Penggunaan Media Pias-Pias Kata Untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar
PENGGUNAAN MEDIA PIAS-PIAS KATA UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MEMBACA NYARING
BAGI SISWA KELAS I SDN 1 TAWANGREJO
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Wahyu Iriani
SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran
ABSTRAK
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan minat dan hasil belajar Bahasa Indonesia materi membaca nyaring melalui media pias-pias kata bagi siswa kelas I SDN 1 Tawangrejo tahun pelajaran 2017/2018. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai bulan Januari sampai dengan April 2018. Sebagai subyek penelitian adalah siswa kelas I SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora tahun pelajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 19 yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak dua siklus dan setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Dalam pelaksanaan tindakan, dibagi dalam empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah non tes dan tes. Sumber data diambil dari dokumentasi daftar nilai, hasil observasi pembelajaran, dan rekapitulasi hasil belajar yang dilakukan pada akhir setiap siklus. Untuk memvalidasi data yang dikumpulkan dibuat lembar observasi dan kisi-kisi soal unjuk kerja. Hasil penelitian, pada kondisi awal minat belajar siswa “rendah†dengan skor rata-rata 33,33%. Dari KKM yang ditetapkan yaitu 70, jumlah siswa yang mampu memenuhi KKM sebanyak 9 siswa (47,37%). Rata-rata nilai unjuk kerja siswa adalah 62,63. Pada Siklus I minat belajar siswa meningkat menjadi “sedang†dengan skor 60,53%. Jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 13 siswa atau 68,42%. Rata-rata nilai unjuk kerja siswanya 69,47. Pada Siklus II kembali terjadi peningkatan minat dan hasil belajar siswa. Minat belajar siswa menjadi “tinggi†dengan skor 88,16% dengan jumlah siswa yang tuntas belajar 16 siswa atau 84,21%. Rata-rata nilai unjuk kerja siswa pada siklus II adalah 73,68.
Kata kunci: minat belajar, hasil belajar, membaca nyaring, pias-pias kata
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di sekolah, pembelajaran bahasa Indonesia memang memiliki peranan yang sangat penting dibandingkan dengan pembelajaran yang lain. Seperti yang dikemukakan Akhadiah dalam Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001:57), bahwa pembelajaran membaca, guru dapat berbuat banyak dalam proses pengindonesiaan anak-anak Indonesia.
Dalam pembelajaran membaca, guru dapat memilih wacana yang berkaitan dengan tokoh nasional, kepahlawanan, kenusantaraan dan kepariwisataan. Selain itu, melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar dan kreativitas siswa.
Pembelajaran membaca di kelas I merupakan pembelajaran membaca tahap awal, salah satuya adalah membaca nyaring. Dengan membaca nyaring siswa akan mengenali huruf-huruf dan membacanya sebagai suku kata, kata dan kalimat sederhana. Untuk mengetahui seberapa banyak siswa kelas I SDN 1 Tawangrejo yang belum lancar membaca, guru memberikan ulangan atau tes tentang membaca. Melalui tes membaca dapat diketahui baik tidaknya kemampuan membaca nyaring.
Kemampuan membaca nyaring siswa SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yang di tetapkan yaitu sebesar 70 dan indikator keberhasilan 80% jumlah siswa tuntas belajar. Pada materi membaca nyaring, nilai rata-rata yang dicapai siswa hanya mencapai 62,63. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa, dari 19 siswa kelas I SDN 1 Tawangrejo yang mendapat nilai 40 sebanyak 2 anak, nilai 50 sebanyak 3 anak, nilai 60 sebanyak 5 anak, nilai 70 sebanyak 6 anak, dan nilai 80 sebanyak 3 anak. Dari sebaran nilai tersebut, siswa yang tuntas belajar sebanyak 9 anak atau 47,37%, sedangkan 10 anak atau 52,63% belum tuntas belajar.
Setelah peneliti mencermati ternyata siswa kurang tertarik dan kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran membaca nyaring. Hal ini disebabkan oleh guru yang dalam pembelajaran membaca nyaring sering menggunakan metode ceramah sehingga siswa mendapat pemahaman yang masih abstrak. Minat belajar siswa dalam pembelajaran “rendahâ€.
Upaya meningkatkan kemampuan membaca nyaring merupakan kebutuhan yang mendesak untuk dilakukan. Langkah yang peneliti tempuh adalah menyediakan alat peraga kongkrit yaitu media pias-pias kata. Media pias-pias kata dalam pembelajaran membaca nyaring dapat memberikan pengalaman kongkrit dan meningkatkan minat belajar siswa. Melalui penggunaan media pias-pias kata diharapkan taraf kesukaran dan kompleksitas dari pembelajaran membaca nyaring yang memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar dapat diminimalkan sehingga hasil belajar akan lebih baik.
Pengaruh penggunaan media pada proses pembelajaran memberikan dorongan pada guru dalam menyampaikan pembelajaran membaca nyaring. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran membaca nyaring adalah penggunaan media pias-pias kata. Penggunaan media tersebut harus disesuaikan dengan materi atau pokok bahasan yang akan disampaikan misalnya kartu nama, kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata atau pias-pias kata dan kartu kalimat. Media tersebut digunakan dalam pembelajaran membaca nyaring pada siswa kelas I Sekolah Dasar.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana media pias-pias kata dapat meningkatkan minat belajar membaca nyaring pada siswa kelas I SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2017/2018?
2. Bagaimana media pias-pias kata dapat meningkatkan hasil belajar membaca nyaring pada siswa kelas I SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2017/2018?
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas I SDN 1 Tawangrejo pada materi membaca nyaring.
2. Tujuan Khusus
– Meningkatkan minat belajar materi membaca nyaring melalui penggunaan media pias-pias kata bagi siswa kelas I SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2017/2018.
– Meningkatkan hasil belajar materi membaca nyaring melalui penggunaan media pias-pias kata bagi siswa kelas I SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2017/2018.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
– Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
– Dapat memberikan masukan kepada instansi terkait dalam mengambil kebijakan yang dapat menunjang proses pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
– Bagi guru, menemukan solusi untuk meningkatkan keterampilan membaca nyaring pada siswa kelas I.
– Bagi siswa, siswa menjadi lebih berminat dan terampil dalam pembelajaran membaca nyaring.
– Bagi institusi, kepala sekolah dapat mensosialisasikan kepada rekan guru sehingga terinspirasi untuk menggunakan media pias-pias kata dalam pembelajaran membaca nyaring siswa kelas I.
KAJIAN TEORI
Media Pias-Pias Kata
Media pendidikan atau pengajaran didefinisikan Gagne dan Raiser (1983:3) sebagai alat-alat fisik dimana pesan-pesan instruksional dikomunikasikan. Selanjutnya, Dinje Borman Rumumpuk (1988:6) mendefinisikan media pengajaran sebagai setiap alat, baik hardware maupun software yang dipergunakan sebagai media komunikasi dan yang tujuannya untuk meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar. Dari dua definisi media pengajaran yang dikemukakan di atas dapat dipelajari bahwa media pengajaran adalah segala alat pengajaran yang digunakan guru sebagai perantara untuk menyampaikan bahan-bahan instruksional dalam proses belajar mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan pengajaran tersebut.
Pias-Pias kata adalah tiap satu helai berisi satu kata. Media pias-pias kata dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat memberikan pengalaman kongkrit, meningkatkan motivasi belajar siswa dan mempertinggi daya serap serta siswa dapat memusatkan perhatiannya dalam belajar. Melalui penggunaan media pias-pias kata diharapkan taraf kesukaran dan kompleksitas dari pelajaran Bahasa Indonesia dapat memberi pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar sehingga hasilnya akan lebih baik. Media pias-pias kata ini menggunakan kertas berwarna untuk menarik perhatian siswa yang diatasnya ditulis kata-kata.
Pengertian Belajar
Belajar dapat diartikan sebagai aktifitas mental atau (psikhis) yang terjadi karena adanya interaksi aktif antara ndividu dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan yang bersifat relatif tetap dalam aspek-aspek: kognitif, psikomotor dan afektif. Perubahan tersebut dapat berubah sesuatu yang sama sekali baru atau penyempurnaan/penigkatan dari hasil belajar yang telah di peroleh sebelumnya.
Menurut Slavin (2009) belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman. Sedangkan menurut Gagne pengertian belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku.
Sedangkan menurut Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra (2007) pengertian belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
Geoch dalam Sardiman (2001:20) memberi batasan pengertian belajar sebagai: “Learning is a change in performance as a result of practice†(Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktik).
Minat Belajar
Sardiman (2001:76) menyatakan bahwa: “Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dhubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu, apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang kepada seseorang (bisanya disertai dengan perasaan senang), karena merasa ada kepentingan dengan sesuatu ituâ€.
“Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan†(Kamisa,1997:370). Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih (Hurlock, 1995:144). Wiliam james dalam Usman (1995:27) melihat bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Mursell dalam Usman (1995:27), mengemukakan hakikatnya anak memiliki minat terhadap belajar.
Shalahuddin (1990:95) menyatakan minat sebagai perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan. Pernyataan Shalahudin di atas memberikan pengertian bahwa minat berkaitan dengan rasa senang atau tidak senang. Oleh karena itu, minat sangat menentukan sikap yang menyebabkan seseorang aktif dalam suatu pekerjaan atau situasi, atau dengan kata lain minat dapat menjadi sebab atau faktor motivasi dari suatu kegiatan.
Menurut Moh. Uzer Usman (2001:21) Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Kemudian dia juga menyatakan, bahwa minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat, seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.
Mengingat pentingnya minat dalam belajar, Ovide Declory yang dikutip oleh Moh. Uzer Usman (2001:17), mendasarkan sistem pendidikannya pada pusat minat yang pada umumnya dimiliki oleh setiap orang, yaitu minat terhadap makanan, perlindungan terhadap pengaruh iklim (pakaian dan rumah), memperhatikan diri terhadap macam-macam bahaya dan musuh, bekerjasama dalam olahraga.
Getzel dalam Mardapi (2007:106) mengemukakan “minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk rujukan perhatian atau pencapaianâ€. Sedangkan Hilgard dalam Slameto (2010:57) memberi rumusan tentang minat sebagai berikut “interest is persisting to pay attenton to and enjoy some activity or content‟. Yang berarti minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Syah (2005:136) mengemukakan minat sebagai “kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatuâ€. Hal ini sejalan dengan pendapat Sabri (1995:84) yang menyatakan bahwa minat diartikan sebagai kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Dalam konteks ini, minat erat kaitannya dengan perasaan senang atau terjadi karena sikap senang kepada sesuatu. Orang yang berminat kepada sesuatu berarti orang tersebut bersikap senang kepada sesuatu.
Hasil Belajar
Hasil belajar siswa menurut W.S. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 2005:82) adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.
Menurut Winarno Surakhmad (1998:25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (hal 120-121) mengungkapkan, bahwa untuk mengukur dan mengevaluasi hasil belajar siswa tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (dalam buku Strategi Belajar Mengajar 2002:120) indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Secara umum Hasil belajar dipengaruhi 3 hal atau faktor Faktor-faktor tersebut akan saya uraikan dibawah ini, yaitu: (a) Faktor internal (factor dalam diri); (b) Faktor eksternal (factor diluar diri); dan (c) Faktor pendekatan belajar.
Pengertian Membaca Nyaring
Sesuai pendapat A.S Broto (1975:10) mengemukakan bahwa membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan. Dengan demikian, membaca pada hakikatnya merupakan suatu bentuk komunikasi tulis. Sedangkan Bond (1975:5) mengemukakan bahwa membaca merupakan pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakkan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki. Senada dengan pendapat Anton M. Moeliono (1988:62) menyatakan bahwa membaca adalah melihat serta memahami yaitu dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati).
Menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 22) membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid ataupun membaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan.
Membaca nyaring adalah sebuah pendekatan yang dapat memuaskan serta memenuhi berbagai ragam tujuan serta mengembangkan sejumlah ketrampilan serta minat. Oleh karena itu maka dalam mengajarkan ketrampilan-ketrampilan membaca nyaring, sang guru harus bisa memahami proses komunikasi dua arah (Dawson, 1963: 215-216).
Keterampilan membaca nyaring yang harus di harus di pelajari oleh siswa SD kelas I adalah (a) Mempergunakan ucapan yang tepat; (b) Mempergunakan frase yang tepat (bukan kata demi kata); (c) Mempergunakan intonasi suara yang wajar agar makna mudah terpahami; (d) Memiliki perawakan dan sikap yang baik serta merawat buku dengan baik; (e) Menguasai tanda-tanda baca, seperti titik (.), koma (,), tanda tanya (?), tanda seru (!).
Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal guru belum menggunakan media pias-pias kata, sehingga ketrampilan siswa dalam membaca nyaring rendah. Selanjutnya guru melakukan tindakan sebanyak dua siklus. Pada siklus I pembelajaran membaca nyaring menggunakan media pias-pias kata hitam putih, dan dilanjutkan siklus II pembelajaran membaca nyaring menggunakan media pias-pias kata yang berwarna-warni dengan harapan kondisi akhir hasil belajar ketrampilan membaca nyaring meningkat.
Hipotesis Tindakan
Dari kerangka berpikir di atas dapat dibuat hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Media pias-pias kata dapat meningkatkan minat belajar siswa pada materi membaca nyaring bagi siswa kelas I SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2017/2018.
2. Media pias-pias kata dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi membaca nyaring bagi siswa kelas I SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2017/2018.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2018. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas I SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Alasan mengambil kelas I SDN 1 Tawangrejo sebagai tempat penelitian karena saat ini peneliti adalah guru kelas I di SDN 1 Tawangrejo. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I SDN 1 Tawangrejo tahun pelajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 19 anak yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan beberapa data yang dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. Teknik dan alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi.
Data minat belajar siswa pada pembelajaran Siklus I dan Siklus II yang dikumpulkan melalui teknik observasi dan wawancara, datanya divalidasi dengan teknik triangulasi data. Untuk data hasil belajar pada Siklus I dan Siklus II yang dikumpulkan dengan melaksanakan tes di akhir setiap siklus, agar data yang diperoleh mempunyai tingkat validitas tinggi divalidasi dengan menyusun kisi-kisi soal sebelum membuat butir-butir soal. Dalam menganalisis data penelitian ini, peneliti menggunakan teknik deskriptif komparatif, yaitu membandingkan data yang diperoleh selama penelitian.
Indikator keberhasilan adalah suatu kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan dari penelitian ini. Adapun indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti yaitu: (1) Minat belajar siswa dalam pembelajaran membaca nyaring melalui penggunaan media pias-pias kata meningkat dari kondisi awal minat belajar rendah menjadi tinggi pada kondisi akhir; (2) Hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca nyaring melalui penggunaan media pias-pias kata meningkat dari kondisi awal 47,37% tuntas belajar menjadi minimal 80% tuntas belajar pada kondisi akhir.
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak dua siklus. Dalam penelitian tindakan kelas ini terdapat empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Pra Siklus
Dari dokumentasi jurnal pembelajaran guru, diperoleh skor kualitas pembelajaran pada kegiatan awal sebesar 47,37%, skor kegiatan inti sebesar 38,08%, dan skor kegiatan penutup sebesar 50,00%. Jika dibuat rata-rata, skor kualitas pembelajaran pra siklus adalah 45,15%.
Minat belajar siswa pada pembelajaran pra siklus masuk kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari 19 siswa kelas I yang suka dengan kegiatan membaca adalah 6 siswa (31,58%), yang berani bertanya pada guru sebanyak 5 siswa (26,32%), dan yang dapat menjawab pertanyaan guru sebanyak 8 siswa (42,11%). Rata-rata skor minat membaca siswa adalah 33,33%.
Dari deskripsi diatas, dapat disajikan tabel tentang minat belajar siswa pada pembelajaran pra siklus sebagai berikut:
Tabel 4.1. Tabel Minat Belajar Pra Siklus
No |
Aspek |
f |
% |
1. |
Senang kartu huruf |
||
2. |
Suka membaca |
6 |
31,58% |
3. |
Berani bertanya pada guru |
5 |
26,32% |
4. |
Dapat menjawab pertanyaan guru |
8 |
42,11% |
Rata-rata |
6,33 |
33,33% |
Kondisi semacam ini akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa. Pada saat dilakukan tes unjuk kerja, hasil yang dicapai siswa kurang memuaskan. Berikut ini tabel perolehan nilai hasil belajar ketika dilakukan tes unjuk kerja membaca nyaring.
Tabel 4.2. Tabel Hasil Belajar Pra Siklus
No |
Nilai |
Jumlah Siswa |
Persentase |
1 |
40 |
2 |
10,53% |
2 |
50 |
3 |
15,79% |
3 |
60 |
5 |
26,32% |
4 |
70 |
6 |
31,58% |
5 |
80 |
3 |
15,79% |
|
Jumlah |
19 |
100% |
Perolehan nilai hasil belajar secara rinci adalah sebagai berikut: nilai 40 sebanyak 2 anak, nilai 50 sebanyak 3 anak, nilai 60 sebanyak 5 anak, nilai 70 sebanyak 6 anak, dan nilai 80 sebanyak 3 anak. Apabila dihitung rata-ratanya adalah 62,63. Dapat dijelaskan bahwa dari 19 siswa terdapat 47,37% atau 9 siswa yang mampu mencapai nilai KKM. Sisanya, 52,63% atau 10 siswa tidak tuntas belajar.
Deskripsi Siklus I
Pelaksanaan Siklus I pada bulan Februari 2018. Kegiatan pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran. Hasil dari kegiatan ini adalah rekapitulasi kegiatan siswa yang dituangkan dalam lembar pengamatan. Dari hasil pengamatan diperoleh data rata-rata skor kegiatan awal adalah 72,37%, rata-rata kegiatan inti adalah 61,30%, rata-rata kegiatan akhir adalah 73,68%. Secara keseluruhan, rata-rata hasil pengamatan proses pembelajaran adalah 69,12%.
Selain proses pembelajaran, peneliti juga melakukan pengumpulan data mengenai minat siswa terhadap pembelajaran. Dari hasil pengamatan dan wawancara diperoleh data jumlah siswa yang suka dengan kartu huruf/pias-pias kata sebanyak 14 siswa (73,68%), yang suka membaca sebanyak 11 siswa (57,89%), yang berani bertanya sebanyak 10 siswa (52,63%), yang dapat menjawab pertanyaan guru sebanyak 11 siswa (57,89%). Keempat indikator tersebut adalah indikator yang menunjukkan minat siswa terhadap kegiatan membaca nyaring yang apabila dirata-rata adalah 60,53%. Persentase ini masuk dalam kategori sedang.
Dari deskripsi diatas, dapat disajikan tabel tentang minat belajar siswa pada pembelajaran siklus I sebagai berikut:
Tabel 4.4. Tabel Minat Belajar Siklus I
No |
Aspek |
f |
% |
1. |
Senang kartu huruf |
14 |
73,68% |
2. |
Suka membaca |
11 |
57,89% |
3. |
Berani bertanya pada guru |
10 |
52,63% |
4. |
Dapat menjawab pertanyaan guru |
11 |
57,89% |
Rata-rata |
11,50 |
60,53% |
Berikut ini tabel perolehan nilai hasil belajar ketika dilakukan tes unjuk kerja di akhir siklus I.
Tabel 4.5. Tabel Hasil Belajar Siklus I
No |
Nilai |
Jumlah Siswa |
Persentase |
1 |
50 |
2 |
10,53% |
2 |
60 |
4 |
21,05% |
3 |
70 |
7 |
36,84% |
4 |
80 |
5 |
26,32% |
5 |
90 |
1 |
5,26% |
|
Jumlah |
19 |
100% |
Jumlah siswa yang mendapat nilai 50 sebanyak 2 siswa, nilai 60 sebanyak 4 siswa, nilai 70 sebanyak 7 siswa, nilai 80 sebanyak 5 siswa, dan nilai 90 sebanyak 1 siswa. Jika dihitung rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 69,47. Dapat dijelaskan bahwa dari 19 siswa terdapat 68,42% atau 13 siswa yang mampu mencapai nilai KKM. Sisanya, 31,58% atau 6 siswa tidak tuntas belajar.
Deskripsi Siklus II
Pelaksanaan Siklus II pada bulan Maret 2018. Kegiatan pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran. Hasil dari kegiatan ini adalah rekapitulasi kegiatan siswa yang dituangkan dalam lembar pengamatan. Dari hasil pengamatan diperoleh data rata-rata skor kegiatan awal adalah 94,74%, rata-rata kegiatan inti adalah 83,28%, rata-rata kegiatan akhir adalah 89,47%. Secara keseluruhan, rata-rata hasil pengamatan proses pembelajaran adalah 89,16%.
Selain proses pembelajaran, peneliti juga melakukan pengumpulan data mengenai minat siswa terhadap pembelajaran. Dari hasil pengamatan diperoleh data jumlah siswa yang suka dengan kartu huruf/pias-pias kata sebanyak 17 siswa (89,47%), yang suka membaca sebanyak 17 siswa (89,47%), yang berani bertanya sebanyak 16 siswa (84,21%), yang dapat menjawab pertanyaan guru sebanyak 17 siswa (89,47%). Keempat indikator tersebut adalah indikator yang menunjukkan minat siswa terhadap kegiatan membaca nyaring yang apabila dirata-rata adalah 88,16%. Persentase ini masuk dalam kategori tinggi.
Dari deskripsi diatas, dapat disajikan tabel tentang minat belajar siswa pada pembelajaran siklus II sebagai berikut:
Tabel 4.7. Tabel Minat Belajar Siklus II
No |
Aspek |
f |
% |
1. |
Senang kartu huruf |
17 |
89,47% |
2. |
Suka membaca |
17 |
89,47% |
3. |
Berani bertanya pada guru |
16 |
84,21% |
4. |
Dapat menjawab pertanyaan guru |
17 |
89,47% |
Rata-rata |
16,75 |
88,16% |
Berikut ini tabel perolehan nilai hasil belajar ketika dilakukan tes unjuk kerja di akhir siklus II:
Tabel 4.8. Tabel Hasil Belajar Siklus II
No |
Nilai |
Jumlah Siswa |
Persentase |
1 |
50 |
1 |
5,26% |
2 |
60 |
2 |
10,53% |
3 |
70 |
9 |
47,37% |
4 |
80 |
4 |
21,05% |
5 |
90 |
2 |
10,53% |
6 |
100 |
1 |
5,26% |
|
Jumlah |
19 |
100% |
Jumlah siswa yang mendapat nilai 50 sebanyak 1 siswa, 60 sebanyak 2 siswa, nilai 70 sebanyak 9 siswa, nilai 80 sebanyak 4 siswa, nilai 90 sebanyak 2 siswa, dan nilai 100 sebanyak 1 siswa. Jika dihitung rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 73,68. Dapat dijelaskan bahwa dari 19 siswa terdapat 84,21% atau 16 siswa yang mampu mencapai nilai KKM. Sisanya, 15,79% atau 3 siswa tidak tuntas belajar.
Pembahasan
Dari data hasil penelitian pada pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dianalisis tentang peningkatan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran dari pra siklus, siklus I, dan siklus II selalu terjadi peningkatan. Pada pembelajaran pra siklus, skor kegiatan pembelajaran adalah 45,53%. Pada siklus I terjadi peningkatan menjadi 69,06% dan pada siklus II kembali meningkat menjadi 89,51%.
Peningkatan kualitas pembelajaran ini mampu meningkatkan minat belajar siswa dalam kegiatan membaca nyaring. Peningkatan minat belajar siswa dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 4.10. Tabel Perbandingan Minat Belajar
No |
Aspek |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
|||
f |
% |
f |
% |
f |
% |
||
1. |
Senang kartu huruf |
14 |
73,68% |
17 |
89,47% |
||
2. |
Suka membaca |
6 |
31,58% |
11 |
57,89% |
17 |
89,47% |
3. |
Berani bertanya pada guru |
5 |
26,32% |
10 |
52,63% |
16 |
84,21% |
4. |
Dapat menjawab pertanyaan guru |
8 |
42,11% |
11 |
57,89% |
17 |
89,47% |
Rata-rata |
6,33 |
33,33% |
11,50 |
60,53% |
16,75 |
88,16% |
Terjadi peningkatan persentase minat belajar siswa dari pembelajaran pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada pembelajaran pra siklus, skor minat belajar siswa adalah 33,33% dan masuk kategori rendah. Pada siklus I skor minat belajar siswa meningkat menjadi 60,53% dan masuk kategori sedang. Pada siklus II, setelah peneliti menggunakan pias-pias kata berwarna-warni, skor minat belajar siswa meningkat lagi menjadi 89,47% dan masuk kategori tinggi.
Berikut ini peneliti menyajikan tabel rekapitulasi peningkatan hasil belajar pra siklus, siklus I dan siklus II dalam bentuk tabel:
Tabel 4.12. Tabel Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar
Nilai |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
|||
f |
% |
f |
% |
f |
% |
|
40 |
2 |
10,53% |
0 |
0,00% |
0 |
0,00% |
50 |
3 |
15,79% |
2 |
10,53% |
1 |
5,26% |
60 |
5 |
26,32% |
4 |
21,05% |
2 |
10,53% |
70 |
6 |
31,58% |
7 |
36,84% |
9 |
47,37% |
80 |
3 |
15,79% |
5 |
26,32% |
4 |
21,05% |
90 |
0 |
0,00% |
1 |
5,26% |
2 |
10,53% |
100 |
0 |
0,00% |
0 |
0,00% |
1 |
5,26% |
Nilai Rata – Rata |
62,63 |
69,47 |
73,68 |
Terjadi peningkatan rata-rata nilai tes unjuk kerja pada pembelajaran pra siklus, siklus I, dan siklus II. Nilai rata-rata tes unjuk kerja siswa setelah dilakukan tes unjuk kerja pada pembelajaran pra siklus adalah 62,63. Pada siklus I nilai rata-rata tes unjuk kerja siswa adalah 69,47. Pada Siklus II rata-rata tes unjuk kerjanya adalah 73,68.
Juga terjadi peningkatan tingkat ketuntasan belajar. Pada Pra Siklus, siswa yang tuntas belajar adalah 9 siswa (47,37%) sedangkan pada Siklus I adalah 13 siswa (68,42%). Pada Siklus II kembali meningkat menjadi 16 siswa (84,21%).
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas I SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan media pias-pias kata dapat meningkatkan minat belajar membaca nyaring pada siswa kelas I SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2017/2018 dari kondisi awal minat belajar siswa “rendah†menjadi “tinggi†pada kondisi akhir.
2. Penggunaan media pias-pias kata dapat meningkatkan hasil belajar membaca nyaring pada siswa kelas I SDN 1 Tawangrejo Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2017/2018 dari kondisi awal ketuntasan belajar siswa 47,37% menjadi 84,21% pada kondisi akhir.
Saran
Kepada Guru
Disarankan kepada guru untuk lebih pandai memilih media pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran. Untuk kelas awal sangat disarankan untuk menggunakan media pembelajaran yang menarik dengan berbagai warna sehingga minat belajar siswa dapat ditingkatkan. Dengan meningkatnya minat belajar siswa, sangat dimungkinkan tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai dan hasil belajar siswa dapat meningkat.
Kepada Siswa
Siswa hendaknya lebih aktif dalam pembelajaran dan mempersiapkan diri semaksimal mungkin sehingga dalam proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan menyenangkan. Persiapan siswa dilakukan sebelum proses pembelajaran dengan belajar sesuai materi yang akan disampaikan guru. Siswa juga diharapkan dapat berinteraksi positif dengan guru, siswa lain, dan media pembelajaran yang digunakan agar suasana pembelajaran tidak membosankan.
Kepada Sekolah
Kepala sekolah hendaknya memberikan apresiasi positif kepada guru yang melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kwalitas pendidikan di sekolah. Hasil penelitian akhirnya dapat digunakan sebagai bahan referensi guru lain untuk menyelesaikan masalah pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Alisuf, Sabri M. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya
Anton M. Moeliono Dkk. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Broto, A.S. 1975. Pengajaran Bahasa Indonesia: Sebagai Bahasa Kedua Di Sekolah Dasar Berdasarkan Pendekatan Linguistik Kontrastif. Jakarta: Bulan Bintang
Darmiyati Zuchdi dan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Yogyakarta: PAS.
Dinje Borman Rumumpuk. 1988. Media Instruksional. Jakarta: Ditjen Pendidikan Tinggi Depdikbud
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Djemari, Mardapi. 2007. Konstrukai Tes dan Analisis Butir, Bahan lokakarya Metodologi Interaksi Pembelajaran. Tidak Dipublikasi
Kamisa. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika.
Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Slavin, Robert E. 2009. Cooperatif Learning: Teori, Riset, dan Praktik(Alih bahasa: Nurulita). Bandung: Nusa Media.
Syah, Muhibin. 2005. Psikologi Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Uzer, Usman. 1995. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya
Winarno Surakhmad. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Tekhnik. Bandung: Tarsito
Winataputra, S. Udin,dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta Universitas Terbuka
Winkel, W.S. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi