidak diskriminatif terhadap kondisi perbedaan anak, pendidikan yang ramah terhadap semua perbedaan anak, pendidikan yang merangkul semua anak untuk belajar dalam komunitasnya. Secara luas lebih luas inklusi memiliki arti melibatkan seluruh peserta didik dengan tanpa terkecuali.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian dan pengembangan atau di dalam bahasa Inggrisnya Research and Development. Metode penelitian ini digunakan untuk menghasilkan sebuah produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2012). Namun pada penelitian dan pengembangan ini peneliti memiliki sebuah batasan penelitian sehingga output yang akan dihasilkan merupakan sebuah desain produk yang kemudian divalidasi melalui forum diskusi dengan para ahli yang sesuai dengan topik penelitian.

Subjek dan Objek Sumber Data

Subjek dan objek sumber data yang akan di ambil adalah KB/TK BS Salatiga khususnya guru – guru di Kindergarden A dan Kindergarden B yang berjumlah 8 orang.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah melalui observasi dan wawancara pada guru – guru yang terdapat di KB/TK BS Salatiga untuk memperoleh data latar belakang permasalahan secara terperinci. Observasi dan wawancara terbatas pada situasi pembelajaran, keadaan siswa dan respon siswa di kelas Kindergarden A dan Kindergarden B. Setelah seluruh data yang dibutuhkan telah terkumpul, peneliti akan merancang desain P’LEARN serta mencari 2 orang narasumber atau ahli pada bidang Kurikulum dan Pendidikan Inklusi untuk berdiskusi dan melakukan validasi desain P’LEARN.

Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah semua data dari seluruh responden dan sumber lain terkumpul (Sugiyono, 2012). Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif karena setiap data yang diperoleh sebagian besar merupakan hasil dari wawancara dan diskusi terbuka dengan 2 narasumber untuk memperoleh saran dan masukan supaya output penelitian ini dapat layak untuk diuji coba pada kemudian hari.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah desain P’LEARN telah jadi, peneliti melakukan pencarian data lebih lanjut berupa validasi desain dengan berkonsultasi pada para narasumber atau ahli dalam bidang produk yang sedang dirancang.

Desain P’LEARN merupakan sebuah desain yang disusun melalui perpaduan antara Rancangan Program Pembelajaran (RPP) dan Program Pembelajaran Individu (PPI). Dalam Desain P’LEARN, pembelajaran dirancang dengan konsep bermain sehingga mengurangi frekuensi paper activity. Desain ini disusun dan dikembangkan melalui Metode Montessori, dimana siswa dapat memilih segala aktivitas pembelajaran sesuai dengan minat siswa tersebut. Guru hanya berperan sebagai pembimbing atau fasilitator yang hanya bertugas untuk mengamati setiap aktivitas dan perkembangan siswa. Selain itu, Desain P’LEARN ini juga dikembangkan dengan memperhatikan teori perkembangan belajar pada Lev Vygotsky yaitu dengan perkembangan ZPD (Zone Proximal Development). Dalam Desain P’LEARN pembelajaran akan dimulai melalui hal apa yang anak sudah bisa lalu ditingkatkan melalui kegiatan bermain yang sesuai dengan bakat dan minat anak.

Desain P’LEARN memiliki sebuah tujuan dan manfaat bagi lembaga PAUD yaitu untuk menciptakan sebuah suasana pembelajaran yang kondusif dan efektif dengan memperhatikan setiap keberagaman siswa sehingga dapat terfasilitasi dengan baik dan pembelajaran dapat berlangsung dengan optimal.

Desain P’LEARN mengandung beberapa komponen di dalamnya, berikut ini beberapa komponen yang diperlukan untuk membuat desain P’LEARN yaitu: Assessment Awal, Analisis Diversitas Siswa, Kompetensi Dasar, Indikator Penilaian, Tema dan Sub Tema, Tujuan Pembelajaran, Kelas dan Jumlah Siswa, Pembagian Job Desk Guru, Strategi Pembelajaran, Media Pembelajaran, Progress Pembelajaran, Catatan Pembelajaran

Berikut merupakan cara penggunaan desain P’LEARN yaitu:

1.     Sebelum memulai seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada semester baru, guru melakukan assessment awal dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian perkembangan siswa dan mengetahui apakah terjadi penyimpangan perkembangan atau tidak. Assessment ini dilakukan selama minimal 2 minggu secara rutin dengan menggunakan Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak atau dapat juga menggunakan SPPA (Standar Pencapaian Perkembangan Anak) yang terdapat pada Peraturan Menteri No 146 Tahun 2014. Assessment dilakukan selama minimal 2 minggu bertujuan untuk memperoleh data yang valid tentang perkembangan anak.

2.     Setelah mendapatkan data tentang perkembangan anak, guru mulai menentukan Tujuan Pembelajaran beserta perkiraan kompetensi dan indikator penilaian yang akan dicapai oleh anak selanjutnya. Penyusunan Tujuan Pembelajaran beserta perkiraan kompetensi dan indikator penilaian dibuat untuk jangka waktu minimal 1 semester sehingga hal – hal yang akan dicapai oleh anak mendapatkan fokus yang terarah. Jika secara umum pencapaian anak adalah sama maka kompetensi yang diambil adalah sama. Namun jika terdapat anak yang memiliki pencapaian yang berbeda maka guru akan menentukan kompetensi dan indikator yang berbeda pula menyesuaikan pencapaian anak, dalam hal ini aspek perkembangan anak masih tetap sama dengan kompetensi umumnya.

3.     Setelah menentukan kompetensi beserta indikator penilaian yang akan dicapai oleh anak, guru dapat mempersiapkan materi pembelajaran bagi anak. Materi pembelajaran dipersiapkan dengan memperhatikan Tujuan Pembelajaran dan topik pembelajaran. Dalam tahap penyusunan materi belajar guru akan langsung merumuskan setiap aktivitas bermain dan belajar bagi siswa beserta strategi pembelajaran yang akan diterapkan di dalam kelas. Sebisa mungkin aktivitas yang diberikan meminimalisir penggunaan paper activity dan lebih menekankan bagaimana anak belajar bereksplor sesuai dengan minat anak (guru tidak memberikan intervensi agar anak berpindah area bermain).

4.     Setelah mengetahui rangkaian kegiatan dan aktivitas pembelajaran, guru melakukan pembagian tugas agar pendampingan dan pengamatan setiap anak dapat berlangsung secara optimal. Guru akan melakukan observasi secara menyeluruh dengan berkeliling dan jika pada kasus tertentu terdapat siswa yang membutuhkan pendampingan khusus, guru akan berperan sebagai “shadow” bagi anak tersebut namun juga tetap mengamati aktivitas anak – anak di sekitar.

5.     Setelah aktivitas belajar berakhir guru akan membuat pelaporan hasil belajar berupa laporan progress perkembangan siswa dan catatan belajar siswa. Laporan dibuat dalam bentuk narasi dan menggambarkan situasi dan kondisi anak selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Setiap pelaporan yang telah dituliskan harus terdapat analisa guru sehingga pelaporan tidak hanya bersifat laporan umum namun terdapat penemuan dan pemecahan masalah juga. Jika berdasarkan hasil laporan guru terdapat sesuatu perkembangan yang belum optimal, maka guru dapat kembali melakukan assessment dan akan kembali mengulang pada tahapan awal P’LEARN.

Setelah meneliti dan mengembangkan Desain P’LEARN di atas, peneliti melakukan diskusi dengan 2 narasumber dan berikut ini merupakan hasil diskusi yang telah diperoleh:

1.       Dalam merancang sebuah desain strategi pembelajaran yang berkaitan dengan kurikulum terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sesuai dengan kondisi lapangan dan komponen – komponen yang terdapat dalam kurikulum juga harus dipahami dengan untuh.

2.       Pendidikan Inklusi merupakan sebuah sistem pendidikan yang tidak dapat dilaksanakan secara efisien karena setiap siswa memiliki kondisi yang berbeda satu dengan lainnya sehingga membutuhkan pantauan yang detail.

3.       Sebelum memulai menetapkan materi pembelajaran bagi siswa, guru lebih baik melakukan assessment dasar agar memperoleh data yang valid berkaitan dengan situasi dan kondisi tumbuh kembang siswa untuk dapat mempersiapkan materi pembelajaran yang tepat bagi siswa.

4.       Dalam pelaksanaan Pendidikan Inklusi guru diwajibkan untuk memahami STPPA dengan baik dan benar sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal.

5.       Pelaporan hasil belajar siswa harus dilakukan secara detail dan dibuat dalam bentuk catatan narasi sehingga setiap progress perkembangan siswa dapat terekam dengan baik.

PENUTUP

Simpulan

Dalam penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terdapat banyak hal yang harus diperhatikan oleh lembaga khususnya dalam perancangan Kurikulum hingga proses evaluasi (penilaian) bagi siswa. Jika serangkaian perancangan ini tidak diperhatikan dengan baik, maka pendidikan akan berlangsung dengan kurang efektif mengingat setiap anak merupakan individu yang unik dan special sehingga membutuhkan pendampingan yang lebih agar tumbuh kembang anak dapat berlangsung dengan optimal.

Perancangan desain P’LEARN merupakan sebuah desain yang cukup menarik khususnya bagi Pendidikan secara Inklusi. Dalam desain P’LEARN setiap persiapan pembelajaran dimulai dari analisa kondisi siswa hingga evaluasi akhir pembelajaran dapat terlihat secara rinci dan jelas sehingga setiap tahap perkembangan yang akan dicapai oleh siswa dapat tercapai secara optimal. Namun setelah berdiskusi dengan para ahli yang telah berpengalaman terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dan direvisi oleh peneliti agar output dalam penelitian ini menjadi lebih baik dan layak untuk diuji coba kemudian hari.

Saran

Melihat keberagaman anak dalam segala aspek, akan lebih baik jika Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dapat diselenggarakan secara inklusi. Sehingga setiap kebutuhan anak dapat terfasilitasi secara optimal. Sebagai praktisi PAUD akan lebih baik jika kita dapat meningkatkan kepekaan dalam menghadapi setiap kondisi siswa – siswi dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang pendidikan inklusi karena hal tersebut sangatlah penting khususnya dalam era globalisasi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aryani dkk (2004). Strategi Pembelajaran Aktif. Center for Teaching Staff Development: Yogyakarta.

Faradilla (2013). Penerapan Pendidikan Inklusif Pada Pembelajaran Taman Kanak – Kanak Kelompok A (Studi Kasus di Komimo Playschool Yogyakarta). Universitas Negeri Yogyakarta di unduh di eprints.uny.ac.id pada tanggal 10 Agustus 2017 pukul 21:48 WIB.

Hamalik (2010). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Rosda: Bandung.

Lee and Recchia (2016). Early Childhood Inclusion. National Association for the Education of Young Children: Washimgton DC di unduh di www.ebsco.com pada tanggal 3 Mei 2017 pukul 01.22 WIB.

Kadir (2015). Penyelenggaraan Sekolah Inklusi di Indonesia. Jurnal Pendidikan Agama Islam di unduh di download.portalgaruda.org pada tanggal 20 Juli 2017 pukul 16.34 WIB.

Kurniawan, M. (2016). Developing Teacher Professionalism: A Study on Senior to Junior Supervision. Satya Widya, Vol.32, No.1, June 2016, hal: 29-40.

Puspita dkk (2015). Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013. Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini: Jakarta.

Rusyani (2009). Makalah Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Inklusif Melalui Program Pendidikan Yang Diindividualisasikan (Individualized Educational Program) Dan Sistem Pendukungnya. Universitas Negeri Jakarta. di unduh di http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195705101985031-ENDANG_RUSYANI/ pada tanggal 1 Agustus 2017 pukul 06.13 WIB.

Rusyidi dan Darma (2016). Prosiding Riset dan PKM Pelaksanaan Sekolah Inklusi di Indonesia di unduh di fisip.unpad.ac.id pada tanggal 20 Juli 2017 pukul 16.33 WIB.

Sugiyono (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Penerbit Alfabeta: Bandung.

Santrock (2007). Perkembangan Anak Jilid 1. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan No 146 Tahun 2014 di unduh di paud.kemendikbud.go.id pada tanggal 2 Oktober 2015.

Triwiyanto (2015). Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran. PT Bumi Aksara: Jakarta.

Wahyuni dkk (2015). Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Apa Mengapa dan Bagaimana. Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini: Jakarta.

Widyastono (2015). Pengembangan Kurikulum di Era Otonomi Daerah, PT Bumi Aksara: Jakarta.

Zain dan Djamarah (2010). Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta.