PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PERISTIWA ALAM
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PERISTIWA ALAM
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
PADA SISWA KELAS VI SDN 2 BOTORECO
TAHUN PELAJARAN 2014/2016
Sarmiyati
SDN 2 Botoreco Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran Picture and Picture pada materi peristiwa alam bagi siswa kelas VI SDN 2 Botoreco Kabupaten Blora tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui 2 siklus dan pada setiap siklus meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Untuk mengetahui hasil belajar, peneliti melakukan tes dalam ulangan harian. Yang menjadi subjek pada penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VI SDN 2 Botoreco Kecamatan Kunduran Kabupaen Blora tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 15 siswa yang terdiri dari 7 laki-laki dan 8 perempuan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada pembelajaran pra siklus, rata-rata nilai ulangan harian adalah 61,33 dan yang tuntas belajar 40,0%. Pada siklus I rata-rata nilai ulangan harian siswa menjadi 69,33 dan yang tuntas 66,7%. Pada siklus II kembali meningkat, rata-rata nilai ulangan harian adalah 77,33 dan yang tuntas adalah 86,7%.
Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran Picture and Picture, pembelajaran IPS
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar (SD), kejadian yang terjadi di lingkungan sekitar menjadi bahan materi pelajaran. Materi IPS yang dipelajari di SD merupakan berbagai peristiwa kehidupan yang dapat muncul dan ditemui siswa sehari-hari. Tugas seorang guru adalah menghubungkan pengalaman di sekitar siswa. Artinya guru bertugas menjembatani penalaran siswa dengan kejadian di lingkungan sekitar, agar pemahaman konsep IPS yang dipelajari dapat diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu materi yang memiliki kaitan langsung dengan kehidupan siswa adalah materi peristiwa alam. Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan memahami konsep agar mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Hamalik (2009: 48) menyatakan bahwa pemahaman adalah kemampuan melihat hubungan-hubungan antar berbagai faktor atau unsur dalam situasi yang problematik. Kare-na begitu pentingnya pemahaman konsep peristiwa alam maka guru SD harus dituntut inovatif dalam memilih model pembelajaran. Guru dapat menggunakan ber-bagai macam model dan cara yang dipilih agar pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran, sehingga siswa dapat menerapkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari karena ruang lingkup IPS berada dalam lingkungan masyarakat.
Rendahnya pemahaman konsep peristiwa alam ditemukan pada siswa kelas VI SDN 2 Botoreco Kecamatam Kunduran. Hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan siswa kelas VI SDN 2 Botoreco Kecamatan Kunduran diperoleh informasi bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep IPS. Hal itu dapat dilihat dari nilai hasil ulangan mata pelajaran IPS. Dari 15 siswa kelas VI, terdapat 6 siswa (40,0%) yang nilainya mampu mencapai KKM 70. Sementara 9 siswa (60,0%) nilainya masih di bawah KKM. Rata-rata nilai ulangan harian kelas VI adalah 61,33.
Temuan mengenai rendahnya pemahaman konsep peristiwa alam pada siswa kelas VI SDn 2 Botoreco Kecamatan Kunduran, terlihat memiliki kaitan dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Guru memulai pembelajaran dengan ceramah, lalu siswa membaca buku pelajaran. Selanjutnya guru memberikan penjelasan materi dengan cara menerangkan seperti yang ada pada buku, tidak menggunakan metode lain serta media yang sesuai dengan materi. Kegiatan ini menjadikan siswa menjadi bosan dan tidak bersemangat belajar yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Oleh sebab itu diperlukan perbaikan pada proses pembelajaran. Salah satu usaha yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan memahami konsep IPS tersebut yaitu dengan penerapan model pembelajaran yang efektif dan menarik. Salah satu model yang bisa diterapkan adalah model pembelajaran Picture and Picture.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi peristiwa alam pada siswa kelas VI SDN 2 Botoreco Kecamatan Kunduran Tahun Pelajara 2014/2015?â€
Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan hasil belajar IPS materi peristiwa alam melalui penerapan model pembelajaran Picture and Picture pada siswa kelas VI SDN 2 Botoreco Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2014/2015.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan sehingga siswa lebih memahami materi yang dipelajari. Dengan lebih mudah memahami materi pelajaran, pada saat dilakukan ulangan harian, hasil belajar yang dicapai siswa juga meningkat.
2. Bagi Guru
Guru semakin profesional dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Masalah pembelajaran yang menjadikan pemahaman siswa rendah, khususnya pada mata pelajaran IPS dapat teratasi. Hal ini secara langsung dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian dapat dijadikan pedoman pihak sekolah untuk mendorong guru-guru lain turt melakukan penelitian tindakan kelas dalam mengatasi masalah. Dengan PTK, masalah pembelajaran dapat teratasi dan kualitas pendidikan di sekolah juga ikut meningkat.
KAJIAN TEORI
Model Pembelajara Picture and Picture
Suprijono (2011: 125) mengemukan bahwa pembelajaran Picture and Picture merupakan pembelajaran yang menggunakan atau menunjukkan gambar yang berkaitan dengan materi kepada siswa. Gambar yang digunakan akan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang logis dan melalui gambar tersebut guru menanamkan konsep atau materi yang sesuai dengan kompetensi.
Menurut Hamdani (2011: 89) model picture and picture adalah model belajar yang menggunakan gambar dipasangkan atau diurutkan menjadi urutanlogis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan.
Syah (2006: 68) menyatakan bahwa “terkait dengan picture and picture sebagai model pengajaran guru, maka gambar-gambar yang dibuat direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu sebagai salah satu strategi yang digunakan guru.
Strategi mengajar ini mencakup beberapa tahapan, seperti: 1) Strategi perumusan sasaran proses belajar mengajar (PBM), yang berkaitan dengan strategi yang akan digunakan oleh pengajar dalam menentukan pola ajar untuk mencapai sasaran PBM; 2) Strategi perencanaan proses belajar mengajar, berkaitan dengan langkah-langkah pelaksanaan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini termasuk perencanaan tentang media ajar yang akan digunakan; 3) Strategi pelaksanaan proses balajar mengajar, berhubungan dengan pendekatan sistem pengajaran yang benar-benar sesuai dengan pokok bahasan materi ajar. Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan model picture and picture turut memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian siswa dalam PBM (Djamarah, 2002:137).
Langkah-langkah yang ada pada model pembelajaran Picture and Picture diawali dengan menyampaikan kompetensi apa yang harus dicapai siswa, kemudian menyajikan materi sebagai pengantar dan memotivasi siswa dalam pembelajaran. setelah itu guru memperlihatkan gambar-gambar yang berkai -tan dengan materi kepada siswa, dilanjutkan menunjuk siswa secara bergantian untuk me-ngurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Pada fase penjajakan guru menanyakan kepada siswa alasan atau dasar pemikiran urutan yang logis kepada siswa. Selanjutnya dari alasan dan urutan gambar tesebut guru mulai menanamkan konsep materi kepa-da siswa, dan ditutup dengan menyampaikan kesimpulan dan rangkuman dari pembelajaran.
Kelebihan model pembelajaran Picture and Picture adalah: 1) Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa; 2) Melatih berpikir logis dan sistematis; 3) Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir; 4) Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik; dan 5) Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas.
Adapaun kekurangan model pembelajaran Picture and Picture adalah: 1) Memakan banyak waktu; 2) Banyak siswa yang pasif; 3) Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas; 4) Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain ; dan 5) Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
Hasil Belajar
Menurut Bloom (dalam Suprijono 2011:5) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Berkenaan dengan hasil belajar kognitif merupakan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
Pendapat yang mendukung tentang hasil belajar juga dikemukakan oleh Oemar Hamalik (2004:16) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar maka akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Purwanto (2007) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan diubah perilakunya yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik.
Senada dengan itu, Dimyati dan Mudjiono (2002:5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.
Pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan.
Hasil belajar yang diperoleh ketika tes evaluasi diberikan adalah skor perolehan siswa yang berupa aspek kognitif dengan menggunakan alat penilaian berupa butir soal. Aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat diperoleh melalui instrumen tanya jawab, diskusi, presentasi dan aspek psikomotorik yang menunjukkan ketrampilan siswa dapat diketahui melalui ketrampilan bertanya, ketrampilan menjawab.
Untuk mengetahui besarnya skor hasil belajar dilakukan pengukuran. Menurut Wardani Naniek Sulistya (2011:47), pengukuran merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberi angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau bendaâ€. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket. Instrumen tes digunakan untuk pengukuran yang bersifat kuantitatif, sedangkan instrumen non tes digunakan untuk pengukuran yang bersifat kualitatif. Teknik non-tes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen non-tes dapat berbentuk kuesioner atau inventori. Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan, siswa diminta untuk menjawab atau memberikan pendapat terhadap pernyataan. Inventori merupakan instrumen yang berisi tentang laporan diri yaitu keadaan siswa, misalnya potensi siswa. Teknik non tes berkaitan dengan kemampuan siswa pada aspek afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif.
Pembelajaran IPS
lmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (BSNP, 2007).
Siswa di masa yang akan datang akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).
Ruang lingkup mata pelajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar siswa di SD. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006, ruang lingkup mata pelajaran IPS di SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Manusia, Tempat dan Lingkungan; 2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan; 3) Sistem Sosial dan Budaya; 4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.
Kesimpulan dari beberapa tujuan IPS yaitu belajar IPS tidak hanya menimbun pengetahuan, tetapi harus dikembangkan serta diaplikasikan ke dalam bentuk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh kemampuan siswa yang standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.
Kerangka Berpikir
Pada awal pembelajaran siswa belum mampu memahami materi peristiwa alam, terbukti dengan hasil evaluasi belajar rendah, nilai ketuntasan belajar masih banyak yang belum mencapai KKM yang ditentukan. Penerapan model pembelajaran Picture and Picture bertujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Dengan menerapkan model pembelajaran Picture and Picture diharapkan siswa tidak merasa jenuh dan bosan dalam kegiatan pembelajaran. Susana pembelajaran diharapkan akan lebih hidup dan menyenangkan. Dengan model pembelajaran Picture and Picture siswa belajar dalam suasana yang tidak tertekan.
Dari paparan di atas, kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran Picture and Picture akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi peristiwa alam.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka berpikir di atas, hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “Diduga dengan menerapkan model pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi peristiwa alam pada siswa kelas VI SDN 2 Botoreco Tahun Pelajaran 2014/2015.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Botoreco Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan mulai bulan Agustus sampai dengan bulan November 2014. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2014/2015. Subyek penelitian adalah siswa kelas VI SDN 2 Botoreco sejumlah 15 siswa dengan rincian 7 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini ada dua teknik pengumpulan data yaitu teknik tes dan teknik nontes.
Data tentang proses pembelajaran siswa pada siklus I dan siklus II dikumpulkan dengan teknik nontes yaitu dengan melakukan pengamatan pada saat proses pembelajaran. Data hasil belajar pada siklus I dan siklus II yang dikumpulkan menggunakan teknik tes tertulis. Agar datanya valid perlu divalidasi isinya dengan cara membuat lembar observasi dan menyusun kisi-kisi soal sesuai dengan indikator yang hendak dicapai.
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi permasalahan, peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua tindakan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus tindakan adalah perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif, yaitu analisis deskriptif komparatif dengan membandingkan nilai tes antar siklus dan indikator kinerja. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif.
Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah dikatakan berhasil apabila minimal 80% jumlah siswa mampu tuntas dalam pembelajaran dengan KKM 70.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Pra Siklus
Data hasil belajar yang dikumpulkan pada pembelajaran pra siklus dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Distribusi Nilai Ulangan Pra Siklus
Nilai (N) |
Frekwensi (f) |
f x n |
Persentase |
40 |
1 |
40 |
6,7% |
50 |
3 |
150 |
20,0% |
60 |
5 |
300 |
33,3% |
70 |
5 |
350 |
33,3% |
80 |
1 |
80 |
6,7% |
Rata-rata Nilai Ulhar: 61,33 |
Berdasarkan hasil belajar pada tabel 1, dapat dibuat tabel tingkat ketuntasan belajar pada pembelajaran pra siklus sebagai berikut:
Tabel 2. Tingkat Ketuntasan Belajar Pra Siklus
Kriteria |
Frekwensi |
Persentase |
Tuntas |
6 |
40,0% |
Tidak Tuntas |
9 |
60,0% |
Tabel 1 dan tabel 2 menunjukkan bahwa hasil belajar pra siklus masih rendah. Dari 15 siswa kelas VI, yang tuntas belajar hanya 6 siswa (40,0%), sedangkan yang tidak tuntas belajar sebanyak 9 siswa (60,0%). Rata-rata nilai ulangan harian pada pembelajaran pra siklus adalah 61,33.
Deskripsi Hasil Siklus I
Pada pembelajaran siklus I, guru menerapka model pembelajaran Picture and Picture. Proses pembelajaran cukup menyenangkan bagi siswa. Siswa mulai berani untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru. Hal ini dikarenakan siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran. Hasil ulangan harian pada akhir pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Distribusi Nilai Ulangan Siklus I
Nilai (N) |
Frekwensi (f) |
f x n |
Persentase |
50 |
1 |
50 |
6,7% |
60 |
4 |
240 |
26,7% |
70 |
6 |
420 |
40,0% |
80 |
3 |
240 |
20,0% |
90 |
1 |
90 |
6,7% |
Rata-rata Nilai Ulhar: 69,33 |
Berdasarkan hasil belajar pada tabel 3, dapat dibuat tabel tingkat ketuntasan belajar pada pembelajaran siklus I sebagai berikut:
Tabel 4. Tingkat Ketuntasan Belajar Siklus I
Kriteria |
Frekwensi |
Persentase |
Tuntas |
10 |
66,7% |
Tidak Tuntas |
5 |
33,3% |
Tabel 3 dan tabel 4 menunjukkan bahwa hasil belajar siklus I telah terjadi peningkatan. Dari 15 siswa kelas VI, yang tuntas belajar hanya 10 siswa (66,7%), sedangkan yang tidak tuntas belajar sebanyak 5 siswa (33,3%). Rata-rata nilai ulangan harian pada pembelajaran siklus I adalah 69,33. Namun demikian hasil pada siklus I masih belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan yaiti 80% siswa tuntas belajar.
Deskripsi Hasil Siklus II
Pada siklus II guru kembali menerapkan model pembelajaran Picture and Picture dengan memperbaiki kekurangan pada pembelajaran siklus I. Hal pokok yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran siklus I adalah penggunaan gambar dengan ukuran yang kecil. Pada siklus II ini guru menggunakan gambar dengan ukuran yang lebih besar. Hasil ulangan harian pada akhir pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5. Distribusi Nilai Ulangan Siklus II
Nilai (N) |
Frekwensi (f) |
f x n |
Persentase |
60 |
2 |
120 |
13,3% |
70 |
5 |
350 |
33,3% |
80 |
4 |
320 |
26,7% |
90 |
3 |
270 |
20,0% |
100 |
1 |
100 |
6,7% |
Rata-rata Nilai Ulhar: 77,33 |
Berdasarkan hasil belajar pada tabel 5, dapat dibuat tabel tingkat ketuntasan belajar pada pembelajaran siklus II sebagai berikut:
Tabel 6. Tingkat Ketuntasan Belajar Siklus II
Kriteria |
Frekwensi |
Persentase |
Tuntas |
13 |
86,7% |
Tidak Tuntas |
2 |
13,3% |
Tabel 5 dan tabel 6 menunjukkan bahwa hasil belajar siklus II kembali meningkat. Dari 15 siswa kelas VI, yang tuntas belajar hanya 13 siswa (86,7%), sedangkan yang tidak tuntas belajar sebanyak 2 siswa (13,3%). Hasil ulangan harian siklus II sudah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan yaitu minimal 80% tuntas belajar
Pembahasan
Data yang diperoleh pada kondisi awal (pra siklus), siklus I, dan siklus II kemudian dikaji dengan menganalisis data-data tersebut dan selanjutnya dikuatkan dengan teori yang sudah dikemukakan. Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dokumentasi, tes, dan analisis data dalam penelitian ditemukan bahwa melalui penggunaan model pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi peristiwa alam pada siswa kelas VI SDN 2 Botoreco pada setiap siklus. Selain itu, keaktifan siswa dan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran IPS melalui penggunaan model pembelajaran Picture and Picture juga meningkat.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar IPS materi peristiwa alam dengan menerapkan model pembelajaran Picture and Picture pada siswa kelas VI SDN 2 Botoreco. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 7. Perbandingan Nilai Hasil Belajar
Hasil |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
Nilai Terendah |
40 |
50 |
60 |
Nilai Tertinggi |
80 |
90 |
100 |
Rata-rata Nilai Ulhar |
61,33 |
69,33 |
77,33 |
Ketuntasan |
40,0% |
66,7% |
86,7% |
Pada kondisi awal atau pra siklus ketuntasan belajar mencapai 40,0% atau 6 siswa, dengan nilai rata-rata kelas 61,33. Pemahaman konsep peristiwa alam masih kurang disebabkan oleh beberapa faktor. Berdasarkan hasil analisis diketahui pembelajaran IPS dilaksanakan dengan memanfaatkan buku sebagai sumber belajar dominan dan belum menggunakan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk aktif. Materi yang diterima siswa bersumber dari buku pelajaran dan guru.
Pada pelaksanaan tindakan siklus I, ketuntasan belajar siswa sebesar 66,7% (10 siswa), dengan nilai rata-rata mencapai nilai 69,33. Nilai rata -rata kelas pada tindakan siklus I meningkat, namun dari target indikator penelitian yang telah ditentukan masih belum tercapai. Belum tercapainya indikator kinerja pada siklus I disebabkan beberapa hal. Siswa masih banyak yang kebingunan dengan model pembelajaran yang diterapkan guru. Perlu adanya pembiasaan agar siswa tidak kebingungan. Sebab yang lain adalah penggunaan media gambar yang ukurannya terlalu kecil. Perlu pembenahan media pembelajaran agar gambar yang digunakan sebagai media pembelajaran dapat terlihat dengan jelas oleh semua siswa.
Pembelajaran siklusII dirancang dengan persiapan lebih matang dengan memperbaiki kekurangan pada siklus I. Tingkat ketuntasan belajar kembali mengalami peningkatan menjadi 86,7% dengan rata-rata nilai ulangan harian 77,33. Hasil ini telah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan.
PENUTUP
Simpulan
Dari hasil penelitian yang dikumpulkan pada pembelajaran para siklus, siklus I dan siklus II dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar IPS materi peristiwa lama pada siswa kelas VI SDN 2 Botoreco Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2014/2015.
Saran
Kepada siswa disarankan untuk memperhatikan penjelasan guru apabila guru menerapkan model pembelajaran dalam kelas agar siswa tidak kebingungan, terutama model pembelajaran yang dirasa baru dan asing bagi siswa. Bagi guru disarankan untuk lebih sering menggunakan berbagai model pembelajaran dalam kelas untuk meningkatkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Penggunaan berbagai model pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik siswa dan materi yang dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. 2007. Standar Isi Mata Pelajaran SD/ MI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dimyanti dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar & Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia
Naniek Sulistya Wardani. 2011. Evaluasi Kurikulum S1 PGSD (Hasil penelitian). Salatiga. Widyasari Press
Permendiknas Nomor 22. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar. Jakarta: Pustaka Karya
Purwanto, M. Ngalim. 2007. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Â