Penggunaan Media Konkrit
PENGGUNAAN MEDIA KONKRIT
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN METODE DEMONSTRASI
DAPAT MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
TENTANG PESAWAT SEDERHANA
Sugiyarto
SD Negeri Triguno Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati
ABSTRACT
The purpose of this research in general is to improve the ability of teachers to teach and enhance students’ understanding of the material is simple plane through Classroom Action Research (CAR). In particular, the purpose of the study are: to analyze the effect of the use of concrete props to learning science, especially the material plane and describe a simple demonstration of the effectiveness of the method and model of cooperative learning on science learning about simple machines. When the study carried out in the second semester housed in elementary school Triguno Pucakwangi District of Pati regency, with research subjects are students of class V, which amounted to 17 children. The method used in this research is classroom action research method. Measures used 2 times in two cycles. Action on the first cycle of implementing the learning model demonstration with props real object of the class/classical class. Action on the second cycle of the application of the same learning model but demonstrations conducted by each child in each group. While the stages in each cycle consists of: 1) planning action, 2) the implementation of the action, 3) observation of action, 4) reflection action. Research results through the use of media concrete demonstration of cooperative learning method can improve student achievement on a simple plane in class V Elementary School second semester Triguno District of Pucakwangi year 2013/2014 can be concluded 1) The use of media lessons to be around students, will encourage student interest to learn to improve mastery of the material. 2) The use of the demonstration method can improve student learning outcomes for children can have direct experience of the senses, especially the sense of sight with the use of props directly from objects/tools that are around us. 3) Percentage of mastery learning students has increased theimproved significantly after learning, ie 100% of the 17 students have completed.
Keywords: Media Education, Media Concrete, Cooperative Learning, Methods Demonstration, Learning Achievement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Guru sebagai orang yang kom-peten dalam merencanakan dan melaksa-nakan pembelajaran, keberhasilan dalam pembelajaran menjadi tugas yang harus diemban untuk menyukseskan dunia pendi-dikan. Kegiatan pembelajaran yang efektif tidak dapat muncul dengan sendirinya tetapi guru harus menciptakan peran optimal agar tercipta proses belajar yang bermakna yang berarti melibatkan pengala-man langsung, berpikir dan merasakan, atas kehendak sendiri dan melibatkan seluruh pribadi peserta didik. (Taufik 2003)
Salah satu ketrampilan yang harus dikuasai oleh seorang guru adalah dalam menggunakan dan memilih alat peraga yang tepat dalam pembelajaran. Ketepatan guru dalam memilih alat peraga serta ketrampilan guru dalam menggunakan alat peraga, sangat membantu siswa memper-oleh pengetahuan yang bermakna. Hal ini sesuai dengan Roger dalam Eksperiental Learning (Pengantar Pendidikan 2001) bahwa belajar harus memiliki makna bagi peserta didik
Suatu proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam satu satuan pendidikan di sekolah akan dapat diketahui hasilnya setelah guru melakukan pengukuran hasil belajar. Dengan pengukuran hasil belajar, guru akan mengetahui keberhasilan siswanya ,yang dapat dilihat dari nilai yang diperoleh pada waktu tes, baik tes formatif, maupun sumatifnya. Di samping itu guru harus mampu dan mau melakukan per-baikan pembelajaran. Perbaikan itu sendiri dapat dilaksanakan jika mampu mengen-dalikan serta menganalisa hasil kerjanya melalui penilitian tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas dengan cara merefleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru dan mampu melaksanakn tugas secara profesional. Dari refleksi tersebut guru dapat menemukan kelemahan dan kekuatan tindakan yang telah dilakukan. Untuk selanjutnya guru memperbaiki kelemahan dan meyempurna-kan tindakan diannggap telah baik, sehingga proses serta hasil belajar siswa mencapai tujuan yang diharapkan.
Laporan yang akan penulis sampai-kan di sini adalah mengenai penguasaan materi pelajaran IPA kelas V yaitu materi pesawat sederhana. Dalam pembelajaran tersebut ternyata belum mencapai hasil yang maksimal. Dari 17 siswa kelas V SD Triguno pada Pra siklus ternyata baru 40% anak yang dapat memahami tentang pesawat sederhana, sedang siswa yang lain yaitu 60% anak rata–rata belum memahami materi tersebut.
Rumusan Masalah
Dari hasil analisis masalah, refleksi diri, dan juga diskusi dengan teman seja-wat penulis dapat merumuskan masalah yang timbul pada saat melakukan pembe-lajaran. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana meningkatkan prestasi be-lajar siswa tentang pesawat sederhana di kelas V semester II SD Negeri Triguno Kecamatan Pucakwangi tahun 2013/2014?
2. Apakah alat peraga konkrit melalui pembelajaran kooperatif dan metode demonstrasi dapat meningkatkan pres-tasi belajar siswa tentang pesawat sederhana di kelas V semester II SD Negeri Triguno Kecamatan Pucakwangi tahun 2013/2014?
Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa tentang materi pesawat sederhana melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Secara khusus tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pengaruh penggunaan alat peraga kongkrit terhadap pembe-lajaran IPA, khususnya materi pesawat sederhana.
2. Mendiskripsikan efektifitas metode de-monstrasi dan model pembelajaran kooperatif terhadap pembelajaran IPA tentang pesawat sederhana.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a. Tercapainya hasil prestasi yang maksimal dengan adanya perbaik-an pembelajaran melalui PTK dengan pembelajaran bersiklus.
b. Siswa lebih aktif dalam pembe-lajaran
2. Manfaat bagi Guru
a. Mengetahui kelebihan dan keku-rangan guru dalam mengajar.
b. Memberikan alternatif pemecahan masalah dalam pembelajaran di kelas.
c. Membantu guru melakukan per-baikan pembelajaran pada mata pelajaran I P A khususnya materi pesawat sederhana.
3. Manfaat bagi Sekolah (Institusi)
a. Mendapat kemajuan yang baik karena gurunya sudah mampu melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
b. Hasil penelitian ini sebagai salah satu pilihan alternatif model pem-belajaran di sekolah.
c. Mendapat referensi tentang Peneli-tian Tindakan Kelas (PTK).
KAJIAN TEORI
Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata”medium” yang secara harfiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber pesan (asource) dengan penerima pesan (a receiver). Banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Berikut ini pendapat para ahli dan organisasi profesi tentang pengertian media.1Association of Education and Communication Technology (AECT, 1977) menyatakan media adalahsegala bentuk dan saluran yang digunakanorang untuk menyalurkan pesan/informasi;Gagne (1970): menyatakan media adalahberbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar; Briggs (1970): menyatakan media adalagsegala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contohcontohnya; Schramm (1977): menyatakan media adalahteknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan;National Edu-cation Association (NEA, 1969) menyatakan media adalahbentuk-bentuk komunikasi ba-ik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca.Heinich, Molenda, danRussell (1993) menyatakan media adalah Alat saluran komunikasi seperti film, televisi, diagram, bahan tercetak (printed materials), komputer, dan instruktur; Sadiman, A.S. (1993): menyatakan media adalahSegala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Media Konkrit
Media konkrit merupakan alat bantu visual dalam pembelajaran yang ber-fungsi memberikan pengalaman langsung kepada para siswa. realita merupakan model dan obyek nyata dari suatu benda, seperti mata uang, tumbuhan, binatang, dsb. Model adalah media tiga dimensi yang sering digunakan dalam kegiatan pembelajaran.Media model ini merupakan tiruan dari beberapa obyek nyata, seperti obyek yang terlalu besar,obyek yang terlalu jauh, obyek yang terlalu kecil, obyek yang telalu mahal, obyek yang terlalu jarang ditemukan, atau obyek terlalu ruwet untuk dibawa kedlam kelas dan sulit dipelajari siswa wujut aslinya. Model terdiri atas beberapa jenis, yaitu model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, dan diorama. Masing – masing jenis model tersebut ukurannya mungkin persis sama, mungkin juga lebih kecil atau lebih besar dengan obyek sesungguhnya.
Pembelajaran Kooperatif
Pendekatan kontruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran ko-operatif secara ekstensif, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih dapat menemukan dan memahami konsep – konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep – konsep tersebut dengan teman-nya (Slavin dalam Mansur Muslich, 2007: 229). Dalam metode pembelajaran koope-ratif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan 4 – 5 orang untuk menguasai materi yang disampaikan guru (Slavin, 1995: 4). Selanjutnya Slavin (1995) menemukan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembe-lajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan so-sial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain. Serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembela-jaran kooperatif dapat merealisasikan ke-butuhan siswa dalam berfikir, memecahkan masalah, dan mengintregasikan pengeta-huan dengan ketrampilan. Dari kedua alas-an tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.
Dilihat dari landasan psikologi belajar, pembelajaran kooperatif banyak dipengaruhi oleh psikologi belajar kognitif holistik yang menekankan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses berfikir. Dalam pembelajaran kooperatif pemba-ngunan kemampuan kognitif harus diim-bangi dengan perkembangan probadi secara utuh melalui kemampuan hubungan interpersonal (Sanjaya: 240).
Perbedaan antara kelompok pem-belajaran kooperatif dan kelompok tradisional:
Kelompok Pembelajaran Kooperatif |
Kelompok Pembelajaran Tradisional |
· Kepemimpinan bersama · Ketergantungan yang pasif · Keanggotaan yang heterogen · Mempelajari keterampilan – keterampilan kooperatif · Tanggung jawab terhadap hasil belajar seluruh anggota kelompok · Menekankan pada tugas dan hubungan kooperatif · Ditunjang oleh guru · Satu hasil kelompok · Evaluasi individu |
· Satu pemimpin · Tidak ada saling ketergantungan · Keanggotaan yang homogen · Asumsi adanya keterampilan – keterampilan sosial yang efektif · Tanggung jawab terhadap hasil belajar sendiri · Hanya menekankan pada tugas · Diarahkan oleh guru · Beberapa hasil individu · Evaluasi individu |
(Sumber: Muhammad Nur, 1996: 2)
Variasi dalam Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Trianto (2007: 49), bera-pa variasi dalam model pembelajaran kooperatif antara lain: 1) Student Teams Achievement Devision (STAD). 2) Tim ahli (Jigsaw). 3) Investigasi Kelompok (Teams Games Tournaments atau TGT). 4) Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered head Together (NHT)
Metode Demonstrasi
PP RI No. 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan Bab IV pasal 19 ayat 1: proses pembelajaran pada suatu pendidikan diselenggarakan secara interak-tif, menyenangkan, menantang. Memotiva-si peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.
Dengan dasar PP di atas maka seorang guru harus mampu menciptakan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat berkembang secara optimal, selain itu pembelajaran juga harus bermakna (berarti).
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2002: 703) bermakna: berarti: mempunyai (mengandung) arti penting (dalam) menurut Sri Sukabdiyah (2006: 6) pembelajaran akan terwujud jika: 1) Menghubungkan materi dengan kehidupan siswa. 2) Materi pelajaran yang diberikan secara fokus dari materi pelajaran yang diambil dari mata pelajaran yang lain. 3) Mengintegrasikan dua atau lebih mata pelajaran. 4) Memadukan kegiatan sekolah dengan pekerjaan. 5) Belajar memberikan layanan
Agar pembelajaran bermakna (berarti) makna seorang guru harus mampu menumbuhkan metode yang tepat dalam proses kegiatan pembelajaran ada bermacam – macam metode pembelajaran menurut Sri Sukabdiyah. Salah satunya adalah metode demonstrasi. Melalui metode demonstrasi guru memperlihatkan suatu proses, peristiwa, atau cara kerja suatu alat kepada peserta didik. Demonstrasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang sekedar memberikan pengetahuan yang sudah diterima begitu saja oleh peserta didik. Sampai pada cara agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah. Agar pembe-lajaran dengan menggunakan metode demonstrasi berjalan secara efektif, langkah-langkah yang dianjurkan adalah: a) melakukan perencanaan yang matang, b) merumuskan tujuan pembelajaran, c) membuat garis besar langkah-langkah demonstrasi, d) menetapkan langkah tersebut dilakukan oleh siapa, oleh guru atau murid, e) memulai dengan menarik perhatian siswa, f) mengaktifkan siswa, g) melakukan evaluasi.
Dengan penggunaan metode de-monstrasi diharapkan anak dapat mengalami langsung tentang panca indra khususnya indra penglihatan dengan adanya penggunaan alat peraga langsung dari benda/alat yang berada di sekitar kita.
Prestasi Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa da-lam memperoleh prestasi. Untuk menge-tahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu eva-luasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Adapun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yangmendorong pribadi yang bersang-kutan.
Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memper-lihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
KERANGKA BERFIKIR
Berdasarkan kajian pustaka, maka penulis dapat mengambil pokok-pokok pikiran sebagai berikut:
a. Pembelajaran IPA di kelas V semester II SD Negeri Triguno Kecamatan Pucakwangi dengan materi Pesawat Sederhana pada kondisi awal (pra siklus) guru belum menerapkan metode pembelajaran kooperatif dan metode demonstrasi sehingga hasil belajar yang dicapai siswa masih berada di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan sekolah, yaitu 65.
b. Dengan penerapan metode Kooperatif dan Demonstrasi dalam pembelajaran melalui perbaikan pembelajaran siklus I dan II diharapkan hasil belajar anak pada materi Pesawat sederhana kelas V semester II dapat meningkat.
c. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan Kajian teori dan kerangka berfikir, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa Melalui metode kooperatif dan demonstrasi dapat mening-katkan hasil belajar siswa pada materi Pesawat Sederhana di kelas V semester II SD Negeri Triguno Kecamatan Pucakwangi Kab. Pati Tahun 2013/2014.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Merupakan Penelitian Tindakan Kelas dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran IPA, yang mencakup 4 kegiatan dalam setiap siklus, yaitu planning, acting, observing, dan reflecting.
Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan adalah (1) Hasil tes; (2) Daftar Nilai; (3) Hasil Obse–vasi siswa dan guru; (4) Hasil wawancara siswa
Tekhnik Pengumpulan Data
Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan yaitu, observasi, tes, dan doku–mentasi
Validitas Data
Validasi data dilakukan dengan perbandingan data antar siklus.
Tekhnik Analisis Data
Tekhnik analisis data dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuan–titatif. Data kualitatif berdasar hasil obser–vasi siswa, guru, dan catatan motivasi siswa, sedangkan data kuantitatif berdasar–kan perbandingan hasil pembelajaran prasiklus, siklus I, dan siklus II.
Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dinyatakan berhasil jika:1) Aktifitas siswa dan ketrampilan guru meningkat sekurang-kurangnya dengan kategori baik (B); 2) Siswa mencapai ketuntasan belajar memenuhi KKM ≥ 65 (Suharsimi Arikunto, 2009:44)
Prosedur Penelitian
Siklus I
a. Perencanaan
Rangkaian kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut: 1) Menyusun rencana pembelajaran dengan tujuan perbaikan siklus I, 2) Memilih metode demonstrasi pada siklus I. 3) Menggunakan media kongkrit pada siklus I. 4) Mempersiapkan LKS yang akan digunakan dalam perbaikan pembelajaran 5) Membuat dan merancang lembar observasi aktifitas guru beserta indikatornya. Adapun secara lengkap RPP dan instrumen siklus I dapat dilihat pada lampiran.
b. Pelaksanaan
Rangkaian kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah: 1) Guru melakukan appersepsi dengan mengajukan pertanyaan yang mengarah pada materi yang akan diajarkan. 2) Guru memberikan motivasi siswa dengan mendemonstrasikan alat peraga untuk memancing perhatian siswa.3) Siswa bertanya jawab dengan guru tentang materi pesawat sederhana. 4) Siswa mendengarkan penjelasan sekilas tentang pesawat sederhana. 5) Siswa mendapat tugas dalam bentuk LKS. 6) Siswa melaporkan hasil kerja kelompok secara demonstrasi dan dipandu guru. 7) Siswa bersama guru membuat simpulan materi. 8) Guru mengadakan pemantapan dengan menjelaskan materi dan tanya jawab. 9) Siswa Melaksanakan tes formatif. 10) Guru Mengadakan analisa hasil tes formatif. 11) Guru Memberikan tes perbaikan 12) Guru Memberikan tes pengayaan.
c. Pegamatan
Untuk mengetahui tentang kelebih-an maupun kekurangan selama pembela-jaran siklus I, penulis minta bantuan teman sejawat yaitu Bapak Suyatno, S.Pd. Untuk mengamati sebagai observer dengan mengisi lembar observasi. Lembar observa-sinya berupa daftar pernyataan tentang aspek yang diamati, sehingga pengamat tinggal membubuhkan tanda cek (V) pada kategori tingkat kemunculannya yaitu: sangat kurang (1) , kurang (1) , sedang (3), baik (4) , sangat baik (5).
Adapun aspek – aspek yang diamati dikelompokkan dalam tiga hal yaitu: aspek cara guru melaksanakan KBM, sarana dan prasarana dalam KBM dan perilaku siswa dalam KBM.
d. Refleksi
Setelah mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus I dan meng-analisa hasil observasi dan nilai formatif, penulis mengadakan refleksi diri. Berda-sarkan hasil refleksi diri pada siklus I, penulis merencanakan perbaikan pembela-jaran pada siklus berikutnya yaitu siklus II.
Dari hasil refleksi siklus I ternyata belum berhasil mendapatkan nilai fomatif yang memuaskan, terbukti dari analisis nilai formatif siklus I yang mendapatkan nilai tuntas baru 11 anak dari 17 anak, atau tingkat ketuntasannya baru 65%. Hal ini disebabkan karena belum lengkapnya guru dalam menggunakan alat peraga sehingga siswa belum mampu memahami materi pelajaran secara optimal.
Siklus II
Adapun tindakan perbaikan pem-belajaran yang penulis lakukan adalah melalui langkah-langkah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Rangkaian kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut:
1. Menyusun rencana pembelajaran dengan tujuan perbaikan siklus II
2. Memilih metode demonstrasi pada siklus II.
3. Menggunakan media kongkrit pada siklus I.
4. Menerapkan model pembelajaran kooperatif.
5. Mempersiapkan LKS yang akan digunakan dalam perbaikan pem-belajaran.
6. Membuat dan merancang lembar observasi aktifitas guru beserta indikatornya. Adapun secara leng-kap RPP dan instrumen siklus II dapat dilihat pada Lampiran-lampiran.
b. Pelaksanaan
Rangkaian kegiatan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut:
1) Guru melakukan appersepsi de-ngan mengajukan pertanyaan yang mengarah pada materi yang akan diajarkan.
2) Guru memberikan motivasi siswa dengan mendemontrasikan alat peraga untuk memancing perhati-an siswa.
3) Siswa bertanya jawab dengan guru tentang materi pesawat sederhana.
4) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi pesawat se-derhana.
5) Siswa mendapat tugas dalam ben-tuk LKS
6) Siswa mengerjakan LKS dengan diskusi kelompok
7) Pelaporan hasil kerja kelompok se-cara demonstrasi
8) Siswa bersama guru membuat sim-pulan materi
9) Memberi penguatan pada kelom-pok yang hasilnya bagus.
10) Melaksanakan tes formatif
11) Mengadakan analisa hasil tes formatif.
12) Memberikan tes perbaikan
13) Memberikan tes pengayaan.
c. Pengamatan
Untuk mengetahui tentang kele-bihan maupun kekurangan selama pembe-lajaran siklus II, penulis minta bantuan teman sejawat Bapak Suyatno,S.Pd. Untuk mengamati sebagai observer dengan mengisi lembar observasi.Lembar observa-sinya berupa daftar pernyataan tentang aspek yang diamati , sehingga pengamat tinggal membubuhkan tanda cek (V) pada kategori tingkat kemunculannya yaitu: sangat kurang (1) , kurang (1) , sedang (3), baik (4) , sangat baik (5).
Adapun aspek – aspek yang di-amati dikelompokkan dalam tiga hal yaitu: aspek cara guru melaksanakan KBM, sa-rana dan prasarana dalam KBM dan perilaku siswa dalam KBM.
d. Refleksi
Setelah mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II dan meng-analisa hasil observasi dan nilai formatif, penulis mengadakan refleksi diri. Berda-sarkan hasil refleksi diri pada siklus II ternyata sudah berhasil mendapatkan nilai formatif yang memuaskan, terbukti dari analisis nilai formatif siklus II yang mendapatkan nilai tuntas 17 anak dari 16 anak. Atau tingkat ketuntasannya menca–pai 94%. Hal ini disebabkan karena sudah lengkapnya guru dalam menggunakan alat peraga sehingga siswa mampu memahami materi pelajaran secara optimal.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS–AN
Deskripsi Per Siklus
1. Sebelum Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan perbaikan pembelajar-an mata pelajaran IPA Kelas V semester II di SD N Triguno Kec. Pucakwang Kab. Pati Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan Kom–petensi Dasar menjelaskan berbagai pesawat sederhana dan cara penggunaan-nya. Hasil yang dicapai belum sesuai dengan harapan guru, tingkat ketuntasan belajar masih rendah.Adapun hasil evaluasi pra siklus dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 Hasil Prasiklus
No |
Idikator |
Keterangan |
1 2 3 4 5 6 7 8 |
Nilai terendah Nilai tertinggi Jumlah nilai Nilai rata-rata Banyaknya siswa dengan nilai ≥65 Prosentase siswa dengan nilai ≥65 Banyaknya siswa dengan nilai <65 Prosentase siswa dengan nilai <65 |
20 80 787 46 6 35% 11 65% |
Pada tabel 1 menunjukkan ada 6 siswa yang mendapat nilai diatas 62 dan ada 11 siswa yang mendapat nilai di bawah 65. Dari hasil kegiatan pembelajaran awal mata pelajaran IPA dengan Kompetensi Dasar menjelaskan berbagai pesawat sederhana dan cara penggunaannya Kelas V semester II Tahun pelajaran 2013/2014 di sajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2 Hasil Evaluasi Mata Pelajaran IPA Pra Siklus
No |
Rentang nilai |
Jumlah siswa |
1 |
31 – 40 |
11 |
2 |
41 – 50 |
0 |
3 |
51 – 60 |
0 |
4 |
61 – 70 |
0 |
5 |
71 – 80 |
6 |
6 |
81 – 90 |
0 |
7 |
91 – 100 |
0 |
Jumlah |
17 |
2. Perbaikan Pembelajaran Siklus I
1. Refleksi
Berawal dari ketidakberhasilan pada tahap awal pembelajaran, peneliti mengadakan refleksi mencari sumber masalah dan mengidentifkasi kendala-kendala yang muncul. Dari hasil refleksi tersebut peneliti merumuskan sebagai berikut: 1) Siswa belum memahami konsep dan masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran. 2) Siswa kesulitan menjelaskan berbagai pesawat sederhana dan cara penggunaannya 3) Dari 17 siswa ada 11 siswa atau 65% yang belum tuntas belajar dan ada 6 siswa atau 35% yang tuntas belajar. 4) Kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan. 5) Kurang efektifnya penggunaan media pembelajaran 6) Guru mengajar secara monoton, verbalisme, dan cenderung otoriter.
2. Perencanaan Perbaikan Pem–belajaran
Dari identifikasi tersebut, pe-neliti mengadakan perencanaan perba-ikan pembelajaran siklus I dengan fokus perbaikan:
a. Penggunaan metode demons-trasi.
b. Penggunaan media pembela-jaran yang efektif untuk meng-hindari dan mencegah verbalis-me pada siswa. Bermacam-macam alat yang termasuk pesawat sederhana, misalnya ; tang, kakak tua, bidang miring, sekrup, katrol, tuas,linggis, paku ulir, pemotong kuku, pinset.
3. Pelaksanaan Perbaikan
Perbaikan siklus I dilaksanakan pada hari senin 3 Februari 2014 dengan objek siswa kelas V semester II SD Negeri Triguno Kecamatan Pucak-wangi Kabupaten Pati dibantu teman sejawat yang bertindak sebagai observer, peneliti melaksanakan sesuai dengan rencana. Skenario pembelajar-an berlangsung dengan baik. Pada akhir pembelajaran, peneliti meng-adakan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui tingkat keberhasilan. Hasil perbaikan pembelajaran siklus I sebagaiberikut:
Tabel 4.Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus I
No |
Idikator |
Keterangan |
1 2 3 4 5 6 7 8 |
Nilai terendah Nilai tertinggi Jumlah nilai Nilai rata-rata Banyaknya siswa dengan nilai >62 Prosentase siswa dengan nilai >62 Banyaknya siswa dengan nilai <62 Prosentase siswa dengan nilai <62 |
60 90 1.270 74,7 13 76% 4 24% |
Tabel 5. Analisis Hasil Tes Formatif IPA Kelas V Siklus I SD N Triguno Kec. Pucakwangi, Kab. Pati
No |
Rentang nilai |
Jumlah siswa |
1 |
31 – 40 (< 40) |
– |
2 |
41 – 50 |
– |
3 |
51 – 60 |
4 |
4 |
61 – 70 |
2 |
5 |
71 – 80 |
9 |
6 |
81 – 90 |
2 |
7 |
91 – 100 |
– |
Jumlah |
17 |
Jumlah siswa 17 anak, Penguasaan materi di atas 75% ada 11 anak, Tingkat ketuntasan = x 100% = 76%, Siswa yang belum mencapai Ketuntasan Belajar = 4/17 x 100% = 24%, Dari hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus I penulis dapat menyampaikan bahwa pembelajaran belum berhasil, hal ini dapat terlihat dari ketuntasan yang kurang dari 65%.
Dengan demikian siswa yang tuntas ada 13 anak dari 17 siswa, artinya tingkat ketuntasannya 76%, dan siswa yang belum tuntas ada 4 anak, artinya masih ada 24% siswa yang belum tuntas.Perbaikan Pembelajaran Siklus I belum tuntas.
3. Perbaikan Siklus II
Hasil perbaikan siklus I sudah ada perubahan kearah yang lebih baik diban-dingkan pada proses pembelajaran awal, namun masih ada beberapa siswa yang belum tuntas belajar. Peneliti menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus II dengan harapan semua siswa dapat tuntas belajar.
1. Refleksi
Peneliti mengadakan refleksi mencari masalah dan hambatan yang muncul selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklusI.dari indenti-fikasi masalah tersebut, peneliti meru-muskan pada refleksi sebagai beikut;
a. Siswa seluruhnya memahami dan menguasai kosep materi pelajaran.
b. Penerapan metode demons-trasi kurang melibatkan siswa.
c. Konsentrasi siswa belum se-penuhnya mengarah pada pe-lajaran.
d. Kurangnya sarana media pem-belajaran yang mampu me-rangsang siswa dalam pembe-lajaran.
e. Dari 17 siswa ada 4 siswa atau 24% yang belum tuntas belajar dan ada 13 siswa atau 76% yang tuntas belajar.
f. Dari Ketuntasan Belajar yang belum mencapai 65% maka penulis memutuskan untuk melanjutkan pembelajaran pa–da siklus II.
2. Perencanaan Perbaikan Pem–belajaran
Dari identifikasi tersebut, peneliti mengadakan perencanaan per-baikan pembelajaran siklus II dengan fokus perbaikan:
1. Penggunaan metode demons-trasi bagi setiap anak dalam tiap – tiap kelompok untuk semua alat/media yang ada, tidak terbatas satu alat saja.
2. Memperbanyak media konkrit dengan pembelajaran yang efektif untuk menghindari dan mencegah verbalisme pada siswa. Bermacam-macam alat yang termasuk pesawat seder–hana, misalnya; tang, kakak tua, bidang miring, sekrup, katrol, tuas,linggis, paku ulir, pemotong kuku, pinset, pelo–bang kertas, pembuka tutup botol, angkong, dll.
3. Pelaksanaan Perbaikan Pem–belajaran Siklus II
Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 3 Maret 2014 dengan objek siswa kelas V semester II SD Negeri Triguno Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Dengan dibantu teman sejawat yang bertindak sebagai observer, peneliti melaksanakan sesuai dengan rencana.Skenario pembelajaran ber-langsung dengan baik.Pada akhir pembelajaran, peneliti mengadakan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui tingkat keberhasilan. Hasil perbaikan pembelajaran siklus II sebagai berikut:
Tabel 6.Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus II
No |
Indikator |
Keterangan |
1 2 3 4 5 6 7 8 |
Nilai terendah Nilai tertinggi Jumlah nilai Nilai rata-rata Banyaknya siswa dengan nilai >62 Prosentase siswa dengan nilai >62 Banyaknya siswa dengan nilai <62 Prosentase siswa dengan nilai <62 |
75 100 1.411 83 17 100% 0 0% |
Dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II, pada akhirnya pembelajaran IPA dengan Kompetensi Dasar menjelaskan berbagai pesawat sederhana dan cara penggunaannya di Kelas V semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di SD Negeri Triguno Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati dapat berhasil dengan baik dan memuaskan,semua siswa tuntas belajar dengan nilai ≥ 65. Jika diperinci hasil evaluasi perbaikan pembelajaran siklus II seperti pada tabel 7 berikut:
Tabel 7.Hasil Evaluasi Mata Pelajaran IPA Siklus II
No |
Rentang nilai |
Jumlah siswa |
1 |
31 – 40 |
– |
2 |
41 – 50 |
– |
3 |
51 – 60 |
– |
4 |
61 – 70 |
– |
5 |
71 – 80 |
11 |
6 |
81 – 90 |
3 |
7 |
91 – 100 |
3 |
Jumlah |
17 |
Dari tabel pra siklus sampai dengan perbaikan pembelajaran siklus II mata pelajaran IPA dengan Kompetensi Dasar menjelaskan berbagai pesawat sederhana dan cara penggunaannyaKelas V semester II di SD Negeri Triguno Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 8 Peningkatan ketuntasan Hasil Belajar dan Peningkatan Nilai Rata-rata
No |
|
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
|||
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
||
1 |
Tuntas |
6 siswa |
35% |
13 siswa |
76% |
17 siswa |
100% |
2 |
Belum tuntas |
11 siswa |
65% |
4 siswa |
24% |
0 |
0% |
3 |
N. rata-rata |
46 |
74,7 |
83 |
Dari tabel di atas siswa yang nilai 62 ke atas pada evaluasi pra siklus ada 6 siswa dari 17 siswa atau 35%. Pada perbaikan pembelajaran siklus I meningkat siswa yang nilainya 65 ke atas menjadi 13 siswa atau 76% dan perbaikan pembelajaran siklus II menjadi 17 siswa atau 100%. Pada nilai rata-rata juga mengalami peningkatan yang signifikan, nilai rata-rata pada pra siklus yaitu 46, nilai rata-rata pada siklus I yaitu 74,7 sedang pada siklus II yaitu 83. Perbaikan pembelajaran cukup pada siklus II, tidak perlu dilanjutkan perbaikan pembelajaran siklus III karena telah tuntas semua pada siklus II.
DAFTAR PUSTAKA
Asnawi,Zaenul,2004, Tes dan Asesmen di SD, Jakarta, Universitas Terbuka.
Denny, Setiawan,2005, Komputer dan Media Pembelajaran, Jakarta, Universitas Terbuka.
Farida, R, 2008, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, Jakarta, Sinar Grafika.
Gatot, Muhsetyo, Drs. M.Sc, dkk,2004,Pembelajaran IPA, Jakarta Universitas Terbuka.
Heryanto, Nur, 2004, Stastika Dasar, Jakarta, Universitas Terbuka.
Oemar, H, 2008, Kurikulum dan Pendidikan, Jakarta, Sinar Grafika.
Oemar, H, 2008, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Sinar Grafika.
Samsudian, Abin,2004, Profesi Keguruan 2, Jakarta, Universitas Terbuka.
Suciati, Drs. Dkk, 2004, Belajar dan Pembelajaran 2, Jakarta, Universitas Terbuka.
Suharsimi, A, Dkk, 2008, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Sinar Grafika.
Wardani,I.G.A.K, 2004, Penilitian Tindakan Kelas, Jakarta, Universitas Terbuka.
Wardani,I.G.A.K, Dkk ,2005,Pemantapan Kemampuan Profesional , Jakarta, Universitas Terbuka.