PENGGUNAAN ALAT PERAGA

KARTU BILANGAN

UNTUK MENINGKATKAN MINAT SISWA

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

TENTANG PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT

DI KELAS IV SDN JIKEN 5

SEMESTER II TAHUN

PELAJARAN 2010/2011

Sulastri

Tenaga pengajar kelas IV SDN 5 Jiken

Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora

ABSTRAK

Matematika merupakan ketrampilan dasar yang harus dimiliki oleh semua orang sekolah dasar. Pada penelitian ini akan digunakan alat peraga kartu bilangan yang bertujuan untuk meningkatkan minat siswa pada pembelajaran matematika tentang penjumlahan bilangan bulat di kelas IV SDN Jiken 5 semester II tahun pelajaran 2010/2011.

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Jiken 5 Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora pada siswa kelas IV yang berjumlah 10 siswa dan dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2011. Untuk mendapatkan data yang diinginkan digunakan teknik teknik tes, wawancara, observasi berpartisipasi dan dokumentasi. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisa dengan menggunakan teknik trianggulasi. Tujuan penelitian dikatakan telah tercapai jika telah memenuhi kriteria kinerja yang telah di tetapkan yaitu KKM ? 75 dengan ketuntasan mencapai 80%.

Berdasarkan analisa data, kartu bilangan dapat digunakan untuk meningkatkan minat siswa pada pembelajaran matematika tentang penjumlahan bilangan bulat di kelas IV SDN Jiken 5 semester II tahun pelajaran 2010/2011 dengan nilai rata-rata yaitu 84 dan ketuntasan siswa mencapai 80%.

Kata kunci:… Alat peraga kartu bilangan, minat siswa, penjumlahan bilangan bulat

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ketrampilan dasar yang harus dimiliki oleh semua orang sejak kecil. Pada usia sekolah dasar, siswa diberikan matematika dasar yang menjadi acuan pada tingkat pendidikan berikutnya. Namun, tidak semua siswa (peserta didik) memiliki minat besar pada pembelajaran matematika. Trianto (2007: 5) menyebutkan bahwa masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal dewasa ini adalah rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih cenderung teacher centered sehingga siswa menjadi pasif. Dalam arti substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan kurang memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berfikirnya.

Kreatifitas sebagai kemampuan untuk melihat kemungkinan – kemungkinan untuk menyelesaikan masalah merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal. Siswa lebih dituntut untuk berpikir linier, logis, penalaran, ingatan atau pengetahuan yang menuntut jawaban paling tepat terhadap permasalahan yang diberikan. Kreatifitas perlu dipupuk pada diri siswa terutama pada penyelesaian masalah karena kreativitas dapat melatih anak berpikir luwes (flexibility), lancar (fluency), asli (originality), menguraikan (elaboration) dan dirumuskan kembali (redefinition), hal tersebut sesuai dengan ciri berpikir kreatif yang dikemukakan oleh Guilford (Supriadi, 1997: 7).

Kreatifitas dalam pembelajaran matematika juga harus dikembangkan di kelas IV SDN Jiken 5, Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora tahun pelajaran 2010/2011. Pada ulangan semester I tahun pelajaran 2010/2011, banyak siswa yang meraih nilai di bawah KKM. Hal ini menjadi keprihatinan para guru, khususnya wali kelas IV SDN Jiken 5, Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora. Rendahnya nilai siswa berlanjut hingga memasuki semester II tahun pelajaran 2010/2011. Pada pembelajaran awal tentang penjumlahan bilangan bulat, masih banyak siswa yang meraih nilai di bawah KKM (75).

Berdasarkan hasil ulangan harian siswa dan pengamatan guru selaku wali kelas IV dan wawancara dengan para siswa, didapatkan fakta bahwa sebagian besar siswa tidak menyukai pelajaran matematika. Siswa merasa ketakutan dan kurang percaya diri setiap menyelesaikan soal matematika. Selain itu, beberapa siswa kurang dapat menerima materi yang disampaikan guru, karena merasa jenuh dengan cara penjelasan yang disampaikan guru. Seperti halnya dengan pembelajaran lainnya, guru menyampaikan materi matematika dengan metode ceramah dan latihan soal. Akibatnya banyak siswa yang jenuh dan lebih memilih mengobrol dengan teman atau pura – pura memperhatikan saja.

Rendahnya minat siswa pada pembelajaran matematika, khususnya penjumlahan bilangan bulat, menjadi pertimbangan guru untuk memperbaiki melalui penelitian tindakan kelas. Guru memilih menggunakan alat peraga kartu bilangan yang disusun menyerupai garis bilangan, karena belum pernah dilakukan sebelumnya dan diharapkan dapat menarik minat siswa.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: Apakah penggunaan alat peraga kartu bilangan dapat meningkatkan minat siswa pada pembelajaran matematika tentang penjumlahan bilangan bulat di kelas IV SDN Jiken 5 semester II tahun pelajaran 2010/2011? dan Bagaimanakah penggunaan alat peraga kartu bilangan dapat meningkatkan minat siswa pada pembelajaran matematika tentang penjumlahan bilangan bulat di kelas IV SDN Jiken 5 semester II tahun pelajaran 2010/2011?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui seberapa besar peranan alat peraga kartu bilangan pada pembelajaran matematika tentang penjumlahan bilangan bulat di kelas IV SDN Jiken 5 semester II tahun pelajaran 2010/2011dan untuk mengetahui apakah alat peraga kartu bilangan dapat meningkatkan minat siswa pada pembelajaran matematika tentang penjumlahan bilangan bulat di kelas IV SDN Jiken 5 semester II tahun pelajaran 2010/2011.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

Alat peraga

Alat peraga adalah alat yang dipergunakan unuk meragakan benda yang diterangkan, baik dalam bentuk benda nyata, tiruan/modelnya, atau gambar visual/audio visualnya (Depdiknas, 2002: 35).

Fungsi pokok alat peraga menurut sudjana (2002: 99-100) adalah a) Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif; b) Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi memgajar; c) Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran; d) Alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan atau bukan sekedar pelengkap; e) Alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru; f) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.

Alat peraga kartu bilangan yang digunakan pada penelitian ini adalah kartu yang terbuat dari kertas gambar berukuran 20 x 20 cm. Dalam setiap kartu bilangan, masing – masing tercantum angka yang urut dari 0 hingga 10 dan juga angka -1 hingga -10. Pada penelitian ini masing – masing kartu disusun menyerupai garis bilangan di lantai dekat papan tulis. Kartu bilangan yang tercantum angka -10 hingga angka 10 diatur berurutan.

Minat belajar siswa

Morgan dalam buku Introduction to Psychology menyatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai hasil dan pengalaman. (Purwanto, 2000: 84)

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu 1) Faktor internal (faktor dalam siswa), yakni kondisi-kondisi jasmani dan rohani siswa, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, dan cara belajar. Dan 2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. (Dalyono, 1997: 55 – 60)

Salah satu cara untuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran selain menggunakan alat peraga adalah menambah peran siswa dalam pembelajaran khususnya matematika. Konsep dasar Matematika perlu dikuasai anak didik sejak dini. Konsep tersebut diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kegunaan Matematika antara lain: (1) untuk memecahkan persoalan sehari-hari; (2) pengembangan ilmu; (3) mengembangkan Matematika itu sendiri. (Ruseffendi dkk, 1997:106).

Materi penjumlahan bilangan bulat

Bilangan bulat adalah bilangan yang terbentuk dari perluasan bilangan asli dan bilangan cacah. Operasi penjumlahan bilangan bulat, sebenarnya mencakup: (1) penjumlahan bilangan bulat positif oleh bilangan bulat positif; (2) penjumlahan bilangan bulat positif oleh bilangan bulat negatif; dan (3) penjumlahan bilangan bulat negatif oleh bilangan bulat negatif (Muhsetyo, 2007:3 – 8).

Untuk mengenalkan konsep operasi hitung pada sistem bilangan bulat dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (1) Tahap pengenalan konsep secara konkrit, (2) Tahap pengenalan konsep secara semi konkrit atau semi abstrak, (3) Tahap pengenalan konsep secara abstrak

Sesuai dengan yang tercantum dalam silabus KTSP SD/MI, Kompetensi Dasar Menjumlahkan Bilangan Bulat diajarkan pada kelas IV Semester II dengan indikator melakukan operasi hitung menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat.

Penggunaan Alat Peraga Kartu Bilangan dalam Penjumlahan Bilangan Bulat

Langkah-langkah atau prinsip kerja penggunaan kartu bilangan yang disusun menyerupai garis bilangan, diuraikan sebagai berikut:

a. Setiap akan melakukan peragaan hitung, posisi awal aktifitas peragaan harus selalu dari bilangan atau skala 0 (nol)

b. Jika bilangan pertama dalam suatu operasi hitung bertanda positif, maka ujung anak panah diarahkan ke bilangan positif dan bergerak maju dengan skala yang besarnya sama dengan bilangan pertama, sedang pangkal anak panah mengarah ke bilangan negatif.

c. Jika anak panah dilangkahkan maju, maka dalam prinsip operasi hitung istilah maju dapat diartikan sebagai penjumlahan. Sebaliknya jika anak panah dilangkahkan mundur, maka istilah mundur dapat diartikan sebagai pengurangan. Namun demikian, gerakan maju dan mundurnya anak panah tergantung pada bilangan penjumlahan atau pengurangan.

(Muhsetyo, 2007: 22)

Kondisi Awal

Tindak-an

Kondisi Akhir

Guru belum mengguna-kan alat peraga dalam pembelajaran Matematika

Minat siswa rendah

penggunaan alat peraga kartu bilangan dalam pembelajaran Matematika

SIKLUS I

Penggunaan alat peraga kartu bilangan yang diwakilkan salah satu siswa dalam pembelajaran Matematika

SIKLUS II

Penggunaan alat peraga kartu bilangan yang dilakukan perwakilan kelompok dalam pembelajaran Matematika

Siswa tertarik dengan pengggunaan alat peraga sehingga terdapat peningkatan minat belajar siswa yang berbanding lurus dengan nilai ulangan harian

Kerangka Teori

Hipotesis

Melalui penggunaan alat peraga kartu bilangan dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran tentang penjumlahan bilangan bulat di kelas IV SDN Jiken 5 semester II tahun pelajaran 2010/2011.

METODOLOGI PENELITIAN

Seting Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di kelas IV SDN Jiken 5 Kecamatan Jiken Kabupaten Blora. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu mulai dari bulan Januari sampai Maret 2011, untuk meningkatkan minat siswa kelas IV pada SDN Jiken 5 Kecamatan Jiken Kabupaten Blora, dalam pembelajaran matematika dengan materi pokok penjumlahan bilangan bulat.

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah (1) Sekurang-kurangnya 70% dari seluruh siswa di kelas terlibat secara aktif dalam pembelajaran Matematika, dan (2) Prestasi belajar siswa dapat memenuhi KKM sekolah, nilai ketuntasan 75 sebanyak 80% dari jumlah siswa setelah proses pembelajaran selesai. Prosedur penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dalam Rochiati (2007: 36) yang terdiri dari empat komponen yaitu: 1) Perencanaan (planning), 2) Aksi/ tindakan (acting), 3) Observasi (observing), 4) Refleksi (refleting).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi kondisi awal

Kondisi pembelajaran awal belum memenuhi ekspektasi peneliti sekaligus guru kelas IV SDN Jiken 5 Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora tahun pelajaran 2010/2011. Nilai ulangan harian tujuh dari 10 siswa kelas IV SDN Jiken 5 tahun pelajaran 2010/2011, masih di bawah KKM (75).

Perbandingan jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas adalah 30%: 70%. Kondisi ini disebabkan rendahnya minat siswa pada pembelajaran matematika. Siswa merasa takut sebelum menerima pembelajaran, karena dianggap sulit dan menguras pikiran. Kondisi ini semakin diperburuk dengan metode pembelajaran yang diterapkan guru di kelas hanya ceramah dan latihan. Akibatnya siswa tidak memiliki ruang untuk berkreatifitas dalam menerima materi.

Deskripsi siklus I

Perencanaan pada siklus I berupa kegiatan menyiapkan materi penjumlahan bilangan bulat, alat peraga kartu bilangan, soal – soal latihan, lembar observasi guru dan siswa, serta mempelajari langkah – langkah penggunaan alat peraga agar berjalan efektif.

Pelaksanaan tindakan pada siklus I diawali dengan menyusun kartu bilangan menyerupai garis bilangan. Guru menujukkan cara menggunakan alat peraga, siswa mengamati dan mencoba. Siswa dibagi 3 kelompok yang berdiskusi membahas soal. Perwakilan kelompok menyelesaikan soal dengan alat peraga. Siswa mengerjakan ulangan harian.

Selama pembelajaran berlangsung, peneliti dibantu teman sejawat mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru. Hasil pengamatan kemudian dicatat dalam lembar observasi yang disediakan (lihat lampiran).

Peneliti dan teman sejawat menganalisis hasil observasi dan nilai ulangan harian siklus I untuk mengetahui peningkatan dan permasalahan yang timbul sebagai akibat perbaikan pembelajaran.

Deskripsi siklus II

Sama halnya dengan pelaksanaan siklus I, siklus II diawali dengan mempersiapkan materi penjumlahan bilangan bulat, alat peraga kartu bilangan, soal – soal latihan, lembar observasi guru dan siswa, serta mempelajari langkah – langkah penggunaan alat peraga agar berjalan efektif.

Pelaksanaan tindakan pada siklus I diawali dengan menyusun kartu bilangan menyerupai garis bilangan. Guru menujukkan cara menggunakan alat peraga, siswa mengamati dan mencoba. Siswa dibagi 3 kelompok yang berdiskusi membahas soal. Perwakilan siswa menyelesaikan soal dengan alat peraga. Siswa mengerjakan ulangan harian.

Selama pembelajaran berlangsung, peneliti dibantu teman sejawat mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru. Hasil pengamatan kemudian dicatat dalam lembar observasi yang disediakan (lihat lampiran).

Nilai ulangan harian dan hasil observasi selanjutnya dianalisis dan dievaluasi peningkatan dan dampak dari perbaikan pembelajaran pada siklus II.

Grafik di atas menunjukkan jarak antara jumlah siswa yang meraih nilai di atas KKM cukup tinggi dibanding siswa yang meraih nilai di bawah KKM. Terdapat 8 siswa atau 80% yang meraih nilai di atas KKM. Selain itu dari hasil observasi, didapatkan peningkatan keaktifan siswa yang juga menambah minat siswa dalam pembelajaran matematika, khususnya penjumlahan bilangan bulat.

Meskipun belum 100% siswa yang memiliki nilai di atas KKM, namun peneliti sudah merasa cukup akan hasil perbaikan pada penelitian kali ini. Kondisi ini membuat peneliti memutuskan perbaikan pembelajaran matematika tentang penjumlahan bilangan bulat di kelas IV SDN Jiken 5 tahun pelajaran 2010/2011, tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Pembahasan

Pelaksanaan pembelajaran matematika tentang penjumlahan bilangan bulat di kelas IV SDN Jiken 5 tahun pelajaran 2010/2011 kurang memuaskan. Pada saat diadakan ulangan harian, terdapat tujuh siswa yang meraih nilai di bawah KKM. Persentase nilai ulangan harian siswa pada kondisi awal:

Permasalahan rendahnya minat siswa pada pembelajaran matematika tentang penjumlahan bilangan bulat dapat berdampak buruk pada pembelajaran matematika berikutnya. Peneliti selaku guru kelas IV, akan melakukan perbaikan pembelajaran yang sekaligus diwujudkan dalam bentuk laporan penelitian tindakan kelas.

Peneliti menggunakan alat peraga kartu bilangan yang disusun menyerupai garis bilangan. Alat peraga ini dipilih karena dapat merangsang keingintahuan siswa dan kreatifitas siswa. Peneliti juga menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran, lembar soal, serta lembar observasi siswa dan guru. Indikator penelitian ini adalah meningkatnya aktifitas siswa dan 80% dari jumlah keseluruhan siswa meraih nilai di atas KKM (75).

Awal pembelajaran siklus I, peneliti menyapa, memberikan apserpsi dan motivasi pada siswa agar percaya diri menyelesaikan soal. Peneliti menunjukkan alat peraga dan menyusunnya dengan bentuk garis bilangan. Peneliti menujukkan cara penggunaannya dan siswa memperhatikan dengan serius. Peneliti membagi siswa menjadi tiga kelompok yang masing – masing kelompok mendapatkan lembar kerja kelompok. Siswa berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk menyelesaikan soal dalam lembar kerja. Peneliti menunjuk perwakilan siswa untuk mencoba menyelesaikan soal dengan menggunakan alat peraga. Selanjutnya siswa mengerjakan soal ulangan harian secara individu.

Persentase siswa yang tuntas adalah 40%. Sedangkan persentase siswa yang meraih nilai di bawah KKM adalah 60%. Nilai rata – rata ulangan harian siswa hanya 73. Nilai tersebut masih di bawah KKM yaitu 75. Peneliti memutuskan melanjutkan penelitian pada siklus berikutnya (siklus II).

Peneliti mengingatkan materi pada siklus I dan memberikan motivasi pada siswa. Peneliti menyusun garis bilangan dengan menggunakan kartu bilangan yang telah disiapkan. Siswa kembali menempati kelompok masing – masing dan berdiskusi menyelesaikan soal lembar kerja yang diperoleh dari peneliti. Agar lebih banyak siswa yang memahami penjumlahan bilangan bulat dengan alat peraga, peneliti menunjuk perwakilan kelompok dibantu siswa lainnya dalam menyelesaikan soal dengan alat peraga. Sebagai hasil evaluasi, siswa mengerjakan soal ulangan harian secara individu. Hasil ulangan harian siswa cukup memuaskan peneliti. Nilai rata – rata siswa meningkat dari 64 pada kondisi awal, 73 pada siklus I, menjadi 84 pada siklus II. Perbandingan jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas juga membaik.

Persentase siswa yang meraih nilai di atas KKM meningkat cukup signifikan dari siklus I (40%) menjadi 80% pada siklus II menunjukkan siswa sudah memahami konsep penjumlahan bilangan bulat. Meskipun ketuntasan tidak mencapai 100% atau mencakup semua siswa, namun persentase telah memenuhi indikator yang ditentukan. Selain itu minat siswa pada pembelajaran matematika juga menunjukkan peningkatan dibandingkan pada pembelajaran matematika sebelumnya. Peneliti memutuskan tidak akan melanjutkan penelitian pada pertemuan sebelumnya.

PENUTUP

Kesimpulan

Penggunaan alat peraga kartu bilangan dapat meningkatkan minat siswa pada pembelajaran matematika tentang penjumlahan bilangan bulat di kelas IV SDN Jiken 5 semester II tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan tersebut ditunjukkan dengan tingginya antusiasme dalam menerima pembelajaran selama penelitian berlangsung.

Penggunaan alat peraga kartu bilangan menambah peran siswa dengan menunjuk siswa menyelesaikan soal dengan alat peraga. Hasil nilai rata – rata ulangan harian siswa meningkat dari 64 pada kondisi awal, 73 pada siklus I, menjadi 84 pada siklus II. Persentase siswa yang tuntas juga meningkat dari 30% (kondisi awal ), 40% (siklus I), meningkat menjadi 80% pada siklus II.

Saran

1. Bagi Guru

Diharapkan para guru memiliki kesadaran untuk meningkatkan minat belajar siswa melalui alat peraga.

2. Bagi Siswa

Diharapkan para siswa memiliki minat besar pada pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berguna sebagai salah satu cara untuk memperbaiki proses pembelajaran di sekolah itu sendiri pada khususnya dan sekolah lain pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Asy’ari, Abdur Rahman. 2003. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem Posing. Buletin Pelangi Pendidikan. Volume 2 no.2

Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdiknas.

Dalyono, M. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Hamalik, Oemar. 2003. Metode Mengajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.

Masykur, Moch. dan Abdul. 2007. Mathematical Intellegence: Cara Cerdas Melatih Otak Dan Menanggulangi Kesulitan Belajar. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Muhsetyo, Gatot dkk. 2007. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Purwanto, M. Ngalim. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ruseffendi, dkk. 1997. Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sudjana, Nana. 2002. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Supriadi, 1997. Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek. Bandung: Alfabeta

Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Negeri Surakarta

Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.