Penggunaan Media Jas Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
PENGGUNAAN MEDIA JAS UNTUK MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR PKN BAGI PESERTA DIDIK KELAS VI
SD NEGERI 1 BANJARMANGU
Subiarto
SD Negeri 1 Banjarmangu Kecamatan Banjarmangu
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan prestasi belajar melalui penggunaan media JAS pada peserta didik kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu.Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Subyek penelitian 22 peserta didik terdiri dari laki-laki 12 peserta didik dan perempuan 10 peserta didik. Penelitian dilakukan selama 2 (dua) siklus dengan prosedur umum meliputi tahapan planning Acting, observing dan reflecting Data penelitian ini adalah data prestasi belajar. Teknik pengumpulan data melalui metode observasi dan metode tes. Teknik analisis data dengan menggunakan metode deskriptif komparatif yaitu membandingkan pra siklus dan antar siklus. Berdasarkan hasil analisis penggunaan media JAS dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan prestasi belajar PKn bagi peserta didik kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu dari kondisi awal nilai rata-rata 64,55 menjadi nilai rata-rata 80,36 pada siklus II berarti telah terjadi peningkatan nilai sebesar 15,81. Peserta didik yang tuntas belajar pada kondisi awal 9 peserta didik atau 40,91% menjadi 20 atau 90,91% pada siklus II. Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media JAS dapat meningkatkan prestasi belajar PKn peserta didik kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu.
Kata Kunci:, media JAS, Prestasi Belajar
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Selama ini, pembelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran hafalan semata, guru menganggap mudah, sehingga guru hanya berceramah di depan kelas tanpa menggunakan media atau lat peraga. Dalam pembelajaran PKn sering kali terjadi hanya gurulah yang aktif, sedangkan siswanya pasif hanya duduk mendengarkan ceramah. Pembelajaran yang demikian mengakibatkan kebanyakan siswa ada yang mengantuk, bermain sendiri, dan suka ribut sendiri. Di samping itu aktivitas dan minat belajar peserta didik pada mata pelajaran PKn juga rendah, sehingga menambah rendah pula tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan
Kondisi pembelajaran PKn di SD Negeri 1 Banjarmangu berdasarkan hasil observasi pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di kelas VI dijumpai permasalahan yang menghambat kelancaran proses pembelajaran PKn dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik yaitu rendahnya aktivitas dan minat belajar peserta didik terhadap mata pelajaran PKn, hal itu tampak saat pembelajaran berlangsung, peserta didik terkesan tidak tertarik pada pembelajaran, atau sikap peserta didik yang cenderung melakukan aktifitas lain yang lebih menarik perhatian peserta didik.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis selama pembelajaran PKn berlangsung, aktivitas belajar peserta didik dapat dikatakan belum memuaskan atau belum sesuai harapan. Rendahnya aktivitas ternyata berpengaruh terhadap prestasi belajar PKn. Hal ini ditunjukkan oleh prestasi belajar peserta didik belum memuaskan dimana rata-rata prestasi belajar PKn yang masih menggunakan metode konvensional pada semester II tahun 2015/2016 nilai tertinggi 80,00 dan nilai terendah 42,00 dan rata ratanya 64,55.
Kondisi di atas menunjukkan ada kesenjangan antara kondisi nyata dengan kondisi yang seharusnya dimiliki oleh siswa, yaitu aktivitas dan prestasi belajar peserta didik yang tinggi. Untuk itu perlu ada upaya perbaikan agar aktivitas dan prestasi belajar PKn peserta didik yang tinggi.
Kompleksnya permasalahan yang dihadapi guru PKn di SD Negeri 1 Banjarmangu menuntut guru untuk melakukan sebuah usaha perbaikan atau tindakan, dalam perbaikan tersebut perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas peserta didik, pembelajaran yang sesuai dengan teori Bruner di atas adalah pembelajaran yang mengaktifkan dan mengembangkan aktivitas peserta didik sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Solusi intervensi untuk menyelesaikan rendahnya aktivitas dan prestasi belajar digunakan Media Jelajah Asean (Media JAS)
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan perbaikan pembelajaran dengan fokus penggunaan media JAS untuk meningkatkan Prestasi Belajar PKn Bagi Peserta didik Kelas VI SD Negeri 1 Banjarmanguâ€
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penggunaaan media JAS dapat meningkatkan prestasi belajar PKn peserta didik kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu pada semseter II tahun pelajaran 2015/2016?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan adalah: Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan prestasi belajar peserta didik melalui penggunaan media JAS bagi peserta didik kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu semester II tahun pelajaran 2015/2016.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam mengetahui dan memahami suatu mata pelajaran, biasanya dinyatakan dengan nilai yang berupa huruf-huruf atau angka. Prestasi belajar dapat berupa keterampilan, pengetahuan dan sikap setelah peserta didik mengalami proses belajar.
Prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Prestasi belajar adalah sesuatu yang diperoleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Prestasi belajar tampak dari perubahan perilaku pada diri peserta didik, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Hamalik (2002) menyatakan bahwa perubahan disini dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.
Menurut Arikunto (2012:63) prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar PKn dalam penelitian ini adalah tolak ukur atau patokan yang menentukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam mengetahui dan memahami materi pelajaran PKn dari proses pengalaman belajarnya yang diukur dengan tes.
Media Jelajah ASEAN ( Media JAS)
Menurut Nasution (2005: 100) bahwa Media adalah alat pembantu dalam mengajar agar efektif. Media merupakan alat untuk menerangkan atau mewujudkan konsep. Media pendidikan adalah alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamzah (2001: 11) bahwa media adalah alat-alat yang dapat dilihat dan didengar untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif.
Media adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar peserta didik lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2004 : 59). Dalam media hal-hal yang abstrak dapat disajikan dalam bentuk model-model yang berupa benda konkret yang dapat dilihat, dipegang sehingga lebih mudah dipahami. Fungsi utamanya adalah untuk mengurangi keabstrakan konsep PKn agar peserta didik mampu menangkap arti konsep tersebut
Media akan mudah digunakan apabila dipersiapkan, dirancang dan dibuat sendiri. Penggunakan Media yang tepat dapat menumbuhkan respon positif bagi peserta didik, sehingga melatih daya pikir dan perkembangan peserta didik. Namun dalam pembuatan Media membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit, untuk memilih dan mempersiapkan bahan, serta proses pembuatannya.
Dari pendapat-pendapat di atas dalam karya ini yang dimaksud media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu proses belajar mengajar menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.
Pada pembelajaran ini menggunakan Media JAS (media Jelajah ASEAN) pada materi peran Indonesia dalam lingkungan negara-negara di Asia Tenggara. Media ini adalah media yang dibuat dari papan triplek dan baner atau kertas.
Pembelajaran yang dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw. Syahrir (2012:2) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw, peserta didik dirancang untuk melakukan aktivitas berpikir, kemandirian, fun, saling ketergantungan, multi sensasi, artikulasi dan kecerdasan emosional. Elemen yang ada dalam aktivitas ini adalah kerja kelompok, membaca, bergerak, berbicara, menulis, mendengarkan, melihat dan kerja individu.
Model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw dirancang dalam bentuk permainan adu kecepatan dengan waktu serta ketrampilan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan menggunakan media JAS. Guru meninjau jawaban peserta didik dan memberikan penekanan terhadap jawaban peserta didik jika ada yang keliru. Jika jawaban peserta didik benar itu merupakan nilai peserta didik dan nilai bagi kelompoknya, model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw diharapkan dapat mempengaruhi peserta didik untuk mengukur kemampuan diri sendiri dan kelompoknya, serta kekeliruan terhadap apa yang sudah mereka pelajari untuk selanjutnya berusaha memperbaiki hasil belajarnya dengan bantuan serta bimbingan dari guru
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: Penggunaan media JAS dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu Semester II tahun pelajaran 2015/2016.
METODE PENELITIAN
Setting, Subjek dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Banjarmangu Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran PKn selama 2 siklus. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2016. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu berjumlah 22 peserta didik, terdiri dari 10 peserta didik perempuan dan 12 peserta didik laki-laki dengan karakteristik peserta didik memiliki potensi dan kompetensi yang heterogen. SD Negeri 1 Banjarmangu tersebut tempat peneliti melaksanakan tugas mengajar sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar
Data, Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru, peserta didik dan kolaborator. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data berbentuk tes dan non tes. Tes yang digunakan untuk mengetahui prestasi belajar. Teknik non tes berupa observasi dengan lembar observasi dan catatan untuk menilai aktivitas belajar selama pembelajaran berlangsung.
Analisis data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk analisis kualitatif dengan pemaparan data yang diperoleh secara deskriptif komparatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan mendesripsikan kegiatan pembelajarantiap-tiap siklus dalam penelitian disertai dengan data-data kualitatif yang dilakukan secara sederhana.
Prosedur Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus. Prosedur umum penelitian ini melalui tahapan planning, acting, observing dan reflecting.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah prestasi belajar peserta didik dinyatakan berhasil, jika nilai rata-rata tes prestasi belajar minimal 75 dengan ketuntasan belajar minimal 75% pada mata pelajaran PKn di kelas VI SDN 1 Banjarmangu semester II tahun pelajaran 2015/2016.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Pra Siklus
Pembelajaran PKn pada umumnya selama ini yang penulis lakukan masih konvensional, hal ini disebabkan karena materi pelajaran yang banyak dan memerlukan hafalan, jika menggunakan metode yang bermacam-macam tidak selesai. Pembelajaran yang penulis lakukan begitu masuk menanyakan pekerjaan rumah (PR), ceramah menyampaikan materi, latihan soal, sampai waktu habis, terus berulang-ulang.
Dalam pembelajaran PKn sering kali terjadi hanya gurulah yang aktif, sedangkan peserta didiknya pasif hanya duduk mendengarkan ceramah. Pembelajaran yang demikian mengakibatkan peserta didik ada yang mengantuk, bermain sendiri, dan suka ribut sendiri. Di samping itu aktivitas dan minat belajar peserta didik pada mata pelajaran PKn juga rendah, sehingga menambah rendah pula tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan.
Kondisi proses pembelajaran ini berakibat aktivitas rendah. Kondisi rendahnya aktivitas peserta didik berdampak juga pada rendahnya prestasi belajar. Hal ini ditunjukan hasil tes prestasi belajar PKn pada akhir materi nilai rata-rata masih rendah yaitu 64,55. Peserta didik yang mendapatkan nilai lebih besar atau sama dengan KKM yaitu 70 ada 9 peserta didik dengan ketuntasan belajar 40,91%. Nilai tertinggi 80, nilai terendah 42 dengan rentang nilai 0 – 100 dengan nilai rata-rata 64,55.
Siklus I
Hasil penelitian untuk mengetahui seberapa seberapa besar prestasi belajar peserta didik mata pelajaran PKn, data yang digunakan analisis penelitian ini berupa skor pengamatan dan diinterpretasikan dalam analisis kualitatif berupa tinggi, sedang dan rendah. Untuk tes prestasi prestasi belajar meliputi penilaian kognitif berupa data skor kuantitatif. Hasil analisis tes diperoleh skor tertinggi, skor terendah, rerata dan ketuntasan belajar peserta didik.
Data Prestasi belajar
Setelah pelaksanaan tindakan siklus I diadakan evaluasi dengan tes untuk mengukur kompetensi pengetahuan peserta didik. Hasil tes diperoleh data sebagai berikut: hasil tes prestasi belajar siklus I menunjukkan peserta didik yang mendapatkan nilai lebih besar atau sama dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70 ada 15 peserta didik dengan ketuntasan belajar 68,18%. Nilai tertinggi 94, nilai terendah 58 dengan rentang nilai 0 – 100 dengan nilai rata-rata 72,09. Masih ada 7 peserta didik (31,82%) yang mendapat nilai di bawah KKM.
Pada akhir siklus I menunjukkan bahwa hasil penelitian hasil tes prestasi belajar baru mencapai rerata 72,09 dengan indikator keberhasilan nilai rata-rata 75 sedangkan ketuntasan belajar baru mencapai 68,18% sehingga belum berhasil. Berdasarkan diskusi refleksi maka penelitian dilanjutkan siklus II dengan memotivasi pembimbingan yang merata tiap kelompok serta menambah kegiatan memperkecil kelompok hal ini sesuai pendapat Dimyati (2002:46) menyatakan bahwa pembelajaran menjadi efektif jika dilakukan secara kelompok kecil. Selain itu memberi kesempatan peserta didik untuk diskusi dan mengunakan media pembelajaran. Media adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar peserta didik lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2004 : 59).
Siklus II
Hasil penelitian untuk mengetahui seberapa besar aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran mata pelajaran PKn, mengetahui seberapa besar prestasi belajar peserta didik mata pelajaran PKn, data yang digunakan analisis penelitian ini berupa skor pengamatan dan diinterpretasikan dalam analisis kualitatif berupa tinggi, sedang dan rendah. Untuk tes prestasi prestasi belajar meliputi penilaian kognitif berupa data skor kuantitatif. Hasil analisis tes diperoleh skor tertinggi, skor terendah, rerata dan ketuntasan belajar peserta didik.
Data Prestasi belajar
Setelah pelaksanaan tindakan siklus II diadakan evaluasi dengan tes untuk mengukur kompetensi pengetahuan peserta didik. Hasil tes prestasi belajar siklus II menunjukkan peserta didik yang mendapatkan nilai lebih besar atau sama dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70 ada 20 peserta didik dengan ketuntasan belajar 90,91%. Nilai tertinggi 100, nilai terendah 64 dengan rentang nilai 0 – 100 dengan nilai rata-rata 80,36.
Diskusi refleksi dilakukan pada hari Kamis tanggal 6 April 2016 di SD Negeri 1 Banjarmangu dengan hasil analisis dan diskusi secara kolaboratif diperoleh data sebagai berikut: Berdasarkan hasil observasi terhadap guru pada siklus II diperoleh kesimpulan bahwa proses pembelajaran telah berlangsung sesuai dengan tujuan dan memperoleh nilai 88 atau sangat baik. Sedangkan prestasi belajar pada siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan prestasi belajar siklus I yaitu dari 15 peserta didik atau 68,18% yang memperoleh nilai sama tau di atas KKM meningkat menjadi 20 peserta didik atau 90,09%. Nilai rata-rata siklus II menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I yaitu dari rerata 68,18 meningkat menjadi 80,36 pada siklus II.
Dengan demikian peneliti dan kolaborator mengambil kesimpulan: melalui penggunaan media JAS dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik Kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu pada materi negara-negara ASEAN pada semester II tahun pelajaran 2015/2016.
Pembahasan
Prestasi belajar mata pelajaran PKn yang diukur melalui tes prastasi menunjukkan hasil pada pra siklus rerata 64,55 dan ketuntasan 40,91%. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan media JAS dengan model pembelajaran Quick on the draw ada peningkatan. Pada siklus I rerata 72,09 dan ketuntasan 68,18%.Dari hasil refleksi hasil tersebut masih belum mencapai indikator keberhasilan. Dengan memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I yaitu dengan pembimbingan yang lebih merata dan memperkecil anggota kelompok hasil tes prestasi pada siklus II rerata 80,36 dan ketuntasan 90,91%.
Akhir siklus II menunjukkan bahwa hasil penelitian prestasi belajar mencapai rerata 80,36 dengan indikator keberhasilan nilai rata-rata 75 dan ketuntasan belajar mencapai 90,91% sehingga sudah berhasil. Berdasarkan diskusi refleksi maka penelitian diakhiri siklus II.
Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah model pembelajaran Quick on the draw yang berusaha mengajarkan peserta didik untuk menggunakan media JAS pada materi bentuk kerjasama negara-negara ASEAN. Hal ini sesuai pendapat Syahrir (2012:2) menyatakan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif tipe quick on the draw, peserta didik dirancang untuk melakukan aktivitas berpikir, kemandirian, fun, saling ketergantungan, multi sensasi, artikulasi dan kecerdasan emosional. Elemen yang ada dalam aktivitas ini adalah kerja kelompok, membaca, bergerak, berbicara, menulis, mendengarkan, melihat dan kerja individu
Penerapan menggunakan media JAS dengan model pembelajaran Quick on the draw berdampak perubahan situasi kelas dan peserta didik. Pada siklus II proses pembelajaran menjadi lebih baik karena penerapan penggunaan media JAS dengan model pembelajaran “Quick on the drawâ€, dan melaksanakan bimbingan dengan merata serta memperkecil jumlah anggota kelompok. Hal ini menyebabkan aktivitas dan prestasi belajar menjadi meningkat. Hal ini sebagaimana pendapat Dimyati (2002:46) menyatakan bahwa pembelajaran menjadi efektif jika dilakukan secara kelompok kecil. Selain itu memberi kesempatan peserta didik untuk diskusi. Didalam diskusi ini proses belajar mengajar terjadi, dimana interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah dapat terjadi semua aktif. Menurut Menurut Syahrir (2012:1) Quick on the draw adalah suatu pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas dan kerja sama peserta didik dalam mencari, menjawab dan melaporkan informasi dari berbagai sumber dalam sebuah suasana permainan yang mengarah pada pacuan kelompok melalui aktivitas kerja tim dan kecepatannya.
Dari uraian di atas maka dapat diperoleh hasil penelitian bahwa penerapan penggunaan media JAS dapat meningkatkan prestasi belajar rata-rata 64,55 pada pra siklus menjadi 80,36 pada siklus II dan ketuntasan belajar dari 9 peserta didik atau 40,91% menjadi 20 peserta didik atau 90,91% pada siklus II.
PENUTUP
Simpulan
Simpulan dari penelitian ini adalah: Penggunaan model pembelajaran kooperatif quick on the draw dapat meningkatkan prestasi belajar PKn materi peran Indonesia dalam lingkungan negara-negara di Asia Tenggara bagi peserta didik kelas VI SD Negeri 1 Banjarmangu semster II tahun pelajaran 2015/2016 dari kondisi awal nilai rata-rata 64,55 menjadi nilai rata-rata 80,36 pada siklus II berarti telah terjadi peningkatan nilai sebesar 15,81. Peserta didik yang tuntas belajar pada kondisi awal 9 peserta didik atau 40,91% menjadi 20 peserta didik atau 90,91% pada kondisi akhir. Hal ini berarti telah terjadi peningkatan ketuntasan belajar sebanyak 11 peserta didik atau 50,00%.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis mengajukan saran sebagi berikut: 1) kepada Guru: Guru dalam mengajar materi yang bersifat abstrak sebaiknya mengunakan media/alat peraga agar pembelajaran lebih konkret, menarik perhatian anak dan menyenangkan. 2) bagi sekolah diharapkan mampu mendorong guru untuk mengembangkan media/alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di kelas masing-masing. Sekolah mendorong Guru untuk menggunakan media dan model pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Depdikbud.
Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hamzah. 2005. Strategi Penerapan Alat Peraga di Sekolah. Semarang : Media Pendidikan.
Nasution. 2005. Penerapan Alat Peraga di Sekolah. Bandung : Rosdakarya
Sudjana, Nana. 2004. CBSA dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Sutikno, Sobry. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect Bandung
Syahrir. 2012. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick on The Draw. http://ansharsyahrir.blogspot.com. Diakses 19 Desember 2015.