Penggunaan Media Box Kardus Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
PENGGUNAAN MEDIA BOX KARDUS UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK BAGI SISWA KELAS IV SDN BEJIREJO TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Sri Astutik
SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keaktifan dan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok melalui penggunaan media box kardus pada siswa kelas IV SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2018/2019. Penelitian dilaksanakan di SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2018/2019 dengan jumlah siswa 26 anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak 2 siklus. Setiap siklus tindakan terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes. Pengumpulan data dengan teknik tes diambil dari hasil tes unjuk kerja. Adapun teknik nontes datanya diambil dari pengamatan proses pembelajaran. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan teknik deskriptif komparatif. Data hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan peningkatan keaktifan belajar siswa. Pada kondisi awal keaktifan belajar siswa “kurang aktif†meningkat menjadi “aktif†pada kondisi akhir. Peningkatan juga terjadi pada hasil belajar siswa. Pada kondisi awal ketuntasan belajar siswa adalah 42,31% meningkat menjadi 80,77% pada kondisi akhir.
Kata Kunci: keaktifan belajar, hasil belajar, lompat jauh gaya jongkok, media box kardus
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan di sekolah dasar mengutamakan kesehatan mental dan kesegaran jasmani, untuk mencari calon atlet harus benar-benar sesuai dengan cabangnya.
Keadaan siswa SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran pada dasarnya senang terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan olah raga, terutama pada cabang permainan. Pada cabang atletik, anak kurang menyenangi dengan alasan tidak menyenangkan. Karena pembelajaran atletik di SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran kurang mendapat tanggapan yang positif dari para siswa, maka prestasi pada cabang atletik khusus pada nomor lompat jauh belum bisa optimal. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor penyebab yaitu: (1) Terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani, (2) Terbatasnya alat bantu dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.
Terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani di SD akan berakibat pada proses pembelajaran yang kurang berhasil. Karena guru kurang mampu dalam melaksanakan profesinya secara profesional, dan kurang berhasil dalam mengajar dan mendidik siswa secara sistematik. Karena dalam pembelajaran pendidikan jasmani diberikan gerakan yang sistematik untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa secara menyeluruh baik fisik, mental, maupun intelektual.
Gaya yang dipakai guru dalam mengajar praktik pendidikan jasmani juga monoton, yaitu hanya menggunakan satu gaya mengajar. Sehingga situasi pembelajaran yang dirasakan oleh siswa terasa membosankan. Dan juga metode praktik ditekankan pada latihan-latihan berdasarkan perintah yang ditentukan oleh guru. Latihan-latihan tersebut tidak dilakukan sesuai inisiatif dari siswa itu sendiri. Dalam hal ini guru cenderung menggunakan pendekatan pembelajaran yang mengarah pada prestasi. Sehingga dalam prosesnya berbeda dari pembelajaran penjas itu sendiri, yaitu tujuan utama bukan proses dalam peraturan, ukuran lapangan, maupun alat. Proses pembelajaran seperti ini akan membuat siswa kurang senang untuk melaksanakannya, bahkan merasa bosan dan yang lebih fatal siswa merasa frustasi untuk melaksanakan tugas dari guru.
Pembelajaran di SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran siswa kelas IV tersebut mengalami kesulitan dalam melakukan tehnik lompat jauh gaya jongkok. Sebagian besar siswa baru menguasai cara melompat. Mereka belum mampu melakukan gerakan secara keseluruhan terbukti dari hasil evaluasi, dari siswa kelas IV yang berjumlah 26 anak yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan, baru 11 siswa (42,31%) yang dapat mencapai nilai KKM 75 dan sisanya masih 15 siswa (57,69%) yang masih belum mencapai nilai KKM yang ditentukan.
Dengan keadaan seperti ini tentu dibutuhkan penggunaan alat bantu pembelajaran sebagai suatu pendekatan alternatif dalam mengajaran pendidikan jasmani. Guru harus mempunyai kemampuan untuk memodifikasi keterampilan yang hendak diajarkan dengan harapan sesuai dengan tingkat kemampuan dan perkembangan siswa. Dalam hal ini guru harus kreatif, inovatif dalam menciptakan proses pembelajaran bagi siswa. Sehingga akan tercipta pembelajaran yang aktif bagi siswa dan menyenangkan tanpa meninggalkan tujuan pembelajaran itu sendiri.
Salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang dapat digunakan dalam hal ini adalah pendekatan pembelajaran dengan menggunakan alat bantu berupa bok kardus, yaitu suatu pendekatan pembelajaran untuk membantu siswa untuk mempelajari keterampilan dasar dalam mempelajari teknik dasar lompat jauh.
Akhirnya peneliti menetapkan judul penelitian tindakan ini yaitu “Penggunaan Media Box Kardus Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Bagi Siswa Kelas IV SDN Bejirejo Tahun Pelajaran 2018/2019â€.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah penggunaan media box kardus dapat meningkatkan keaktifan belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas IV SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2018/2019?
2. Bagaimanakah penggunaan media box kardus dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas IV SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2018/2019?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian adalah:
1. Meningkatkan keaktifan belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas IV SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2018/2019 melalui penggunaan media box kardus.
2. Meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas IV SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2018/2019 melalui penggunaan media box kardus.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Bagi Guru
a. Meningkatkan kreatifitas guru dalam membuat dan mengembangkan media pembelajaran.
b. Bahan masukan bagi guru dalam memilih alternatif pembelajaran.
c. Meningkatkan kualitas guru secara profesional dalam pengembangan media pembelajaran.
2. Manfaat Bagi Siswa
a. Motivasi siswa untuk aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran Penjaskes, sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan.
b. Meningkatkan minat dan kemampuan lompat jauh gaya jongkok serta mendukung prestasi.
3. Manfaat Bagi Sekolah
a. Sebagai pedoman dan pengetahuan pada pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
b. Sebagai data inventaris siswa yang berprestasi dalam cabang atletik.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pengertian Belajar
Belajar adalah proses mencari jawaban dari yang tidak tahu menjadi tahu. Menurut Reg Revans (1998), belajar adalah proses menanyakan sesuatu yang berawal dari ketidaktahuan tentang apa yang dilakukan. Pengertian belajar menurut Suharsimi Arikunto (1993:19) adalah suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap.
Menurut Morgan (Purwanto, 1997: 84) bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.
Keaktifan Belajar
Keaktifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keaktifan belajar siswa dikelas. Menurut Depdikbud (1996: 24 –25), aktif adalah giat (bekerja, berusaha), sedangkan keaktifan adalah suatu keadaan atau hal dimana siswa aktif. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik dan relatif tetap, serta ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar yang beraneka ragam. Paul B. Diedrich dalam Oemar Hamalik (2005: 172) membagi kegiatan belajar siswa dalam 8 kelompok, yaitu: Visual Activeties (kegiatan-kegiatan visual), Oral Activities (kegiatan-kegiatan lisan), Listening Activities (kegiatan-kegiatan mendengarkan), Writing Activities (kegiatan-kegiatan menulis), Drawing Activities (kegiatan-kegiatan menggambar, Motor Activities (kegiatan-kegiatan motorik), Mental Activities (kegiatan-kegiatan mental), dan Emotional Activities (kegiatan-kegiatan emosional).
Menurut Mayer (dalam Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 67), siswa yang aktif tidak hanya sekedar hadir dikelas, menghafalkan, dan akhirnya mengerjakan soal diakhir pelajaran. Siswa dalam pembelajaran harus terlibat aktif, baik secara fisik maupun mental sehingga terjadi interaksi yang optimal antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya.
Hasil Belajar
Menurut Mulyono Abdurrahman (2003:37) “Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajarâ€. Dalam kegiatan pembelajaran tujuan yang ingin dicapai ditentukan sebelumnya. Anak yang dikatakan berhasil adalah mereka yang dapat mencapai tujuan-tujuan pelajaran yang telah ditentukan sebelumnya.
Dimyati dan Mujiono (2006:3) memaparkan bahwa “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajarâ€. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pengajaran dan kemampuan mental siswa. Setelah selesai mempelajari materi, diadakan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya, sebelum dilanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.
Menurut Sudjana (2002:37) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa atau mahasiswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Menurut Wina Sanjaya (2006: 30) prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran di antaranya adalah: 1) Berpusat pada siswa; 2) Belajar dengan melakukan; 3) Mengembangkan kemampuan sosial; 4) Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah; 5) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah; 6) Mengembangkan kreatifitas siswa; 7) Mengembangkan kemampuan ilmu dan teknologi; 8) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik; dan 9) Belajar sepanjang hayat.
Media Pembelajaran/Alat Peraga
Dalam Djamarah dan Aswin (1995: 121) media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.
Menurut Heinich, dkk dalam Sri Anitah, dkk (2008: 6.3) media merupakan alat bantu saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium†yang secara harfiah berarti “perantaraâ€, yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receIer). Heinich mencontohkan media ini seperti film, televisi, diagram, bahan tercetak (printer materials).
Lebih lanjut Schramm (Sri Anitah W, dkk) mengemukakan bahwa media merupakan teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sedangkan menurut Briggs dalam Sri Anitah W, dkk (2008: 6.4) bahwa media adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, slide dan sebagainya.
Mendukung pernyataan tersebut di atas Rossi dan Breidle dalam Wina Sanjaya (2006: 163) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televise, Koran, buku, majalah, dan sebagainya.
Pendapat tersebut di atas dipertegas oleh Gerlach dan Ely dalam Wina Sanjaya secara umum media meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Pengertian Lompat Jauh
Lompat jauh adalah salah satu nomor lompat dari cabang atletik. Dalam olahraga atletik dikenal beberapa jenis nomor lompat, yaitu lompat jauh, lompat jangkit (lompat tiga), lompat tinggi, dan lompat gala. Pada lompat jauh unsur-unsur yang dilakukan adalah awalan, tumpuan atau tolakan, melayang (gaya), dan mendarat. Dari keempat unsur di atas, semua erat hubungannya dengan aktivitas tungkai. Kekuatan tungkai sangat menentukan hasil lompatan dari lompat jauh. Semakin kuat tungkai seseorang, semakin kuat pula langkah dan lompatannya, dengan asumsi kekuatan otot dan koordinasi gerakan yang baik.
Menurut Bollesteros (1979) dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga (Ade Mardiana, Purwadi, Wira Indra Satya, 2010: 2.58-2.59) mengemukakan bahwa “Lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat sewaktu awalan dengan gaya vertical yang dihasilkan dari kekuatan kaki tolak. Hasil dari kedua gaya menentukan parabola titik gravitasi.†Ada beberapa teknik dalam melakukan lompat jauh yaitu awalan, tumpuan, melayang, dan mendarat.
Lompat Jauh Gaya Jongkok
Cara melakukan lompat jauh gaya jongkok ini adalah setelah mengambil ancang-ancang dengan jarak kurang lebih 30-40 meter, kemudian lari secepat mungkin, menjelang tiga per empat langkah sebelum balok tumpuan harus konsentrasi untuk dapat melakukan tumpuan pada balok tumpuan.
Tumpuan menggunakan kaki yang dominan dan titik berat badan terletak di depan dan badan condong ke depan. Kemudian kaki tumpu menumpu secara tepat pada balok tumpu dan tubuh akan melayang di udara, pada saat itu kaki sedikit ditekuk sehingga posisi badan berada dalam posisi sikap jongkok, kemudian julurkan kaki ke depan diikuti ayunan tangan ke atas depan dan dijulurkan ke depan untuk keseimbangan waktu mendarat dengan tumit terlebih dahulu yang mengenai tanah dan kedua kaki rapat, lutut ditekuk.
Kerangka Berpikir
Hasil evaluasi belajar siswa kelas IV SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran menunjukkan bahwa keaktifan dan hasil belajar siswa tentang lompat jauh gaya jongkok masih rendah, untuk itu harus diadakan perbaikan pembelajaran.
Masalah yang kadang timbul, materi yang diajarkan oleh guru kurang tertanam kuat oleh pikiran siswa, khususnya dalam pembelajaran praktik lompat jauh gaya jongkok. Walaupun guru sudah memberikan contoh demonstrasi gerakan, siswa kurang mampu menganalisis gerakan.
Proses pembelajaran yang berlangsung belum menunjukkan adanya partisipasi siswa secara penuh. Karena guru bukan satu-satunya sumber belajar, maka siswa perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sesuai dengan materi pembelajaran.
Permasalahan yang umum terjadi dalam pembelajaran penjaskes adalah kurangnya sarana dan peran aktif siswa dalam kegiatan belajar. Selain itu proses pembelajaran kurang mengoptimalkan penggunaan modifikasi alat bantu pembelajaran yang dapat memancing peran aktif siswa.
Dalam proses pembelajaran guru mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan. Salah satunya adalah menggunakan modifikasi alat bantu pembelajaran. Alat bantu pembelajaran sebagai salah satu komponen pelengkap juga dapat meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran yang ingin dicapai maka guru diharapkan mempunyai kemampuan dalam memilih dan menggunakan alat bantu pembelajaran.
Pengaruh alat bantu pembelajaran terhadap anak-anak sangat penting karena dengan menggunakan alat bantu dapat memberikan berbagai macam pengalaman bagi seorang anak. Dengan menggunakan alat bantu dalam pembelajaran secara terus menerus secara maksimal maka anak akan dapat mengolah dan menerima secara optimal, sehingga terjadi perubahan sikap. Dengan menggunakan modifikasi alat bantu bok kardus dalam suatu proses pembelajaran lompat jauh gaya jongkok akan dapat membantu dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan karena alat bantu bok kardus mampu merancang siswa aktif melakukan gerakan dan tingkat keseriusan siswa akan lebih tinggi, karena siswa merasa senang, lebih berfariasi, dan tidak menimbulkan rasa jenuh.
Pemanfaatan alat bantu sederhana bok kardus sebagai sarana membantu guru dalam menjelaskan tehnik dasar lompat jauh gaya jongkok pada siswa. Diharapkan melalui alat bantu sederhana tersebut, guru dapat memperlihatkan dan memberikan penjelasan yang detail tentang tehnik dasar lompat jauh gaya jongkok.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah disusun, maka diajukan hipotesis terhadap penelitian sebagai berikut:
1. Pendekatan Bermain boardball dapat meningkatkan motivasi belajar passing bawah siswa kelas V SDN Bejirejo Tahun Pelajaran 2016/2017.
2. Pendekatan Bermain boardball dapat meningkatkan hasil belajar passing bawah siswa kelas V SDN Bejirejo Tahun Pelajaran 2016/2017.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran. Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2018/2019 tepatnya dimulai bulan Agustus sampai dengan November 2018. Kegiatan penelitian ini meliputi persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora tahun pelajaran 2018/2019. Jumlah subyek dalam penelitian ini yaitu 26 orang siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
Data dan sumber data penelitian ini meliputi jenis data dan sumber data. Jenis data penelitian ini berupa data kualitataif dan data kuantitatif. Data kuatitatif berupa data keaktifan belajar siswa diambil dari observasi ang dilakukan selama proses pembelajaran. Sedangkan data kuantitatif berupa data hasil belajar siswa diambil dari hasil tes unjuk kerja pada akhir siklus pembelajaran.
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini ada beberapa dua teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu teknik tes dan non tes. Data yang sudah terkumpul merupakan modal awal yang sangat berharga dalam penelitian ini, dari data yang terkumpul akan dilakukan analisis yang selanjutnya dipakai sebagai bahan masukan untuk penarikan kesimpulan. Melihat begitu besarnya posisi data, maka validitas data yang terkumpul menjadi sangat vital. Validitas data penelitian tindakan kelas ini diuji dengan menggunakan triangulasi. Data yang dianalisis meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Analisis data dilakukan secara deskriptif komparatif yang bertujuan untuk membandingkan kondisi sebelum dan sesudah diadakan tindakan perbaikan pembelajaran. Tahapan dalam tindakan menganalisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Untuk menentukan ketercapaian tujuan, perlu dirumuskan indikator keberhasilan tindakan yang disusun secara realistik, yaitu mempertimbangkan kondisi pratindakan dan jumlah siklus tindakan yang akan dilakukan dan dapat diukur dengan jelas. Indikator kinerja penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) Keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok meningkat dari kurang aktif pada kondisi awal menjadi minimal aktif pada kondisi akhir; (2) Hasil belajar siswa dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok meningkat dari 42,31% tuntas belajar pada kondisi awal menjadi minimal 80% tuntas belajar pada kondisi akhir.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2 siklus. Langkah-langkah dalam siklus penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahapan, yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) observasi, dan 4) refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Pra Siklus
Terdapat 4 indikator dengan skor kemunculan 0 (rendah). Indikator tersebut adalah: 1) Keberanian mengajukan pertanyaan; 2) Bekerjasama dengan teman; 3) Menghargai hasil pekerjaan teman; dan 4) Memanfaatkan media pembelajaran. Untuk skor kemunculan 1 (sedang) terdapat 6 indikator yaitu: 1) Kesiapan mengikuti pelajaran; 2) Memperhatikan penjelasan guru; 3) Keberanian melakukan kegiatan; 4) Antusias dalam pembelajaran; 5) Membantu teman yang kesulitan; dan 6) Fokus dalam melakukan kegiatan.
Skor keaktifan belajar pada pembelajaran pra siklus adalah 6. Dengan skor maksimal 20, apabila dipersentasekan adalah 30%. Skor ini masuk dalam kategori kurang aktif.
Dari tes unjuk kerja pembelajaran pra siklus, data hasil belajar siswa dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.2. Hasil Belajar Pra Siklus
No |
Nilai |
Jumlah |
Persen |
Kategori |
1. |
55 |
2 |
7,69% |
TT |
2. |
60 |
2 |
7,69% |
TT |
3. |
65 |
4 |
15,38% |
TT |
4. |
70 |
7 |
26,92% |
TT |
5. |
75 |
5 |
19,23% |
T |
6. |
80 |
4 |
15,38% |
T |
7. |
85 |
2 |
7,69% |
T |
Jumlah |
26 |
100% |
|
|
Rata-rata kelas |
70,96 |
|
Tabel di atas menunjukkan perolehan nilai tes unjuk kerja pra siklus yaitu: nilai 55 sebanyak 2 anak, nilai 60 sebanyak 2 anak, nilai 65 sebanyak 4 anak, nilai 70 sebanyak 7 anak, nilai 75 sebanyak 5 anak, nilai 80 sebanyak 4 anak, dan nilai 85 sebanyak 2 anak. Rata-rata nilai tes unjuk kerja pra siklus adalah 70,96. Dari 26 siswa kelas IV yang tuntas belajar dengan KKM 75 adalah 11 anak (42,31%) dan yang tidak tuntas belajar adalah 15 anak (57,69%).
Deskripsi Siklus I
Pada pembelajaran siklus I peneliti sudah menggunakan media box kardus untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Masih terdapat 2 indikator dengan skor kemunculan 0 (rendah). Indikator tersebut adalah: 1) Keberanian mengajukan pertanyaan; dan 2) Menghargai hasil pekerjaan teman. Untuk skor kemunculan 1 (sedang) terdapat 5 indikator yaitu: 1) Memperhatikan penjelasan guru; 2) Bekerjasama dengan teman; 3) Antusias dalam pembelajaran; 4) Membantu teman yang kesulitan; dan 5) Memanfaatkan media pembelajaran. Pada pembelajaran pra siklus sudah terdapat skor kemunculan 2 (tinggi) yaitu: 1) Kesiapan mengikuti pelajaran; 2) Keberanian melakukan kegiatan; dan 3) Fokus dalam melakukan kegiatan.
Skor keaktifan belajar pada pembelajaran siklus I adalah 11. Dengan skor maksimal 20, apabila dipersentasekan adalah 55%. Skor ini masuk dalam kategori cukup aktif.
Dari tes unjuk kerja pembelajaran siklus I, data hasil belajar siswa dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.5. Hasil Belajar Siklus I
No |
Nilai |
Jumlah |
Persen |
Kategori |
1. |
60 |
2 |
7,69% |
TT |
2. |
65 |
2 |
7,69% |
TT |
3. |
70 |
5 |
19,23% |
TT |
4. |
75 |
7 |
26,92% |
T |
5. |
80 |
6 |
23,08% |
T |
6. |
85 |
2 |
7,69% |
T |
7. |
90 |
2 |
7,69% |
T |
Jumlah |
26 |
100% |
|
|
Rata-rata kelas |
75,19 |
|
Tabel di atas menunjukkan perolehan nilai tes unjuk kerja siklus I yaitu: nilai 60 sebanyak 2 anak, nilai 65 sebanyak 2 anak, nilai 70 sebanyak 5 anak, nilai 75 sebanyak 7 anak, nilai 80 sebanyak 6 anak, nilai 85 sebanyak 2 anak, dan nilai 90 sebanyak 2 anak. Rata-rata nilai tes unjuk kerja siklus I adalah 75,19. Dari 26 siswa kelas IV yang tuntas belajar dengan KKM 75 adalah 17 anak (65,38%) dan yang tidak tuntas belajar adalah 9 anak (34,62%).
Deskripsi Siklus II
Keaktifan belajar siswa pada pembelajaran siklus II sudah tidak terdapat indikator dengan skor kemunculan 0 (rendah). Pada pembelajaran siklus II, terdapat 5 indikator dengan skor kemunculan 1 (sedang) yaitu: 1) Keberanian mengajukan pertanyaan; 2) Bekerjasama dengan teman; 3) Menghargai hasil pekerjaan teman; 4) Antusias dalam pembelajaran; dan 5) Memanfaatkan media pembelajaran. Untuk skor kemunculan 2 (tinggi) terdapat 5 indikator yaitu: 1) Kesiapan mengikuti pelajaran; 2) Memperhatikan penjelasan guru; 3) Keberanian melakukan kegiatan; 4) Membantu teman yang kesulitan; dan 5) Fokus dalam melakukan kegiatan.
Skor keaktifan belajar pada pembelajaran siklus II adalah 15. Dengan skor maksimal 20, apabila dipersentasekan adalah 75%. Skor ini masuk dalam kategori aktif.
Dari tes unjuk kerja pembelajaran siklus II, data hasil belajar siswa dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.8. Hasil Belajar Siklus II
No |
Nilai |
Jumlah |
Persen |
Kategori |
1. |
65 |
2 |
7,69% |
TT |
2. |
70 |
3 |
11,54% |
TT |
3. |
75 |
7 |
26,92% |
T |
4. |
80 |
6 |
23,08% |
T |
5. |
85 |
4 |
15,38% |
T |
6. |
90 |
2 |
7,69% |
T |
7. |
95 |
2 |
7,69% |
T |
Jumlah |
26 |
100% |
|
|
Rata-rata kelas |
79,04 |
|
Tabel di atas menunjukkan perolehan nilai tes unjuk kerja siklus II yaitu: nilai 65 sebanyak 2 anak, nilai 70 sebanyak 3 anak, nilai 75 sebanyak 7 anak, nilai 80 sebanyak 6 anak, nilai 85 sebanyak 4 anak, nilai 90 sebanyak 2 anak, dan nilai 95 sebanyak 2 anak. Rata-rata nilai tes unjuk kerja siklus II adalah 79,04. Dari 26 siswa kelas IV yang tuntas belajar dengan KKM 75 adalah 21 anak (80,77%) dan yang tidak tuntas belajar adalah 5 anak (19,23%).
Pembahasan
Terjadi peningkatan keaktifan belajar pada setiap siklus pembelajaran. Pada pembelajaran pra siklus, skor keaktifan belajar siswa adalah 30% (kurang aktif). Setelah peneliti menggunakan media box kardus pada pembelajaran siklus I, skor keaktifan belajar siswa meningkat menjadi 55% (cukup aktif). Pada pembelajaran siklus II skor keaktifan belajar siswa kembali meningkat menjadi 75% (aktif).
Juga terjadi peningkatan hasil belajar pada setiap siklus pembelajaran. Pada pembelajaran pra siklus, ketuntasan belajar siswa adalah 42,31%. Setelah peneliti menggunakan media box kardus pada pembelajaran siklus I, ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 65,38%. Pada pembelajaran siklus II ketuntasan belajar siswa kembali meningkat menjadi 80,77%.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan sebagai berikut:
1. Penggunaan media box kardus dapat meningkatkan keaktifan belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas IV SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2018/2019.
2. Penggunaan media box kardus dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas IV SDN Bejirejo Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2018/2019.
Saran
Saran yang disampaikan bekenaan dengan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan adalah:
1. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya melengkapi seluruh alat bantu pembelajaran agar guru dapat menerapkan pembelajaran yang efektif, efisien, dan menyenangkan, sehingga siswa dapat belajar dengan fokus, aktif, dan antusias yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
2. Bagi Guru
Guru hendaknya dalam menyampaikan materi pembelajaran menggunakan alat bantu yang telah tersedia atau menyediakan alat bantu sendiri yang sesuai dengan materi pembelajaran, sehingga materi dapat disampaikan dengan mudah dan menyenangkan bagi siswa.
3. Bagi Siswa
Siswa hendaknya dapat mengikuti pembelajaran secara fokus, aktif, dan lebih serius, sehingga materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru mudah diterima dan dikuasai, sehingga hasil belajar lebih meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Anitah, Sri dkk. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.
Depdikbud. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri & Zain, Aswin. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bhineka Cipta
Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Mardiana, Ade, dkk. 2010. Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: Aneka Ilmu
Purwanto, M dan Ngalim, MP. 1997. Psikologis Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya.
Revans, Reg. 1998. Action Learning. New York: Hart Publishing Co.
Ristasa, R.A. 2010. Perspektif Pendidikan IPA. Hand Out Pembimbing TAP di UPBJJ Purwokerto.
Sanjaya, Wina. 2006. Prinsip Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Nusa Indah
Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Suharsimi, Arikunto. 1993. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.