PENGGUNAAN MEDIA PIAS-PIAS KATA

UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR

MEMBACA NYARING BAGI SISWA KELAS 1 SDN 2 BAKAH KECAMATAN KUNDURAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Sri Mutmaini

SDN 2 Bakah Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora

ABSTRAK

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan minat dan hasil belajar Bahasa Indonesia materi membaca nyaring melalui media pias-pias kata bagi siswa kelas 1 SDN 2 Bakah tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai bulan Agustus sampai dengan November 2015. Sebagai subyek penelitian adalah siswa kelas 1 SDN 2 Bakah Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 14 yang terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak dua siklus dan setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Dalam pelaksanaan tindakan, dibagi dalam empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah non tes dan tes. Sumber data diambil dari dokumentasi daftar nilai, hasil observasi pembelajaran, dan rekapitulasi hasil belajar yang dilakukan pada akhir setiap siklus. Untuk memvalidasi data yang dikumpulkan dibuat lembar observasi dan kisi-kisi soal unjuk kerja. Hasil penelitian, pada kondisi awal minat belajar siswa “rendah” dengan skor rata-rata 35,71%. Dari KKM yang ditetapkan yaitu 70, jumlah siswa yang mampu memenuhi KKM sebanyak 6 siswa (42,86%). Rata-rata nilai unjuk kerja siswa adalah 61,43. Pada Siklus I minat belajar siswa meningkat menjadi “sedang” dengan skor 58,93%. Jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 9 siswa (64,29%). Rata-rata nilai unjuk kerja siswanya 68,57. Pada Siklus II kembali terjadi peningkatan minat dan hasil belajar siswa. Minat belajar siswa menjadi “tinggi” dengan skor 85,71%, jumlah siswa yang tundas belajar 12 siswa (85,71%), dan Rata-rata nilai unjuk kerja siswa 76,43. Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pias-pias kata dapat meningkatkan minat dan hasil belajar Bahasa Indonesia materi membaca nyaring pada siswa kelas 1 SDN 2 Bakah Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2015/2016

Kata kunci: minat belajar, hasil belajar, membaca nyaring, pias-pias kata

PENDAHULUAN

Fokus utama tujuan pengajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek ketrampilan berbahasa yaitu ketrampilan menyimak, ketrampilan berbicara, ketrampilan membaca dan menulis. Keempat aspek kemampuan berbahasa tersebut saling berkaitan erat, sehingga merupakan satu kesatuan dan bersifat hirarkis, artinya ketrampilan berbahasa yang satu akan mendasari ketrampilan berbahasa yang lain.

Di sekolah, pembelajaran bahasa Indonesia memang memiliki peranan yang sangat penting dibandingkan dengan pembelajaran yang lain. Seperti yang dikemukakan Akhadiah dalam Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001:57), bahwa pembelajaran membaca, guru dapat berbuat banyak dalam proses pengindonesiaan anak-anak Indonesia.

Dalam pembelajaran membaca, guru dapat memilih wacana yang berkaitan dengan tokoh nasional, kepahlawanan, kenusantaraan dan kepariwisataan. Selain itu, melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar dan kreativitas siswa.

Pembelajaran membaca di kelas 1 merupakan pembelajaran membaca tahap awal, salah satuya adalah membaca nyaring. Dengan membaca nyaring siswa akan mengenali huruf-huruf dan membacanya sebagai suku kata, kata dan kalimat sederhana. Untuk mengetahui seberapa banyak siswa kelas 1 SDN 2 Bakah yang belum lancar membaca, guru memberikan ulangan atau tes tentang membaca. Melalui tes membaca dapat diketahui baik tidaknya kemampuan membaca nyaring.

Kemampuan membaca nyaring siswa SDN 2 Bakah Kecamatan Kunduran belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yang di tetapkan yaitu sebesar 70 dan indikator keberhasilan 80% jumlah siswa tuntas belajar. Pada Kompetensi Dasar membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat, nilai rata-rata yang dicapai siswa hanya mencapai 61,43. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Dari 14 siswa kelas 1 SDN 2 bakah yang mendapat nilai 40 sebanyak 1 anak (7,14%), nilai 50 sebanyak 3 anak (21,43%), nilai 60 sebanyak 4 anak (28,57%), nilai 70 sebanyak 5 anak (35,71%), dan nilai 80 sebanyak 1 anak (7,14%). Dari sebaran nilai tersebut, siswa yang tuntas belajar sebanyak 6 anak (42,86%), sedangkan 8 anak (57,14%) belum tuntas belajar.

Setelah peneliti mencermati ternyata siswa kurang tertarik dan kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran membaca nyaring. Hal ini disebabkan oleh guru yang dalam pembelajaran membaca nyaring sering menggunakan metode ceramah sehingga siswa mendapat pemahaman yang masih abstrak. Minat belajar siwa dalam pembelajaran “rendah”

Upaya meningkatkan kemampuan membaca nyaring merupakan kebutuhan yang mendesak untuk dilakukan. Langkah yang peneliti tempuh adalah menyediakan alat peraga kongkrit yaitu media pias-pias kata. Media pias-pias kata dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat memberikan pengalaman kongkrit dan meningkatkan minat belajar siswa. Melalui penggunaan media pias-pias kata diharapkan taraf kesukaran dan kompleksitas dari pembelajaran Bahasa Indonesia yang memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar dapat diminimalkan sehingga hasil belajar akan lebih baik.

Pengaruh penggunaan media pada proses pembelajaran memberikan dorongan pada guru dalam menyampaikan pembelajaran membaca nyaring. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran membaca nyaring adalah penggunaan media pias-pias kata. Penggunaan media tersebut harus disesuaikan dengan materi atau pokok bahasan yang akan disampaikan misalnya kartu nama, kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata atau pias-pias kata dan kartu kalimat. Media tersebut digunakan dalam pembelajaran membaca nyaring pada siswa kelas 1 Sekolah Dasar.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Apakah media pias-pias kata dapat meningkatkan minat belajar membaca nyaring pada siswa kelas 1 SDN 2 Bakah Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2015/2016?

2. Apakah media pias-pias kata dapat meningkatkan hasil belajar membaca nyaring pada siswa kelas 1 SDN 2 Bakah Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2015/2016?

Tujuan Penelitian

1. Meningkatkan minat belajar Bahasa Indonesia kompetensi membaca nyaring melalui penggunaan media pias-pias kata bagi siswa kelas 1 SDN 2 Bakah Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2015/2016.

2. Meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia kompetensi membaca nyaring melalui penggunaan media pias-pias kata bagi siswa kelas 1 SDN 2 Bakah Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2015/2016.

Manfaat Penelitian

1. Bagi guru, menemukan solusi untuk meningkatkan keterampilan membaca nyaring pada siswa kelas 1.

2. Bagi siswa, siswa menjadi lebih berminat dan terampil dalam pembelajaran membaca nyaring.

3. Bagi institusi, kepala sekolah dapat mensosialisasikan kepada rekan guru sehingga terinspirasi untuk menggunakan media pias-pias kata dalam pembelajaran membaca nyaring siswa kelas 1.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Belajar

Menurut Slavin (2009) belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman. Sedangkan menurut Gagne pengertian belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku.

Sedangkan menurut Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra (2007) pengertian belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.

Geoch dalam Sardiman (2001:20) memberi batasan pengertian belajar sebagai: “Learning is a change in performance as a result of practice” (Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktik).

Minat Belajar

Sardiman (2001:76) menyatakan bahwa: “Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dhubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu, apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang kepada seseorang (bisanya disertai dengan perasaan senang), karena merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu”.

“Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan” (Kamisa,1997:370). Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih (Hurlock, 1995:144). Wiliam james dalam Usman (1995:27) melihat bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Mursell dalam Usman (1995:27), mengemukakan hakikatnya anak memiliki minat terhadap belajar.

Shalahuddin (1990:95) menyatakan minat sebagai perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan. Pernyataan Shalahudin di atas memberikan pengertian bahwa minat berkaitan dengan rasa senang atau tidak senang. Oleh karena itu, minat sangat menentukan sikap yang menyebabkan seseorang aktif dalam suatu pekerjaan atau situasi, atau dengan kata lain minat dapat menjadi sebab atau faktor motivasi dari suatu kegiatan.

Menurut Moh. Uzer Usman (2001:21), Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Kemudian dia juga menyatakan, bahwa minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat, seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.

Syah (2005:136) mengemukakan minat sebagai “kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”. Hal ini sejalan dengan pendapat Sabri (1995:84) yang menyatakan bahwa minat diartikan sebagai kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Dalam konteks ini, minat erat kaitannya dengan perasaan senang atau terjadi karena sikap senang kepada sesuatu. Orang yang berminat kepada sesuatu berarti orang tersebut bersikap senang kepada sesuatu.

Hasil Belajar

Hasil belajar siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.

Menurut Winarno Surakhmad (1998:25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (hal 120-121) mengungkapkan, bahwa untuk mengukur dan mengevaluasi hasil belajar siswa tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar.

Yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah (a) Ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik secara individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini biasanya dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM); (b) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.

Namun demikian, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (dalam buku Strategi Belajar Mengajar 2002:120) indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap.

Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Secara umum Hasil belajar dipengaruhi 3 hal atau faktor Faktor-faktor tersebut akan saya uraikan dibawah ini, yaitu: (a) Faktor internal (factor dalam diri); (b) Faktor eksternal (factor diluar diri); dan (c) Faktor pendekatan belajar.

Pengertian Membaca Nyaring

Menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 22) membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid ataupun membaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan.

Orang yang membaca nyaring pertama-tama haruslah mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan. Dia juga harus mempelajari ketrampilan-ketrampilan penafsiran atas lambang-lambang tertulis sehingga penyusunan kata-kata serta penekanan sesuai dengan ujaran pembicaraan yang hidup. Membaca nyaring yang baik menuntut agar si pembaca memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan mata yang jauh, karena dia haruslah melihat pada bahan bacaan untuk memelihara kontak mata dengan para pendengar. Dia juga harus mengelompokkan kata-kata dengan baik dan tepat agar jelas maknanya bagi para pendengar.

Membaca nyaring adalah sebuah pendekatan yang dapat memuaskan serta memenuhi berbagai ragam tujuan serta mengembangkan sejumlah ketrampilan serta minat. Oleh karena itu maka dalam mengajarkan ketrampilan-ketrampilan membaca nyaring, sang guru harus bisa memahami proses komunikasi dua arah (Dawson, 1963: 215-216).

Media Pias-Pias Kata

Media pendidikan atau pengajaran didefinisikan Gagne dan Raiser (1983:3) sebagai alat-alat fisik dimana pesan-pesan instruksional dikomunikasikan. Selanjutnya, Dinje Borman Rumumpuk (1988:6) mendefinisikan media pengajaran sebagai setiap alat, baik hardware maupun software yang dipergunakan sebagai media komunikasi dan yang tujuannya untuk meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar. Dari dua definisi media pengajaran yang dikemukakan di atas dapat dipelajari bahwa media pengajaran adalah segala alat pengajaran yang digunakan guru sebagai perantara untuk menyampaikan bahan-bahan instruksional dalam proses belajar mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan pengajaran tersebut.

Pias-Pias kata adalah tiap satu helai berisi satu kata. Media pias-pias kata dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat memberikan pengalaman kongkrit, meningkatkan motivasi belajar siswa dan mempertinggi daya serap serta siswa dapat memusatkan perhatiannya dalam belajar. Melalui penggunaan media pias-pias kata diharapkan taraf kesukaran dan kompleksitas dari pelajaran Bahasa Indonesia dapat memberi pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar sehingga hasilnya akan lebih baik. Media pias-pias kata ini menggunakan kertas berwarna untuk menarik perhatian siswa yang diatasnya ditulis kata-kata.

Kerangka Berpikir

Pada kondisis awal guru belum menggunakan media pias-pias kata, sehingga siswa berketrampilan membaca nyaring rendah. Selanjutnya guru melakukan tindakan sebanyak dua siklus. Pada siklus I pembelajaran membaca nyaring menggunakan media pias-pias kata hitam putih, dan dilanjutkan siklus II pembelajaran membaca nyaring menggunakan media pias-pias kata yang berwarna-warni dengan harapan kondisi akhir hasil belajar ketrampilan membaca nyaring meningkat.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah:

1. Diduga dengan menggunakan media pias-pias kata dapat meningkatkan minat belajar Bahasa Indonesia kompetensi membaca nyaring pada siswa kelas 1 SDN 2 Bakah Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2015/2016.

2. Diduga dengan menggunakan media pias-pias kata dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia kompetensi membaca nyaring pada siswa kelas 1 SDN 2 Bakah Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2015/2016.

METODOLOGI

Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan mulai bulan Agustus sampai dengan bulan November 2015. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 2 Bakah Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1 SDN 2 Bakah tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 14 anak yang terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data, yaitu: (a) Data tentang minat belajar siswa pada pra siklus, siklus I, dan siklus II; (b) Data tentang hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I, dan siklus II. Untuk menjaga validitas data, dalam penelitian ini memvalidasi data dengan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data.

Dalam menganalisis data penelitian ini, peneliti menggunakan teknik deskriptif komparatif, yaitu membandingkan data yang diperoleh selama penelitian.

Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah capaian minat belajar siswa masuk kategori tinggi dan peningkatan kemampuan membaca siswa tingkat ketuntasannya mencapai minimal 80%.

Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pra Siklus

Minat belajar siswa pada pembelajaran pra siklus masuk kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari 14 siswa kelas 1 yang suka dengan kegiatan membaca adalah 5 siswa (35,71%), yang berani bertanya pada guru sebanyak 4 siswa (28,57%), dan yang dapat menjawab pertanyaan guru sebanyak 6 siswa (42,86%). Rata-rata skor minat membaca siswa adalah 35,71%.

Kondisi semacam ini akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa. Pada saat dilakukan tes unjuk kerja, hasil yang dicapai siswa kurang memuaskan. Perolehan nilai hasil belajar secara rinci adalah sebagai berikut: nilai 40 sebanyak 1 anak, nilai 50 sebanyak 3 anak, nilai 60 sebanyak 4 anak, nilai 70 sebanyak 5 anak, dan nilai 80 sebanyak 1 anak. Apabila dihitung rata-ratanya adalah 61,43. Dari 14 siswa hanya 6 siswa atau 42,86% yang mampu mencapai nilai KKM. Sisanya, 8 siswa atau 57,14% tidak tuntas belajar.

Siklus I

Dari hasil pengamatan dan wawancara pada pembelajaran siklus I diperoleh data jumlah siswa yang suka dengan kartu huruf/pias-pias kata sebanyak 10 siswa (71,43%), yang suka membaca sebanyak 8 siswa (57,14%), yang berani bertanya sebanyak 7 siswa (50,00%), yang dapat menjawab pertanyaan guru sebanyak 8 siswa (57,14%). Keempat indikator tersebut adalah indikator yang menunjukkan minat siswa terhadap kegiatan membaca nyaring yang apabila dirata-rata adalah 58,93%. Persentase ini masuk dalam kategori sedang.

Pada akhir siklus I dilakukan ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada siklus I adalah: jumlah siswa yang mendapat nilai 50 sebanyak 2 siswa, nilai 60 sebanyak 3 siswa, nilai 70 sebanyak 5 siswa, nilai 80 sebanyak 3 siswa, dan nilai 90 sebanyak 1 siswa. Jika dihitung rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 68,51. Dari 14 siswa kelas 1, yang tuntas belajar dengan KKM 70,00 sebanyak 9 siswa (64,29%), sedangkan 5 siswa (35,71%) masih belum tuntas belajar.

Siklus II

Dari pengamatan pada siklus II diperoleh data jumlah siswa yang suka dengan kartu huruf/pias-pias kata sebanyak 14 siswa (100%), yang suka membaca sebanyak 12 siswa (85,71%), yang berani bertanya sebanyak 11 siswa (78,57%), yang dapat menjawab pertanyaan guru sebanyak 11 siswa (78,57%). Keempat indikator tersebut adalah indikator yang menunjukkan minat siswa terhadap kegiatan membaca nyaring yang apabila dirata-rata adalah 85,71%. Persentase ini masuk dalam kategori tinggi.

Pada akhir siklus II dilakukan ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus II. Jumlah siswa yang mendapat nilai 60 sebanyak 2 siswa, nilai 70 sebanyak 5 siswa, nilai 80 sebanyak 4 siswa, nilai 90 sebanyak 2 siswa, dan nilai 100 sebanyak 1 siswa. Jika dihitung rata-rata nilai ulangan harian siswa adalah 76,43. Dari 14 siswa kelas 1, yang tuntas belajar dengan KKM 70,00 sebanyak 12 siswa (85,71%), sedangkan 2 siswa (14,29%) masih belum tuntas belajar.

Pembahasan

Peningkatan minat belajar siswa dari pembelajaran pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 1 Perbandingan Minat Belajar Siswa

No

Aspek

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

f

%

f

%

f

%

1.

Senang kartu huruf

10

71,43%

14

100%

2.

Suka membaca

5

35,71%

8

57,14%

12

85,71%

3.

Berani bertanya pada guru

4

28,57%

7

50,00%

11

78,57%

4.

Dapat menjawab pertanyaan guru

6

42,86%

8

57,14%

11

78,57%

Rata-rata

5

35,71%

8,25

58,93%

12

85,71%

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan telah terjadi peningkatan prosentase minat belajar siswa dari pembelajaran pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada pembelajaran pra siklus, skor minat belajar siswa adalah 35,71% dan masuk kategori rendah. Pada siklus I skor minat belajar siswa meningkat menjadi 58,93% dan masuk kategori sedang. Pada siklus II, setelah peneliti menggunakan pias-pias kata berwarna-warni, skor minat belajar siswa meningkat lagi menjadi 85,71% dan masuk kategori tinggi.

Untuk hasil belajar siswa, peneliti juga melakukan perbandingan hasil belajar pada pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II. Berikut ini peneliti menyajikan tabel rekapitulasi peningkatan hasil belajar pra siklus, siklus I dan siklus II dalam bentuk tabel:

Tabel 2 Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Nilai

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

f

%

f

%

f

%

40

1

7,14%

0

0%

0

0%

50

3

21,43%

2

14,29%

0

0%

60

4

28,57%

3

21,43%

2

14,29%

70

5

35,71%

5

35,71%

5

35,71%

80

1

7,14%

3

21,43%

4

28,57%

90

0

0%

1

7,14%

2

14,29%

100

0

0%

0

0%

1

7,14%

Nilai Rata – Rata

61,43

68,57

76,43

Dari tabel di atas, dapat diketahui terjadi peningkatan rata-rata nilai tes unjuk kerja pada pembelajaran pra siklus, siklus I, dan siklus II. Nilai rata-rata tes unjuk kerja siswa setelah dilakukan tes unjuk kerja pada pembelajaran pra siklus adalah 61,43. Pada siklus I nilai rata-rata tes unjuk kerja siswa adalah 68,57, terjadi peningkatan sebesar 7,14. Pada Siklus II rata-rata tes unjuk kerjanya adalah 76,43, kembali mengalami peningkatan sebesar 7,86. Jadi secara keseluruhan, hasil belajar siswa terjadi peningkatan sebesar 15,00.

Dari data hasil belajar yang dikumpulkan juga dapat disajikan tabel peningkatan ketuntasan belajar sebagai berikut:

Tabel 3 Tingkat Ketuntasan Belajar

Tingkat Ketuntasan

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Tuntas

6 (42,86%)

9 (64,29%)

12 (85,71%)

Tidak Tuntas

8 (57,14%)

5 (35,71%)

2 (16,13%)

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan tingkat ketuntasan belajar. Pada Pra Siklus, siswa yang tuntas belajar adalah 6 (42,86%) sedangkan pada Siklus I adalah 9 (64,29%), terjadi peningkatan sebesar 21,43%. Pada Siklus II kembali meningkat menjadi 12 (85,71%), terjadi peningkatan sebesar 21,43%. Jadi total peningkatan ketuntasan belajar dari kondisi awal ke kondisi akhir adalah 6 anak (42,86%).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas 1 SDN 2 Bakah Kecamatan Kunduran, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan media pias-pias kata dapat meningkatkan minat belajar membaca nyaring pada siswa kelas 1 SDN 2 Bakah Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2015/2016.

2. Penggunaan media pias-pias kata dapat meningkatkan hasil belajar membaca nyaring pada siswa kelas 1 SDN 2 Bakah Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2015/2016.

Saran

1. Kepada Guru: Disarankan kepada guru untuk lebih pandai memilih media pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran. Untuk kelas awal sangat disarankan untuk menggunakan media pembelajaran yang menarik dengan berbagai warna sehingga minat belajar siswa dapat ditingkatkan. Dengan meningkatnya minat belajar siswa, sangat dimungkinkan tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

2. Kepada Siswa: Siswa hendaknya lebih aktif dalam pembelajaran dan mempersiapkan diri semaksimal mungkin sehingga dalam proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan menyenangkan. Persiapan siswa dilakukan sebelum proses pembelajaran dengan belajar sesuai materi yang akan disampaikan guru. Siswa juga diharapkan dapat berinteraksi positif dengan guru, siswa lain, dan media pembelajaran yang digunakan agar suasana pembelajaran tidak membosankan.

3. Kepada Sekolah: Kepala sekolah hendaknya memberikan apresiasi positif kepada guru yang melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kwalitas pendidikan di sekolah. Hasil penelitian akhirnya dapat digunakan sebagai bahan referensi guru lain untuk menyelesaikan masalah pembelajaran yang terjadi di dalam kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Alisuf, Sabri M. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya

Anton M. Moeliono Dkk. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Broto, A.S. 1975. Pengajaran Bahasa Indonesia: Sebagai Bahasa Kedua Di Sekolah Dasar Berdasarkan Pendekatan Linguistik Kontrastif. Jakarta: Bulan Bintang

Darmiyati Zuchdi dan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Yogyakarta: PAS.

Dinje Borman Rumumpuk. (1988). Media Instruksional. Jakarta: Ditjen Pendidikan Tinggi Depdikbud

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djemari, Mardapi, 2007. Konstrukai Tes dan Analisis Butir, Bahan lokakarya Metodologi Interaksi Pembelajaran. Tidak Dipublikasi

Kamisa. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika.

Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo

Slavin, Robert E. (2009). Cooperatif Learning: Teori, Riset, dan Praktik(Alih bahasa: Nurulita). Bandung: Nusa Media.

Syah, Muhibin. 2005. Psikologi Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Uzer, Usman. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. 1995. Bandung: Remaja Rosda Karya

Winarno Surakhmad. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Tekhnik. Bandung: Tarsito

Winataputra, S. Udin,dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta Universitas Terbuka

Winkel, W. 1989. Psikologi Pengajaran

Â