Peningkatan Hasil Belajar Matematika Dengan Pendekatan Matematika Realistik
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDK TOMU PALUE
TAHUN AJARAN 2018/2019
Fabiana Toka Paku
Guru di SDK Tomu, Palue, Sikka, NTT
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi hasil belajar yang rendah dengan dibuktikan nilai rata–rata hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika pada materi pecahan siswa kelas VI di SDK Tomu melalui penerapan pendekatan matematika realistik (PMR). Jumlah siswa sebanyak 25 siswa. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus. Rancangan penelitian mengikuti tahap penelitian yang mengacu pada modifikasi diagram Kemmis dan Mc.Taggart, yaitu1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi kegiatan guru dan siswa, serta tes hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa, dari siklus I ke siklus II. Peningkatan tersebut dibuktikan dengan analisis tes hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I, yakni siswa yang tuntas 18 dari 25 siswa atau persentase ketuntasan klasikal sebesar 72% dan daya serap klasikal 66,5%, serta aktivitas siswa masih perlu ditingkatkan sebab belum sepenuhnya siswa aktif dalam setiap kegiatan. Pada siklus II siswa yang tuntas 22 dari 25 siswa atau ketuntasan klasikal 88% dan daya serap klasikal sebesar 77,5%, serta siswa rata–rata aktif dalam penilaian aktivita ssiswa. Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan Matematika realistik pada mata pelajaran Matematika materi pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata kunci: Pendekatan Matematika Realistik, Hasil Belajar
PENDAHULUAN
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran pokok di sekolah dinilai cukup mmegang peranan penting, baik pola pikirnya dalammembentuk peserta didik menjadi berkualitasmaupun terapannya dalam kehidupan sehari-hari. Matematika merupakan sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dansistematis. Melalui pembelajaran matematika,diharapkan peserta didik memiliki kemampuanberpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dankreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Matematika sangat erat kaitanya dengan kegiatan sehari-hari manusia, baik dari hal yang sederhana sampai hal yang membutuhkan suatu pemikiran lebih. Matematika bukanlah suatu ilmu yang terisolasi dari kehidupan manusia, melainkan matematika justru muncul dari dan berguna untuk kehidupan sehari-hari kita. Suatu pengetahuan bukan sebagai objek yang terpisah melainkan sebagai suatu bentuk penerapan dalam kehidupan. Suatu ilmu pengetahuan akan sulit untuk kita terapkan jika ilmu pengetahuan tersebut tidak bermakna bagi kita. Kebermaknaan ilmu pengetahuan juga menjadi aspek utama dalam proses belajar.
Pembelajaran matematika selama ini dipandang sebagai produk jadi, siap pakai, abstrak dan diajarkan secara mekanistik: guru mendiktekan rumus dan prosedur ke siswa (Fauzan, 2002). Seiring dengan hal tersebut pembelajaran matematikaterfokus pada guru, sehingga siswa cenderung pasif. Pembelajaran yang disajikan berupa hafalan tanpa berbuat langsung. Pembelajaran yang demikian tidak kondusif sehingga membuat siswa menjadi sasaran pembelajaran yangpasif, dan hanya menerima konsep dari guru saja. Hal ini berimplikasi pada hasil belajar siswa yang rendah atau tidak sesuai dengantarget yang ingin dicapai dalam suatu proses pembelajaran.
Permasalahan serupa tentang rendahnya hasil belajar matematika juga terjadi pada siswa kelas VI SDK Tomu. Berdasarkanpengamatan pada proses pembelajaran matematika di kelas VISDK Tomu, diperoleh data mengenai hasil belajar yang rendah.
Rendahnya hasil belajar ini dilihat dari hasil perolehan lebih dari 50% siswabelum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 65, hal ini ditunjukandengan nilai rata-rata kelas yang masih di bawah KKM.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa. Salah satunya adalah proses pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered learning) dengan kata lain guru merupakan sosok pembawa pesan (Rasiman, 2014: 644). Berbagai faktor yang ada seharusnya guru matematika harus bekerja lebih dari sebelumnya untuk menggabungkan upaya reformasi untuk menyediakan pendidikan matematika bermakna bagi semua siswa yang berhubungan dengan isu-isu dunia nyata (Reilly, 2014: 62).
Seiring dengan pembaharuan itu, khusus untuk pelajaran matematika, dikenalkan suatupembelajaran yang lebih mendekatkanmatematika dengan lingkungan siswa. Pembelajaran tersebut dikenal dengan istilah pembelajaran matematika realistik (PMR). Dalam PMR, guru harus mengaitkankonsep konsep matematika dengan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari dan menerapkan kembali konsep matematikayang telah dimiliki siswa pada kehidupansehari-hari.
Pendekatan pembelajaran dengan matematika realistik merupakan pendekatan dalam pembelajaran matematika yang memandang matematika sebagai suatu aktivitasmanusia (Zaini & Marsigit, 2014).Selanjutnya Hadi (2005) mengungkapkan bahwa pembelajaran matematikarealistik memiliki karakteristik dan prinsip yangmemungkinkan siswa dapat berkembang secaraoptimal, seperti kebebasan siswa untuk menyampaikan pendapatnya dan adanya masalahkontektual yang mengaitkan konsep matematika
dengan kehidupan nyata. Karakteristik dari pendekatan PMR adalah:siswa lebih aktif berpikir,konteks dan bahan ajar terkait langsung dengan lingkungan sekolah dan siswa, serta peran guru lebih aktif dalam merancang bahan ajar dan kegiatan kelas (Sembiring, 2010).
Soedjadi (2001:2) mengatakan bahwa PMR pada dasarnya adalah pemanfaatan realita dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai tujuan pendidikanmatematika secara lebih baik daripada masa lalu. Kemampuan siswa dalam mengoneksikanketerkaitan antar topik matematika dan dalammengoneksikan antara dunia nyata dan matematika dinilai sangat penting, karena keterkaitan itudapat membantu siswa memahami topik-topikyang ada dalam matematika. Siswa dapat menuangkan masalah dalam kehidupan sehari harike model matematika, hal ini dapat membantusiswa mengetahui kegunaan dari matematika.
METODE
Dalampenelitian ini, metode yang digunakanadalah metode penelitian tindakankelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas disebutjuga Classroom Action Reasearch.ModelPTKyang menjadiacuandiadopsidarimodelKemmis&Mc.Taggart dalam(Depdiknas,2003).
Dalam penelitian ini tindakan dilakukan dalam dua siklus yang dilakukansecara sistematis. Siklus pertamadilaksanakan 3x pertemuan denganperincian 2x pertemuan menyajikan materidan 1x pertemuan dengan tes (ulangansiklus I) dan siklus kedua dilaksanakan 3x pertemuan dengan rincian 3x pertemuanmenyajikan materi dan 1x pertemuandengan tes (ulangan siklus II). Tiap-tiapsiklus terdiri dari empat tahap meliputi:perencanaan, pelaksanaan, pengamatandan refleksi.
Penelitian ini dilaksanakan di SDK Tomu, Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka, NTT. Penelitian dilakukan terhadap subjek yaitu siswa kelas VI SDK Tomu yang berjumlah 25 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
Prosesdur penelitian terdiri dari kegiatan pratindakan,pelaksanaantindakan, observasidan refleksiPada awalnyapeneliti mengadakan pertemuan tentang bagaimana mencari jalan keluar atau memecahkan masalah pecahan di SDK Tomu, dimana pada umumnya siswa sangat kurang memahami materi yang disajikan.
Padatahappelaksanaantindakankegiatanyang dilakukanadalah melaksanakan pembelajaran sesuaidenganRencanaPelaksanaanPembelajaran(RPP). Pada tahap ini juga dilaksanakan observasi pengamatan langsungterhadapteman sejawat dengan menggunakan observasiyang telahdibuat.Dalamtahap ini,digunakan metode observasisistematis,yaitu observasiyang menggunakanskala interaksidan bertujuan untuk mencerminkan interaksiguru dansiswa selama prosesPBM berlangsung. Dalam tahap observasi ini digunakan alat bantu dokumentasi berupa bukucatatan dan lembar observasi yang telah dipersiapkan dan digunakan untuk mencatatseluruh kejadian pentingyang dikemukakan dalam kelas. Catatan dengan berapa item penelitian ini digunakan untuk refleksitentang proses pembelajaran.Dalam perkembangan tugassebagaiguru,seorang sebagai teman sejawat turut melakukan pengamatan langsungsekaligus memberipenilaian kepada penelitiselamatindakan dikelas. Tujuannya selain membantu penelitidalamupaya awal mengetahui kondisi internal kelas, juga sebagaiproyeksidanevaluasibagipeneliti untuk ditindaklanjuti sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDK Tomumelalui penerapan pendekatan matematika realistik.
Indikator kualitatif pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan dalam penelitian ini dapat dilihat dari hasil observasi kegiatan guru dan observasi kegiatan siswa dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini dikatakan berhasil, jika aspek yang dinilai tersebut telah berada dalam kriteria baik atau sangat baik. Hasil analisis lembar observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam proses pembelajaranya itu prosentase rata–rata perolehan hasil analisis adalah bernilai 70% sampai 90% atau kriteria baik,dan bernilai antara 90% sampai 100% atau berkriteria sangat baik.
Indikator kuantitatif pembelajaran dalam penelitianinidinyatakanberhasil apabila hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di kelas IV SDK Tomu mencapai ketuntasan belajar klasikal minimal 80% dan daya serap klasikal minimal 70%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2×45 menit setiap pertemuan. Pelaksanaan penelitian ini diamati oleh seorang pengamat/observer. Pelaksanaan tindakan siklus ini mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dirancang berdasarkan penerapan pendekatan matematika realistik. Pada akhir tindakan diadakan tes akhir siklus I untukmengetahuihasil belajarsiswa.
Setelah selesaipelaksanaankegiatanpembelajaran siklusI denganproses pembelajaran matematika realistik, kegiatan selanjutnya adalah memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa, sebagai akhir dari proses pembelajaran. Soal yang dibuat sebanyak 4 nomor.
Persentase daya serap klasikal (DSK) belum mencapai indikator yang ditetapkan, yaitu DSK (sekolah )=70%, sama halnya persentase tuntas klasikal yang diperoleh sebesar 75% belum mencapaipersentase ketuntasan klasikalyang ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 80%. Sehingga hasil testersebut mengharuskan peneliti melanjutkan ke tahap siklus II untuk meningkatkan hasil belajar siswa sesuai kriteriayangditetapkan.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa menunjukkan bahwa pada pertemuan 1 persentase kegiatan siswa yang paling rendah adalah aspek penilaian “mengemukakan pertanyaan tentang hal–hal yang belum dipahamiâ€, hanya 2 siswa yang mengemukakan pertanyaan, padahal saat guru bertanya, beberapa siswa tidak bisa menjawab dengan benar. Sama halnya dengan pertemuan 2, hanya 3 siswa yang berani bertanya. Hal ini disebabkan siswa masih takut salah saat diberikan kesempatan untuk mengungkapkan pertanyaan atau pendapat di depan guru dan teman–temannya. Selain dari aspek tersebut yang dinilai masihkurang, aspek yang lain misalnya aspek mengemukakan gagasan untuk memecahkan masalah juga dinilai masih kurang, dan aspek–aspek penilaian yang lain pun perlu ditingkatkan pada siklus berikutnya. Meskipun hasil yang diperoleh belum mencapai tujuan yang diinginkan, namun pada hasil penelitian siklus Ini sudah mengalami peningkatan dari aktivitas siswa sebelum penelitian.
Pada siklus II, materi yang dibahas adalah perambatan bunyi. Rencana tindakan yang dilakukan merupakan perbaikan dari siklusI yaitu: (1) memastikan bahwa semua siswa memahami materi yang disampaikan guru dengan melakukan tanya jawab dan memotivasi siswa untuk bertanyatentang hal–halyang belum dipahami;(2) lebih mengontrol siswa mengerjakan tugas dan mengarahkan siswa untuk aktif secara keseluruhan dalam kelompoknya.
Sama halnyadengan siklus I, instrumen yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru dalam pembelajaran, LKS untuk kegiatan praktikum, dan tesh asil belajar siklus II. Tindakan siklus II dilaksanakan selama dua kali pertemuan dengan jumlah jampelajaran 2×45menit tiap pertemuan, dan didampingi oleh observer yang membantu mengamati peneliti dan semua kegiatan siswa selama penelitian.
Setelah pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus II, siswa diberikan tes hasil belajar untuk menguji kemampuan siswa setelah penerapan pembelajaran matematika dengan pendekatan matematika realistik.
Seperti halnya pada siklus I, skor rata–rata pada siklus II ini menunjukkan peningkatan rata–rata hasil belajar yaitu 66,5 pada siklusI menjadi 77,5 pada siklus II. Persentase tuntas klasikal yang diperoleh sebesar 88%, nilai tersebut telah mencapai persentase ketuntasan klasikal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 80%. Sama halnya dengan persentase daya serap klasikal sebesar 77,5%, sudah mencapai targetyangditetapkan, yaitu DSK(sekolah) = 70%.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, memberikan informasi bahwa penerapan pendekatan matematika realistik (PMR) merupakan alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan peningkatan hasil penelitian yang telah dilakukan, dan dapat dijelaskan sebagai berikut: secara keseluruhan, data hasil analisis observasi aktivitas siswa dan guru,serta tes untuk mengetahui hasil belajar siswa tampak terjadipeningkatan pada setiap pertemuan antara sebelum dan sesudah tindakan baik pada siklus I dan siklus II.
Berdasarkan analisis hasil observasi pada siklus I menunjukkan bahwa siswa kurang berani mengungkapkan gagasannya dan kurang termotivasi untuk bertanya, sementara masih ada beberapa siswa yang ketika diberikan pertanyaan, belum bisa menjawab dengan benar. Selain itu, ada anggota kelompok yang tidak aktif ketika diberikan tugas melakukan penyelidikan yang terdapat dalam LKS yang dibagikan. Siswa tersebut hanya melihat kegiatan yang dilakukan temannya. Tentunya hal ini menjadi perhatian bagi peneliti untuk meningkatkan keaktifan semua siswa dan memperoleh hasil yang lebih baik. Adapun bentuk motivasi yang diberikan guru adalah memberikan arahan kepada siswa yang kurang aktif dan bimbingan untuk berfikir menyelesaikan masalah.
Pada siklusII, menunjukkan peningkatan dan dapat dikatakan aktivitas siswa mengikuti pembelajaran, rata–rata dalam kategori aktif dan sudah mencapai indikator kinerja. Hal tersebut terjadi karena guru meningkatkan bimbingan terhadap siswa yang kurang perhatian, memotivasi siswa yang kurang aktif mengerjakan tugas kelompok, memotivasi semua siswa untuk aktif mengungkapkan pendapatnya dengan cara meminta siswa melaporkan hasil pekerjaanya secara bergantian di depan teman- temannya, serta memperjelas materi dengan pemberian contoh yang lebih banyak dalam kehidupan sehari–hari, sehingga siswa mudah memahami materi yang dijelaskan.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sangat penting karena akan menyebabkan interaksi antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa. Suasana kelas menjadi segardankondusif karena siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa ini perlu untuk terbentuknyapengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Mulyasa (2002) yang menyatakan bahwa “pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruh atau setidak–tidaknya sebagian besar siswa terlibat secara aktif,baik fisik,maupun sosial dalam proses pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menerapkan pendekatan matematika realistik (PMR) menurut observer alam kategori baik pada setiap pertemuan. Hal ini berarti bahwa guru sudah memberikan yang terbaik untuk peserta didikdan berusaha meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa dalam proses belajar.
Hasil ketuntasan klasikal yang dicapai pada tes hasil belajar siklus I sebesar 72% atau terdapat 18 siswa yang tuntas dari 25 jumlah siswa. Persentase ketuntasan klasikal pada siklus I ini menunjukkan belum mencapai indikator keberhasilan belajar pada umumnya yaitu 80%. Sehingga dilanjutkan penelitian padatahap selanjutnya (siklus II) dan masih terdapat beberapasiswa yang memperoleh nilai di bawah nilai ketuntasan individu. Siswa yang belum tuntasterdapat 7 orang danmereka rata–rata keliru menjawab soal. Ada pula yang jawabannya kurang lengkapatausamasekali tidakmenuliskan jawabannya. Tujuh siswa tersebut ditindaklajuti dengan cara memberikan remedial bagi siswa yang nilainya di bawah 60 dan memberikan tugas tambahan bagi siswa nilainya 60 sampai 64. Tugas tersebut dapat dikerjakan dirumah agar lebih banyak waktu untuk berlatih dan mengulangipelajaran yang diaggap sulit. Selanjutnya, jika ada kesulitan siswa harus meminta bimbingan guru.
Hasil yang diperoleh pada siklus II lebih baik dari pada hasil siklus I, di mana ketuntasan belajar klasikal mencapai 88% atau 22 siswa yang tuntas dari 25 siswa yang mengikuti tes. Hal tersebut berarti bahwa hasil siswa dalam pembelajaran rata– rata dalam kategori sangat baik. Berdasarkan analisis hasil penelitian, kita ketahui bahwa hasil belajar siswa setelah menerapkan pendekatan matematika realistik (PMR) mengalami peningkatan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini disebabkan beberapa hal yang mempengaruhinya, antara lain:
a) Pendekatan matematika realistik (PMR)meletakkan dasar logika untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa bahkan pada siswa di kelas awal tingkat sekolah dasar.
b) Penerapan Pendekatan matematika realistik (PMR) dalam pembelajaran matematika, dapat meningkatkan untuk menemukan ide atau konsep matematika berdasarkan pengalaman anak dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
c) Dalam pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik, dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi, perencanaandan pemecahan masalah bagi siswa karena siswa diberikan motivasi untuk mengkomunikasikan laporan hasil kerjanya.
d) Pendekatan matematika realistikdapatmenumbuhkan dan meningkatkan rasa percaya antar sesama anggota kelompok sebab siswa diarahkan untuk saling bekerjasama. Jika ada siswa yang tidakaktif, maka nilainya akan berdampak pada semua anggota kelompok.
MenurutAzizah dalam Pebriana (2017), hasil belajarmerupakan hal yang penting, karena merupakan petunjuk untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa dalam kegiatan belajar yang telah dilakukan. Dengan demikian, penggunaan pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelasVI SDK Tomu pada materi pecahan.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis danpembahasan di atas dapatdisimpulkan bahwa Hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam menerapkan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) selama dua siklus mengalami peningkatan pada setiap siklus,dapat diketahui bahwa PendekatanMatematika Realistik (PMR)mampu meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Hal iniditunjukkan oleh peningkatan hasil belajar siswa dari ketuntasan 72% pada siklusI menjadi 88% pada siklusII. Demikian pula peningkatan daya serap klasikal dari 66,5% pada siklus I menjadi 77,5% pada siklus II, serta aktivitas siswa dan guru selama proses belajar mengajar juga meningkat, yaitu rata–rata siswa aktif dalam setiap item penilaian dan hasil penilaian aktivitas guru dalam kriteria baik.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah Dasar. Jakarta:Depdiknas.
Fauzan, A. (2002). Applying realistic mathematics education in teachin geometry in
Indonesian primary schools. Doctoral dissertation. Enschede: University
of Twente.
Pebriana, H., P. 2017. Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Menerapkan
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
Pada Siswa Kelas V Sdn 003 Bangkinang. Journal Cendekia:Jurnal Pendidikan Matematika. 1(1): 68-79
Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rasiman dan Rahmawati, N.D. 2014. Pengembangan Media E-Comic Berbasis Flip Book Maker dengan Pendekatan Scientific Learning Pada Siswa Kelas VIII SMP N 15 Semarang. Prosiding Mathematics and Sciences Forum 2014. 3 (1): 643-650
Reilly, Edel M. 2014. Superheroes in Math Class: Using Comics to Teach Diversity Awareness. International Journal work and days. 32 (1&2): 61-7
Sembiring, R. K. 2010. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI): Perkembangan dan Tantangannya. JurnalIndoMS. J.M.E. 1(1): 11-16
Soedjadi, R (2001). Pemanfaatan Realitas dan Lingkungan dalam Pembelajaran Matematika. Makalah. Disajikan pada Seminar Nasional Realistic Mathematics Education di FMIPA UNESA
tanggal 24 Februari 2001.
Zaini, A dan Marsigit. 2014. Perbandingan Keefektifan Pembelajaran Matematika denganPendekatan Matematika Realistik dan Konvensional Ditinjau dariKemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematik Siswa. Jurnal Riset Pendidikan Matematika. 1 (2): 152-163