PENGGUNAAN MEDIA BENDA NYATA (REAL OBJECT)

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS I SD NEGERI 1 MLOWOKARANGTALUN KECAMATAN PULOKULON KABUPATEN GROBOGAN

SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017

 

Eny Sarwanti

Guru SD Negeri 1 Mlowokarangtalun

 

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan keaktifan siswa dan hasil belajar matematika kelas 1, Semester I tahun Pelajaran 2016/2017, di SD Negeri 1 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan, setelah digunakan media benda nyata (real object). Penelitian dilaksanakan di Kelas I SD Negeri 1 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan selama 4 (empat) bulan yaitu pada bulan Agustus 2016 sampai dengan November 2016. Subjek penelitian adalah siswa Kelas I SD Negeri 1 Mlowokarangtalun berjumlah 36 siswa. Teknik pengumpulan data dengan teknik dokumentasi, tes, dan observasi. Indikator keberhasilan tindakan apabila siswa yang tuntas lebih dari 90%, dan nilai rata-rata kelas telah melebihi  SKBM  yang ditetapkan yaitu 70. Selain hasil belajar indikator keberhasilan tindakan ditentukan siswa yang aktif mengikuti pembelajaran lebih dari 85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran tematik melalui media benda nyata, dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar matematika siswa di kelas I SD Negeri 1 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Peningkatan aktivitas belajar siswa pada kegiatan prasiklus diperoleh hasil sebesar 41,39% meningkat menjadi 62,78% pada tindakan siklus I meningkat pada siklus II menjadi 72,78%, meningkat pada siklus III menjadi 90,83%. Hasil belajar matematika siswa di kelas I SD Negeri 1 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan pada kegiatan prasiklus dengan nilai rata-rata sebesar 68,64 dan jumlah ketuntasan sebanyak 16 siswa (44%). Setelah dilakukan tindakan I, nilai rata-rata pada siklus I sebesar 70,72 dengan jumlah ketuntasan 25 siswa (69%) dengan demikian terjadi kenaikan nilai rata-rata sebesar 2,08 dan jumlah ketuntasan meningkat 9 siswa. Peningkatan pada siklus II ditunjukkan dengan nilai rata-rata adalah 73,14 dan jumlah ketuntasan sebanyak 28 siswa (78%) dengan demikian terjadi kenaikan nilai rata-rata sebesar 2,36. Peningkatan pada siklus III ditunjukkan dengan nilai rata-rata 79,64 dan jumlah ketuntasan sebanyak 35 siswa (97%). Hal tersebut membuktikan bahwa telah terjadi peningkatan nilai rata-rata 6,56 dan jumlah ketuntasan meningkat 7 siswa.

Kata kunci: hasil belajar, keaktifan siswa, dan pembelajatan tematik

 

Pendahuluan

Kelas 1 Sekolah Dasar merupakan masa peralihan dari taman kanak-kanan ke jenjang Sekolah Dasar. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan pembelajarannya harus bersifat holistik (menyeluruh). Pembelajar juga tidak boleh memisah-misahkan antar mata pelajaran. Pembelajaran yang cocok dan pas untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar adalah dengan pembelajaran tematik atau pembelajaran terpadu.

Tema pembelajaran semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017, terbagi menjadi 6 (enam) tema, yaitu: diri sendiri, lingkungan, keluarga, pengalaman, budi pekerti, dan kegemaran.  Setiap tema dilaksanakan selama 2 (dua) sampai 3 (tiga) minggu, dengan alokasi waktu yang berbeda antara mata pelajaran satu dengan lainnya.

Khusus mata pelajaran matematika kelas 1 semester I. standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa adalah: (1) Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20, kompetensi tersebut terangkum dalam tema diri sendiri, lingkungan, dan keluarga (2) Menggunakan pengukuran waktu dan panjang, kompetensiu tersebut terangkum dalam tema pengalaman, budi pekerti dan kegemaran.

Berdasarkan pengalaman selama mengajar di kelas 1, ditemukan berbagai kesulitan, khususnya dalam menyampaikan pembelajaran matematika, siswa sulit memahami hal-hal yang bersifat abstrak, siswa sering kebingungan bila tidak melihat hal-hal yang bersifat nyata.  Untuk memberikan pemahaman kepada siswa, pemahaman siswa lebih mudah jika dihadapkan pada benda-benda nyata.  Hal ini terbukti dari hasil pengamatan awal, dimana pembelajaran dilakukan tanpa media benda nyata, hasil belajar berdasarkan hasil ulangan harian, diketahui bahwa dari 36 (tigapuluh enam) siswa, 16 siswa (44%) dapat mencapai KKM (Tuntas), sedangkan 20 siswa (56%) belum tuntas.  Hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa, diketahui bahwa siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran sebesar 41.39%.

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka perlu dilakukan langkah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika bagi siswa,  adapun langkah yang dapat dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media benda nyata (Real Object). Penggunaan media benda nyata ini dengan pertimbangan, bahwa usia siswa klas 1 yang cenderung belum dapat memahami hal-hal yang bersifat abstrak, selain itu media tersebut mudah diperoleh.

Walaupun secara teori seperti dikemukakan oleh Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1999: 202)  bahwa “media benda asli merupakan benda yang sebenarnya membantu pengalaman nyata peserta didik dan menarik minat dan semangat belajar siswa”, namun penerapan di kelas 1, SD Negeri 1 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan, belum secara intensif digunakan, walaupun ada beberapa yang sudah menggunakan, namun penggunaan tersebut untuk mata pelajaran selain pelajaran matematika.

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka untuk meningkatkan keaktifan siswa klas 1 dalam mengikuti pembelajaran matematika, dan meningkatkan hasil belajar, maka dalam melaksanakan pembelajaran matematika perlu digunakan alat peraga pembalajaran berupa media benda nyata (Real Object), sesuai dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan.  Dengan penggunaan media benda nyata (Real Object), siswa akan memperoleh gambaran yang lebih nyata tentang materi pembelajaran yang disampaikan.

Selanjutnya sesuai dengan permasalahan, dan upaya yang akan dilakukan, maka tindakan ini dilakukan dalam bentuk penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu suatu tindakan sebagai upaya untuk memperbaiki keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan hasil belajar matematika.  Adapun judul yang sesuai dengan permasalahan tersebut adalah: Penggunaan Media Benda Nyata (Real Object) untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Pembelajaran Matematika Kelas I SD Negeri 1 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017.

Rumusan  Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: “bagaimanakah peningkatan keaktifan siswa dan hasil belajar matematika Kelas I SD Negeri 1 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017, setelah dilakukan tindakan berupa penggunaan media benda nyata (real object)?

Tujuan  Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan peningkatan keaktifan siswa dan hasil belajar matematika kelas 1, Semester I tahun Pelajaran 2016/2017, di SD Negeri 1 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan, setelah digunakan media benda nyata (real object).

Kajian  Teori

Sutirjo & Mamik (dalam Suryosubroto, 2009: 133) mengemukakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Sedangkan menurut Rusman (2012: 254) pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,bermakna dan otentik.

Hasil belajar menurut Sudjana (2005:22) hasil belajar siswa adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar tersebut merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan ketrampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hasil belajar menunjukkan kemampuan siswa yang sebenarnya yang telah mengalami proses pengalihan ilmu pengetahuan dari seseorang yang dapat dikatakan dewasa atau memiliki pengetahuan kurang. Jadi dengan adanya hasil belajar, orang dapat mengetahui seberapa jauh siswa dapat menangkap, memahami, memiliki materi pelajaran tertentu. Atas dasar itu pendidik dapat menentukan strategi belajar mengajar yang lebih baik (Purwanto, 2010: 42).

Menurut Wirodikromo (2007: 4), matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Matematika  terbentuk  sebagai  hasil  pemikiran  manusia  yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran (Suherman, 2003:16). Matematika  terdiri  dari  empat  wawasan  yang  luas,  yaitu:  Aritmetika, Aljabar,  Geometri  dan  Analisis.  Selain  itu  matematika  adalah  ratunya  ilmu, maksudnya bahwa matematika itu tidak bergantung pada bidang studi lain.

Menurut Ibrahim dan Nana Syahodih (1992:3) Media benda asli termasuk media atau sumber belajar yang secara spesifik dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk mempermudah radar belajar yang formal dan direncanakan.  Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1999: 202) Media benda asli merupakan benda yang sebenarnya membantu pengalaman nyata peserta didik dan menarik minat dan semangat belajar siswa”. Dengan menggunakan media benda asli akan memberikan rangsangan yang amat penting bagi siswa untuk mempelajari berbagai hal terutama menyangkut pengembangan keterampilan tertentu.

Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan obyek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian proses konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Aktivitas Belajar diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.

Kerangka Berpikir

Siswa kelas 1, cenderung belum dapat memahami hal-hal yang bersifat abstrak, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran matematika, agar siswa memperoleh gambaran yang nyata perlu digunakan alat peraga pembelajaran berupa media benda nyata (real object).  Penggunaan media pembelajaran ini sesuai dengan pembelajaran tematik, yang pada dasarnya memerlukan optimalisasi penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu saswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak.

Selain mudah ditemukan, dengan memanfaatkan benda di ruang kelas maupun di luar kelas, media benda nyata mudah memberikan pembahaman kepada siswa, karena siswa secara nyata dapat melihat, meraba, dan memagang secara langsung, sehingga siswa lebih mudah mengerti dari apa yang disampaikan oleh guru. Dengan demikian penggunaan media benda nyata, sangat dimungkinkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan hasil belajar matematika.

Hipotesis Tindakan

Melalui media benda nyata (real object) mampu meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran matematika kelas I SD Negeri 1 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester 1 tahun pelajaran 2016/2017 dengan maksimal.

Metodologi Penelitian

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan tindakan berupa penggunaan media nyata, untuk meningkatkan aktivitas siswa, dan hasil belajara matematika, bagi siswa kelas 1 SD Negeri 1 Mlowokarangtalun, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan pada semester 1 Tahun pelajaran 2016/2017. Subjek penelitian adalah siswa Kelas I SD Negeri 1 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan yang berjumlah 36 siswa.  Adapun objek penelitian ini adalah upaya peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas I SD Negeri 1 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2016/2017 semester 1, melalui penggunaan media benda nyata. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi teknik dokumentasi, observasi, dan tes.

Data yang dianalisa adalah keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika yang diperoleh melalui observasi, dan data hasil belajaran yang diperoleh melalui tes. Kegiatan ini dilakukan selama penelitian berlangsung, sejak prasiklus, hingga siklus penelitian berakhir. Sebagaimana bentuk penelitian ini maka teknik analisis data yang digunakan adalah analisis perbandingan, artinya hasil pengamatan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa antar siklus dibandingkan kemudian dideskripsikan ke dalam tabel dan grafik yang disertai dengan penjelasannya, sehingga dapat menggambarkan keadaan secara sistematik.

Indikator prestasi belajar dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan Standart Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) yang digunakan pada mata pelajaran matematika Kelas I SD Negeri 1 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan, siswa dikatakan tuntas belajar secara individual apabila telah mencapai nilai ≥ 70. Indikator keberhasilan tindakan dalam penelitian ini ditetapkan apabila siswa yang tuntas lebih dari 90%, dan nilai rata-rata kelas telah melebihi  SKBM  yang ditetapkan yaitu 70.  Selain hasil belajar indikator keberhasilan tindakan ditentukan siswa yang aktif mengikuti pembelajaran lebih dari 85%.

Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu suatu kajian yang bersifat reflektif yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan dalam melaksanakan tugas sebagai guru. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan hasil belajar matematika dan keaktifan siswa kelas I SD Negeri 1 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan dengan menggunakan media benda nyata (real object).  Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Arikunto (2006: 83) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa peneltian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu: Perencanaa atau planning, tindakan atau acting, pengamatan atau  observing, refleksi atau reflecting

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Prasiklus

Prasiklus merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum diambil tindakan. Tujuan dari prasiklus ini adalah untuk mengetahui  permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan prasiklus ini dilakukan berdasarkan pelaksanaan pembelajaran tematik di kelas I yang telah berjalan selama 3 (tiga) minggu dengan tema “Diri sendiri”, yang terbukti hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mengkuti pembelajaran, kurang maksimal. Kegiatan prasiklus dilakukan sebanyak 2 (dua) pertemuan masing-masing dengan durasi 3 jam pelajaran (@ 35 menit).  Pertemuan pertama dilakukan tanggal 25 Juli 2016, dan pertemuan ke dua dilakukan pada tanggal 28 Juli 2016. Hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, seperti terlihat pada lampiran (lampiran 1). Berdasarkan hasil observasi prasiklus, diketahui keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran matematika prasiklus sebesar 14,9 siswa atau 41,39%, dan siswa yang tidak aktif sebanyak 21,1 atau 68,61%.

Berdasarkan hasil tes tersebut, peneliti melakukan rekapitulasi nilai, menentukan ketuntasan belajar, dan menghitung skor rata-rata, hasilnya penilaian prasiklus diketahui siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 16 siswa atau sebesar 44% sedangkan siswa yang dinyatakan tidak tuntas sebanyak 20 siswa atau sebesar 56%. Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih rendah, demikian halnya dengan hasil belajar menunjukkan masih banyak siswa yang belum tuntas, nilai rata-rata kelas juga menunjukkan belum maksimal. Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan penugasan, tanpa alat bantu mengajar, kurang mendorong siswa untuk aktif mengikuti pembelajaran, dan kurang memberikan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Untuk itu perlu dilakukan upaya peningkatan keaktifan siswa dan hasil belajar melalui tindakan nyata yaitu berupa penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media benda nyata (real object).

Siklus I

Hasil observasi tentang keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran siklus I pertemuan pertama dan kedua, seperti terlihat pada lampiran (lampiran 5), selain jumlah siswa yang menunjukkan keaktifan dalam belajar, peneliti menghitung prosentase jumlah siswa yang aktif.  Hasil observasi jumlah siswa yang aktif dan prosentase keaktifan siswa dapat diketahui bahwa aktivitas belajar siswa, yang dinilai dengan menggunakan 10 (sepuluh) indikator, diketahui bahwa nilai rata-rata aktivitas belajar siswa pada kegiatan siklus I sebanyak 22,6 siswa atau 62,78%. Dengan demikian siswa yang belum aktif dalam mengikuti pembelajaran sebanyak 13,4 atau 37,22%.

Berdasarkan hasil tes tersebut, peneliti melakukan rekapitulasi nilai, menentukan ketuntasan belajar, dan menghitung skor rata-rata, hasilnya diketahui prosentase rata-rata keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran 69%, sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah sebesar 70,72, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 25 siswa (69%), dan siswa yang belum tuntas sebanyak 11 siswa atau 31%. Aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media benda nyata tergolong cukup. 

Berdasarkan pada pengamatan keaktifan siswa dalam mengkuti pembelajaran dan hasil penilaian terhadap mata pelajaran matematika tema lingkungan, dapat diketahui bahwa keaktifan siswa telah mengalami peningkatan, namun belum maksimal, demikian pula dengan hasil belajar siswa mengalami peningkatan nilai rata-rata kelas menjadi 70,72, prosentase ketuntasan belajar meningkat menjadi 25 siswa atau 69%. Namun jika dibandingkan dengan indikator keberhasilan tindakan yang ditentukan yaitu, keaktifan siswa mencapai lebih dari 85%, dan nilai rata-rata kelas lebih dari 70, dengan jumlah siswa yang tuntas lebih dari 90%.

Berdasarkan kriteria keberhasilan yang ditetapkan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa, keaktifan siswa, belum dapat mencapai indikator yang ditetapkan, nilai rata-rata kelas, telah mencapai indikator yang ditetapkian, dan jumlah ketuntasan belajar belum mencapai indikator yang ditetapkan. Dengan demikian perlu adanya tindakan lanjutan.

Siklus II

Hasil observasi tentang keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran siklus II pertemuan pertama dan kedua, seperti terlihat pada lampiran (lampiran 9), selain jumlah siswa yang menunjukkan keaktifan dalam belajar, peneliti menghitung prosentase jumlah siswa yang aktif. Hasil observasi jumlah siswa yang aktif dan prosentase keaktifan siswa dapat diketahui bahwa keaktifan  belajar siswa, yang dinilai dengan menggunakan 10 (sepuluh) indikator, diketahui bahwa nilai rata-rata keaktifan belajar siswa pada kegiatan siklus II sebanyak 26,2 siswa atau 72,78%. Dengan demikian siswa yang belum aktif dalam mengikuti pembelajaran sebanyak 9,8 atau 27,22%.

Berdasarkan hasil tes tersebut, peneliti melakukan rekapitulasi nilai, menentukan ketuntasan belajar, dan menghitung skor rata-rata, hasilnya diketahui prosentase rata-rata keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran 72,78%, sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah sebesar 73,14, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 28 siswa (78%), dan siswa yang belum tuntas sebanyak 8 siswa atau 22%. Aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media benda nyata tergolong baik. 

Berdasarkan pada pengamatan keaktifan siswa dalam mengkuti pembelajaran dan hasil penilaian terhadap mata pelajaran matematika tema lingkungan, berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan pada tanggal 24 September 2016, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kelas sebesar 73,14, prosentase ketuntasan belajar sebanyak 28 siswa atau 78%.

Hasil pengamatan tentang keaktifan siswa dan hasil belajar siswa, jika dibandingkan dengan siklus II, telah mengalami peningkatan, namun jika dibandingkan dengan indikator kinerja tindakan yang telah ditetapkan, hasilnya belum dapat mencapai indikator yang telah ditetapkan, khususnya untuk keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan prosentase ketuntasan, adapun nilai rata-rata siswa telah mencapai yang ditetapkan yaitu 73,14 (≥ 70),  demikian pula untuk jumlah siswa yang tuntas masih dibawah 90%. Untuk itu maka perlu adanya tindakan perbaikan berupa tindakan siklus III.

Berdasarkan kriteria keberhasilan yang ditetapkan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa, keaktifan siswa, belum dapat mencapai indikator yang ditetapkan, nilai rata-rata kelas, telah mencapai indikator yang ditetapkan, dan jumlah ketuntasan belajar belum mencapai indikator yang ditetapkan. Dengan demikian perlu adanya tindakan lanjutan.

Siklus III

Hasil observasi tentang keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran siklus III pertemuan pertama dan kedua, seperti terlihat pada lampiran (lampiran 13), selain jumlah siswa yang menunjukkan keaktifan dalam belajar, peneliti menghitung prosentase jumlah siswa yang aktif. Hasil observasi jumlah siswa yang aktif dan prosentase keaktifan siswa dapat diketahui bahwa aktivitas belajar siswa, yang dinilai dengan menggunakan 10 (sepuluh) indikator, diketahui bahwa nilai rata-rata aktivitas belajar siswa pada kegiatan siklus II sebanyak 32,7 siswa atau 90,83%. Dengan demikian siswa yang belum aktif dalam mengikuti pembelajaran sebanyak 3,3 atau 9,17%.

Berdasarkan hasil tes tersebut, peneliti melakukan rekapitulasi nilai, menentukan ketuntasan belajar, dan menghitung skor rata-rata, hasilnya diketahui prosentase rata-rata keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran 97%, sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah sebesar 79,64, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 35 siswa (97%), dan siswa yang belum tuntas sebanyak 1 siswa atau 3%. Aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media benda nyata tergolong baik.

Berdasarkan pada pengamatan keaktifan siswa dalam mengkuti pembelajaran dan hasil penilaian terhadap mata pelajaran matematika tema keluarga, berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober 2016, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kelas sebesar 79,64, prosentase ketuntasan belajar sebanyak 35 siswa atau 97%.

Hasil pengamatan tentang keaktifan siswa dan hasil belajar siswa, jika dibandingkan dengan siklus II, telah mengalami peningkatan, hasilnya sudah dapat mencapai indikator yang telah ditetapkan, yaitu nilai rata-rata lebih dari dari 79,64 (≥ 70), dengan prosentase ketuntasan belajar telah mencapai minimal 85% dari keseluruhan siswa, dan siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran minimal sebesar 85%. Maka tidak perlu adanya tindakan lanjutan. Berdasarkan kriteria keberhasilan yang ditetapkan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa, keaktifan siswa, telah dapat mencapai indikator yang ditetapkan, nilai rata-rata kelas telah mencapai indikator yang ditetapkan, dan jumlah ketuntasan belajar telah mencapai indikator yang ditetapkan. Dengan demikian tindakan tidak perlu lanjutan.

Pembahasan

Perbandingan aktivitas  belajar

Perbandingan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dari prasiklus ke siklus  I menunjukkan bahwa setelah dilakukan tindakan siklus I, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat dari 41,39% meningkat menjadi menjadi 62,78% (peningkatan sebesar 21,39%). Dengan demikian melalui pembelajaran dengan menggunakan media benda nyata, dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Namun peningkatan tersebut belum maksimal.

Peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II dapat diketahui bahwa setelah dilakukan kegiatan pada siklus II, motivasi belajar siswa meningkat menjadi 72,78% (peningkatan sebesar 10,00% dari nilai rata-rata 62,78%). Dengan demikian melalui pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran tematik, aktivitas belajar siswa rata-rata meningkat. Peningkatan tersebut terjadi pada seluruh indikator.

Perbandingan aktivitas belajar siswa dari siklus II ke siklus  III dapat diketahui bahwa setelah dilakukan kegiatan pada siklus III, aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 90,83% (peningkatan sebesar 18,06% dari nilai rata-rata 72,78%). Dengan demikian melalui pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran tematik, aktivitas belajar siswa rata-rata meningkat. Peningkatan tersebut terjadi pada seluruh indikator.  

Perbandingan aktivitas belajar siswa dari prasiklus ke siklus  III dapat diketahui bahwa setelah dilakukan kegiatan pada siklus III, aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 90,83% (peningkatan sebesar 49,44% dari nilai rata-rata 41,39%). Dengan demikian melalui pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran tematik, aktivitas belajar siswa rata-rata meningkat. Peningkatan tersebut terjadi pada seluruh indikator.  

Perbandingan Hasil Belajar Siswa

Perbandingan hasil belajar siswa dari pra siklus ke siklus I dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan media benda nyata pada siklus I dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara individu, peningkatan terjadi pada nilai rata-rata kelas maupun jumlah ketuntasan belajar. Rata-rata kelas secara nyata dapat meningkat sebesar 2,08 dan jumlah ketuntasan siswa meningkat sebesar 9 siswa.

Perbandingan skor hasil belajar siswa dari pra siklus ke siklus I dapat diketahui bahwa, setelah dilakukan tindakan ke II, hasil belajar siswa meningkat dari siklus I sebesar 70,72, menjadi 73,14, atau meningkat sebesar 2,42. Perbandingan skor hasil penilaian hasil belajar siswa dari siklus II ke siklus III menunjukkan bahwa, setelah dilakukan tindakan ke III, rata-rata hasil belajar siswa meningkat dari 73,14 menjadi 79,64, atau meningkat 6,50.

Perbandingan skor penilaian hasil belajar siswa dari prasiklus ke siklus III dapat diketahui bahwa nilai rata-rata prasiklus sebesar 68,64, setelah dilakukan tindakan I, II, dan III, nilai rata-rata meningkat menjadi 79,64, artinya setelah dilakukan tindakan sebanyak 3 (tiga) kali maka nilai rata-rata meningkat sebesar 11. 

Penutup

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik melalui media benda nyata, dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar matematika siswa di kelas I SD Negeri 1 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan. Peningkatan aktivitas belajar siswa pada kegiatan prasiklus diperoleh hasil sebesar 41,39% meningkat menjadi 62,78% pada tindakan siklus I (peningkatan sebesar 21,39%), meningkat pada siklus II menjadi 72,78% (peningkatan sebesar 10,00%), meningkat pada siklus III menjadi 90,83% (peningkatan sebesar 18,06%).

Hasil belajar matematika siswa di kelas I SD Negeri 1 Mlowokarangtalun Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan pada kegiatan prasiklus dengan nilai rata-rata sebesar 68,64 dan jumlah ketuntasan sebanyak 16 siswa (44%). Setelah dilakukan tindakan I, nilai rata-rata pada siklus I sebesar 70,72 dengan jumlah ketuntasan 25 siswa (69%) dengan demikian terjadi kenaikan nilai rata-rata sebesar 2,08 dan jumlah ketuntasan meningkat 9 siswa. Peningkatan pada siklus II ditunjukkan dengan nilai rata-rata adalah 73,14 dan jumlah ketuntasan sebanyak 28 siswa (78%) dengan demikian terjadi kenaikan nilai rata-rata sebesar 2,36. Peningkatan pada siklus III ditunjukkan dengan nilai rata-rata 79,64 dan jumlah ketuntasan sebanyak 35 siswa (97%). Hal tersebut membuktikan bahwa telah terjadi peningkatan nilai rata-rata 6,56 dan jumlah ketuntasan meningkat 7 siswa.

Saran-Saran

Saran untuk kepala sekolah, sebaiknya, media pembelajaran yang sudah ada, ditingkatkan lagi, dan dilengkapi dengan berbagai media sesuai dengan kebutuhan guru. Sebaiknya guru selalu menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran, khusus kelas rendah, sebaiknya media pembelajaran yang digunakan adalah media pembelajaran berupa benda-benda yang nyata yang ada di sekitar sekolah.

Daftar Pustaka

Ibrahim, R. dan Nana Syahodih. 1992. Perencanaan Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 1999, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdikarya

Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rusman. 2010. Model Model Pembelajaran. Bandung: Rajawali Pers

Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta

Wirodikromo, Sartono, 2007, Matematika, Jakarta: Erlangga.