PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA SISWA KELAS VI

SDK 101 HIGETEGERA KECAMATAN KANGAE KABUPATEN SIKKA

 

Elisabeth Evarista

Guru di SDK 101 Higetegera, Sikka, Flores, NTT

 

ABSTRAK

Penelitian ini berlatar belakang pada kenyataan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya berbicara mengalami berbagai hambatan. Hambatan tersebut berasal dari siswa maupun guru. Siswa kurang berminat terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia. Siswa merasa takut berbicara di depan kelas. Hambatan yang lain adalah berasal dari guru. Guru kurang dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk lebih menyenangi mata pelajaran Bahasa Indonesia. Guru kesulitan menggunakan/membuat media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Guru kesulitan melatih kemandirian belajar siswa. Guru kesulitan mengembangkan materi pembelajaran berbicara. Guru kesulitan melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan siswa. Guru disibukkan dengan administrasi sekolah yang terlalu banyak. Guru kurang mampu dalam menerapkan dan memilih model pembelajaran yang inovatif dan variatif sehingga proses pembelajaran yang berlangsung sangat membosankan. Pembelajaran Bahasa Indonesia masih bertumpu pada pembelajaran klasik konvensional dengan strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran yang belum mampu menumbuhkan kebiasaan berpikir produktif. Sebagai guru hendaknya pandai dalam memilih metode, teknik, maupun model pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Selain itu guru melaksanakan penilaian hanya pada tataran pengetahuan dan pemahaman konsep. Untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam berbicara perlu menggunakan media.Penelitian ini bertujuan memberikan sumbangan informasi dan pemikiran tentang bagaimana ”Media Pembelajaran Gambar Seri” digunakan dalam pembelajaran berbicara. Dari hasil pengamatan kemampuan berbicara siswa pada siklus I sudah meningkat. Siswa sudah berani maju ke depan walaupun masih ada yang berpasangan. Pada siklus II siswa sudah berani maju ke depan secara perorangan, perbendaharaan kata sudah banyak dan berbicara secara runtut baik dan benar. Dari siklus tampak ada peningkatan proses dan hasil pembelajaran berbicara. Dengan demikian media gambar seri dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa.

Kata kunci: Media Gambar Seri, Kemampuan Berbicara

 

PENDAHULUAN

Berbicara adalah keterampilan berbahasa yang harus dimiliki setiap manusia setelah keterampilan menyimak. Berbicara adalah salah satu dari keterampilan berbahasa lainnya, yaitu: menyimak, membaca dan menulis. Keterampilan berbicara sangat dipadukan. Ini tidak berarti keterampilan yang lain tidak perlu. Berbicara adalah kegiatan setiap insan untuk mengadakan yang hubungan yang lain. Akan tetapi, di Sekolah Dasar (SD), sangat disayangkan keterampilan berbicara belum mendapat perhatian yang sepenuhnya dari guru. Ini terbukti, menurut pengamatan penulis, guru jarang sekali memfasilitasi murid-muridnya mengembangkan keterampilan berbicara dalam kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia di kelas.

Sehubungan dengan pernyataan di atas, di dalam kegiatan belajar dan mengajar di SD berbicara menjadi salah satu bagian keterampilan berbahasa yang harus diajarkan kepada murid dan dikuasai oleh murid. Dengan keterampilan berbicara yang dimilikinya, murid akan mampu berkomunikasi dengan masyarakat di lingkungannya. Keterampilan berkomunikasi ini adalah satu keterampilan yang harus dibekalkan kepada setiap murid. Namun, berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan peneliti, kualitas keterampilan berbicara murid kelas VI SDK 101 Higetegera masih tergolong rendah. Hal ini terlihat ketika mereka diajak berbicara. Dari 22 murid di kelas itu, hanya 8 orang saja yang berbicara secara lancar. Rendahnya keterampilan berbicara murid disebabkan oleh beberapa faktor: (1) Murid jarang diberi kesempatan untuk berbicara di depan kelas; (2) Guru tidak menggunakan kiat-kiat khusus dalam mengajarkan berbicara kepada muridnya, dan (3) Murid bosan ketika diajak berbicara di depan kelas.

Berangkat dari faktor di atas, tampaknya perlu dicarikan altematif pemecahan agar masalah itu dapat diminimalisasi. Salah satu altematif yang dapat ditempuh adalah dengan cara mengajarkan keterampilan berbicara dengan media Gambar Seri (GS). Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas, di rumuskan masalah penelitian sebagai berikut: (1) Apakah penggunaan gambar seri dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas VI SDK 101 Higetegera?, dan (2) Seberapa besar peningkatan kemampuan berbicara pada siswa kelas VI SDK 101 Higetegera dengan penggunaan media gambar seri?

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan tentang penggunaan media gambar seri dalam peningkatan kemampuan berbicara siswa dikelas VI SDK 101 Higetegera adalah (1) Mengetahui peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas VI SDK 101 Higetegera melalui pembelajaran dengan menggunakan gambar seri; dan (2) Mendeskripsikan seberapa besar peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas VI SDK 101 Higetegera dengan menggunakan media gambar seri.

KAJIAN PUSTAKA

Hakikat Kemahiran Berbicara

Kemahiran seseorang dalam berbicara harus dilatih secara terus menerus dan berkesinambungan. Dengan kata lain, keterampilan berbicara tidak langsung tercipta sekaligus. Jika seseorang ingin mahir berbicara, maka ia harus menguasai beberapa faktor yaitu (a) kemampuan mengucapkan bunyi dengan benar, (b) kemampuan mengorganisasikan bahan yang hendak disampaikan, (c) kemampuan memahami informasi secara tepat, efektif, dan kritis, den (d) mempunyai rasa kepemimpinan dan sikap mental berbicara (Supriatna, 1999:172).

Kegiatan berbicara sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mendukung kegiatan itu hendaknya setiap pembelajaran di sekolah-sekolah disajikan dengan landasan konsep dasar berikut: (a) Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal; (b) Berbicara adalah proses individu berkomunikasi; (c) Berbicara adalah ekspresi kreatif; (d) Berbicara adalah tingkah laku; (e) Berbicara adalah perilaku yang dapat dipelajari; (f) Berbicara dipengaruhi oleh kekayaan pengalaman; (g) Berbicara sarana memperluas cakrawala; (h) Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan; (i) dan Berbicara adalah pancaran pribadi.

Pentingnya Pembelajaran Berbicara di SD

Kegiatan berbicara di SD berperan penting dalam pengajaran bahasa, di samping dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Selain tujuan tersebut, Kusumo Priyono (2001:15) juga menambahkan, bahwa keterampilan mendongeng, dalam hal ini termasuk juga berbicara, bertujuan untuk: (a) Merangsang dan menumbuhkan imajinasi dan daya fantasi murid; (b) Mengembangkan daya penalaran sikap kritis serta kreatif; (c) Mempunyai sikap kepedulian terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa; (d) Membedakan perbuatan yang baik dan perlu ditiru dengan yang buruk dan tidak perlu dicontohi; (e) Menumbuhkan rasa hormat dan mendorong terciptanya kepercayaan diri dan sikap terpuji pada murid.

Untuk meningkatkan kemampuan berbicara, para pembelajar harus sering mengikuti aktivitas berbahasa lisan dan sering berlatih berbicara dalam berbagai macam situasi. Di samping itu, mereka juga harus terlibat dalam proses berbicara dan berusaha untuk memahami apa yang mereka bicarakan.

Media Pembelajaran

Secara umum, media merupakan kata jamak dari “medium” yang berarti perantara atau pengantar (Wina Sanjaya, 2008:161). Mc Luhan (dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 2001:11) memberi batasan media dengan sangat luas sehingga mencakup semua alat komunikasi dari sesorang ke orang lain yang tidak ada di hadapannya. Sementara itu, Soepamo (1988: 1-2) mendefinisikan media sebagai suatu alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi dari suatu sumber kepada penerimanya.

Menurut Sudarwan Danim (1995:7), media dalam dunia pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan murid. Media di dalam pengajaran bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang mernungkinkan murid dapat memperoleh pengetahuan.

Media haruslah memenuhi kriteria mengomunikasikan bahan ajar kepada murid melalui indera yang dimilikinya secara efektif. Media dapat berupa bahan maupun peristiwa. Penggunaan media dalam pembelajaran diharapkan dapat digunakan sebagai stimulus bagi perkembangan kreativitas murid dalam belajar.

Para ahli psikologi kognitif menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu usaha untuk mengaktifkan indera murid agar murid memeroleh pemahaman. Cara untuk mengaktifkan indera murid dapat dilakukan dengan cara menggunakan alat bantu belajar atau media belajar seperti media cetak atau media elektronik sesuai dengan kebutuhan.

Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Media dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi, tergantung dari sudut pandang mana melihatnya. Arif S. Sardiman (1996: 28-79) mengklasifikasikan media menjadi: (a) Media grafis, meliputi: gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, peta/globe, papan flanel, papan bulletin; (b) Media audio, meliputi: radio, alat rekam, pita magnetik, piringan hitam, dan laboratorium bahasa, dan (c) Media proyeksi diam, meliputi: film bingkai (slide), film rangkai (film ship), OHP, projector apaque, tachitoscope, microprojection dengan microfilm.

Wina Sanjaya (2008: 170-171) mengklasifikasikan media menjadi beberapa klasifikasi: (a) Dilihat dari sifatnya: media auditif, media visual, dan media audio visual; (b) Dilihat dari jangkauannya: media yang memiliki daya liput yang luas seperti radio dan TV dan media yang mempunyai daya liput yang terbatas seperti film slide, film, dan video; (c) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya: media yang diproyeksikan seperti film slide, film strip, dan transparansi, dan media yang tidak diproyeksikan, meliputi radio, gambar, lukisan, dan media bahan cetak lainnya.

Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran

Tujuan utama penggunaan media di dalam proses pembelajaran ialah agar pesan atau informasi yang dikomunikasikan dapat diserap semaksimal mungkin oleh para murid sebagai penerima informasi. Bahasa yang dikomunikasikan melalui lambang verbal saja kemungkinan terserapnya sangat kecil, sebab informasi yang demikian itu merupakan informasi yang sangat abstrak sehingga sangat sulit dipahami dan diresapi (Soepamo, 1988:5-6). Penggunaan media dapat memperkonkret informasi yang dikomunikasikan sehingga informasi dapat diserap semaksimal mungkin oleh si penerima informasi dan menghilangkan verbalisme.

Wina Sanjaya (2008: 169) menyebutkan bahwa media dapat: (1) mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki murid, (2) mengatasi batas ruang kelas, (3) memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara murid dengan lingkungan (4) menghasilkan keseragaman pengamatan, (5) menanamkan konsep dasar yang benar, nyata, dan tepat, (6) motivasi dan merangsang murid untuk belajar dengan baik, (7) membangkitkan keinginan dan minat baru, (8) mengontrol kecepatan belajar murid, dan (9) memberikan pengalaman yang kongkrit sampai yang abstrak.

Menurut Wina Sanjaya (2008:171) ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memilih media sebaiknya: (a) Media hendaknya sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran; (b) Media yang digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran; (c) Media harus memperhatikan efektivitas dan harus efisien; (d) Media harus sesuai dengan kemampuan guru untuk mengoperasikannya.

Pengertian Media Gambar Seri

Gambar seri merupakan sejumlah gambar yang menggambarkan suasana yang sedang diceritakan dan menunjukkan adanya kesinambungan antara gambar yang satu dengan yang lainya. Sedangkan gambar lepas merupakan gambar yang menunjukkan situasi ataupun tokoh dalam cerita yang dipilih untuk menggambarkan situasi-situasi tertentu, antara gambar satu dengan lainya tidak menunjukkan kesinambungan (Ella Farida Tizen, 2008).

Sesuai penjelasan diatas dapat disimpulkan pengertian media gambar berseri adalah media pembelajaran yang digunakan oleh guru yang berupa gambar datar yang mengandung cerita, dengan urutan tertentu sehingga antara satu gambar yang lain memiliki hubungan cerita dan membentuk satu kesatuan. Penggunaan media gambar seri dapat membantu siswa untuk memusatkan perhatian terhadap materi yang disampaikan.

Media gambar berseri merupakan golongan atau jenis media visual gambar datar. Media gambar seri memiliki kelebihan sebagai berikut: (a) Umumnya murah harganya, media gambar menggunakan kertas sebagai bahan baku sehingga harga relatif murah; (b) Mudah didapat, untuk mendapatkan guru bisa menggandakan dengan cara memfotokopi; (c) Mudah digunakanya, penggunaan guru bisa menggandakan dengan mata saja tanpa ada penggunaan alat lain sebagai penyerta; (d) Dapat memperjelas suatu masalah; (e) Lebih realistis; (f) Dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan; (g) Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

Tes Kemampuan Berbicara untuk Murid SD

Di dalam pengajaran bahasa, tes kebahasaan merupakan salah satu hal yang krusial dan wajib dilakukan. Melalui kegiatan tes tersebut dapat dilakukan penilaian secara objektif, khususnya terhadap hasil belajar bahasa murid (Burhan Nurgiyantoro, 1988: 149). Tes kemampuan berbicara merupakan salah satu bentuk tes yang dapat dilakukan untuk mengukur tingkat berbahasa murid dalam pembelajaran berbicara.

KERANGKA BERPIKIR

Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh setiap orang, karena sangat panting dalam kehidupan sehari-hari. Berhubungan satu dengan yang lain akan menjadi komunikatif apabila masing-masing memiliki keterampilan berbicara yang sama. Kesenjangan kemampuan berbicara di antara yang sedang berbicara pastilah akan mengganggu kelancaran berkomunikasi. Di dalam kegiatan belajar dan mengajar di sekolah dasar, keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan yang harus diajarkan kepada murid dan dikuasai oleh murid. Keterampilan berbicara bermanfaat bagi murid untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan baik, membentuk karakter murid, sportivitas murid, memberikan sentuhan manusiawi, dan mengembangkan kemampuan bersosialisasi dengan masyarakat di sekitamya.

Seperti telah dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa kemampuan berbicara murid Kelas VI SDK 101 Higetegera disebabkan oleh faktor, yaku: (1) murid kurang berminat pada pembelajaran berbicara, (2) guru mengalami kesulitan untuk membangkitkan minat murid, (3) sebagian besar murid mengalami kesulitan dan tampak takut untuk berbicara di depan kelas, (4) guru mengalami kesulitan untuk menemukan altematif media pembelajaran yang tepat. Untuk itu, dibutuhkan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan gambar seri. Gambar seri adalah salah satu alat bantu yang dapat digunakan untuk membantu murid berbicara atau bericerita. Hal tersebut senada dengan pendapat Henry Guntur Tarigan (1987:3) bahwa berbicara dengan berbantuan alat peraga (visual aids) akan membantu murid berbicara dengan runtut.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini terjadi pada bulan Agustus sampai bulan September 2017. Lokasi penelitian ditetapkan pada SDK 101 Higetegera, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka. Subyek penelitiannya adalah siswa-siswi kelas IV SDK 101 Higetegera. Jumlah siswa laki-laki dan perempuan adalah 22 orang, dengan perincian siswa laki-laki sebanyak 7 orang dan siswa perempuan sebanyak 15 orang.

Sedangkan prosedur penelitian dalam penelitian yang sudah dilaksanakan mengikuti alur penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal sampai akhir.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dilihat dari kata-kata hasil tes diatas menunjukkan prestasi belajar siswa meningkat dibandingkan dengan kondisi awal sebelum ada perbaikan. Dari hasil pengamatan tampak keingintahuan siswa ketika guru mengeluarkan gambar seri. Perhatian siswa tertuju pada gambar seri. Perhatian semakin tinggi ketika guru berbicara sambil mengajak siswa untuk menebak gambar seri. Siswa bersemangat ketika diajak mengurutkan gambar seri yang ditunjkkan guru. Beberapa anak menunjukkan perhatian yang tinggi. Mereka yang duduk dibelakang berdiri melihat gambar yang dipegang guru. Suasana kelas terasa hidup.

Setelah guru menyampaikan materi secara ringkas siswa dimintai pendapat. Kemudian guru memotivasi beberapa siswa untuk berbicara di depan kelas. Dari 22 siswa hanya 6 siswa dengan malu-malu tapi sukarela tampil berbicara di depan kelas. Sedangkan siswa yang lain berani maju ke depan tetapi berpasangan dengan temanya.

Pada siklus I diadakan tes berbicara di depan. Hasilnya lebih meningkat yaitu dari 22 siswa, 17 siswa sudah tuntas sedangkan 5 anak belum tuntas. Ada beberapa kelemahan pada siklus I yaitu guru hanya berada di depan kelas, guru belum memberi penguatan, guru lebih banyak berbicara sehingga inisiatif siswa kurang dan gambar seri kurang menarik karena tidak berwarna. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan pada siklus I maka diadakan tindakan siklus II.

Pada siklus II proses kegiatan belajar mengajar dan hasil pembelajaran meningkat seperti yang diharapkan. Guru berkeliling kelas, penggunaan gambar seri yang berwarna lebih menarik, setiap siswa sudah mampu berbicara dengan media gambar seri secara runtut baik dan benar. Gambar seri secara runtut baik dan benar. Dari 22 siswa, semua siswa sudah tuntas atau dinyatakan lulus dan memiliki kemampuan berbicara dengan standar ketuntasan belajar minimal untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 65.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini memiliki dampak positif terhadap kegiatan belajar mengajar, peningkatan kemampuan guru, penggunaan bahan ajar lainya, dan pemanfaatan media pendidikan. Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung secara konvensional, berubah menjadi suatu kegiatan dua arah. Guru memberikan stimulus dan siswa merespons stimulus tersebut. Siswa yang tadinya tidak aktif menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar seperti menjawab pertanyan guru, memperhatikan penyampaian materi dari guru dan berani tampil di depan kelas untuk berbicara.

Setelah tindakan penelitian ini, guru mulai dapat mengembangkan kemampuanya untuk memotivasi murid lebih aktif. Guru lainpun ada yang tertarik menggunakan media ini dalam mengajar berbicara. Guru tidak lagi segan untuk memperingatkan atau menegur murid yang perhatianya tidak terfokus pada proses pembelajaran dan memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi di dalam proses pembelajaran dan memacu motivasi siswa untuk berbicara atau ikut berpartisipasi aktif selama pembelajaran berlangsung.

Siswa mau aktif dan berperan serta dalam proses belajar-mengajar. Siswa mampu berbicara dengan berbantuan GS. Pengetahuan murid bertambah dengan menggunakan media GS dan berbicara berpasangan, berkelompok. Perubahan positif tersebut membawa dampak baik berupa peningkatan nilai siswa dalam berbicara. Guru mampu menggunakan media Gambar Seri untuk menarik minat siswa.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dalam proses perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VI SDK 101 Higetegera dengan menggunakan media gambar seri untuk meningkatkan kemampuan berbicara dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: (1) Minat dan motivasi siswa pada kegiatan belajar mengajar standar kompetensi berbicara meningkat pada setiap siklusnya; (2) Siswa lebih aktif dan atusias untuk merespon stimulus dari guru selama kegiatan belajar mengajar; (3) Kemampuan murid memahami isi pembicaraan meningkat ini tampak dari banyaknya murid yang berani tampil untuk berbicara; (4) Hasil tes unjuk kerja siswa yang dilakukan oleh guru menunjukkan adanya peningkatan setiap siklusnya; dan (5) dalam proses perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media dapat meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan media menambah pengetahuan dan wawasan terhadap materi pelajaran sehingga dapat menjadi guru yang profesional.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa hal yang disarankan untuk dilakukan oleh guru dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VI Sekolah Dasar, antara lain: (1) Guru hendaknya selalu berupaya membiasakan anak berbicara dan menciptakan suasana kelas yang kondusif. Karena pada hakekatnya setiap anak normal berpotensi mampu berbicara. Sekolah dan guru yang memungkinkan mengembangkan potensi kemampuan cara anak; (2) Guru harus berusaha menyampaikan materi serta mengelola kelas, sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukanya dapat terus meningkat seiring dengan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru mau membuka diri untuk menerima saran dan kritik agar dapat lebih memperbaiki kualitas dirinya; (3) Guru dalam pembelajaran berbicara hendaknya menggunakan media sehingga mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA                                

Alfarisa Mendika, (2008). Peningkatan Kemampuan Menulis Dengan Menggunakan Media Gambar Seri pada Siswa Kelas III SD N Wonoboyo, Wonosobo. www.google.com. Diakses pada tanggal 14 Juli 2009.

Arif S. Sardiman, R. Rahado, Anung Haryono, dan Hardjito.2006. “Media Pendidikan” Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Basuki Wibawa dan Farida Mukti. 2001. Media Pengajaran. Bandung: CV. Maulana.

Kusumo Priyono. 2001. Terampil Mendongeng. Jakarta. PT Grasindo.

Sanjaya, Wina, 2008. Strategi Pembelajaran: Berodentasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Prenada Media Group.

Suparno. 1988. Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Intan Pariwara.

Supriatna, Agus. 1998. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Deperteman Agama RI.

Tarigan, Henry Guntur,     1986. Berbicara: Sebagai       Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa

Thachir, A. Malik dan Zulfahnur, Z.F. 1997. Pandai Membaca dan Menulis 2a. Jakarta:

Departeman Pendidikan dan Kebudyaan.