PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TEKNIK KANCING GEMERINCING

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

PADA SISWA KELAS V SDN 1 NGRONGGAH

KECAMATAN KUNDURAN TAHUN 2013/2014

Endang Sulastri

SDN 1 Ngronggah Kecamatan Kunduran

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa kelas V SDN 1 Ngronggah tahun pelajaran 2013/2014 melalui model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 1 Ngronggah Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 40 siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dibagi dalam 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah uji kompetensi berupa tes unjuk kerja. Dalam pelaksanaan tindakan, dibagi dalam empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dapat meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa SDN 1 Ngronggah Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal ini dapat dilihat dari data yang dihimpun selama penelitian. Pada kondisi awal, dari 40 siswa kelas V SDN 1 Ngronggah, nilai keterampilan berbicara yang mampu mencapai KKM 70 adalah 17 siswa (42,5%) dan rata-rata nilainya 60,75. Pada Siklus I, ketika dilakukan uji kompetensi keterampilan berbicara, jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 25 siswa (62,5%) dan nilai rata-ratanya 68,50. Pada siklus II kembali terjadi peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 33 siswa (82,5%) dan nilai rata-ratanya 74,25.

Kata Kunci: keterampilan berbicara, model pembelajaran kooperatif, teknik kancing gemerincing

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dipelajari di sekolah dasar meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara keteram-pilan membaca, serta keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berkaitan erat antara keterampilan yang satu dengan tiga keterampilan lainnya. Siswa harus menguasai empat keterampilan tersebut de-ngan banyak berlatih agar terampil dalam berbahasa.

Salah satu keterampilan berbahasa yang difokuskan pada penelitian ini adalah keterampilan berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang tiga keterampilan yang lainnya. Menurut Slamet (2008:35) “Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis”. Artinya, semakin banyak berlatih, maka semakin dikuasai dan terampil pula seseorang dalam berbicara, karena tanpa melalui proses latihan yang banyak seseorang tidak akan terampil dengan sendirinya.

Siswa yang memiliki keterampilan berbicara yang baik akan lebih mudah dalam menyampaikan gagasan, pikiran, pendapat, serta lebih memudahkan siswa dalam berkomunikasi kepada orang lain, karena tujuan utama dari kegiatan berbicara ini adalah untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, agar dapat me-nyampaikan pikiran secara efektif, sebaiknya pembicara memahami terlebih dahulu makna dari segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.

Tetapi, pada kenyataannya masih sering ditemukan beberapa permasalahan dalam pem-belajaran Bahasa Indonesia khususnya pada keterampilan berbicara. Terdapat beberapa sis-wa yang masih merasa takut atau malu jika di-minta untuk maju berbicara di depan teman-temannya. Siswa terlihat kaku dan berkeringat dingin ketika berdiri di depan kelas, kemudian lupa dengan apa yang ingin dikatakannya. Kebanyakan siswa belum lancar berbicara dalam Bahasa Indonesia, sehingga menyebabkan siswa merasa takut dan malu untuk berbicara di depan kelas.

Kendala-kendala seperti di atas juga ditemukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan berbicara pada siswa kelas V SDN 1 Ngronggah Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Berdasarkan hasil analisis daftar nilai, dari 40 siswa kelas V SDN 1 Ngronggah, pada nilai keterampilan berbicara SK: Mengungkapkan pikiran dan persaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama; KD: Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa, hanya 17 siswa (42,5%) yang nilainya mampu mencapai KKM yang ditentukan, yaitu 70. Rata-rata nilai keterampilan berbicara siswa juga rendah yaitu 60,75. Dari data tersebut mengindikasikan bahwa nilai keterampilan berbicara siswa kelas V SDN 1 Ngronggah Kecamatan Kunduran masih rendah dan perlu ditingkatkan.

Kesulitan berbicara yang dihadapi siswa juga disebabkan metode yang digunakan guru kurang variatif dan cenderung berpusat pada guru. Guru lebih sering memberikan pelajaran dengan metode ceramah dan jarang melakukan praktik. Padahal seharusnya agar siswa dapat memiliki keterampilan berbicara yang baik, maka diperlukan banyak latihan. Sesuai pendapat Tarigan (2008:1) bahwa keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai melalui prak-tik dan latihan secara intensif.

Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menerapkan model dan teknik pembelajaran yang inovatif sehingga dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, menumbuhkan partisipasi aktif siswa, serta dapat melatih keterampilan berbicara siswa secara maksimal sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Salah satu model yang dapat diterapkan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa yaitu model pembelajaran Kooperatif teknik Kancing Gemerincing.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah se-perti yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu: “Apakah penerapan model Kooperatif teknik Kancing Gemerincing dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas V SDN 1 Ngronggah Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2013/2014?”

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan berbicara melalui penerapan model Kooperatif teknik Kancing Gemerincing pada siswa kelas V SDN 1 Ngronggah Kecamatan Kunduran pada tahun pelajaran 2013/2014.

Manfaat Penelitian

1. Guru dapat menambah pengalaman dan wawasan dalam pembelajaran dan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan alternatif dalam memilih model pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

2. Meningkatkan keterampilan siswa terutama pada kompetensi berbicara serta meningkatkan pengalaman siswa dalam pelaksanaan pembelajaran yang bersifat kooperatif.

3. Sekolah dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dengan teratasinya masalah pembelajaran terutama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

KAJIAN TEORI

Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Slavin dalam Isjoni (2009:15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009: 15) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial.

Anita Lie (2007: 29) mengungkapkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada lima unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan menunjukkan pendidik mengelola kelas lebih efektif. Johnson (Anita Lie,2007: 30) mengemukakan dalam model pembelajaran kooperatif ada lima unsur yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.

Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok (Arif Rohman, 2009: 186).

Cooperative learning menurut Slavin (2009:4-8) merujuk pada berbagai macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cooperative Learning lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam model pembelajaran ini harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadi interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi efektif antara anggota kelompok.

Teknik Kancing Gemerincing

Menurut Lie (2007:63) kegiatan Kancing Gemerincing dapat memberikan kesempatan yang sama pada setiap anggota kelompok untuk memberikan kontribusinya dalam kerja kelompok. Sejalan dengan pendapat Lie, Sugiyanto (2008:56) juga mengungkapkan bahwa dalam kegiatan teknik Kancing Gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusinya dan mendengarkan pendapat da-ri anggota yang lain, sehingga dengan teknik ini dapat mengatasi hambatan pemerataan ke-sempatan dalam kerja kelompok.

Dengan menerapkan teknik Kancing Gemerincing dapat menyamaratakan kesempatan setiap siswa dalam berpartisipasi pada kegiatan berbicara, sehingga tidak ada siswa yang mendominasi jalannya kegiatan pembe-lajaran. Setiap siswa diharuskan untuk berkontribusi dalam kegiatan berbicara tersebut baik itu siswa yang pemalu, berprestasi rendah, ataupun yang kurang terampil, sehingga setiap siswa dapat mengembangkan keterampilan berbicara mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Lie (2007:63), “Keunggulan teknik Kancing Gemerincing adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.”

Keterampilan Berbicara

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:1180) keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Jadi, dapat disimpulkan keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas dalam usahanya untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan perlu dilatihkan kepada anak sejak dini supaya di masa yang akan datang anak akan tumbuh menjadi orang yang terampil dan cekatan dalam melakukan segala aktivitas, dan mampu menghadapi permasalahan hidup. Selain itu mereka akan memiliki keahlian yang akan bermanfaat bagi masyarakat.

Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan, atau isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Tarigan (Suhartono, 2005:20) mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

Sejalan dengan ini Hariydi dan Zamzami (Suhartono, 2005:20) mengatakan berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi, sebab di dalamnya terjadi pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Dari pengertian yang sudah disebutkan dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan suatu proses untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan ide, pikiran, gagasan, atau isi hati kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh orang lain.

Menurut Suhartono (2005:21) Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik. Pertama, faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa, seperti kepala, tangan, dan roman muka yang dimanfaatkan dalam berbicara. Kedua, faktor psikologis dapat mempengaruhi terhadap kelancaran berbicara. Oleh karena itu stabilitas emosi tidak hanya berpengaruh terhadap kualitas suara tetapi juga berpengaruh terhadap keruntutan bahan pembicaraan.

Keterampilan berbicara perlu dilatihkan kepada anak sejak dini, supaya anak dapat mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata sehingga mampu mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan ide, pikiran, gagasan, atau isi hati kepada orang lain. Belajar berbicara dapat dilakukan anak dengan bantuan dari orang dewasa melalui percakapan. Dengan bercakap-cakap, anak akan menemukan pengalaman dan meningkatkan pengetahuannya dan mengembangkan bahasanya. Anak membutuhkan reinforcement (penguat), reward (hadiah, pujian), stimulasi, dan model atau contoh yang baik dari orang dewasa agar kemampuannya dalam berbahasa dapat berkembang secara maksimal.

Keterampilan berbicara alam penelitian ini adalah kemampuan untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan ide, pikiran, gagasan, atau isi hati kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh orang lain. Dalam melatih keterampilan berbicara, anak perlu dibiasakan untuk berinteraksi dengan orang lain, sehingga anak dapat menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan teori yang ada, kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut: pada kondisi awal, keterampilan berbicara pada siswa kelas V SDN 1 Ngronggah Kecamatan Kunduran masih rendah. Siswa tidak mempunyai keberanian dalam berbicara. Rasa takut untuk salah membuat siswa tidak mampu mengembangkan keterampilan berbicaranya. Teknik kancing gemerincing diyakini mampu meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Pada teknik ini semua siswa dituntut berkontribusi dalam pembelajaran. Dengan tuntutan ini semua siswa akan mempersiapkan dirinya untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Dengan keaktifan siswa yang meningkat, secara tidak sadar keterampilan berbicara siswa akan meningkat.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka berpikir, hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “Diduga penerapan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas V SDN 1 Ngronggah tahun pelajaran 2013/2”14″.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Ngronggah Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Waktu penelitian dilakukan selama 4 bulan yaitu dari bulan Januari sampai dengan Mei 2014 dengan memberikan perlakuan sesuai dengan skenario pelaksanaan tindakan yang telah disusun dan disesuaikan dengan jadwal pelajaran secara rutin. Subjek dari penelitian ini adalah peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN 1 Ngronggah tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 40 siswa.

Data tentang peningkatan keterampilan berbicara dikumpulkan melalui teknik tes dan nontes. Teknik tes dilakukan dengan tes unjuk kerja dan teknik nontes dilakukan dengan pengamatan selama kegiatan pembelajaran. Alat yang digunakan dalam tes adalah soal unjuk kerja, sedangkan untuk teknik nontes menggunakan alat berupa lembar observasi. Data tentang keterampilan berbicara siswa dianalisis secara deskriptif komparatif, yaitu dengan membandingkan hasil penilaian unjuk kerja pada pra siklus, siklus I, dan siklus II. Untuk menentukan keberhasilan dalam penelitian ini digunakan indikator kinerja. Penelitian ini dianggap berhasil apabila keterampilan berbicara siswa pada kondisi awal rendah menjadi tinggi pada kondisi akhir denagan tolok ukur 80% siswa tuntas belajar.

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi permasalahan yang dijadikan objek penelitian, peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua tindakan dalam dua siklus dengan tiga kali pertemuan pada setiap siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Pra Siklus

Kondisi awal tentang keterampilan berbicara siswa kelas V SDN 1 Ngronggah tahun pelajaran 2013/2014 masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari dokumen daftar nilai tentang nilai hasil belajar siswa pada kompetensi keterampilan berbicara. Pada Sandar Kompetensi: Mengungkapkan pikiran dan persaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama; Kompetensi Dasar: Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa, nilai kompetensi keterampilan berbicara siswa kelas V SDN 1 Ngronggah pada saat dilakukan uji kompetensi, nilai yang diperoleh siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Nilai Keterampilan Berbicara Kondisi Awal

No

Nilai

Jml Siswa

Persentase

Keterangan

1

40

6

15%

Tidak

2

50

8

20%

Tidak

3

60

9

22,5%

Tidak

4

70

11

27,5%

Tuntas

5

80

6

15%

Tuntas

Nilai rata-rata = 60,75

Ketuntasan = 42,5%

Nilai Terendah = 40

Nilai Tertinggi = 80

Tabel 1 menunjukkan dari 40 siswa kelas V SDN 1 Ngronggah yang tuntas belajar adalah 17 siswa (42,5%). Masih terdapat 23 siswa (57,5%) yang tidak tuntas belajar. Rata-rata nilai kompetensi keterampilan berbicara siswa kelas V adalah 60,75.

Deskripsi Hasil Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada bulan Februari 2014. Pada pembelajaran Siklus I, guru menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing. Pada saat dilakukan uji kompetensi keterampilan berbicara pada akhir Siklus I, hasil yang diraih siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 2 Nilai Keterampilan Berbicara Siklus I

No

Nilai

Jml Siswa

Persentase

Keterangan

1

50

6

15%

Tidak

2

60

9

22,5%

Tidak

3

70

13

32,5%

Tuntas

4

80

9

22,5%

Tuntas

5

90

3

7,5%

Tuntas

Nilai rata-rata = 68,50

Ketuntasan = 62,5%

Nilai Terendah = 50

Nilai Tertinggi = 90

Tabel 2 menunjukkan dari 40 siswa kelas V SDN 1 Ngronggah yang tuntas belajar adalah 25 siswa (62,5%). Masih terdapat 15 siswa (37,5%) yang tidak tuntas belajar. Rata-rata nilai kompetensi keterampilan berbicara siswa kelas V adalah 68,50.

Deskripsi Hasil Siklus II

Pada Siklus II yang dilaksanakan pada bulan April 2014. Seperti halnya pada Siklus I, pada akhir Siklus II juga dilakukan uji kompetensi keterampilan membaca. Hasil yang diraih siswa dapat dilihat pada yabel berikut ini:

Tabel 3 Nilai Keterampilan Berbicara Siklus II

No

Nilai

Jml Siswa

Persentase

Keterangan

1

50

2

5%

Tidak

2

60

5

12,5%

Tidak

3

70

15

37,5%

Tuntas

4

80

10

25%

Tuntas

5

90

8

20%

Tuntas

Nilai rata-rata = 74,25

Ketuntasan = 82,5%

Nilai Terendah = 50

Nilai Tertinggi = 90

Tabel 3 menunjukkan dari 40 siswa kelas V SDN 1 Ngronggah yang tuntas belajar adalah 33 siswa (82,5%). Hanya tinggal 7 siswa (17,5%) yang tidak tuntas belajar. Rata-rata nilai kompetensi keterampilan berbicara siswa kelas V adalah 74,25.

Pembahasan

Hasil penelitian pada keterampilan berbicara siswa kelas V SDN 1 Ngronggah berdasarkan hasil uji kompetensi yang telah dilaksanakan pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan pada kondisi awal atau pra siklus. Pada kondisi awal diperoleh nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa yaitu 60,75. Persentase ketuntasan siswa hanya 42,5% atau 17 siswa yang tuntas dari jumlah siswa 40, sedangkan 57,5% atau 23 siswa nilainya di bawah KKM. Berdasarkan hasil refleksi nilai prasiklus tersebut, maka diadakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas V SDN 1 Ngronggah melalui penerapan model kooperatif teknik Kancing Gemerincing.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan diperoleh data bahwa pada siklus I terjadi peningkatan keterampilan berbicara siswa, ditunjukkan dari 40 siswa terdapat 25 siswa atau 62,5% yang tuntas belajar dengan KKM 70. Rata-rata nilai uji kompetensi keterampilan berbicara pada siklus I adalah 68,50. Pelaksanaan tindakan berakhir pada siklus II dengan meningkatnya siswa yang tuntas. Pada siklus II, jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 33 siswa atau 82,5%. Hanya 7 siswa atau 17,5% yang tidak tuntas belajar. Rata-rata nilai uji kompetensi keterampilan berbicara pada siklus II adalah 74,25.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan pada pembelajaran keterampilan berbicara Bahasa Indonesia siswa kelas V SDN 1 Ngronggah dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dapat meningkatkan keterampilan berbicara bagi siswa kelas V SDN 1 Ngronggah tahun pelajaran 2013/2014.

Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian tindakan kelas di atas maka hendaknya guru selalu mencari dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran agar siswa selalu dalam suasana senang ketika belajar. Dengan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing suasana pembelajaran tampak hidup dan tidak membosankan. Bagi guru lain perlu mengikuti langkah yang diambil peneliti yaitu berusaha menyelesaikan masalah pembelajaran melalui pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Pihak sekolah diharapkan dukungannya ketika guru mengambil insiatif melaksanakan penelitian tindakan kelas dalam menyelesaikan masalah pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

___. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.

Rohman, Arif. 2009. MemahamiPendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang Mediatama

Slamet, St. Y. 2008. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta: UNS Press.

Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning, alih bahasa Lita, Cet. 3. Bandung: Nusa Media

Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: UNS Press.

Suhartono. 2005. Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas

Tarigan, H. G. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Â